21030113140119
21030113140155
KARBOHIDRAT
3.1 Pendahuluan
Karbohidrat adalah senyawa organik yang terdapat di alam dan jumlahnya banyak
serta bervariasi yang tersusun dari karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) dengan
rumus molekul Cx(H2O)y.
3.2 Penggolongan Karbohidrat
Berdasarkan jumlah monomer penyusunnya, karbohidrat dapat digolongkan menjadi
monosakarida (1 monomer), disakarida (2 monomer), oligosakarida (39 monomer),
dan polisakarida (puluhan hingga ribuan monosakarida). Berdasarkan gugus
fungsional, karbohidrat dikelompokkan menjadi polihidroksi aldehida atau aldosa
(gugus hidroksil dan aldehida) dan polihidroksi keton atau ketosa (gugus hidroksil
dan keton). Selain itu, terdapat kelompok karbohidrat yang merupakan turunan aldosa
atau ketosa yaitu gula alkohol dan gula asam.
3.3 Gula Sederhana
Gula sederhana adalah karbohidrat yang disusun oleh sedikit monomer yakni
monosakarida dan disakarida.
3.3.1 Monosakarida
Monosakarida adalah kelompok karbohidrat yang paling sederhana karena tersusun
dari 1 monomer dengan rumus molekul CnH2nOn. Struktur kimia monosakarida dapat
digambarkan dengan model linear (proyeksi Fischer) dan model siklik hemiasetal
(proyeksi Haworth). Dalam proyeksi Fischer, rantai karbon ditulis vertical dengan
gugus aldehida atau gugus keton sebagai basis penentuan posisi atom C. Gugus
fungsional aldehida pada gula aldosa terletak pada C1 sedangkan gugus fungsional
keton pada gula ketosa terletak pada C2. Beberapa atom karbon dalam struktur
monosakarida bersifat asimetrik atau memiliki pusat krial yakni mengikat gugus yang
berbeda melalui ikatan kovalen. Atom karbon yang bersifat asimetrik dapat mengikat
gugus hidroksil pada posisi yang berbeda yakni posisi di kiri (L) dan posisi di kanan
(D). Monosakarida dengan D dan L yang berbeda disebut enantiomer. Jumlah isomer
yang dapat dibentuk adalah 2n dan enantiomernya adalah 2n-1 dimana n adalah jumlah
atom karbon. Berdasarkan posisi gugus hidroksil yang terikat pada atom C,
monosakarida dapat dikelompokkan menjadi struktur dekstro (D) jika posisi gugus
hidroksil di sebelah kanan dan levo (L) jika gugus hidroksil di sebelah kiri.
Monosakarida juga dapat memiliki struktur dan . Dalam proyeksi Haworth, gula
pereduksi ditandai dengan adanya gugus hidroksil (OH) bebas pada C1. Jumlah gula
pereduksi disebut dextrose equivalent (DE). Semakin tinggi DE maka junlah gula
pereduksi dan kelarutan gula meningkat.
3.3.2 Disakarida
Disakarida tersusun dari 2 unit monomer monosakarida yang terhubung dengan ikatan
glikosidik. Jenis ikatan glikosidik dapat disebut ikatan atau . Senyawa yang
termasuk disakarida yakni sukrosa, maltosa, laktosa, dan selobiosa. Sukrosa tidak
bersifat sebagai gula pereduksi sedangkan maltosa dan laktosa sebagai gula pereduksi.
3.3.3 Sifat Fisikokimia Gula Sederhana
Mono dan gliserida umumnya berbentuk kristal stabil. Keduanya dapat ditambahkan
pada proses pengolahan pangan untuk meningkatkan kemanisan, memberikan warna,
dan meningkatkan daya simpan dengan menurunkan aw.
3.3.3.1 Kemanisan
Sukrosa sering digunakan sebagai pemanis dalam bahan pangan karena tingkat
kemanisannya lebih tinggi dibandingkan gula lainnya seperti glukosa, galaktosa,
fruktosa, dan maltosa. Pemanis buatan seperti aspartam, siklamat, dan sakarin
mempunyai tingkat kemanisan lebih tinggi dibandingkan sukrosa. Sakarin adalah
pemanis buatan yang paling manis dibandingkan pemanis buatan lainnya.
3.3.3.2 Sifat Higroskopis
Sifat higroskopis merupakan kemampuan gula dalam mengikat air karena adanya
gugus polihidroksil yang membentuk ikatan hidrogen dengan air. Sifat higroskopis
juga dipengaruhi oleh suhu dan RH lingkungan.
3.3.3.3 Sifat Kelarutan
Kelarutan gula sederhana dalam air tergantung pada jenis gula, suhu, dan adanya
gugus polihidroksil yang membentuk ikatan hidrogen dengan air.
3.3.4 Reaksi Kimia Gula Sederhana
Gugus polihidroksil dan aldehida atau keton pada gula sederhana yang bersifat reaktif
sehingga berperan utama dalam reaksi-reaksi kimia.
Granula pati bersifat kompak karena diperkuat oleh ikatan hidrogen antara molekulmolekul amilosa dan amilopektin yang cukup kuat. Granula pati mempunyai struktur
semikristal. Pola Maltese cross khas ditemukan pada semua granula pati yang masih
menunjukkan struktur kristal (belum mengalami gelatinisasi).
Berdasarkan kemudahannya untuk dicerna dalam saluran pencernaan, pati dapat
diklasifikasikan menjadi pati yang dapat dicerna secara cepat (rapidly digestible
starch atau RDS), pati yang dicerna secara lambat (slowly digestible starch atau SDS),
dan pati resisten (resistant starch atau RS).
Pati resisten dikelompokkan menjadi 4 tipe utama, yaitu :
RS I
Pati yang terperangkap dalam jaringan
RS II
Granula pati yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan
RS III
Pati yang terbentuk dari hasil retrogradasi pati
RS IV
Pati hasil modifikasi secara kimia
3.5.1.4. Mekanisme Gelatinisasi Pati
Mekanisme gelatinisasi pada dasarnya terjadi dalam tiga tahap, yaitu :
1. Penyerapan air oleh granula pati sampai batas yang akan mengembang secara
lambat, dimana air secara perlahan-lahan dan bolak-balik berimbibisi ke dalam
granula sehingga terjadi pemutusan ikatan hidrogen antara molekul-molekul
granula
2. Pengembangan granula secara cepat yang dikarenakan menyerap air secara cepat
sampai kehilangan sifat birefriengence-nya
3. Granula pecah jika cukup air dan suhu terus naik sehingga molekul amilosa
keluar dari granula
3.5.1.5. Analisis Gelatinisasi Pati
Di antara cara untuk mengetahui profil gelatinisasi suatu sumber pati adalah dengan
melakukan pengukuran dengan Brabender Viscograph yang mensimulasikan proses
pemasakan. Alat Brabender Viscograph umumnya dioperasikan dengan tahapantahapan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Data yang dapat diperoleh dari profil gelatinisasi pati hasil pengukuran Brabender
Viscograph adalah :
Sumber pati
Ukuran granula pati
Asam
Gula
Lemak dan protein
Enzim
Suhu pemasakan
Pengadukan
maltodekstrin, atau sirup glukosa. Dalam proses selanjutnya, hasil hidrolisis pati dapat
diproses menjadi alkohol.
3.5.1.8. Pertimbangan dalam Memilih Sumber Pati dalam Pengolahan Pangan
Karakteristik produk
Kondisi proses pengolahan
Kondisi penyimpanan produk
3.5.1.9. Pati Termodifikasi
Pati termodifikasi adalah pati yang telah mengalami perlakuan fisik atau kimia secara
terkendali sehingga merubah satu atau lebih dari sifat asalnya, seperti suhu awal
gelatinisasi, karakteristik selama proses gelatinisasi, ketahanan oleh pemanasan,
pengasaman dan pengadukan, serta kecenderungan retrogradasi. Modifikasi dilakukan
pada level molekular dengan atau tanpa mengubah struktur granula patinya.
Teknik modifikasi pati yang banyak dilakukan, di antaranya adalah modifikasi secara
fisik (pregelatinisasi atau heat moisture treatment) dan modifikasi kimia (modifikasi
ikatan silang, substitusi, oksidasi, dan hidrolisis asam). Modifikasi dapat juga
dilakukan secara kombinasi, misalnya kombinasi modifikasi ikatan silang dan
substitusi. Metode modifikasi lainnya adalah dengan konversi atau hidrolisis pati
menjadi karbohidrat dengan rantai lebih pendek, misalnya membentuk maltodekstrin.
3.5.2. Polisakarida yang Tidak Dapat Dicerna
Serat merupakan kelompok polisakarida yang tidak dapat dicerna yang terdapat dalam
bahan pangan.
3.5.2.1 Selulosa
Selulosa merupakan polimer linear dari -D-glukosa yang dihubungkan satu sama lain
dengan ikatan glikosidik .
3.5.2.2 Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan heteropolisakarida yang mengandung berbagai gula
terutama pentose yang umumnya terdiri dari dua atau lebih residu pentose yang
berbeda.
3.5.2.3 Pektin
Pektin merupakan poligalakturonat dengan rantai linearnya terdiri dari unia asam
anhidro D-galakturonat yang dihubungkan dengan ikatan .
3.5.2.4 Lignin
Lignin merupakan kompleks polimer aromatik yang mempunyai struktur tiga dimensi.