Anda di halaman 1dari 26

Proses Individual dan Proses

Sosial
Kecamatan Laweyan
Mata Kuliah Psikologi Perilaku Arsitektur

Dosen Pembimbing:
Ir. Edi Pramono Singgih, M. T.
Disusun Oleh:
Kartika Fitri Annisa
Maulina Sukmawatie
Nadia Permatasari
Saktian Randhy S.
Wulan Cahyaning M.

(I0211037)
(I0211039)
(I0211042)
(I0211052)
(I0211059)

Program Studi Arsitektur


Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
2013
Page 1 of 26

Page 2 of 26

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan yang
diberikan, serta kemampuan yang diberikan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Psikologi Perilaku Arsitektur dengan judul Proses Individual dan Proses
Sosial di Kecamatan Laweyan, Surakarta.
Tanpa bantuan, dorongan, serta motivasi orang lain, tugas ini tidak akan
dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini
penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih atas bantuan, dorongan, dan
motivasi kepada:
1. Ir. Leny Pramesthi, M. T dan tim selaku dosen pengampu mata kuliah
Utilitas Bangunan yang telah memberikan arahan dan pengetahuan
selama proses perkuliahan.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan doa dan dukungannya.
3. Teman-teman program studi Arsitektur angkatan 2011 yang telah
memberi semangat, motivasi, ide, dan kreativitasnya.
4. Pengelola dan staf
Kecamatan Laweyan Surakarta

sebagai

narasumber.
5. Pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penulis meminta maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam tugas
ini. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk
kesempurnaan tugas selanjutnya. Penulis berharap semoga tugas ini dapat
memberikan pengetahuan dan manfaat kepada pembaca dan semua pihak
yang terkait.

Surakarta, Oktober 2013


Penulis

Page 3 of 26

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

DEFINISI JUDUL
LATAR BELAKANG
PERMASALAHAN
TUJUAN

BAB II PENGAMATAN
A. PROSES INDIVIDUAL
B. PROSES SOSIAL
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN/REKOMENDASI DESAIN

Page 4 of 26

BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI JUDUL
Proses merupakan usaha melakukan sintesa permasalah kebutuhan
manusia melalui perencanaan/perancangan/penggubahan/penciptaan
secara kreatif dengan menggu-nakan logika ilmiah yang sistematis.
Individu adalah bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak
dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. (Wikipedia, 2013)
Sosial adalah segala sesuatu segala perilaku manusia yang
menggambarkan hubungan non individualis.
Kecamatan adalah perangkat Kabupaten dan Daerah Kota yang
dipimpin oleh Camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
pelimpahan sebagian wewenang Bupati atau Walikota untuk menangani
sebagian urusan Otonomi Daerah.
B. LATAR BELAKANG
Sebuah kantor

pemerintahan

berfungsi

untuk

melayani

kepentingan warga negara dalam memenuhi kewajiban negara terhadap


warga negaranya. Untuk melayani warga negara dalam sebuah provinsi,
dibutuhkan sebuah gedung pemerintahan dengan kepala gubernur di
dlamya. Begitu pula dengan Kota/Kabupaten pelayanan masyarakatnya
dilayani oleh balaikota/kantor kabupaten. Sedangkan dalam sebuah
kecamatan, pelayanan pemerintahan dilayani oleh kantor kecamatan.
Dimana kantor tersebut merupakan wadah aktivitas/kegiatan
pemerintahan

dalam

melaksanakan

tugas

pelayanan

kepada

masyarakat, serta dapat berperan sebagai simbol filosofis, fungsional,


teknis, monumental, serta memiliki keterbukaan yang menjadi cerminan
wakil dari masyarakat di suatu daerah.
Hal tersebut berlaku pula di Kecamatan Laweyan. Dengan
meningkatnya gerak laju pembangunan daerah sekarang ini, Kecamatan
Laweyan juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup
pesat yang meliputi wilayah, perekonomian, sosial, budaya, dan jumlah

Page 5 of 26

penduduk. Pelayanan masyarakat di Kecamatan Laweya dilayani di


Kantor Kecamatan Laweyan.
Tetapi setiap individu, tentunya akan memiliki penilaian tersendiri
terhadap sebuah fungsi kantor pemerintahan. Individu dengan latar
belakang berbeda, jenis kelamin berbeda, edukasi yang berbeda akan
memberikan sebuah proses pengenalan sebuah fungsi kecamatan yang
berbeda pula. Perbedaan ini memunculkan perbedaan perilaku antara
satu individu dengan yang lain dalam sebuah kantor kecamatan. Bisa
jadi perilaku tersebut sama mengelompok dengan beberapa individu
lain, bisa jadi perilaku it sama sekali berbeda dengan perilaku individu
yang lainnya.
Perbedaan

perilaku

ini

kemudian

memunculkan

beberapa

fenomena dimana sebuah bangunan yang difungsikan untuk sebuah


kegiatan tertentu, tidak dapat memenuhi fungsinya tersebut dan beralih
fungsi. Dengan fenomena tersebut kemudian dibutuhkan sebuah
penyelesaian desain yang lebih baik agar fungsi bangunan tersebut
dapat terlaksana dengan baik pula. Pengematan akan proses sosial dan
proses individual yang terjadi dan berlangsung di kantor Kecamatan
Laweyan

ini

menyimpang

dijadikan
pengguna

bekal
yang

untuk
tidak

mengindikasikan
sesuai

dengan

perilaku

desainnya.

Penyelesaian desain ini dilakukan dengan mengamati perilaku dan


fenomena yang terjadi kemudian menganalisisnya hingga mencapai
sebuah kesimpulan dan saran yang nantinya akan direkomendasikan
menjadi penyelesaian desain.
C. PERMASALAHAN
Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka muncul
permasalahan bagaimana proses individual dan proses sosial yang
terjadi di Kecamatan Laweyan dan penyimpangan perilaku yang tidak
sesuai dengan desain kantor kecamatan tersebut.
D. TUJUAN
Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui proses
individual dan proses sosial yang terjadi di Kecamatan Laweyan dan
penyimpangan perilaku yang tidak sesuai dengan desain kantor
kecamatan tersebut.
Page 6 of 26

BAB II
PENGAMATAN
A. PENGERTIAN PROSES SOSIAL DAN PROSES INDIVIDUAL
Manusia mempunyai keunikan tersendiri, keunikan yang dimiliki
setiap individu akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya,
keunikan

lingkungan

juga

mempengaruhi

perilakunya.

Karena

lingkungan bukan hanya menjadi wadah bagi manusia untuk ber


aktivitas, tetapi juga menjadi bagian integral dari pola perilaku manusia.
Proses dan pola perilaku manusia di kelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu : Proses Individual dan Proses Sosial yang dapat dijelaskan:
1.Proses Individual
Dalam hal ini proses psikologis manusia tidak terlepas dari proses
tersebut.
Pada proses individu meliputi beberapa hal :
a.Persepsi
menerima
bagaimana

Lingkungan,
informasi

yaitu

proses

mengenai

informasi

mengenai

bagaimana

lingkungan
ruang

manusia

sekitarnya

fisik

tersebut

dan
di

organisasikan kedalam pikiran manusia.


b.Kognisi Spasial, yaitu keragaman proses berpikir selanjutnya,
mengorganisasikan,

menyimpan

dan

mengingat

kembali

informasi mengenai lokasi, jarak dan tatanannya.


c. Perilaku Spasial, menunjukan hasil yang termanifestasikan
dalam tindakan respon
preferensi

personal,

seseorang, termasuk deskripsi dan

respon

emosional,

ataupun

evaluasi

Page 7 of 26

kecenderungan perilaku yang muncul dalam interaksi manusia


dengan lingkungan fisiknya.
Proses Individual mengacu pada skema pendekatan perilaku yang
menggambarkan hubungan antara lingkungan dan perilaku individu.
Skema proses Perilaku Individual dapat dijelaskan sebagai berikut:
1). Perilaku Manusia dan Lingkungan
Perilaku manusia akan mempengaruhi dan membentuk setting fisik
lingkungannya Rapoport, A, 1986, Pengaruh lingkungan terhadap
tingkah laku dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
a) Environmemental Determinism, menyatakan bahwa lingkungan
menentukan tingkah laku masyarakat di tempat tersebut.
b )Enviromental Posibilism, menyatakan bahwa lingkungan fisik dapat
memberikan kesempatan atau hambatan terhadap tingkah laku
masyarakat.
c)

Enviromental
memberikan

probabilism,

pilihan-pilihan

menyatakan
yang

bahwa

berbeda

bagi

lingkungan

tingkah

laku

masyarakat.
Pendekatan Perilaku, menekankan pada keterkaitan yang ekletik
antara ruang dengan manusia dan masyarakat yang memanfaatkan
ruang atau menghuni ruang tersebut. Dengan kata lain pendekatan ini
melihat

aspek

norma,

kultur,

masyarakat

yang

berbeda

akan

menghasilkan konsep dan wujud ruang yang berbeda (Rapoport. A,


1969

),adanya

interaksi

antara

manusia

dan

ruang,

maka

pendekatannya cenderung menggunakan setting dari pada ruang.


Istilah seting lebih memberikan penekanan pada unsur-unsur kegiatan
manusia yang mengandung empat hal yaitu : Pelaku, Macam kegiatan,
tempat dan waktu berlangsungnya kegiatan. Menurut Rapoport pula,
kegiatan dapat terdiri dari sub-sub kegiatan yang saling berhubungan
sehingga terbentuk sistem kegiatan.
2). Setting Perilaku ( Behaviour Setting )
Behaviour setting merupakan interaksi antara suatu kegiatan dengan
tempat yang lebih pesifik. Behaviour setting mengandung unsurunsur sekelompok orang yang melakukan kegiatan, tempat dimana

Page 8 of 26

kegiatan tersebut dilakukan dan waktu spesifik saat kegiatan


dilakukan.
Setting perilaku terdiri dari 2 macam yaitu :
a)System of setting ( sistem tempat atau ruang), sebagai rangkaian
unsur-unsur fisik atau spasial yang mempunyai hubungan tertentu
dan terkait hingga dapat dipakai untuk suatu kegiatan tertentu.
b)System of activity ( sistem kegiatan), sebagai suatu rangkaian
perilaku yang secara sengaja dilakukan oleh satu atau beberapa
orang. Dari pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa unsur ruang
atau beberapa kegiatan, terdapat suatu struktur atau rangkaian yang
menjadikan suatu kegiatan dan pelakunya mempunyai makna.
Pada berbagai pendapat dikatakan bahwa desain Behavior Setting yang
baik

dan

tepat

adalah

yang

sesuai

dengan

struktur

perilaku

penggunanya. Dalam desain arsitektur hal tersebut disebut sebagai


sebuah proses argumentatif yang dilontarkan dalam membuat desain
yang dapat diadaptasikan, Fleksibel atau terbuka terhadap pengguna
berdasarkan pola perilakunya.
Edward Hall ( dalam Laurens, 2004 ) mengidentifikasi tiga tipe dasar
dalam

pola

ruang

Ruang Berbatas Tetap (Fixed-Feature Space),ruang berbatas tetap


dilingkupi oleh pembatas yang relatif tetap dan tidak mudah digeser,
seperti dinding masif, jendela, pintu atau lantai. Ruang Berbatas
SemiTetap ( SemiFixed- Feature Space),ruang yang pembatas nya bisa
berpindah, seperti ruang-ruang pameran yang dibatasi oleh partisi yang
dapat dipindahkan ketika dibutuhkan menurut setting perilaku yang
berbeda. Ruang Informal,ruang yang terbentuk hanya untuk waktu
singkat,

seperti

berkumpul.

ruang

Ruang

yang

terbentuk

ini tidak tetap

kedua

orang

atau

lebih

dan terjadi diluar kesadaran.

Desain behavior setting tidak selalu perlu dibentuk ruang-ruang tetap,


baik yang ber pembatas maupun semi tetap terlebih lagi dalam desain
ruang publik yang di dalamnya terdapat banyak pola perilaku yang
beraneka ragam.
Konsep sistem aktivitas dan behaviour setting memberi dasar yang luas
dalam mempertimbangkan lingkungan daripada semata-mata tata guna
Page 9 of 26

lahan, tipe bangunan, dan tipe ruangan secara fisik. Hal tersebut dapat
membebaskan desain ruang publik dari bentuk-bentuk klise, bentukbentuk prototip atau memaksakan citra yang tidak sesuai dengan pola
perilaku masyarakat penggunanya.
Pengamatan behaviour setting dapat digunakan dalam desain ruang
publik karena dapat mengerti preferensi pengguna yang diekspresikan
dalam pola perilaku pengguna. Dari pembahasan ini jelas bahwa
organisasi ruang pada ruang publik dan perilaku pengguna mempunyai
peran yang sangat penting dalam suatu behavior setting.
2.Proses Sosial
Manusia

mempunyai

kepribadian

individual,

tetapi

manusia

juga

merupakan makhluk sosial hidup dalam masyarakat dalam suatu


kolektivitas. Dalam memenuhi kebutuhan sosialnya manusia berperilaku
sosial dalam lingkungannya dapat diamati pada Fenomena perilakulingkungan, kelompok pemakai, dan tempat berlangsungnya kegiatan.
Pada proses sosial, perilaku interpersonal manusia meliputi hal-hal
sebagai berikut :
a.Ruang Personal ( Personal Space ) berupa domain kecil sejauh
jangkauan manusia.
b.Teritorialitas yaitu kecenderungan untuk menguasai daerah yang lebih
luas

bagi

seseorang.

c.Kesesakan dan Kepadatan yaitu keadaan apabila ruang fisik yang


tersedia terbatas.
d.Privasi sebagai usaha optimal pemenuhan kebutuhan sosial manusia.
Dalam proses sosial, perilaku interpersonal yang sangat berpengaruh
pada perubahan ruang publik adalah teritorialitas.
Konsep teritori dalam studi arsitektur lingkungan dan perilaku yaitu
adanya tuntutan manusia atas suatu area untuk memenuhi kebutuhan
fisik, emosional dan kultural. Berkaitan dengan kebutuhan emosional ini
maka konsep teritori berkaitan dengan ruang privat dan ruang publik.
Ruang

privat

personal

space)

dapat

menimbulkan

crowding

(kesesakkan) apabila seseorang atau kelompok sudah tidak mampu


mempertahankan personal spacenya.
B. KECAMATAN LAWEYAN
Page 10 of 26

Menurut UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah :


1

Pasal 1 menyatakan Kecamatan adalah wilayah kerja Camat


sebagai perangkat daerah Kabupaten dan daerah Kota.

Pasal

66

Ayat

menyatakan

bahwa

Kecamatan

merupakan

perangkat daerah Kabupaten dan daerah Kota yang dipimpin oleh


Kepala Kecamatan.
Menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah :
1

Pasal

26 Ayat 1 menyatakan

Kabupaten/Kota

dengan

Kecamatan di bentuk

Peraturan

Daerah

wilayah

berpedoman

pada

Peraturan Pemerintah.
2

Pasal

26

Ayat

menyatakan

bahwa

Kecamatan

merupakan

perangkat Kabupaten dan Daerah Kota yang dipimpin oleh Camat


yang

dalam

sebagian

pelaksanaan

wewenang

Bupati

tugasnya
atau

memperoleh

Walikota

untuk

pelimpahan
menangani

sebagian urusan Otonomi Daerah.


STRUKTUR ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 6 tahun 2008 tentang
SOT dan Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 38 Tahun 2008
tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Kecamatan Kota
Surakarta, Struktur Organisasi Kecamatan Laweyan adalah sebagai
berikut :
Sumber :Perwali No.6 Tahun 2008
VISI DAN MISI
Visi berdasarkan Renstra yang ada pada Kecamatan Laweyan Kota
Surakarta yaitu:
TERWUJUDNYA

PELAYANAN

PRIMA

MENUJU

PENINGKATAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN MEMAJUKAN KOTA SOLO


YANG BERBUDAYA.
Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan misi sebagai berikut:
1) Meningkatkan pelayanan masyarakat yang cepat, tepat dan
pasti;

2) Meningkatkan
Kecamatan;
3) Meningkatkan

pembinaan
kualitas

dan

pengembangan

aparatur

dalam

di

wilayah

penyelenggaraan

organisasi Kecamatan;
Page 11 of 26

4) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat;


5) Meningkatkan ketersediaan sarana prasarana Kecamatan;
6) Meningkatkan ketentraman warga masyarakat yang aman dan
nyaman;

7) Menumbuhkan

sendi

perekonomian

masyarakat

dan

meningkatkan sarana prasarana lingkungan dengan menitik


beratkan pada pembangunan yang ramah lingkungan.
MONOGRAFI
Kecamatan Laweyan adalah sebuah Kecamatan yang terletak di barat
Kota Surakarta. Mempunyai luas wilayah 8.638 Ha dengan berbatasan
wilayah :
a. Sebelahutara

: Kec.

Banjarsaridan,

Kec.

Colomadu,

Kab.

Karanganyar
b. Sebelahtimur

: Kec. Banjarsari dan Kec. Serengan

c. Sebelahbarat

: Kec. Kartasura, Kab.

Sukaharjo

d. Sebelahselatan

: Kec. Serengan, Kec. Grogol, Kab. Sukaharjo.

Kecamatan Laweyan terdapat 11 kelurahan, yaitu:


a. Kelurahan Sriwedari

e. Kelurahan Pajang

b. Kelurahan Penumping

f. Kelurahan Kreten

c. Kelurahan Panularan

g. Kelurahan Jajar

d. Kelurahan Sondakan

Page 12 of 26

h. Kelurahan

j. Kelurahan Bumi

Karangasem

k. Kelurahan Purwasari

i. Kelurahan Laweyan

Jumlah RW sebanyak 105 dan RT sebanyak 458. Kecamatan

l.

Laweyan ini berlokasi di Jalan Raya Dr. Radjiman No. 24 Surakarta.


Dengan batas-batasnya sebagai berikut :

Utara : Lapangan

Timur : Kantor KODIM

Selatan : Jl. Raya Dr.


Rajiman

Barat : Jl. Ki Ageng


Manggir

DAERAH SEKITAR

Daerah Sekitar site berupa daerah yang cukup strategis


dan mudah dijangkau.Daerah ini terletak relative di tengah-tengah
dari wilayah Kecamatan Laweyan, sehingga lokasinya cukup baik
untuk dijadikan sebagai pusat pelayanan masyarakat wilayah
Kecamatan

Laweyan.Vegetasi

peneduh

dan

perindang

banyak

ditemukan di sekitar site sehingga keadaan sekitarnya cukup sejuk.


ORIENTASI DAN PENCAPAIAN

Kantor Kecamatan Laweyan berorientasi ke arah jalan


utama dan jalan perkampungan.Yaitu ke arah selatan menuju jalan
Page 13 of 26

utama, Jalan Dr. Radjiman serta ke arah barat menuju ke jalan Ki


Ageng Mangir.

Sedangkan

untuk

memasuki

area

Kantor

Kecamatan

Laweyan ini dapat menggunakan dua entrance, yaitu main entrance


di sebelah selatan dan site entrance di sebelah barat.

Orientasi Kantor Kec. Laweyan

Pencapaian Ke Kantor Kec.


Laweyan

SIRKULASI
1. PEJALAN KAKI

Page 14 of 26

2. SEPEDA MOTOR

Pengunjung

Staff/Karyawan

3. MOBIL

SKEMA PERUANGAN

Lantai 1

Page 15 of 26


O
F
G
D

H
B

M
P

N
A

Ket :

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Main Entrance
Pengambilan Nomor Antrian
Ruang Tunggu
Loket 1
Loket 2
Loket 3
Loket 4
Loket 5

I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.

Ruang
Ruang
Dapur
Toilet
Ruang
Ruang
Ruang
Ruang

Sekretariat
Camat
Kasubbag
sekretaris
cetak KTP dan KK
pengambilan e ktp

ALUR PELAYANAN MASYARAKAT


Pembuatan KTP dan KK
Q. Pengunjung datang -> mengambil nomor antrean -> menunggu
panggilan -> penyerahan berkas di loket 1 (ruang pelayanan
administrasi kependudukan) -> pengambilan KTP dan KK di loket 2

(ruang pelayanan administrasi kependudukan).


Pembuatan surat pindah
Page 16 of 26

R. Pengunjung datang -> mengambil nomor antrean -> menunggu


panggilan -> mengurus berkas surat kepindahan di loket 3 (ruang

pelayanan administrasi kependudukan).


Pembuatan SKCK, IMB, ijin HO, akte kelahiran, legalisasi, umum, dll
S. Pengunjung datang -> mengambil nomor antrean -> menunggu
panggilan -> mengurus berkas surat di loket 4 dan 5 (ruang
legalisasi).

T. Lantai 2
U.

D
E

A
G
F

V. KETERANGAN :
A.
B.
C.
D.
E.

Ruang
Ruang
Ruang
Ruang
Ruang

tamu
PKK
sosbud
PLKB
komputer

F.
G.
H.
I.

Toilet
Ruang trantib
Ruang PPK
Ruang pemberdayaan
masyarakat
Page 17 of 26

J.
C. HASIL PENGAMATAN
1. PROSES INDIVIDUAL
K. DASAR DASAR PERMASALAHAN :
a. Main Entrance pada kantor tidak dominan, bahkan banyak pengunjung
yang lebih sering melewati Side Entrance sebagai alur sirkulasi utama
b. Kualitas dan peletakan ruang mushola yang kurang nyaman bagi
pengunjung maupun karyawan karena letak tempat wudhu yang berada
mengarah kiblat dan bersampingan dengan area parkir.
c. Peletakan dan pengolahan landscape yang susah untuk diakses oleh
pengunjung.
d. Sirkulasi untuk kendaraan sangat sempit dan terkesan dipaksakan.
e. Peletakan kursi ruang tunggu yang menghalangi sirkulasi menuju
f.

tangga.
Penataan meja ruang secretariat yang menyebabkan lorong sempit

menuju ruang kerja camat.


g. Penataan massa bangunan, taman, dan area parkir kurang optimal.
h. Tempat penyimpanan arsip yang memaksakan memakai ruang-ruang
sisa.
L. ANALISIS SEBAB TERJADINYA PERMASALAHAN :
a. Main Entrance pada kantor tidak dominan, bahkan banyak pengunjung
yang lebih sering melewati Side Entrance sebagai alur sirkulasi utama
M. Penyebab terjadinya perilaku demikian ini adalah karena
pengunjung lebih merasa nyaman dan leluasa ketika masuk
melewati SE. Ini juga disebabkan karena tata letak pintu masuk
yang kurang tepat, kurang mudah dijangkau dan nilai efektifitas
dengan lingkungan sekitar yang sedikit membuat kecenderungan
para pengunjung kantor ini lebih nyaman untuk menggunakan SE
sebagai pintu masuk utama untuk memasuki bangunan kantor
ini.
N. Penataan tata letak parker juga dirasa kurang efektif dan kurang
menunjang jika diharuskan melewati ME terlebih dahulu.

Page 18 of 26

O.
b. Kualitas dan peletakan ruang mushola yang kurang nyaman bagi
pengunjung maupun karyawan karena letak tempat wudhu yang berada
mengarah kiblat dan bersampingan dengan area parkir.
P. Dengan adanya permasalahan yang ada serta timbul di area luar
dari

kantor

kecamatan

ini,

maka

membuat

perilaku

para

pengguna khususnya yang akan menggunakan ruang musola


menjadi terganggu dan kurang nyaman. Desain tempat wudu
serta peletakkan ruang di dalam musola ini dirasa sangatlah jauh
dari rasa nyaman dan enak. Hal ini terbukti dari perilaku tiap
pengguna yang dating dan melaksanakan ibadah di sana
c. Peletakan dan pengolahan landscape yang susah untuk diakses oleh
pengunjung dan Sirkulasi untuk kendaraan sangat sempit dan terkesan
dipaksakan.
Q. Berikut adalah gambaran landscape yang ada di lingkungan
bangunan

R.
S. Arah garis merah menunjukkan arah pejalan kaki yang memasuki
atau keluar dari bangunan tersebut. Terlihat bahwa pengunjung
Page 19 of 26

akan dibuat sedikit bingung dengan kemunculan 2 massa


bangunan yang saling berdekatan dan arah sirkulasi yang tidak
diarahkan secara jelas membuat kebanyakan pengunjung yang
datang akan kebingungan dengan keberadaan 2 massa tersebut.

T.
U. Ilustrasi di atas adalah mengenai gambaran sirkulasi yang
ditujukkan kepada para pengguna sepeda motor, di mana
dibedakan menjadi 2 yaitu pengunjung dan karyawan. Sebagai
pengunjung yang non karyawan biasanya mereka lebih memilih
untuk melewati pintu barat agar lebih cepat dengan tempat
parker. Hal ini dirasa menjadi perilaku menyimpang pengunjung
karena penataan landscape yang dirasa kurang tepat.
V.

W.
X. Untuk alur sirkulasi dan penataan untuk alur kendaraan beroda 4
ini dirasa sudah mudah untuk dijangkau. Hal ini terlihat dari tidak
adanya penyimpangan perilaku oleh pengguna. Namun alangkah
lebih baiknya jika dilakukan penyelarasan antara mobil dan motor
sehingga lebih tertata bagian landscape dan tata ruangnya
Y.
d. Peletakan kursi ruang tunggu yang menghalangi sirkulasi menuju
tangga.

Page 20 of 26

Z.
AA.

Bagian yang dilingkari adalah peletakkan kursi ruang

tunggu yang berdekatan dengan sirkulasi menuju tangga. Dilihat


dari desain tata letaknya maka banyak sekali perilaku para
pengunjung maupun karyawan yang terganggu dengan penataan
interior yang sedemikian rupa ini. Sehingga ketika akan berjalan
memasuki ruang sirkulasi para pengunjung akan dibuat sesak
dan tidak leluasa dalam berjalan menuju area tangga. Sehingga
berakibat menimbulkan ketidaknyamanan antara 1 dan yang lain.
Baik yang duduk maupun yang sedang berjalan menuju ruang
sirkulasi tangga.
AB.
e. Penataan meja ruang secretariat yang menyebabkan lorong sempit
menuju ruang kerja camat.

AC.
AD.

Tergambar di atas bahwa peletakkan interior mengganggu

perilaku dari pengguna ruang tersebut, khususnya kepala camat.


Hal ini dikarenakan ruang camat menjadi tidak memiliki privasi
dan terhalang oleh perabot yang digunakan sekretaris. Sehingga
Page 21 of 26

perlu diadakannya penataan ulang bahkan penataan perabot dan

f.

layout ruangan yang ada.


AE.
Penataan massa bangunan, taman, dan area parkir kurang optimal.

AF.
AG.

Dilihat dari situasi kantor kecamatan tersebut memang

terlihat penempatan masa bangunan yang sedikit kurang tertata.


Tidak hanya massa bangunan namun juga landscape yang ada di
dalam kawasan bangunan tersebut. Hal ini dapat terlihat dari
penataan tempat parker. Besaran masa bangunan 1 dengan yang
lain yang perbedaannya tidak begitu jelas, serta penataan jalur
sirkulasi untuk kendaraan maupun pengunjung. Hal ini membuat
perilaku pengunjung agak melenceng pada bagian main entrance
dan side entrance. Serta penempatan ruang parker yang kadang
membingungkan dan menyulitkan bagi para pengunjung.
AH.
2. PROSES SOSIAL
AI.

Berikut adalah temuan-temuan perilaku berdasarkan Teori Proses

Sosial yang ada pada Kantor Kecamatan Laweyan Surakarta


A. Teritorial
AJ.

Holahan (dalam Iskandar, 1990), mengungkapkan bahwa

teritorialitas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan pemilikan


atau tempat yang ditempatinya atau area yang sering melibatkan ciri
pemilikannya dan pertahanan dari serangan orang lain. Dengan
demikian menurut Altman (1975) penghuni tempat tersebut dapat
mengontrol daerahnya atau unitnya dengan benar, atau merupakan
suatu teritorial primer.
AK.
Di kecamatan Laweyan ini pembagian teritorial hanya
dilakukan terhadap kelompok kegiatan dan pemakainya. Yaitu ada
Page 22 of 26

teritorial untuk pengunjung dan teritorial untuk pegawai. Di kantor


kecamatan ini tidak dilakukan pembagian teritorial yang lebih spesifik
misalnya deret meja untuk pegawai dan pengunjung laki-laki dan
perempuan yang tidak dibedakan.
1. Kursi Pelayanan Yang Memanjang Menyebabkan Berkurangnya
Teritorial dan Privacy Antar Pengguna.
AL.
Teritorial antar pengunjung kecamatan menjadi kurang
dengan pemilihan kursi pelayanan yang memanjang (satu kursi
untuk beberapa orang).

Hal ini menjadi tidak efektif ketika ada

seseorang yang membutuhkan privasi khusus dalam memperoleh


pelayanan yang diberikan di kecamatan sedangkan disampingnya
ada orang lain yang duduk tepat di sebelahnya.. Kemudian hal
tersebut juga menjadi tidak efisien saat ada seseorang yang sudah
duduk di kursi panjang tersebut, maka orang lain menjadi sungkan
untuk duduk di sebelahnya.
2. Pelayanan Yang Dilakukan Secara Langsung (Tatap Muka) Tanpa Ada
Loket.
AM.

Hubungan

teritorial

antara

masyarakat

dan

pegawai

kecamatan di kecamatan Laweyan ini cukup baik. Interaksi


dilakukan secara langsung dan tatap muka. Bukan melalui loket
yang menghalangi interaksi langsung antara keduanya. Interaksi
semacam ini cukup baik dan efektif diterapkan di kecamatan
Laweyan

menjadikan

berkurangnya

jarak

antara

pejabat

pemerintah dan masyarakat yang menerima pelayanan.


3. Di beberapa unit ditemukan meja kerja bersama (satu meja
panjang untuk beberapa pegawai)
AN.
Dari pengamatan di lapangan dan wawancara dapat
disimpulkan bahwa kebutuhan pegawai terhadap privasi tidak
terlalu tinggi. Keinginan para pegawai untuk bekerja bersama
teman di dalam ruangan, tidak ada ruang kerja yang tertutup, dan
keinginan untuk bertandang bila tidak ada pekerjaan adalah bukti
bahwa mereka lebih senang ada temannya dari pada sendirian.
Kondisi demikian memang khas budaya masyarakat timur, dimana
pribadi ini lebih terikat dengan komunitasnya dari pada kepada
dirinya sendiri. Mereka lebih senang bekerja dan berbagi tempat

Page 23 of 26

kerja dengan teman dari pada bekerja sendirian di dalam ruang


pribadi.
4. Smoking Area Yang Digunakan Sebagai Area Pengambilan e-KTP
AO.
Pada area pelayanan di kantor Kecamatan Laweyan ini
terdapat satu ruangan yang berupa smooking area. Namun pada
kenyataannya pengunjung kecamatan masih tetap saja merokok di
area pelayanan, bukan di tempat yang disediakan. Hal ini dapat
dimaklumi karena smooking area yang disediakan justru digunakan
sebagai

area

pengambilan

e-KTP

sehingga

tidak

dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.


AP.
B. RUANG PRIBADI
AQ.
Ruang Pribadi di Kantor Kecamatan Laweyan, hanya
diterapkan untuk beberapa ruang saja seperti Kantor Camat. Karena
banyak pegawai yang lebih nyaman untuk bergaul dengan pegawai
yang lain, dan bekerja bersama-sama.
Ruang camat berada pada suatu ruang khusus tanpa ada pegawai
lain didalamnya.
AR. Ruang camat memiliki teritori primer yang berati sangat
pribadi.

Apabila ada tamu atau pengunjung yang masuk maka

harus melewati sekretaris terlebih dahulu. Selain itu, ruangan ini


memiliki tingkat privacy yang tinggi.
AS.
C. PERSONAL SPACE
AT.
Menurut Sommer (dalam Altman, 1975) ruang personal
adalah daerah di sekeliling seseorang dengan batas-batas yang tidak
jelas dimana seseorang tidak boleh memasukinya. Goffman (dalam
Altman, 1975) menggambarkan ruang personal sebagai jarak atau
daerah disekitar individu dimana dengan memasuki daerah orang
lain, menyebabkan orang lain tersebut merasa batasnya dilanggar,
merasa tidak senang, dan kadang-kadang menarik diri.
AU.
Dari pengamatan di lapangan dan wawancara dapat
disimpulkan bahwa kebutuhan pegawai terhadap privasi tidak terlalu
tinggi. Keinginan para pegawai untuk bekerja bersama teman di
dalam ruangan, tidak ada ruang kerja yang tertutup, dan keinginan
untuk bertandang bila tidak ada pekerjaan adalah bukti bahwa
mereka lebih senang ada temannya dari pada sendirian. Kondisi
Page 24 of 26

demikian memang khas budaya masyarakat timur, dimana pribadi ini


lebih terikat dengan komunitasnya dari pada kepada dirinya sendiri.
Mereka lebih senang bekerja dan berbagi tempat kerja dengan teman
dari pada bekerja sendirian di dalam ruang pribadi.
AV.
D. KESESAKAN (CROWDED)
AW. Menurut Altman (1975), kesesakan adalah suatu proses
interpersonal pada suatu tingkatan interaksi manusia satu dengan
lainnya dalam suatu pasangan/kelompok kecil. Perbedaan penger-tian
antara crowding (kesesakan) dengan density (kepadatan) tidaklah
jelas benar, bahkan kadang kadang keduanya memiliki pengertian
yang sama dalam merefleksikan pemikian secara fisik dari sejumlah
manusia dalam suatu ksatuan ruang.
AX.
Stokols (dalam Altman,

1975)

membedakan

antara

kesesakan bukan sosial (nonsocial crowding), yaitu dimana factor


factor fisik menghasilkan perasaan terhadap ruang yang tidak
sebanding, seperti sebuah ruang yang sempit, dan kesesakan sosial
(social crowding) yaitu perasaan sesak mula-mula datang dari
kehadiran orang lain yang terlalu banyak.
AY.
Pada Kecamatan Laweyan, kesesakan terjadi hanya pada
tunggu yang terletak pada jalur sirkulasi antar ruang menuju ke
tangga. Hal ini cukup mengganggu pengguna, terutama di saat
Kantor Kecamatan sedang ramai pengunjung.
Peletakan kursi ruang tunggu yang menghalangi sirkulasi menuju
tangga.
AZ.
Peletakan kursi ruang tunggu yang menghalangi sirkulasi
menuju tangga sangat, karena apabila pengunjung kecamatan
sedang ramai akan terjadi kesesakan dan akan menghalangi
pengguna yang akan menggunakan tangga, selain itu hal ini juga
akan

menyebabkan

terjadinya

interaksi

sosial

yang

tidak

diinginkan pada para pengguna.


E. PRIVACY
BA. Privacy : keinginan/kecenderungan pada diri seseorang untuk
tidak diganggu kesendiriannya.
BB. Ada 6 jenis privacy (Holahan, 1982):
Menarik diri (withdrawal) : ingin tidak diganggu secara fisik.
BC.
-solitude : menyendiri.
BD.
-seclusion : menjauhi gangguan
BE.
-intimacy : ingin intim dengan orang tertentu
Page 25 of 26

Menjaga kerahasiaan (control of information)


BF.
-anonimity : merahasiakan jati diri.
BG.
-reserve : tidak mengungkapkan diri.
BH.
-not neighboring : tidak terlibat dengan tetangga.
Kualitas dan peletakan ruang mushola yang kurang nyaman bagi
pengunjung maupun karyawan karena bersampingan dengan area
parkir.
BI.

Mushola sebagai ruang publik yang membutuhkan

ketenangan yang sangat tinggi karena digunakan sebagai ruang


ibadah seharusnya diletakkan di zona tenang, dengan tingkat
privasi yang tinggi, dan diletakkan agak jauh dari zona ramai.
Sehingga, privacy pengguna mushola tetap terjaga.
BJ.
BK.

Page 26 of 26

Anda mungkin juga menyukai