Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Osteoartritis Genu
Osteoarthritis genu merupakan penyakit sendi degeneratif pada
kartilago sendi lutut dengan perubahan reaktif pada batas-batas sendi,
seperti pembentukan osteofit, perubahan tulang subkondral, perubahan
sumsum tulang, reaksi fibrous pada sinovium, dan penebalan kapsul sendi
(Andre, 2014).
2.2 Prevalensi
Prevalensi OA bila dikaitkan dengan umur, pada usia dibawah 50
tahun insiden laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Pada usia diatas 50
tahun insiden wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Orang kulit berwarna
lebih banyak menderita OA lutut daripada OA panggul, sebaliknya orang
kulit putih lebih banyak menderita OA panggul. Di Indonesia prevalensi OA
lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5% pada pria dan 12,7%
pada wanita yang berumur antara 40-60 tahun.
2.3 Klasifikasi
Osteoarthritis dapat dibagi atas dua jenis yaitu:
1) Osteoarthritis Primer
OA Primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat
mengenai satu atau beberapa sendi. OA jenis ini terutama ditemukan
pada pada wanita kulit putih, usia baya, dan umumnya bersifat poliarticular dengan nyeri akut disertai rasa panas pada bagian distal
interfalang, yang selanjutnya terjadi pembengkakan tulang (nodus
heberden).
2) Osteoartritis Sekunder
OA sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan
kerusakan pada sinovial sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder.
Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan osteoartritis sekunder
sebagai berikut:
a) Trauma /instabilitas.
3
tungkai
bawah
yang
tidak
sama
panjang,
adanya
b. Otot
Otot disekitar lutut mempunyai fungsi sebagai stabilitas aktif sekaligus
sebagai penggerak dalam aktifitas sendi lutut, otot tersebut antara lain:
M.Quadriceps Femoris (Vastus Medialis, Vastus Intermedius, Vastus
Lateralis, Rectus Femoris). Keempat otot tersebut bergabung sebagai
grup ekstensor sedangkan grup fleksor terdiri dari: M.Gracilis, M.Sartorius
Dan M.Semi Tendinosus. Untuk gerak rotasi pada sendi lutut dipelihara
oleh otot-otot grup fleksor baik grup medial/ endorotasi (M.Semi
Tendinosus, Semi Membranosus, Sartorius, Gracilis, Popliteus) dan grup
lateral eksorotasi (M.Biceps Femoris, M.Tensor Fascialata).
c. Ligamen
Untuk memperkuat stabilitas pergerakan yang terjadi pada sendi
lutut maka di dalam sendi lutut terdapat beberapa ligamen, yaitu ligamen
Cruciatum Anterior dan Posterior yang berfungsi untuk menahan
hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan (eksorotasi).
Ligamen cruciatum posterior berfungsi untuk menahan bergesernya tibia
ke arah belakang. Pada gerakan endorotasi kedua ligamen cruciatum
menyatu, yang
mengakibatkan
kedua
permukaan
sendi
tertekan,
dan
kapsul
sendi,
serta
teregangnya
ligament
menyebabkan
osteoartritis
lutut
akan
meningkat
seiring
dengan
tendon
periartikular
untuk
menahan
beban
mekanik
dan
mengalami
osteoartritis
lutut.
Kekurangan
vitamin
juga
9. Obesitas
Jelas sekali bahwa kelebihan berat badan atau obesitas bisa
menjadi faktor resiko terjadinya Osteoarthritis lutut. Berat badan yang
berlebih akan menambah kompresi atau tekanan atau beban pada sendi
lutut. Semakin besar beban yang ditumpu oleh sendi lutut, semakin besar
pula resiko terjadinya kerusakan pada tulang.
dalam
keadaan
lanjut
terjadi
keterbatasan
kearah
normal,
sehingga
dalam
waktu
tertentu
mengakibatkan
bersifat
pola
kapsuler
10
akibat
kontraktur
kapsul
Asimetris
lutut,
Pembesaran
sendi
11
dengan
3. Auskultasi : Krepitasi
4. Gerak Sendi : Keterbatasan gerak flexi lutut sebesar 60 derajat dan
tidak dapat melakukan ekstensi lutut
2.9 Diagnosa Banding
Kelainan artritis lutut di luar asteoartritis yang umumnya banyak
dijadikan diagnosa banding dengan osteoartritis adalah:
a. Rheumatoid Arthritis
Pada Rheumatoid Arthtitis, pembengkakan jaringan lunak dan gejala
inflamasi setempat jelas, prediksi sendi yang terkena adalah sendi-sendi
kecil, bersifat poliartikuler, simetris dan disertai gejala sistematik.
b. Gout Arthritis
Adalah sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus yaitu Arthritis
akut. Gejala Arthritis akut disebabkan oleh inflamasi jaringan terhadap
pembentukan
kristal
monosodium urat
dan
pada
sendi
lutut.
Pada
pemeriksaan
laboratorium didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah serta
diketahui adanya jumlah leukosit dan laju endap darah yang meningkat.
2.9 Pemeriksaan Penunjang
a. Gambaran radiologi sendi
Pada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena
osteoartritis sudah cukup memberikan gambaran diagnostik. Gambaran
radiografi sendi yang menyokong diagnosa OA ialah :
Kista tulang
12
Tulang
rawan
yang
tererosi
jika
terkikis
sepenuhnya,
akan
menyebabkan rasa nyeri karena tulang akan bergesekan satu sama lain
2. Konsentrasi rendah hyaluronat di dalam cairan synovial mengurangi
kemampuan untuk melindungi sendi
3. Osteofit (penonjolan tulang)
13
Pembesaran tulang
Nyeri tulang
2.11 Penatalaksanaan
2.11.1 Terapi Non-Farmakologis
a. Edukasi pasien.
b. Program penatalaksanaan mandiri (self-management programs):
modifikasi gaya hidup.
c. Bila berat badan berlebih (BMI > 25), program penurunan berat
badan, minimal penurunan 5% dari berat badan, dengan target BMI
18,5-25
14
15
16
Latihan
isometrik
diindikasikan
apa
bila
sendi
mengalami
selama
masing-masing
kontraksi.
Jarak
antarkontraksi
17
review
memperlihatkan
bahwa
latihan
aerobik
efektif
18
19
Static Bicycle
Pemberian static bicycle adalah untuk menjaga meningkatkan
kekuatan otot- otot disekitar paha, lutut dan betis. Pemberian static bicycle
ini sangat baik untuk penderita OA karena dapat melenturkan sendi dan
menjaga stabilitas sendi. Dosis nya bisa disesuaikan dengan kemampuan
pasien. Setiap pagi adalah waktu yang sangat tepat untuk melakukan
latihan ini dengan teknik dan arahan yang benar.
2.11.2 Terapi Farmakologis
20
mengoreksi
gangguan
yang
timbul,
dan
mengidentifikasi
21
2.13 Komplikasi
Penderita OA lutut, apabila tidak diberikan pertolongan yang cepat maka
pada sendi tersebut dapat terjadi gangguan antara lain :
22
DAFTAR PUSTAKA
American geriatrics society. 2001. Exercise Prescription For Older Adults With
Osteoarthritis Pain: Consensus Practice Recommendation.
Isbagio, Harry. 1995. Pendekatan Diagnostik Penyakit Reumatik. Cermin
Dunia Kedokteran No.78. Jakarta.
Husada, Parsetyo.(1996). Tematologi. Surakarta: Akademi Fisioterapi Depkes
RI. Surakarta.
Kennedy et al., 2010. Pharmacological treatment of osteoarthritis of the hip
and
knee.
Diakses
dari
http://www.bcmj.org/article/pharmacological-
treatment-osteoarthritis-hip-and-knee
Lee, A., Wong, W., & Wong, S. 2005. Clinical guidelines for managing lowerlimb osteoarthritis in Hongkong primary care setting.
McCool. 2001. Pharmacological therapies for the treatment of osteoarthritis.
http://www.mja.com.au/public/rheumatology/mccoll/mccoll.html
Moore, Keith L. Agur,Anne M.R. 2002.
Anatomi
Klinis
Dasar .Laksman,H.
Pearson, D., Miller, C.G. 2008. Clinical Trial in Rheumatoid Arthritis and
Osteoarthritis. Newtown: Springer.
Yatim, F. 2008. Penyakit Tulang dan Persendian (Arthritis atau Arthralgia).
Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Tanto, Chris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapsius
24