Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN HASIL DISKUSI

PROBLEM-BASED LEARNING
PBL Blok Komunitas
Skenario Bumilku Sayang
Minggu ke-10
Tanggal 20 November 2015 s.d. 25 November 2015

Grup: F
1

Nurul Kamila Az-

135070301111053

Zahra
Ken Dwiba

135070301111054

3
4
5

Amarakamini
Margareta Fitria Sari
Evi Nurheldawati
Annisa Awwalin

135070301111055
135070301111056
135070301111057

6
7
8
9
10
11
12

Maharani
Novita Dwi Ningrum
Diah Ayu Fitriana
Rania Fadiyah Gasany
Renindyo Apridhianti
Shafiyyah Maimunah
Maulidya Rachmawati
Muthia Khanza

135070301111058
135070301111059
135070301111021
135070301111022
135070301111023
135070301111024
135070301111025

13

Adelina
Endah Muspita

135070301111026

14
15

Ekawati
Firda
135070301111027
Muslikah Pebtriani
135070301111028
Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
Malang
2015/2016

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................. 2
ISI
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI....................................................3


SKENARIO................................................3
DAFTAR UNCLEAR TERM...................................................3
DAFTAR CUES.................................................4
DAFTAR LEARNING OBJECTIVE.................................................5
HASIL BRAINSTORMING....................................................5
HIPOTESIS......................................9
PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE....................................11

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...............................................33


REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA............................................35
TIM PENYUSUN........................................38

ISI

A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI

1. Ahli gizi dapat memahami PHI, penyebab langsung, penyebab tidak langsung, dan
dampak dari KEK.
2. Ahli gizi dapat membuat pohon masalah, menganalisa alternatif usulan intervensi
serta melibatkan pihak terkait sebagai dasar intervensi yang tepat dengan
menggunakan indikator yang sesuai sebagai bahan monitoring evaluasi dari
intervensi tersebut.
B. SKENARIO
Prevalensi ibu hamil risiko KEK (Kurang Energi Kronis) di kota X tahun 2014
sebesar 21.6% menggunakan indikator LILA (Lingkar Lengan Atas). Hasil data
kemudian dibandingkan dengan Public Health Indicator (PHI). Intervensi yang tepat
dengan penyebab masalah gizi harus segera dilaksanakan dengan mengacu pada
pohon masalah, menganalisa alternatif usulan intervensi serta melibatkan pihak
terkait. Monitoring dan evaluasi intervensi harus menggunakan indikator yang sesuai.
C. DAFTAR UNCLEAR TERMS
No
.
1.

UNCLEAR TERMS

DEFINISI

KEK (Kurang Energi

Suatu keadaan kekurangan makanan dalam waktu

Kronis)

yang lama sehingga menyebabkan ukuran Indeks


Massa Tubuh di bawah normal (kurang dr 18,5

2.

PHI (Public Health

untk orang dewasa) (Kamus Gizi).


Disebut juga sebagai Public Health Significance,

Indicator)

merupakan indikator untuk menentukan seberapa


besar masalah kesehatan yang terjadi pada
masyarakat luas serta digunakan dalam

3.

Pohon masalah

menentukan kategori masalah tersebut.


Diagram dengan bentuk pohon diagram dengan
prinsip as direct as possible yang menunjukkan
penyebab langsung, tidak langsung, dan akar
masalah berdasarkan kejadian yang sudah ada

4.

Alternatif usulan

dan terdapat hubungan sebab akibat.


Beberapa pilihan program untuk intervensi gizi

intervensi

yang didapat dari penyebab langsung yang


disusun dari pohon masalah sehingga cepat
ditangani yang dipilih berdasarkan urgensinya dan

5.

Monitoring dan

sumber daya yang tersedia.


Kegiatan mengecek untuk melihat seberapa besar

evaluasi

perkembangan sesuatu secara teratur dengan


cara yang sudah ditentukan dalam memutuskan
kualitas dari sesuatu yang sudah tercapai.
3

6.

LiLA

Cara untuk menentukan status gizi yang praktis


dengan mengukur lingkaran lengan atas yang
jarang digunakan pada bagian tengah antara
ujung bahu dan ujung siku. Pengukuran dilakukan
dengan posisi lengan tidak ditekuk tetapi lurus ke
bawah. Pada wanita usia subur dan ibu hamil
batas LiLA kurang dari 23,5cm mengindikasikan

7.

Intervensi

risiko Kurang Energi Kronis (KEK) (Kamus Gizi).


Setiap tindakan untuk meningkatkan status
kesehatan atau mengubah jalannya suatu
penyakit.

Unclear Terms yang Masuk Lo


1. PHI (Public Health Indicator)
Indikator kesehatan yang digunakan untuk menggambarkan masalah kesehatan
yang ada pada populasi dari waktu ke waktu yang dikembangkan oleh masyarakat
lokal atau dinas kesehatan di daerah tersebut yang bersifat ringkas dan
komprehensif (Firstnation Centre, 2007; Washington State Department of Health,
2009; Flowers, et al, 2005).
2. Pohon masalah
Diagram sistematik atau diagram pohon, dimana masalah utama sebagai batang,
masalah utama sebagai akar, dan dampak masalah utama sebagai sebuah pohon,
yang dirancang untuk mengurutkan hubungan sebab akibat, merinci masalah
yang ada di masyarakat, dan menciptakan rencana proyek yang sistematis (ICRC,
2008; Miller, 2004; Silverman 1994 dalam Muda,W.).
3. Alternatif usulan intervensi
Cara sistematis untuk mencari dan memutuskan solusi yang tepat dari masalah
berdasarkan problem analisis dan sebagai prasyarat untuk strategi intervensi
dengan perbandingan analitik yang membandingkan keefektifan operasional biaya
dan risiko dari solusi yang diajukan (GTZ, 1998).
D. DAFTAR CUES
1. Ahli gizi mampu menganalisa penyebab masalah gizi dengan mengacu pada
pohon masalah kemudian menganalisa alternatif usulan intervensi dengan
melibatkan pihak terkait serta monitoring evaluasi intervensi menggunakan
indikator yang sesuai dengan bumil yang menderita KEK dengan prevalensi
sebesar 21,6%.
2. Ahli gizi mampu menganalisis penyebab masalah gizi dengan mengacu pada
pohon masalah kemudian mengidentifikasi alternatif usulan intervensi dengan

melibatkan pihak terkait serta monitoring evaluasi intervensi menggunakan


indikator yang sesuai.
3. Ahli gizi mampu membuat pohon masalah, menganalisa alternatif usulan
intervensi serta melibatkan pihak terkait sebagai dasar intervensi yang tepat
dengan menggunakan indikator yang sesuai sebagai bahan monitoring evaluasi
intervensi tersebut.
4. Ahli gizi mampu menganalisa penyebab masalah gizi dengan mengacu pada
pohon masalah kemudian mengidentifikasi alternatif usulan intervensi dengan
melibatkan pihak terkait serta monitoring evaluasi dengan menggunakan indikator
yang sesuai.
Kesimpulan Cues:
Ahli gizi mampu membuat pohon masalah, menganalisa alternatif usulan intervensi serta
melibatkan pihak terkait sebagai dasar intervensi yang tepat dengan menggunakan
indikator yang sesuai sebagai bahan monitoring evaluasi dari intervensi tersebut.
E. DAFTAR LEARNING OBJECTIVES
1. Bagaimana PHI KEK pada ibu hamil?
2. a. Apa penyebab langsung dan tidak langsung KEK pada bumil?
b. Apa dampak dr KEK pada bumil?
3. Bagaimana prinsip, tahapan dan format pembuatan pohon masalah?
4. a. Apa faktor yang dipertimbangkan untuk memilih intervensi?
b. Bagaimana tahapan analisa alternatif usulan intervensi ?
c. Bagaimana format untuk menganalisa alternatif usulan intervensi?
5. a. Siapa saja pihak yang terkait dalam perencanaan intervensi serta bagaimana
tahapan dan format untuk menganalisa partisipasi pihak yang terlibat dlm kasus
tersebut?
b. Bagaimana cara pendekatan yang baik kepada pihak yang terkait tersebut?
6. a. Apa saja indikator untuk monev yang sesuai dengan skenario?
b. Bagaimana proses monev intervensi dengan menggunakan indikator yang
dipilih tersebut? (Tabel PPM/ Project Planning Matrix)
7. Apa program yang sudah dilakukan oleh pemerintah sampai saat ini untuk
menanggulangi masalah KEK pada bumil?
F. HASIL BRAINSTORMING
1. Bagaimana PHI KEK pada ibu hamil?
Menggunakan indikator PHI underweight:
5-9,9: rendah
10-19,9: medium
20-29,9: high
>30: very high
2. Apa penyebab langsung dan tidak langsung serta dampak dari KEK pada
ibu hamil?
Penyebab langsung:
- Kurangnya supan makan dalam waktu yang lama.
- Kurangnya asupan energi dan protein dalam jangka waktu lama.
- Karena terjadinya infeksi.
5

- Hygiene dan sanitasi yang buruk.


Penyebab tidak langsung:
- Status ekonomi.
- Tingkat pendidikan.
- Kurangnya motivasi dari keluarga saat hamil.
- Akses pelayanan kesehatan.
- Hygiene sanitasi.
- Akses terhadap makan.
- Ketersediaan makanan.
- Kurangnya pengetahuan ibu terkait zat gizi saat hamil.
- Tingkat stress dan riwayat penyakit.
- Jarak kehamilan yang dekat.
- Pernikahan dini.
Dampak:
- Bayi lahir dengan BBLR.
- Bayi bisa menderita kelainan kongenital.
- Bayi bisa terkena penyakit degeneratif.
- Terjadi abortus, pendarahan, pre-eklampsia pada ibu.
- Peningkatan resiko kematian pada ibu.
- Bayi lahir dengan spina bifida atau neuro tube defect.
3. Bagaimana prinsip, tahapan, dan format pembuatan pohon masalah?
Prinsip:
- Menggunakan kalimat negatif.
- As direct as possible.
- Satu kartu satu masalah.
- Akar masalah terletak dibawah, terdapat penyebab langsung, dan tidak
langsung.
- Menggunakan kalimat spesifik.
- Pembuatan pohon masalah melibatkan partisipasi masyarakat melalui FGD.
- Harus ada solusinya (absence of solution).
- Satu masalah satu kartu dalam kegiatan FGD.
Tahapan:
- Melakukan FGD setelah masyarakat mencapai satu persepsi.
- Mengumpulkan warga membuat meta plan card, disebar ke ibu-ibu untuk
menuliskan masalah apa saja yang ada di wilayah tersebut warga diminta
menempel sendiri masalah-masalah tersebut melakukan klarifikasi ulang
setiap masalah mengelompokkan masalah setelah semua masalah keluar,
bandingkan dengan arsip data yang sudah dimiliki sampai semua masalah
keluar susun problem tree dari inti masalah, penyebab langsung, penyebab
-

tidak langsung, akar masalah.


Membuat problem tree sendiri dengan mengumpulkan data-data (prevalensi,
kejadian penyakit) baru melakukan FGD untuk mengklarifikasi penyebab

masalah yang ada di masyarakat.


Sebelum membuat problem tree membuat data dasar dan sintesa data pada
masyarakat tersebut setelah problem tree selesai FGD untuk
menyamakan persepsi masyarakat dengan kita agar masyarakat mengetahui

urgensi masalah tersebut problem tree fix digunakan sebagai acuan.


Membuat kerangka konsep berdasarkan teori mengumpulkan data dasar
sintesa data data yang sudah dibuat disimpan, yang hanya perlu diketahui
6

kita sendiri melakukan participation analysis untuk menentukan sasaran FGD


yang tepat melakukan FGD kartu meta analysis dicocokkan dengan data
yang sudah dikumpulkan sebelumnya semua masalah muncul
dikelompokkan jadilah problem tree.
Format:
- Dari bawah ke atas: akar masalah, penyebab tidak langsung, dan penyebab
-

langsung.
Panah vertikal untuk hubungan sebab akibat, panah horizontal menunjukkan

apa saja penyebabnya.


Dibagi menjadi beberapa layer, dalam 1 layer dalam kelas sama, urutan layer

harus jelas.
- Setiap layer harus sejajar.
- Dalam 1 layer terdiri dari penyebab yang sifatnya sama.
4. Apa faktor yang dipertimbangkan untuk memilih intervensi serta
bagaimana tahapan dan format untuk menganalisa alternatif usulan
intervensi?
Faktor:
- Harus sesuai dengan sumber daya yang tersedia (manusia, uang, dan lainlain), yang paling mungkin dilakukan dan dicapai.
- Sustainability atau keberlanjutan intervensi.
- Realistis, dapat diwujudkan, capaian realistis secara bertahap.
- Mempertimbangkan risiko untuk masyarakat.
Tahapan:
- Dilihat dari penyebab langsung dalam problem tree kemudian dibuat tabel
sesuai faktornya, setiap program diberikan skor tergantung pembuat program,
-

skor terbanyak dari suatu intervensi yang dipilih.


Biasanya rentang skor dengan angka 1-5, agar dapat memilih skor tengahnya.
Jika terdapat 2 alternatif maka yang dipilih adalah skor terkecil dari kedua

alternatif.
Dalam alternative analysis penyebab tidak langsung digunakan sebagai

pertimbangan dan digunakan untuk memilih intervensi apa yang akan dipilih.
Format :
- Format berupa tabel yang terdiri dari:
a. Kolom pertama berisi faktor, yang terdiri dari lima baris atau bisa ditambah
sendiri sesuai kelompoknya. Baris pertama adalah sumber daya (man,
material, money), baris kedua sustainability, baris ketiga feasibility, baris
keempat social risk, dan baris kelima.
Output berupa skor. Jika semakin besar sustainability dan feasibility, maka
semakin besar skornya. Semakin besar social risk, semakin kecil skornya.
Semakin besar sumber daya, maka semakin besar skornya.
b. Kolom selanjutnya merupakan penyebab langsung dari masalah tersebut
c. Alternatif dari penyebab langsung diberi skor juga, diurut semua

alternatifnya.
d. Paling atas berisi goal yang merupakan masalah utama misal KEK.
Skor ditotal, kemudian dipilih yang paling besar.
7

5. Siapa saja pihak yang terkait dalam perencanaan intervensi serta


bagaimana tahapan dan format untuk menganalisa partisipasi pihak
yang terlibat dalam kasus tersebut? Bagaimana cara pendekatan yang
baik kepada pihak yang terkait tersebut?
Pihak:
- Merupakan pihak yang dekat dengan responden.
- Terbagi menjadi dua, primary stakeholder dan secondary stakeholder. Primary
stakeholder merupakan pihak yang mendapatkan keuntungan langsung dari
intervensi, dalam skenario berarti ibu hamil merupakan primary stakeholder.
Secondary stakeholder merupakan pihak yang mendapatkan keuntungan tidak
langsung dari intervensi, dapat membantu berjalannya intervensi gizi, dan
dapat mempengaruhi primary stakeholder, dalam skenario berarti suami, ibu
kader, ibu mertua, dan lain-lain merupakan secondary stakeholder.
Tahapan dan format:
- Menentukan pihak yang diajak kerjasama, kemudian menetapkan keuntungan
dan kerugian memilih pihak tersebut, kemuadian melakukan identifikasi sifat
-

dan peranan dari pihak-pihak tersebut.


Cara menentukan pihak yang diajak kerjasama dengan bertanya atau
berdiskusi dengan tokoh di daerah tersebut, misalnya dengan ibu kader, kepala

desa, dan lain-lain.


Mengetahui motivasi dan interest dari pihak yang diajak kerjasama, dari pihakpihak tersebut adakah sesuatu yang bisa diambil yang merupakan keinginan-

keinginan dari pihak-pihak tersebut.


Prosedur pendekatan:
- Melakukan interaksi sosial di lingkungan responden.
- Pendekatan ke suami bumil untuk melihat lingkungan dan mencari tahu.
- Berdasarkan participation analysis.
- Mempelajari adat, budaya, dan bahasa daerah tersebut.
6. Apa saja indikator untuk monitoring evaluasi? Apa saja indikator yang
sesuai skenario dan bagaimana proses monitoring evaluasi intervensi
dengan menggunakan indikator yang dipilih tersebut?
Indikator monitoring evaluasi:
- Harus memenuhi prinsip SMART, yaitu specific, measurable, acceptable,
realistic, time frame.
Indikator yang sesuai dengan skenario:
a. LiLA karena LiLA merupakan indikator yang bisa berubah cepat.
b. Intake makan.
c. Penambahan berat badan selama kehamilan.
d. Asupan energy dan protein yang diperoleh dari recall.
e. Asupan zat besi.
Proses monitoring evaluasi:
Menggunakan tabel PPM (Project Planning Matrix) yang biasanya disebut dengan
-

logical framework, terdiri dari 4 kolom dan 4 baris. Kolom pertama terdiri dari:
goal, untuk menentukan target jangka panjang, berisi masalah gizi yang paling
atas, yang merupakan tujuan intervensi; outcome, untuk menentukan target
8

menengah, berisi penyebab langsung yang terpilih; output, untuk menentukan


target jangka pendek saat melakukan intervensi, berisi penyebab tidak langsung;
dan activity, merupakan intervensi yang dilakukan, satu aktivitas digunakan untuk
mencapai satu outcome, poin-poin program yang direncanakan; kolom kedua
berisi indikator atau OVI, kolom ketiga berisi source of verification, dan kolom
terakhir berisi assumption. Untuk mengisi tabel maka perlu dilakukan pengukuran
indikator yang sama pada awal asesmen.
G. HIPOTESIS
1. Hipotesis DK 1
Prevalensi ibu hamil risiko
KEK

Pembuatan
kerangka konsep

Pengumpulan data dasar

Identifikasi masalah
PHI: underweight

Participation
analysis
Melakukan FGD

Membuat problem tree

Meta analysis
Dikelompokkan

Alternative analysis

Sintesa data

Mudah dicapai dan dapat


dipenuhi SDM (tenaga,
tempat, material)
Sustainability/keberlanjutan
Risiko sosial

Meta
analysis
Dikelompokk
an

Memilih alternatif usulan


intervensi

Karakteristik
Sifat

Dampak:
Stakeholder analysis
Pada ibu:
Pendarahan, tingkat
kesakitan tinggi, persalinan
sulit, premature
Monitoring dan evaluasi
Pada bayi:
indikator yang tepat
BBLR, gangguan
pertumbuhan janin
PHI
Prevalensi KEK
bumil
2. Hipotesis DK 2
Kota X sebesar
21.6%
Program
yang
telah
dilakuka
n:
PMT P

Interest desire
Kelebihan dan
kekurangan

Ringan:
<20%
Sedang: 2030%
Tinggi:
>30%
Penyebab

Langsung:
Kekurangan
zat gizi,
pola
konsumsi,
penyakit

Tidak
langsung:
pengetahuan,
pekerjaan,
budaya, akses
pelayanan

Situational
analysis
KEK sedang
9

Terkait karakter,
keinginan,
interest,
pengaruh, dll

Problem
analysis

Problem tree

Tahapan:

Prinsip:

Participation
analysis

Format

negative
mengidentifikasi
statement, one
dan
merumuskan
Objective
problem
one
masalah
utama
analysis
card,
yang
berdasarkan
dicatat
informasi
yang
masalah yang
tersedia

benar-benar
menganalisis akibat
terjadi,
atauH.pengaruh
dari LEARNING
PEMBAHASAN
OBJECTIVES
masalah
Alternative
masalah
utama PHI KEK
1. Bagaimana
padayang
ibu hamil?
dimasukkan
analysis
menganalisis
PHI KEK pada ibu hamil berdasarkan LiLA (Depkes, 2003 dalam
Hidayati, 2008):
Ringan: <20%
merupakan
penyebab
Sedang:
20-30% masalah yang
munculnya
masalah
Tinggi:
>30%
dianggap
utama

Pada ibu lebih


hamil, LiLA
yang digunakan pada pengukuran KEK, karena metode IMT
penting,
menganalisis
Planning
hubungan
lanjut tidakpenyebab
dapat dilakukan.
LiLA terutama bermanfaat untukProject
mengetahui
risiko KEK
Matrix (PPM)
sebab
akibat
level
pertama

pada awal kehamilan


karena berat badan prahamil tidak diketahui. Di Indonesia,
ditunjukkan
menganalisis
secara
para ibu tidak
menimbang berat badan sebelum hamil sehingga
penyebab
level biasa
kedua penggunaan
menyusunLiLA langsung
sebagai indikator risiko KEK menjadi sangat penting (Ariyani,
pohon
masalah
Ibu hamil dengan prevalensi KEK sebesar 21,6% merupakan masalah yang
secara 2012).
keseluruhan
1,5 kali lebih tinggi dibandingkan risiko KEK pada wanita usia subur (Nugrahini et
al., 2014).
2. a. Apa penyebab langsung dan tidak langsung KEK pada bumil?
Penyebab langsung:
- Kekurangan asupan zat gizi (terutama energi)
Selama masa kehamilan kebutuhan zat gizi yang diperlukan

untuk

metabolisme tubuh baik pada ibu dan janin dalam kandungan meningkat. Oleh

10

karena itu pada masa kehamilan asupan zat gizi yang diperlukan juga
meningkat, untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin juga pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan
komposisi dan metabolisme tubuh ibu dan janin. Ibu hamil yang mengalami
kekurangan asupan zat gizi dan berstatus gizi buruk maka mempunyai peluang
besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
(Mahirawati, 2014).
Ibu hamil yang jumlah konsumsi energinya kurang (70-80% AKG) mempunyai
risiko untuk terkena KEK sebesar 9,793 kali dibandingkan dengan ibu hamil
-

yang jumlah konsumsi energinya 80-99% AKG (Surasih, 2006).


Pola Makan
Pola makan dilihat dari segi kualitas dan kuantitas. Meskipun frekuensi makan
ibu hamil mencapai 3 kali sehari, namun apabila kualitas (zat gizi) tidak
mencukupi, maka dapat menyebabkan KEK pada ibu hamil (Mahirawati, 2014;

Anni, 2013).
Penyakt infeksi
Ibu hamil yang menderita atau yang pernah menderita penyakit infeksi selama
prakonsepsi memiliki peluang yang lebih besar untuk menderita KEK. Jenis
penyakit infeksi yang paling sering dialami adalah diare, kecacingan dan ISPA.
Secara teori, wanita yang mendapat cukup asupan tapi memiliki riwayat
menderita sakit pada akhirnya akan menderita gizi kurang. Demikian pula pada
wanita yang tidak memperoleh cukup makanan, maka daya tahan tubuhnya

akan melemah dan akan mudah terserang penyakit (Hamid, 2014).


Usia ibu
Usia merupakan faktor yang penting pada masa kehamilan dan persalinan.
Umur mempengaruhi kompetisi makanan antara janin dengan ibu. Ibu yang
berumur sangat muda akan memiliki resiko KEK yang lebih tinggi (Mahirawati,
2014).

Melahirkan

anak

pada

usia

ibu

yang

muda

atau

terlalu

tua

mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan


kesehatan ibu. Pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi
kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa
pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan.
Ibu hamil dengan usia antara 20-35 tahun akan lebih siap baik secara jasmani
maupun rohaninya untuk terjadinya kehamilan. Karena pada usia tersebut
keadaan gizi seorang ibu lebih baik bila dibandingkan pada usia kurang dari 20
-

tahun dan lebih dari 35 tahun (Surasih, 2006).


Faktor penyakit pencernaan (Anni, 2013).

Penyebab tidak langsung:


-

Pendidikan
Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi yang
positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga.
11

Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat
maka pengetahuan nutrisi dan praktik nutrisi bertambah baik (Surasih, 2006).
Ibu hamil berpendidikan tinggi juga banyak yang mengalami masalah KEK
karena ketidaktahuan dan kurangnya informasi tentang kesehatan dan gizi
yang memadai. Ibu hamil dengan pendidikan tamat SD ke bawah memiliki
risiko KEK lebih besar dibandingkan ibu yang berpendidikan tamat SMP ke atas.
Secara teori, tingkat pendidikan yang rendah memungkinkan rendahnya
-

pengetahuan gizi dan kesehatan (Mahirawati, 2014).


Beban Kerja/Aktivitas
Pada seorang ibu hamil kebutuhan zat gizi berbeda karena zat-zat gizi yang
dikonsumsi selain untuk aktivitas/kerja zat-zat gizi juga digunakan untuk
perkembangan janin yang ada dikandungan. Penambahan kebutuhan energi
rata-rata pada saat hamil dapat ditentukan sebesar 203 sampai 263 kkal/hari,
yang mengasumsikan pertambahan berat badan 10-12 kg dan tidak ada
perubahan

tingkat

kegiatan

(Surasih,

2006).

Ibu

hamil

yang

bekerja

mempunyai waktu lebih sedikit dalam menyiapkan makanan yang berpengaruh


pada jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga berpengaruh pada status gizi
ibu hamil (Mahirawati, 2014). Faktor aktivitas yang tinggi dapat menyebabkan
cepat stress, pola hidup dan pola makan yang tidak teratur sehingga tidak
-

mustahil dapat berisiko KEK (Hamid, 2010).


Pengetahuan ibu tentang gizi
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap
terhadap makanan dan praktek atau perilaku pengetahuan tentang gizi
melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga
seringkali

mempunyai

asosiasi

positif

dengan

pengembangan

pola-pola

konsumsi makanan dalam keluarga (Pratiwi, 2011). Tingkat pendidikan dapat


berpengaruh pada tingkat pengetahuan. Karena semakin meningkat tingkat
pendidikan seorang maka semakin tinggi pula pengetahuannya. Namun,
tingkat pengetahuan tidak hanya dipengaruhi tingkat pendidikan saja, dapat
dari berbagai hal seperti keterjangkauan fasilitas, status sosial ekonomi, dan
-

sosial budaya.
Pendapatan keluarga
Tinggi > Rp 850.000
Sedang Rp 450.000 sampai dengan Rp 850.000
Rendah < Rp 450.000 (BPS, 2008 dalam Muliawati, 2013).
Faktor Paritas (berapa kali seorang ibu telah melahirkan)
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup
atau vible (Mochtar, 1998 dalam Mahirawati,2014). Dikatakan baik = 2 kali,

buruk 3 kali (Baliwati, 2004 dalam Muliawati, 2004).


Tingkat ekonomi
Semakin tinggi tingkat pendapatan suami maka status gizi ibu hamil cenderung
lebih

baik

sehingga

lebih

kecil

kemungkinannya

untuk

berisiko

KEK
12

dibandingkan dengan ibu hamil yang berasal dari status social ekonomi
rendah.Selain
Pengeluaran

itu
yang

keterbatan
rendah

ekonomi

berarti

juga

tidak

diukur

menunjukkan

dari

pengeluaran.

ketidakmampuan

membeli bahan makanan yang berkualitas baik, sehingga mengganggu


-

pemenuhan gizi (Mahirawati, 2014).


Usia kehamilan
Seiring bertambahanya usia kehamilan, maka zat gizi yang butuh dipenuhi juga
meningkat. Jika, pola makan tidak menyesuaikan maka dapat terjadi KEK pada

ibu hamil (Mahirawati, 2014).


Sanitasi dan sarana kesehatan
Apabila sanitasi lingkungan terjaga dengan baik, maka kemungkinan timbulnya

penyakit infeksi dapat dikurangi (suhardjo,1999 dalam Harsini 2008).


Akses pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Di suatu wilayah yang tempat
pelayanan kesehatannya tidak pernah atau jarang melakukan skrining
terhadap wus yang menagalami KEK, wilayah tersebut lebih rentan terhadapa

banyaknya kejadian KEK pada ibu hamil (Surasih 2006).


Faktor riwayat penyakit infeksi sebelum hamil (Muliawati, 2013).
Berat badan pra-hamil <42 kg berisiko 4,148 kali KEK (Maria, 2010 dalam

Ariyani, 2012).
Jumlah anggota keluarga, variasi makanan, ketersediaan bahan makanan di

pasar (Nugrahini et al., 2014).


Budaya (Anni, 2013).
Penyebab tidak langsung KEK pada ibu hamil yaitu ketersediaan pangan
kurang, pelayanan kesehatan tidak terpenuhi secara kuantitas dan kualitas,
kualitas lingkungan dan perilaku hidup sehat yang rendah, pengasuhan yang

inadekuat. (Black, Robert E, dkk, 2008).


b. Apa dampak dr KEK pada bumil?
- Terhadap ibu: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara
normal, terkena penyakit infeksi, serta mengalami kesulitan dalam persalinan
(Najoan dan Manampiring, 2011). Produksi ASI berkurang dan bayi lahir
premature (Agustin dan Hermina, 2014). Perdarahan setelah persalinan dan
operasi cenderung meningkat (Sandjaja, 2009). Ibu hamil dengan risiko KEK
(LiLA

<23,5

cm)

kemungkinan

akan

mengalami

kesulitan

persalinan,

pendarahan, dan berpeluang melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir


Rendah (BBLR) yang akhirnya dapat menyebabkan kematian pada ibu atau
bayi (Ariyani, 2012). Ibu hamil KEK mmepunyai resiko kesakitan yang lebih
besar, terutama pada trimester ketiga kehamilan, akibatnya mempunyai resiko
lebih besar untuk melahirkan BBLR. Selain itu ibu hmail KEK yang telah melalui
masa persalinan dengan selamat, akan mengalami masa pasca salin yang sulit
karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan. Hal ini akan
mempengaruhi produksi ASI dan menurunkan kemampuan merawat anak serta
13

dirinya sendiri. (Depkes RI, 1995 dalam Farida, 2011). Salah satu dampak dari
-

kejadian KEK adalah terjadinya keguguran pada janin (Pratiwi, 2012).


Terhadap bayi: dapat mempengaruhi proses perkembangan janin. Kematian
terhadap janin, cacat bawaan, anemia pada bayi, lahir dengan berat badan
rendah (Najoan dan Manampiring, 2011). Bayi beresiko cerebral palpasy,
asfiksia janin atau gangguan oksigenasi, BBLR 5x lebih besar dari ibu yang
tidak KEK (Pratiwi, 2012). Janin akan kekurangan oksigen karena ibu hamil
mengalami kekurangan protein yang berfungsi untuk mengikat oksigen dalam
darah. Gangguan pertumbuhan janin karena adnya gangguan suplai makanan
dari ibu melalui plasenta (Surasih, 2006). Bayi lahir mati (kematian neonatal)
(Prawiroharjo, 2008 dalam Muliawati dan Lestari, 2013).

Sumber: Ariyani, Diny Eva. 2012.


3. Bagaimana prinsip, tahapan dan format pembuatan pohon masalah?
Prinsip:
- Statement masalah berupa kalimat negatif.
- One problem, one card.
- Masalah-masalah yang dicatat adalah masalah yang benar-benar terjadi di
masyarakat tersebut, bukan masalah yang dibayangkan atau diprediksikan di
-

kemudian hari.
Masalah yang dimasukkan haruslah masalah yang benar-benar penting.
Janganlah terpaku pada rincian yang terlalu dalam pada satu bagian Analisis

Permasalahan.
Setiap masalah harus ada solusi yang bisa diaplikasikan (no absence of

solution).
Menunjukkan hanya hubungan sebab-akibat yang utama dan langsung (as

direct as possible).
Participatory approach, penyusunan melibatkan stakeholder.
No non- existing problems, masalah harus berdasarkan evidence base .
14

Letak suatu masalah dalam diagram tidak menunjukkan penting dan tidak
pentingnya masalah tersebut, sehingga tidak ada suatu masalah yang lebih
penting dari masalah lainnya.

(GTZ, 1998; Delevic, 2011; MDF, 2005)


Tahapan:
Tahapan dalam

penyusunan

Pohon

Masalah menurut Asmoko (2013) dapat

dijelaskan sebagai berikut:


a. Langkah pertama dalam menyusun pohon masalah adalah
mengidentifikasi dan merumuskan masalah utama organisasi berdasarkan
hasil analisis atas informasi yang tersedia. Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk merumuskan masalah utama, misalnya dengan cara
diskusi, curah pendapat, dan lain-lain.
b. Langkah kedua adalah menganalisis akibat atau pengaruh adanya
masalah utama yang telah dirumuskan pada poin 1 di atas.
c. Langkah ketiga adalah menganalisis penyebab munculnya masalah
utama. Penyebab pada tahap ini kita namakan penyebab level pertama.
d. Langkah keempat adalah menganalisis lebih lanjut penyebab dari
penyebab level pertama. Penyebab dari munculnya penyebab level
pertama ini kita namakan penyebab level kedua.
e. Langkah kelima adalah menganalisis lebih lanjut penyebab dari munculnya
penyebab level kedua. Demikian seterusnya, analisis dapat dilakukan sampai
f.

dengan level kelima.


Langkah keenam adalah menyusun pohon masalah secara keseluruhan.

Tahapan membuat pohon masalah (Australian AID, 2003; ZOPP in Brief, 1998):
a. Mengidentifikasi dan membuat daftar dari masalah utama
- Tahap persiapan, menjelaskan tujuan dan konteks yang berhubungan
dengan project untuk memperbaiki kondisi kesehatan primer,
mempersiapkan partisipan yang berkontribusi di kelompok untuk
brainstorming, memberikan contoh sebab akibat yang berhubungan,
b.
c.

menekankan pentingnya mengidentifikasi penyebab masalah


Menggunakan negative statement pada saat menganalisis masalah
Indentifikasi masalah utama
Melakukan diskusi untuk mengidentifikasi masalah utama
Tulis pada kartu yang sudah disediakan, satu kartu dituliskan satu masalah
Tempel pada papan yang sudah disediakan supaya semua bisa melihat
Masalah yang ditulis adalah masalah yang dapat diselesaikan
Menggali permasalahan yang belum muncul
Klarifikasi masalah tersebut bila kurang tepat
Identifikasi hubungan sebab akibat dari masalah
15

Letakkan kartu-kartu masalah berdasarkan hubungan sebab akibat (akibat


diletakkan di atas dan sebab diletakkan di bawah) dan meletakkannya

berdasarkan penyebab langsung yang mempengaruhi


Tanyakan kembali kepada partisipan Apakah terdapat akibat lain dari

masalah tersebut?
Jika terdapat banyak akibat maka letakkan sejajar antara akibat yang satu

dengan yang lain


Diatas kartu masalah utama dapat diletakkan pula kartu yang berisi dampak

dari masalah tersebut (Comit, 1998)


d. Checking the logic (memeriksa apakah masalah wajar atau logis)
- Mengajak partisipan untuk memindah kartu
- Mengidentifikasi apakah penyebab tersebut merupakan benar-benar
-

mengakibatkan secara langsung masalah di atasnya


Klarifikasi atau review kembali menggunakan kata penghubung jika ....

(penyebab) maka .... (akibat)


e. Membuat draft dari diagram problem tree
- Garis vertikal untuk menunjukkan hubungan sebab akibat dan garis
horisontal untuk menunjukkan gabungan penyebab atau kombinasi akibat
f. Menyetujui problem tree
Tahapan membuat pohon masalah (ICRC, 2008):
Analisis pohon masalah biasanya dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus
atau Focus Group Discussion yang berisi 6-8 orang dengan menggunakan flip
chart atau kartu sebagai medianya.
1. Lakukan kegiatan brainstorming kepada partisipan untuk mengetahui
masalah apa yang dianggap sebagai prioritas oleh semua partisipan. Teknik
brainstorming bisa benar-benar terbuka atau lebih langsung mengarahkan
(berdasarkan analisis awal dari informasi pemilik kepentingan program)
2. Setelah terdapat daftar masalah yang teridentifikasi melalui brainstorming
yang sudah dituliskan dalam setiap kartu oleh partisipan, maka langkah
selanjutnya adalah mencari manakah dari permasalahan tersebut yang
merupakan masalah utama
3. Mencari masalah yang berkaitan dengan masalah utama (yaitu penyebab
dan akibat yang kemudian dapat ditimbulkan)
4. Mulai membangun hierarki sebab-akibat dengan cara:
a. Mengidentifikasi penyebab masalah utama dengan

menanyakan

kenapa? setelah alasannya jelas, baru boleh beranjak ke tahap


selanjutnya. Penyebab langsung yang menyebabkan masalah utama
diletakkan di bawah masalah utama.
b. Mengidentifikasi akibat dari masalah utama dengan menanyakan apa
yang terjadi kemudian apabila masalah tersebut terjadi?. Akibat
langsung dari masalah utama diletakkan di atas masalah utama.
16

Semua masalah lain kemudian diurutkan dengan cara yang sama. Jika ada 2
atau lebih penyebab yang menghasilkan suatu akibat, maka mereka harus
diletakkan pada level yang sama dalam diagram. Bangkitkan diskusi dan
pastikan bahwa semua partisipan berkontribusi dalam proses ini.
2. Hubungkan masalah-masalah tersebut dengan panah sebab-akibat yang
jelas
3. Tinjau diagram, periksa pohon masalah untuk memastikan bahwa setiap
masalah mengarah secara logis. Tanyakan pada diri sendiri ataupun pada
keompok diskusi:
apakah ada masalah penting yang belum disebutkan? jika demikian,
tentukan segera masalah tersebut dengan melibatkan semua partisipan
4. Salin diagram ke selembar kertas untuk dijadikan sebagai catatan atau
dengan cara mendokumentasikannya melalui foto
Ketika proses analisis masalah melibatkan partisipasi dari masyarakat lokal
maka hasil analisis menjadi lebih kaya akan informasi dan dapat mendorongg
setiap anggota populasi untuk melakukan diskusi bersama.
Tahapan pembuatan pohon masalah (Sumpeno, 2004):
1. Sebelum memulai analisis masalah, sepakati terlebih dahulu definisi dari
masalah agar tidak terjadi kerancuan dalam menetapkan gagasan yang
muncul dari hasil diskusi. Dengan demikian perlu penyamaan persepsi
anggota tim. Jika perlu, libatkan orang atau kelompok masyarakat yang
akan terkena dampak program (tentukan secara acak). Kelompok tersebut
terdiri

dari

orang

atau

organisasi

yang

memperoleh

manfaat

dari

pemecahan masalah (masyarakat) dan yang bertanggung jawab dalam


pengambilan kebijakan.
2. Galilah melalui brainstorming atau curah pendapat tentang masalahmasalah utama dengan menuliskan pernyataan negatif pada kartu-kartu
dan tempelkan di dinding.
3. Kelompokkan kartu-kartu yang mengandung masalah yang sama, kemudian
susun dalam bentuk pohon masalah, sehingga akan diketahui hubungan
sebab-akibat atau keterkaitannya.
4. Pilihlah satu kartu masalah yang akan dijadikan sebagai masalah inti (core).
Masalah inti harus berupa pernyataan yang bersifat umum dan universal,
artinya masalah yang muncul sebagai akibat keseluruhan masalah yang ada
dan terfokus pada masalah utama. Upayakan masalah inti tidak bersifat
sektoral atau bidang yang spesfik.
5. Telaah kembali masalah-masalah

atau

kondisi

negatif

lainnya

yang

menyebabkan masalah inti. Hubungan kausal yang terjadi diantara


variabel masalah menunjukkan hubungan atau terkait langsung (paling
17

dekat). Upayakan tidak ada variabel antara atau masalah antara, jika
ternyata masih ada, pisahkan menjadi masalah tersendiri.
6. Kemudian analisis kembali kondisi negatif atau masalah sebagai akibat
dari masalah inti. Jika masih dianggap belum terungkap dapat ditambahkan
dengan tetap memperhatikan keterkaitan dengan masalah inti dan masalah
lainnya yang paling dekat.
7. Tunjukkan semua hubungan sebab akibat dari setiap kondisi negatif atau
masalah dengan garis vertikal.
8. Periksalah kembali pohon masalah tersebut secara menyeluruh untuk
melihat kesimpulan dari analisis yang dilakukan.
Format:
Terdapat dua model dalam membuat pohon masalah (Asmoko, 2012). Model
pertama, pohon masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah utama pada
sebelah kiri dari gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya persoalan tersebut
ditempatkan pada sebelah kanannya (arah alur proses dari kiri ke kanan). Format
penyusunan pohon masalah Model Pertama ini dapat digambarkan pada Gambar 1
berikut ini:
Gambar:

Model kedua, pohon masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah utama
pada titik sentral atau di tengah gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya
persoalan tersebut ditempatkan di bagian bawahnya (alur ke bawah) dan akibat
dari masalah utama ditempatkan di bagian atasnya (alur ke atas).
Gambar:

18

Sumber: GTZ, 1998


4. a. Apa faktor yang dipertimbangkan untuk memilih intervensi?
Faktor yang dipertimbangkan untuk memilih intervensi, antara lain:
- Kebutuhan sarana proyek (anggaran, personil dll).
- Jangka waktu pelayanan proyek yang tersedia.
- Peluang keberhasilan capaian tujuan.
- Apakah proek tersebut dapat memberikan sumbangan/manfaat bagi usaha-

usaha lain.
Kemungkinan keberlanjutan perkembangan kegiatan dan dampak proyek

setelah berakhir (GTZ, 1998).


Keuntungan untuk kelompok sasaran.
Dampak lingkungan.
Keadaan ekonomi dan finansial pelaksana project.

(GTZ, 1998; EPU, 2010)


1) Prioritas beneficiaries (kelompok target)
2) Pengalaman tim peneliti
3) Durasi intervensi
4) Urgency
5) Dampak positif dan negatif
6) Kontribusi terhadap goal
7) Sustainability (keberlanjutan)
8) Sumber dana dan ketetapannya
9) Sesuai dengan peraturan pemerintah
10) Sumber daya manusia
11) Budget
(MDF, 2003)
Dapat dikategorikan menajdi 4 kategori:
1) Seberapa penting isu ini? Poin ini mencakup beberapa pertanyaan
berupa apakah perubahan mungkin terjadi di tempat ini? Seberapa
besar populasi yang dapat dipengaruhi?
2) Bagaimana biaya yang dikeluarkan?
19

3) Apakah kebijakan ini mempengaruhi: akses, persepsi jangka pendek,


kredibilitas jangka panjang, efisiensi, kesamaan, karyawan, kualitas
pelayanan.
4) Apakah kebijakan ini membutuhkan keterlibatan pihak lain?
(Thuhurst dan Barker, 1999).
b. Bagaimana tahapan analisa alternatif usulan intervensi ?
- Menentukan tujuan mana yang ingin dicapai sebagai dampak utama.
- Menelaah beberapa alternatif ragkaian tujuan.
- Menilai masing-masing alternatif apakah layak digunakan. Penilaian
-

diselesaikan secara urut dari strategi 1 ke strategi 2.


Kemudian menjumlahkan, hasil penjumlahan yang paling tinggu yang dipilih

menjadi strategi terpilih.


Pilih salah satu alternatif.

(GTZ, 1998; ZOOP 2012)


Terlebih dahulu melakukan analisis tujuan yang outputnya berupa pohon tujuan/
obejctive tree. Tahapan melakukan analisis tujuan adalah sebagai berikut:
-

Mulailah dengan menganalisis permasalahan dan kemudian gantilah semua

pernyataan negatif (masalah) menjadi pertanyaan keadaan positif (tujuan)


Telitilah semua tujuan dan hubungannya agar masuk akal dan layak serta

sesuaikanlah apabila diperlukan.


Bentuklah suatu diagram; untuk itu, tunjukkan dengan tanda panah semua

hubungan Tindakan - Hasil yang utama dan langsung.


Menghilangkan tujuan yang jelas tidak diinginkan atau tidak dapat dicapai

Periksalah diagram secara keselu-ruhan dan kemudian pertajamlah untuk


menjamin keabsahan dan kesempurnaan Analisis Tujuan (GTZ, 1998).
Kriteria kriteria dalam analisis alternative sebenarnya susunannya tidaklah
paten, namun dapat ditambah atau bahkan tidak menggunakan criteria yang
umum, karena criteria ini disesuaikan dengan kondisi tim dan kondisi di
masyarakat.
Yang perlu diperhatikan dalam analisis tujuan:
-

Analisis Tujuan bukanlah suatu hal yang boleh dikerjakan secara dangkal.
Analisis Tujuan di-harapkan ebih tajam, absah dan sempurna di-

banding Analisis Permasalahan.


Struktur Analisis Tujuan mungkin berbeda de-ngan struktur Analisis
Permasalahan:
- pernyataan-pernyataan terdahulu mungkin per-lu dihapus atau
dirumuskan kembali,

20

tujuan-tujuan

baru

mungkin

perlu

ditambah

apabila

hal

ini

bersangkut-paut dan penting untuk tujuan tertentu di dalam Analisis


Tujuan.
(GTZ GmbH Jerman, 2003)
Format analysis objective:

(Delevic, 2011)
c. Bagaimana format untuk menganalisa alternatif usulan intervensi?

Cara mengisi skor analisis alternatif usulan intervensi adalah dari tabel paling
kiri ke arah tabel paling kanan atau secara horizontal. Misalnya yang dinilai
aalah feasibility maka menilai semua feasibility dari berbagai alternatif, setelah
itu
1.
2.
3.

baru dilanjutkan menilai kriteria lain (Ramboll, 2005)


Penilaian menggunakan skor
Skor biasanya skala ganjil (Contoh 1-5)
Kriteria tergantung pada kepentingan dan tim perencana (tidak ada kriteria

khusus)
4. Strategi dipilih berdasarkan dari skor, untuk skor yang palin besar maka
menjadi strategi terpilih
(Sumpeno, 2004)

21

5. a.

Siapa saja pihak yang terkait dalam perencanaan intervensi serta

bagaimana tahapan dan format untuk menganalisa partisipasi pihak


yang terlibat dlm kasus tersebut?
Pihak yang terkait:
Pihak yang terkait dalam perencanaan Intervensi ibu hamil KEK :
1. Keluarga dan Lingkungan
a. Suami dan keluarga lainnya memberi dukungan moril dan materiil selama
proses kehamilan,persalinan dan menyusui
b. Lingkungan sekitar (tetangga, teman dekat, dan lainnya) memberikan
bantuan dan perhatian khususnya pada ibu hamil risiko tinggi
2. Kader dan PKK di posyandu
a. Memberikan penyulihan/motivasi kepada ibu hamil agar rutin melakukan
pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan
b. Membantu pemantaun pemberian tablet tambah darah
c. Membantu bidan desa dalam mendistribusikan dan monitoring pemerian
PMT ibu hamil
3. Bidan desa dan Bidan Praktek Mandiri
a. Melakukan penapisan ibu hamil KEK melalui pelayanan Antenatal terpadu
b. Memberikan edukasi pola makan atau merujuk ke Puskesmas untuk
c.

mendapat konseling gizi oleh tenaga gizi


Melakukan pmbinaan dan pemantauan pada ibu hamil KEK pasca

pemulihan kesehatan
4. Bidan Koordinator
a. Melakukan pmantauan wilayah setempat
b. Melakukan monitoring bidan desa dalam pelaksanaan pemberian PMT ibu
c.
5.
a.
b.

hamil KEK
Melakukan rekapitulasi data semua ibu hamil termasuk ibu hamil KEK
Pengelola KIA di Puskesmas
Melakuakn penapisan ibu hamil KEK dengan pengukuran LILA
Melakukan tindakan, moitoe=ring dan evaluasi serta tindak lanjut terhadap

ibu hamil KEK sesuai dengan kondisi


c. Melakukan rekapitulasi pencatatn dan pelaporan
6. Tenaga gizi di Puskesmas
a. Menerima data dan mengolah data ibu hamil KEK dari pengelola Program
b.
c.
7.
a.

KIA Puskesmas
Melakukan prencanaan pemberian PMT
Melakukan pemantauan dan evaluasi
Kepala Puskesmas
Melakukan perencanaa, plaksanaan dan pengawasan kegiatan

penanggulangan ibu hamil KEK


b. Bertanggung jawab terhadap berlangsungnya kegiatan penanggulangan
ibu hamil KEK
c. Melaporkan hasil kegiatan penanggulanagan ibu hamil KEK kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
8. Tim Asuhan Gizi rumah Sakitndan Puskesmas (Dokter, Ahli Gizi,Perawat)
a. Melakukan asuhan gizi sesuai PAGT
b. Melakukan rujukan balik pasien ibu hamil KEK yang telah pulih/sembuh ke
Puskesmas yang merujuknya
c. Melakukan pemantauna dan evaluasi
22

9. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


a. Melakukan advokasi kepada pemangku kebijakan
b. Merencanakan anggaran kegiatan penanggulangan ibu hamil KEK
c. Melakukan koordinasi lintas pogram, lintas sektor, dan pihak-pihak tekait
penanggulangan ibu hamil KEK
10.Dinas Kesehatan Provinsi
a. Melakukan advokasi kepada pemangku kebijakn
b. Merencanakan anggaran kegiatan penanggulangan ibu hamil KEK
c. Melakukan pemantauan dan evaluasi serta pengendalian kegiatan
penanggulangan ibu hamil KEK
d. Melakukan pembinaan dan pembuatan kebijakan terhadap kegiatan
penanggulangan ibu hamil KEK
(Wirjatmadi, 2015)
Pihak yang terlibat dapat diidentifikasi menurut berbagai kriteria sebagai berikut:
-

Karakteristiknya
o Status sosial (posisi dalam struktur sosial)
o Identitas (citra mereka dalam suatu sistem masyarakat)
o Proyek (tujuan mereka sebagaimana ditentukan oleh keadaan dan
o

sumber daya yang tersedia)


Kekuatan mereka untuk mempengaruhi pemangku kepentingan

lainnya
Fungsi dan perannya dalam sistem sosial yang dipertimbangkan
Kepentingan mereka terhadap program tersebut
Isu-isu yang dipertaruhkan bagi mereka yang muncul dari peristiwa tertentu
dan terutama dari aksi kemanusiaan (ICRC, 2008).

Pihak yang terkait:


Beneficiaries/Penerima

Manfaat:

yaitu

orang-orang

yang

mendapatkan

keuntungan dengan cara apapun dari pelaksanaan proyek. Beneficiaries


dibedakan menjadi 2 yaitu
-

(a) Kelompok sasaran : Kelompok yang langsung dipengaruhi secara positif


oleh proyek di tingkat project purpose.Yang masuk dalam kelompok ini

mungkin dari staff dari partner organisasi;


(b) Final Beneficiaries/penerima manfaat Akhir: Mereka yang mendapatkan
keuntungan

dari

proyek

tersebut

dalam

jangka

panjang

di

tingkat

masyarakat atau sektor yang besar,


(Delevic,2011)

Tahapan:
1) Menuliskan semua lembaga, kelompok, atau orang yang berkepentingan
atau berkaitan dengan projek.
2) Mengelompokkan pihak-pihak tersebut menjadi kategori seperti:
beneficiaris, target, actor, dll.
23

3) Menyebutkan ciri/usaha (untuk kelompok per orang) atau tugas/fungsi


(untuk lebaga).
4) Menelaah untuk setiap pihak: kepentingan/prioritas, potensi,
kemampuan, kelemahan yang dimiliki/hambatan yang dialami.
5) Menelaah konsekuensi dan implikasi dari kegiatan dan risiko proyek.
Partisipan

Kategori

Karakterist

Interes

Potensial

Implikasi

ik
(GTZ, 1998).
Format tabel Participation Analysis:
Intere
st,
Person/G
rup

Categorized

Characteri

Motive

stic

,
Attitu

Potential
(Strength/We
akness)

Implicati
on for
the
Project

Pihak-

Peran dari

Karakteristi

de
Perilak

Kekuatan dan

Keterlibat

pihak

pelaku yang

k dan sifat

u,

kelemahan dari

an peaku

yang

terlibat.
Subjek dapat

dari pelaku.

motiva

masing-masing

dalam

si, dan

pelaku terkait

memudah

keterta

pelaksanaan

kan

rikan

kegiatan.

proses

terlibat

berupa:

dalam
melakuka

beneficiaries/
target group,

n
kegiatan.

implementer
s, decision
makers,

dari

dan

pelaku

tujuan

terkait

kegiatan.

masala

financiers

h yang
diteliti.

b. Bagaimana cara pendekatan yang baik kepada pihak yang terkait


tersebut?
Menurut Budi (2011)
- Information: memberikan informasi apa yang telah kita rencanakan
- Consultation: menawarkan beberapa pilihan dan mendengarkan keluhan,
-

feedback dll.
Deciding together:

pengambilan keputusan
Acting together: kerjasama lintas sektoral
Supporting independent community interest: menggalang dukungan dari

ikut

terlibat

dalam

musyawarah

masyarakat,

masyarakat local dan pemerintah


24

Initiation and process: membuat kesepakatan antara provider dan tim.


Seringkali tim gagal mewujudkan janji-janji, untuk itu harus dibuat

kesepakatan atas konsekuensi yang jelas sejak awal


Control: pengawasan kerja tim oleh ketua, warga oleh kepala desa misalnya
Power and purpose: memberikan pelatihan kader agar memiliki

keterampilan dan kekuatan untuk mencapai tujuan bersama


Role of the practitioner: perann aktif praktisi kesehatan,

menunjukkan kesungguhan progam


Confidence and capacity: mengembangkan rasa percaya diri masyarakat

bahwa mereka bisa menangani masalah bersama-sama


Pendekatan yang dilakukan menekankan pada kegiatan kelompok sebagai

auntuk

pusat proses dalam memutuskan suatu keputusan atau dengan berdiskusi


-

(Sunarti, 2012)
Memperhatikan kepercayaan terhadap budaya tertentu (Yulianti, 2012)
Mengenal dan mempelajari dengan baik kondisi wilayah baik masyarakat,

budaya maupun keberadaan kelompok di dalamnya


Lebih banyak berinteraksi social dengan masyarakat sekitar responden

untuk mengenal lebih dekat


Menjelaskan tujuan kedatangan ke wilayah itu untuk apa dan mejelasakan

6. a.

gambarn umum kepada masyarakat (Sumpeno, 2011)


Apa saja indikator untuk monev yang sesuai dengan skenario?

Kegiatan
- Perlindungan terhadap

Indikator
% cakupan suplementasi besi folat

kekurangan zat besi, asam folat,

% cakupan suplemen ibu dengan zat

dan kekurangan energi dan

gizi mikro

protein kronis.

% ibu hamil mengkonsumsi energi 70%

Perlindungan terhadap

AKG
% cakupan ibu hamil mengkonsumsi

kekurangan iodium
Perlindungan bumil terhadap

garam beriodium
% cakupan ibu hamil mendapat

malaria
pengobatan malaria
(Pedomanan Perencanaan Program, 2013)
Tujuan monitoring evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan
kemajuan status gizi ibu hamil KEK. Indikator monev meliputi kenaikan BB,
perbaikan nilai laboratorium, perbaikan tanda klinis, dan asupan makan termasuk
PMT.
Contoh :

< 80%

Asupan makanan
>80%

Penambahan BB
> 1 kg/bl (TM1)
<1kg/bl (TM1) dan
dan > 2kg/bl (TM

< 2 kg/bl (TM 2&3)

2&3)
25

Kunjungan ulang

Kunjungan ulang

Teruskan edukasi

dalam 2 minggu

dalam 1 bulan

konseling dan PMT

dengan

dengan

melakukan

melakukan

pangkajian ulang

pengkajian ulang

meliputi BB dan

meliputi BB dan

asupan

asupan

Kaji ulang

asupan gizi
Tambahan

istirahat
Atur
kembali
perubahan
BB

(Wirjatmadi, 2015)
Indikator ditentukan berdasarkan : Siapa sasarannya?, Berapa banyak?, Sebaik
apa?, Kapan?, dimana tempatnya? (GTZ, 1998)
Contoh : ibu hamil yang berisiko KEK di wilayah Kota X menurun 15% ditahun 2015
selama 6 bulan
Pemilihan indikator: spesifik, measurable, attainable, relevant, time bound (GTZ,
1998; Aus Guide, 2003)
b. Bagaimana proses monev intervensi dengan menggunakan indikator
yang dipilih tersebut? (Tabel PPM/ Project Planning Matrix)
Tahapan:
Step 1 : Vertical Logic 1 Mengidentifikasi obyektif dan Aktifitas
a.

Proyek terpilih berdasarkan analisis alternatif objective tree dituliskan dalam


tabel, tujuan-tujuan tersebut diletakkan pada kolom pertama pada PPM

(Project Planning Matrix)


b. Mulai menuliskan dari atas ke bawah (goal-project purpose-result-activities)
c.

hanya ada satu goal dan satu project purpose


Pada kolom output dituliskan tujuan-tujuan yang harus dapat dicapai

(achievable)untuk kemudian tercapai project purpose dan goal


d. Kolom activities (input) adalah aktifitas yang harus dilakukan untuk mencapai
output-input yang ditulis adalah yang benar-benar dibutuhkan untuk mencapai
e.

output
Input dan output dalam nomor yang berkaitan dan berurutan. Urutan nomor

f.

dapat menunjukkan prioritas yang harus dikerjakan


Seluruh narrative summary (tujuan) memenuhi means-end relationship
(hubungan sebab akibat yang berkaitan dengan tujuan akhir)

Step 2 : Vertical Logic 2 Penggunaan logika If Then Logic dengan


asumsi
a.

Menuliskan asumsi. Asumsi adalah hal-hal diluar proyek yang tidak dapat
dikontrol, tetapi berpengaruh terhadap proyek. Asumsi dituliskan dalam
kalimat positif
26

b. Asumsi digunakan untuk mencapai tujuan yang diatasnya, sehingga harus


memenuhi hubungan logika jika-maka
Step 3 : Horizontal Logic 1- Mengidentifikasikan indikator
a.

Menuliskan indikator yang terdiri atas kuantitas, kualitas, waktu, lokasi , dan
sasaran. Indikasi harus plausible (mengukur apa yang penting dari tujuan).
Independent (dapat mengukur perubahan)dan objectively verifiable (akurat
dan presisi)

Step 4: Horizontal Logic Mengidentifikasi Means of Verification


a.

Means of Verification yaitu sumber informasi untuk memverifikasi indikator.


Terdiri atas deskripsi informasi apa yang harus ada, dalam bentuk apa, apa
yang dibutuhkan dan oleh siapa.

Step 5 : Mengecek hubungan sebab akibat


a.

Mengecek hubungan logika (sebab-akibat) antara kolom dan baris (vertical dan
horizontal logic) dalam PPM, sudah logis atau belum melalui pertanyaan :
Apakah tujuan sudah jelas ?
Apakah hasil yang diharapkan dapat diklarifikasikan dengan indikator yang
realistik ?
Apakah ada sumber data yang sesuai untuk mem-verifikasi-kan status
indikator

(Franz dan Schall, 2003)


Tahapan pembuatan PPM:
- Merumuskan tujuan-tujuan dari kegiatan proyek
- Menyusun asumsi-asumsi penting
- Menentukan indicator yang digunakan untuk bukti
- Menelaah sarana proyek yang diperlukan
(metode ZOOP)
Tabel PPM berisi 7 hal, yaitu:
1. Maksud atau tujuan dari proyek
2. Hasil dan pencapaian proyek
3. Kegiatan kegiatan yang dilakukan selama proyek berjalan
4. Asumsi penting (Faktor dari luar yang berpengaruh langsung thd proyek
5. Indikator objektif (keberhasilan proyek)
6. Sumber pembuktian ( sumber data yang diperoleh untuk menilai
keberhasilan)
7. Sarana dan biaya proyek
(Comit, 1998)

27

Tujuan dan

OVI

MOV

Asumsi

Kegiatan Projek
Goal
Project Purpose
Result
Activity

Berisi biaya yang

Catatan biaya

dibutuhkan dari
aktivitas-aktivitas
yang dilakukan
(GTZ, 1998)
Penjelasan tabel PPM:
- project description terdiri dari 4 baris yaitu
goal = tujuan jangka panjang atau tujuan akhir yang ingin kita capai
outcome/project purpose = tujuan jangka menengah berkontribusi dan
berkontribusi dalam pencapaian goal
output/result = tujuan jangka pendek setelah dilakukan intervensi/ saat
itu juga , hal yang dapat diukur langsung,

berkontribusi dalam

pencapaian project purpose


activitiy = tindakan yang harus dilakukan dan dikelola untuk mencapai
-

output.
Assumption adalah factor yang akan mempengaruhi keberhasilan tujuan
namun tidak bias dikendalikan (pemilik proyek tidak bias mengendalikan)
contoh kemarau panjang sangat mempengaruhi penurunan prevalensi

diare (Aus AID,2003).


Indikator-Indikator proyek

pembuktian objektif (Means of Verification)


Menerangkan tujuan, hasil, kegiatan selama proyek, asumsi penting (faktor

disebut

juga

OVI

dan

Sumber-sumber

dari luar yang berpengaruh langsung), indicator keberhasilan, sumber


pembuktian (yang diperoleh utk menentukan keberhasilan), saran dan
biaya.
28

7. Apa program yang sudah dilakukan oleh pemerintah sampai saat ini
untuk menanggulangi masalah KEK pada bumil?
- Pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan adalah makanan yang
diperuntukan bagi ibu hamil sebagai makanan tambahan untuk pemulihan

gizi
Kekurangan:
waktu yang pendek antara selesai program PMT-P dengan penentuan
status ibu sehingga asupan makan belum memberikan perbaikan gizi yang

signifikan
program PMT-P belum memberikan hasil yang sesuai harapan, ditandai
dengan sedikitnya jumlah ibu hamil KEK yang mengalami perubahan

status gizi menjadi normal


pendidikan gizi yaitu penyuluhan kepada ibu hamil yang rentan mengalami

KEK guna menambah pengetahuan tentang gizi


kekurangan:
keterbatasan tenaga kesehatan dalam menyampaikan materi
kurangnya kesadaran subjek untuk berperilaku baik setelah mendapat

edukasi
tablet besi untuk ibu hamil
kekurangan:
tidak mampu memenuhi kebutuhan Fe ibu hamil
persebaran yang kurang merata
tidak dikonsumsi dengan baik oleh ibu hamil
(Kemenkes RI, 2012; Nugrahini dkk, 2012; Pedoman Perencanaan Program)

Program yang sudah dilakukan pemerintah adalah:


1. Pemberian makanan tambahan pemulihan pada ibu hamil yang KEK
2.
3.
4.
5.
6.

dengan kegiatan seperti di bawah ini:


Pengadaan PMT bumil pada APBN sesuai target
Pengadaan PMT bumil APBD di daerah mampu
Supervisi terstruktur dan berkala
Distribusi PMT ke smua pelayanan kesehatan (RS/ RS ibu dan anak)
KIE (Komunikasi,Informasi dan Edukasi) bagi ibu hamil KEK untuk

mengkonsumsi PMT dan gizi seimban


7. Pemberian PMT 90 hari
8. Pengembangan PMT bumil berbahan local pabrikan
9. Pembakuan standar PMT bahan local pabrikan bumil KEK
(Kemenkes RI, 2013)
Program yang sudah dilakukan oleh pemerintah antara lain:
a. PMT
Kelebihan: harga relatif murah, dapat meningkatkan status gizi ibu hamil,
dapat prevalensi KEK ibu hamil.
b. ANC
Merupakan pelayanan antenantal komprehensif dan berkualitas yang
diberikan kepada semua ibu hamil
Kelebihan:

29

Layanan berkualitas sehingga ibu hamil mampu menjalani kehamilan

dengan sehat
Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit yang diderita ibu hamil

Kekurangan:
-

Tingkat kepatuhan ibu mempengaruhi rutin/tidaknya kunjungan ibu

hamil untuk memeriksakan kandungan / mengikuti program ANC


(Kemenkes RI, 2010)
Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan:
a. Intervensi Gizi Spesifik
1. Suplementasi besi folat
2. PMT pada ibu hamil KEK
3. Penanggulangan kecacingan pada ibu hamil
4. Pemberian kelambu berinsektisida dan pengobatan bagi ibu hamil yang
postif malaria
b. Intervensi Sensitif
1. Penyediaan air bersih dan sanitasi
2. Ketahanan Pangan dan gizi
3. Keluarga Berencana
4. Jaminan Kesehatan Masyarakat
5. Jaminan Persalinan Dasar
6. Fortifikasi Pangan
7. Pendidikan gizi masyarakat
8. Intervensi untuk remaja putri
9. Pengentasan Kemiskinan
Khusus untuk menangani kekurangan energi dan protein kronis belum ada
program yang teratur dan berkesinambungan, kecuali pemberian makanan
tambahan (Kemenkes RI, 2013).

30

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


A. KESIMPULAN
Menurut prevalensi yang ada di scenario (21,6%) KEK pada ibu hamil
dikatakan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang sedang. Indikator yang
digunakan pada ibu hamil adalah LiLA, karena metode IMT tidak dapat dilakukan.
LiLA terutama bermanfaat untuk mengetahui risiko KEK pada awal kehamilan
karena berat badan prahamil tidak diketahui. Di Indonesia, para ibu tidak biasa
menimbang berat badan sebelum hamil sehingga penggunaan LiLA sebagai
indikator risiko KEK menjadi sangat penting (Ariyani, 2012). Ibu hamil dengan
prevalensi KEK sebesar 21,6%

merupakan masalah yang 1,5 kali lebih tinggi

dibandingkan risiko KEK pada wanita usia subur (Nugrahini et al., 2014).
Kondisi KEK pada ibu hamil disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
penyebab langsung dan tidak langsung. Beberapa penyebab langsung diantaranya
kekurangan asupan energi, pola makan ibu dilihat dari segi kualitas yang masih
kurang, adanya penyakit infeksi, dan usia ibu pada saat hamil. Sedangkan
penyebab tidak langsung diantaranya pendidikan, beban kerja/aktivitas ibu,
pengetahuan tentang gizi, tingkat ekonomi, paritas atau berapa kali ibu sudah
melahirkan dan anak yang hidup, jumlah pendapata, hygiene dan sanitasi, akses

31

pelayanan kesehatan, tingkat ekonomi keluarga, usia kehamilan, riwayat penyakit


infeksi sebelum hamil.
Dengan adanya masalah KEK pada ibu hamil dapat memberikan dampak
yang buruk terhadap ibu dan janin itu sendiri, sebagaimana ibu dapat mengalami
pendarahan dan beresiko terhadap kematian ibu, tidak mengalami kenaikan berat
badan saat kehamilan, dan mengalami kesulitan saat persalinan. Sedangkan pada
bayi sendiri bisa mengalami berat badan lahir rendah, cacat bawaan, kematian
saat dilahirkan dan juga anemia pada bayi.
Dari masalah diatas diharapkan ahli gizi dapat mengintervensi dengan tepat
penyebab masalah gizi tersebut dengan mengacu pada pohon masalah ,
menganalisa alternatif usulan intervensi dengan memperhatikan beberapa faktor
diantaranya kebutuhan sarana proyek (anggaran, personil dll).Jangka waktu
pelayanan proyek yang tersedia.Peluang keberhasilan capaian tujuan.Apakah
proek

tersebut

dapat

memberikan

sumbangan/manfaat

bagi

usaha-usaha

lain.Kemungkinan keberlanjutan perkembangan kegiatan dan dampak proyek


setelah berakhir (GTZ, 1998).Keuntungan untuk kelompok sasaran.Dampak
lingkungan.Keadaan ekonomi dan finansial pelaksana project. Dan melibatkan
pihak-pihak tekait seperti keluarga dan suami, kader, bidan desa, kepala
puskesmas dan tenaga kesehatan yang ada di puskesmas. Serta melakukan
monitoring dan evaluasi mengggunakan project planning matriks (PPM) dan
indikator yang sesuai.
Beberapa program yang sudah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi
masalah KEK pada ibu hamil diantaranya program pemberian makanan tambahan
pemulihan, pendidikan gizi, dan pemberian tablet Fe untuk ibu hamil. Khusus
untuk menangani kekurangan energi dan protein kronis belum ada program yang
teratur dan berkesinambungan, kecuali pemberian makanan tambahan (Kemenkes
RI, 2013).
B. REKOMENDASI
Skenario Komunitas pada week 10 kali ini mudah dipahami dan sederhana
dalam struktur kalimatnya tapi kalimat yang sederhana ini mengandung banyak
tantangan untuk kita agar dapat menggali dan memecahkan masalah apa yang
sebenarnya yang ada dalam skenario dan menentukan intervensi yang tepat
berdasarkan masalah skenario. Kita juga mudah dalam menangkap apa yang
dimaksudkan dalam skenario tersebut. Namun kelemahan yang ada pada kita
yakni kesulitan saat melakukan brainstorming terkait pertanyaan PHI KEK pada ibu
hamil. Skenario yang diberikan cukup jelas namun diperlukan kreativitas
mahasiswa yang lebih peka dalam mencari masalah dari sebuah topik yang telah
32

disuguhkan untuk menggali informasi yang lebih detail. Dalam skenario ini, katakata yang dicantumkan terlalu sederhana akan tetapi hasil luaran yang diharapkan
banyak.

REFERENSI DAN DAFTAR PUSTAKA


Mahirawati, Vita K. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kekurangan Energi
Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di Kecamatan Kamoning dan Tambelangan,
Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI : Jakarta.
Surasih, Halym. 2006. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keadaan Kurang Energi
Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2005. Fakultas Ilmu
Kelolahragaan Universitas Negeri Semarang.
ICRC. 2008. Programme/project management: The results-based approach
Comit, 1998. ZOPP; An Introduction to theMethod. Berlin.
Deutsche Gesselchaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH. 1998. ZOPP In Brief,
ZOPP an Introduction to the Method , ZOPP Flipcharts. Eschborn: Jerman.
33

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Kerangka Kebijakan; Gerakan Nasional


Perubahan Perbaikan Energi Kronis pada Seribu Hari Kehidupan (Gerakan 1000
HPK). Direktorat Jenderal Bina Gizi Masyarakat.
Sandjaja, 2009. Resiko Kurang energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di Indonesia.
Nugrahini, Evi Yunita, Effendi, Jusuf, Herawati, Dewi MD. 2014. Asupan Energi dan Protein
Setelah Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Ibu Hamil Kurang
Energi Kronik di Puskesmas Kota Surabaya. Program Studi Magister Kebidanan: FK
Unpad.
Ramboll. 2005. Logical Framework Approach Project Planning: Preparing and
Documenting a Project. Department Water Affairs and Forestry: Republic of South
Africa.
Sunarti, Euis. 2012. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Masyarakat.
Yulianti, Yuni. 2012. Analisis Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kota Solok. Program
Pasca Sarjana Universitas Andalas: Padang.
Agni Hadi Pratiwi, 2012. Pengaruh kekurangan Energi Kronis (KEK) dan Anemia saat
Kehamilan terhadap Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Nilai APGAR.
Asmoko, H., 2012. Memahami Analisis Pohon Masalah. , pp.19.
First Nation Centre. 2007. Understanding Health Indicators. Ottawa: National Aboriginal
Health Organization.
Muliawati, Siti dan Tri Lestari. 2013. Faktor Penyebab Ibu Hamil Kurang Energi Kronis di
Puskesmas Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun 2012. Jurnal Ilmiah
Rekam Medis dan Informatika Kesehatan, III (3): 66-76.
Thunhurst, Colin dan Carol Barker. 1999. Using Problem Structuring Methods in Strategic
Planning. Health Policy and Planning, 14 (2): 127-134.
Australian Government. 2003.

Handbook: AusGUIDEline The Logical Framework

Approach. Commonweath of Australia.


Delevic, Milica. 2011. Guide to The Logical Framework Approach. Government of The
Republic of Serbia.
Sumpeno, Wahyudin. 2011. Perencanaan Desa Terpadu. Read Reinforcement Action and
Development.
Anonim. 2012. Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan
bagi Balita Gizi Kurang dan Ibu Hamil KEK (Bantuan Operasional Kesehatan).
Kemenkes RI.

34

Anni, Noor; Veni Hadju; Yustini. 2013. Gambaran Pola Makan dan Stratus KEK Ibu Hamil di
Pesisir Tallo Kota Makasar. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanudin.
MDF. 2005. MDF Tool: Problem Tree Analysis.
http://www.toolkitsportdevelopment.org/html/resources/ 91/910EE48E-350A-47FB953B-374221B375CE/03%20Problem%20tree%20analysis.pdf.
Najoan, Johanis A. dan Aaltje E. Manampiring. 2011. Laporan Penelitian: Hubungan
Tingkat Sosial Ekonomi dengan Kurang Energy Kronis pada Ibu Hmil di Kelurahan
Kombos Barat Kecamatan Singkil Kota Manado. Universitas Sam Ratulangi.
Hamid, Fauziah, A. Razak Thaha, dan Abdul Salam. 2014. Analisis Faktor Risiko
Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Wanita Prakonsepsi di Kota Makassar. Gizi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Ariyani, Diny Eva, Endang L. Achadi, dan Anies Irawati. 2012. Validitas Lingkar Lengan
Atas Mendeteksi Risiko Kekurangan Energi Kronis pada Wanita Indonesia. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 2, September 2012
Washington State Department of Health. 2009. Local Public Health Indicators
Presentation. http://www.doh.wa.gov/portals/1/documents/1200/phipresentation.pdf.
Black, Robert E dkk. 2008. Maternal and Child Undernutrition : Global and Regional
Exposures and Health Consequence. USA: John Hopkins Bloomberg School of Public
Health.
Franz, Johannez von dan Nikolaus Schall. 2003. Practitioners Guide: Planning Using the
Project Planning Matrix (PPM).
GTZ, 2003. MethodFinders Practitioners Guide: Objective Analysis Guidance Manual:
Switzerland.
Hidayati, Farida. 2011. Hubungan antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi dan Pantang
Makanan terhadap Resiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas
Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.
Wirjatmadi, B. 2015. Pedoman Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis
(KEK)
Silverman, Steven N. dan Lori L. Silverman.1994. Using Total Quality Tools for Marketing
Research: A Qualitative Approach for Collecting, Organizing, and Analyzing
Verbal Response Data.
35

Kemenkes RI, .2010. Pedoman ANC Terpadu. Jakarta.

TIM PENYUSUN

KETUA

: Evi Nurheldawati 135070301111056


36

A.
B. SEKRETARIS

:
1. Ken Dwiba A.
2. Nurul Kamila Az-

135070301111054
135070301111053

Zahra
C. ANGGOTA

:
Maulidya Rachmawati
Annisa Awwalin M.
Renindyo Apridhianti
Novita Dwi Ningrum
Diah Ayu Fitriana

135070301111024
135070301111057
135070301111022
135070301111058
135070301111059

Rania Fadiyah G.

135070301111021

Shafiyyah Maimunah
Maulidya Rachmawati
Margareta Fitria Sari
Endah Muspita

135070301111023
135070301111024
135070301111055
135070301111026

Ekawati

135070301111027

Firda
Muslikah Pebtriani

135070301111028

D. FASILITATOR
: Bu Ayu
E. PROSES DISKUSI
1. KEMAMPUAN FASILITATOR DALAM MEMFASILITASI
Fasilitator kami mampu mengamati siapa mahasiswa yang aktif dan
kurang aktif serta mengarahkan diskusi sesuai dengan tujuan PBL. Fasilitator
juga mampu untuk memancing mahasiswa agar lebih dapat berpikir kritis,
menanggapi pendapat anggota lain, serta memunculkan hal-hal yang detail.
Selain itu fasilitator memberikan saran dan solusi tentang permasalahan
keaktifan dalam diskusi.
2. KOMPETENSI/HASIL BELAJAR YANG DICAPAI OLEH ANGGOTA DISKUSI
a. Anggota diskusi dapat memahami PHI, penyebab langsung, penyebab tidak
langsung, dan dampak dari KEK.
b. Anggota diskusi dapat memahami tentang membuat pohon masalah,
menganalisa alternatif usulan intervensi serta melibatkan pihak terkait
sebagai dasar intervensi yang tepat dengan menggunakan indikator yang
sesuai sebagai bahan monitoring evaluasi dari intervensi tersebut.

37

Anda mungkin juga menyukai