Kelompok Ilmu
:
Mata Ajar
:
Pokok Bahasan
:
Sub Pokok Bahasan :
Penempatan
:
Waktu Pertemuan :
METODE :
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi/Tanya-jawab
MEDIA/ALAT :
1. OHP
2. White Board, Spidol Board Maker
3. Tensimeter
4. Stetoskop
5. Hammer
6. Warless dan mic
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
TAHAP/WAKTU
KEGIATAN GURU
Pembukaan
1. mengucapkan salam
(7 menit)
kemudian dibuka
dengan bacaan
Basmallah dan
perkenalan
2. menjelaskan tujuan
materi yang akan
disampaikan
3. mereviw pengetahuan
awal mahasiswa
tentang materi
pemeriksaan fisik
Kegiatan Inti
1. menjelaskan
(30 menit)
pengertian
pemeriksaan fisik
2. menjelaskan tujuan
pemeriksaan fisik
3. menyebutkan empat
tehnik pemeriksaan
fisik yang terdiri
dari: inspeksi,
palpasi, perkusi dan
auskultasi
4. menjelaskan dan
mendemonstrasikan
tehnik-tehnik
KEGIATAN SISWA
1. menjawab salam
2. memperhatikan guru
menyampaikan
menjelaskan
3. merespon
pertanyaan yang
diajukan oleh guru
1. memperhatikan
dengan seksama
dosen menyampaikan
materi kuliah
2. mengajukan
pertanyaan bila
materi yang
disampaikan
belum/tidak jelas di
terima
5.
6.
7.
8.
9.
4. Penutup
(8 menit)
EVALUASI
1. Jenis
2. Bentuk
3. Waktu
4. Prosedur
pemeriksaan fisik
memberi kesemptan
mahasiswa untuk
menanyakan dari
materi yang
belum/tidak jelas
disampaikan
menjelaskan definisi
kesadaran
menyebutkan
tahapan-tahapan
tingkat kesadaran
menentukan tingkat
kesadaran dengan
menggunakan tehnik
penilaian GCS
memberi kesemptan
mahasiswa untuk
menanyakan dari
materi yang
belum/tidak jelas
disampaikan
1.
1.
mencatat kesimpulan
dari materi kuliah
yang diterima
2. menjawab salam
dosen
: Obyektif tes
: Multiple choice
:
:
DAFTAR PUSTAKA
Bates Barbara. (1998), Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan , EGC<
Jakarta
OConnor Simon. (1994), Pemeriksaan Klinis Pedoman Diagnosis
Fisik,Binarupa Aksara, Jakarta
Potter, Patricia A. (1996), Pengkajian Kesehatan. Edisi:3, EGC, Jakarta
Priharjo Robert (1996), Pengkajian Fisik Keperawatan , EGC, Jakarta
Swartz. H. Mark. (1995), Buku Ajar Diagnostik Fisik, EGC, Jakarta
Taylor. (1993), Fundamentals of Nursing, Lippincott Company,
Philadelpia
PENGERTIAN
Pemeriksaan Fisik adalah tehnik untuk menemukan kelainan atau
penyimpangan dari normal pada seseorang yang telah diketahui
diagnosisnya (follow up) atau belum diketahui diagnosisnya
Kesadaran adalah
1 TUJUAN
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menentukan informasi
sahih mengenai kesehatan pasien. Pemeriksa harus dapat
mengenali, menganalisis, dan mensintesis informasi yang dapat
dikumpulkan ke dalam suatu penilaian yang komprehensisf
III. TEHNIK-TEHNIK PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
Inspeksi adalah penggunaan penglihatan, pendengaran, dan
pengidu untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik
tertentu dari bagian dan fungsi tubuh. Inspeksi dilakukan untuk
mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status
fisik. Inspeksi dilakukan saat pertamakali bertemu dengan
pasien. Amati secara cermat mengenai tingkah laku dan keadaan
tubuh pasien. Amati hal-hal yang umum kemudian ke hal-hal yang
khusus.pengetahuan dan pengalaman sangat diperlukan dalam
melakukan inspeksi.
Adapun langkah kerja inspeksi adalah sebagai berikut :
perhatikan
kesan
pertama
pasien
meliputi
perilaku,
pengidu
terkadang
dapat
mendeteksi
1) Palpasi Ringan
2) Palpasi Dalam
Digunakan untuk memeriksa keadaan organ dan massa, kulit
ditekan sedalam kurang lebih 2,5scm (1 inci)
Perhatian diperlukan untuk mencegah cidera interna
3) Palpasi Bimanual
Kedua tangan digunakan untuk mempalpasi dalam, satu tangan
(tangan yang meraba) direlaksasi dan diletakkan dengan
ringan diatas kulit klien. Tangan yang aktif menekan tangan
yang meraba. Tangan yang dibawah tetap relaksasi untuk
mendeteksi karakteristik organ. Tekanan dilakukan oleh
pucuk tangan ke sendi interpalangealdistal. Tekanan dilepas
sebelum pindah area kecuali untuk mengetahui adanya nyeri
tekan.
Tehnik palpasi tergantung pada bagian tubuh dan kondisi klien.
Cara kerja palpasi secara umum dapat dilakukan sebagai berikut:
4. pastikan bahwa area yang akan dipalpasi benar-benar
nampak (tidak tertutup selimut, baju dan lain-lain)
5. cuci tangan sampai bersih dan keringkan
6. beritahu pasien tentang apa yang akan dilkukan
7. secara prinsip palpasi dapat dikerjakan dengan semua jari,
tetapi jari telunjuk dan ibu jari lebih sensitif.
8. untuk mendeterminasi bentuk dan struktur organ gunakan
jari 2, 3, dan 4 secara bersamaan. Untuk palpasi abdomen
gunakan telapak tangan dan beri tekanan dengan jari-jari
secara ringan.
9. bila diperlukan lakukan palpasi dengan dua tangan
Measured in centimeters
Consistency
Firm
Edematous
Spongy
Cystic
Surface
Smooth
Nodular
Granular
Mobility
Fixed or nonmobile
Mobile
Amount of tenderness to touch
Pulsation can or cannot be felt in the mass
Tenderness
Pulsatile
3. Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk
permukaan tubuh dengan jari untuk menghasilkan getaran.
Tujuan perkusi adalah untuk menentukan batas-batas organ atau
bagian tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan
akibat adanya gerakan yang diberikan kebawah jaringan.karakter
Be presented by Nuzul Q S.Kep in Nursing Academy of Muhammadiyah
University Surabaya
bunyi
menentukan
lokasi,
ukuran,
bentuk,
dan
kepadatan
Tone
Flatness
Dullness
Resonance
Hyperresonance
Soft
Medium
Loud
Very Loud
High
Medium
Low
Lower
Short
Medium
Long
Longer
Tympany
Loud
Thigh
Liver
Normal Lung
Emphysematous
lung
Gastric
air
bubble
or
puffed-out
cheek
dengan
telapak
tangan
dan
jari
tidak
menyentuh
(pleksor)
memukul
dasar
persendian
distal
pleksimeter
-
4. Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang terbentuk dalam
organ
tubuh
untuk
mendeteksi
perbedaan
dari
normal.
untuk
memperjelas
pendengaran.
Pemeriksa
Persiapan Lingkungan
1. bila mungkin pemeriksaan dilaksanakan dalam ruang dengan
peralatan lengkap.
2. pastikan kecukupan cahaya
3. ruang kedap suara amat ideal, mengurangi bunyi keributan dari
luar
4. berikan pemberitahuan untuk menghindari interupsi dari tim
kesehatan lain saat pemeriksaan
5. pastikan kenyamanan klien dengan menawarkan bantal kecil
6. naikkan kepala tempat tidur sebanyak kurang lebih 30 derajat
saat klien dalam posisi terlentang
7. membantu klien bergerak naik dan turun tempat tidur
8. jangan meninggalkan klien yang bingung, mengamuk, atau tidak
bisa bekerja-sama tanpa penjagaan diatas pemeriksaan
9. pastikan ruangan cukup hangat untuk mempertahankan
kenyamanan
10. bila klien berada ditempat tidur, tinggikan tempat tidur
sehingga memungkinkan pemeriksa untuk lebih mudah mencapai
bagian-bagian tubuh
Persiapan Alat
1. cuci tangan sebelum mempersiapkan alat-alat pemeriksaan
2. usahakan seluruh peralatan tersedia, siap pakai, dan tersusun
sesuai urutan pemakaian sebelum pemeriksaan dimulai
3. peralatan dan bahan untuk pemeriksaan fisik adalah :
- manset tekanan darah
- aplikator berujung kapas
- pembalut/kain penutup/duk
- kartu mata, seperti kartu snellen
- senter
- format-format, sperti untuk pemeriksaan fisik atau analisa
laboratorium
- sarung tangan (steril atau bersih)
- minyak
- optalmoskop
- otoskop
- nasal speculum
- snellen chart
- kaca tes papanicoleou smear
- kertas kamar mandi
- palu perkusi/reflex hammer
- neurologic hammer
- jarum-jarum steril
- timbangan dengan alat pengukur tinggi badan
- penampung spesimen dan kaca mikroskop
- spigmomanometer
- stetoskop
- lap atau busa, gunting tang dan spatula
- pita pengukur
- termometer
- kertas pembersih
- penekan lidah
- garpu tala
- spekulum vagina
- jam tangan dengan jarum detik atau penunjuk digital
4. gunakan tangan anda atau air hangat untuk menghangatkan
peralatan yang akan menyentuh klien
5. pastikan semua peralatan berfungsi dengan baik. Sediakan
cadangan baterei dan bola lampu untuk otoskop dan optalmoskop
Persiapan Fisik
1. Pastikan kenyamanan fisik klien sebelum pemeriksaan dimulai .
Daerah yang
Rasional
Keterbatasan
diperiksa
Duduk
Terlentang
Posisi
rilek
paling
normal : mencegah
kontraktur
otot
abdomen,
memungkinkan
pemeriksaan
denyut
lebih mudah.
Bila
klien
menjadi
mudah
terengahengah,
pemeriksa
dapat menaikan kepala
tempat tidur
Dorsal
Recumbent
Litotomi
Genetalia
dan
genetalia
Memungkinkan
pemaparan
genetalia
maksimal
dan
mempermudah
masuknya
spekulum
vagina
Posisi
yang
tidak
nyaman dan membuat
malu,
sehingga
menghabiskan
waktu
klien untuk posisi ini :
perhtahankan
klien
untuk tetap tertutup
dengan
baik;
klien
dengan atritis berat
mungkin tidak mampu
melakukan posisi ini
Sim
Rektum
wanita
traktus
Tengkurap
Otot rangka
Posisi
ini
hanya
digunakan
untuk
mengkaji
ekstensi
persendian panggul
Posisi
Lutut dada
Rektum
Rekumben
lateral kiri
Jantung
Persiapan psikologis
Karena banyak klien merasa bahwa pemeriksaan fisik melelahkan ,atau
penuh stres, atau mengalami kecemasan tentang hasil pmeriksaan,
pemeriksaan sebaiknya mempersiapkan klien secara psikologis sebelum
pemeriksaan . Pemeriksa juga sebaiknya memeperhatikan status
emosional klien untuk mengurangi kecemasan selama pemeriksaan.
1. Mulailah pemeriksaan dengan menjelaskan secara garis besar
kegunaan dan bagaimana pemeriksaan dilakukan.
2. Saat anda memeriksa setiap sistim tubuh , jelaskan prosedur
dengan lebih terperinci.
3. Bila klien berbeda jenis kelamin, sebaiknya ada orang ketiga dari
jenis kelamin yang sama seperti klien terutama saat memeriksa
genetalia.
4. Monitor respon emosional klen selama pemeriksaan.
5. Observasi gerakan tubuh seperti penegangan saat disentuh atau
tunda pemeriksaan sampai saat klien tenang dan dapat bekerja
samaehungga memungkinkan peningkatan keakuratan
pemeriksaan.
6. Jangan pernah memaksa klien untuk melanjutkan pemeriksaan.
DEFINISI KESADARAN
Kesadaran mempunyai dua komponen yang perlu dikaji yaitu
kewaspadaan dan kesadaran diri. Kewaspadaan merupakan keadaan yang
diatur oleh hemisfer serebri dan sistem aktifasi retikulo batang otak.
dapat
dikaji
dengan
memperhatikan
respon
tidak
berespon
terhadap
rangsangan
lingkungan
maka
KEMAMPUAN
Membuka mata secara spontan
Terhadap suara
NILAI
4
3
Terhadap nyeri
Tidak berespon
2
1
Respon verbal
Orientasi baik
Kacau
Penggunaan kata-kata tidak
tepat
Suara tidak dapat dimengerti
Tidak bersuara
5
4
3
2
1
Respon gerak
(motor)
Mematuhi perintah
Melokalisir nyeri
Menarik dengan fleksi
Fleksi abnormal
Ekstensi abnormal
Flaksid (lemah dan lunak)
6
5
4
3
2
1
Tanda-Tanda
Sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya Pasien
melihat pada anda dan berespon sempurna sesuai
dengan rangsangan
Apatis
Somnolen
Delirium
Sopor/Semikoma
DAFTAR PUSTAKA
Bates Barbara. (1998), Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan , EGC<
Jakarta
OConnor Simon. (1994), Pemeriksaan Klinis Pedoman Diagnosis
Fisik,Binarupa Aksara, Jakarta
Potter, Patricia A. (1996), Pengkajian Kesehatan. Edisi:3, EGC, Jakarta
Priharjo Robert (1996), Pengkajian Fisik Keperawatan , EGC, Jakarta
Swartz. H. Mark. (1995), Buku Ajar Diagnostik Fisik, EGC, Jakarta
Taylor. (1993), Fundamentals of Nursing, Lippincott Company,
Philadelpia
PEMERIKSAAN FISIK
Disampaikan Pada
Real Teaching Program Akta Mengajar
diAkper Muhammadiyah Surabaya
Oleh
Nuzul Quraniati S.Kep
Disampaikan Pada
Real Teaching Program Akta Mengajar
diAkper Muhammadiyah Surabaya
Oleh
Nuzul Quraniati S.Kep
PENGERTIAN
Pemeriksaan
Fisik
adalah
tehnik
untuk
diagnosisnya
II TUJUAN
Tujuan
pemeriksaan
menentukan
kesehatan
mengenali,
fisik
informasi
pasien.
adalah
sahih
Pemeriksa
menganalisis,
mengenai
harus
dan
untuk
dapat
mensintesis
1.
2.
3.
4.
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
flatness
dullness
resonance
hyperresonance
tympany
.
Pemeriksa menggunakan stetoskop untuk mendengarkan
bunyi jantung, paru-paru, bunyi usus, serta untuk
mengukur tekanan darah dan denyut nadi..
Semua bunyi mempunyai empat karakteristik yang
harus dikaji, antara lain :
frekwensi adalah jumlah siklus gelombang suara dihitung
perdetik dengan obyek bergetar, berkisar dari tinggi
kerendah
kepekaan adalah amplitudo dari gelombang suara, berkisar
dari lembut kekeras
kualitas adalah suatu karakteristik yang membedakan
bunyi dari frekwensi dan kepekaan yang serupa
digambarkan dengan istilah tiupan, desiran, dan
berdenguk
durasi adalah lamanya waktu suatu bunyi berakhir sebagai
bunyi yang terus menerus, berkisar dari pendek sampai
menengah sampai panjang.
Persiapan Lingkungan
1. bila mungkin pemeriksaan dilaksanakan dalam ruang
dengan peralatan lengkap.
2. pastikan kecukupan cahaya
3. ruang kedap suara amat ideal, mengurangi bunyi keributan
dari luar
4. berikan pemberitahuan untuk menghindari interupsi dari tim
kesehatan lain saat pemeriksaan
5. pastikan kenyamanan klien dengan menawarkan bantal kecil
6. naikkan kepala tempat tidur sebanyak kurang lebih 30
derajat saat klien dalam posisi terlentang
7. membantu klien bergerak naik dan turun tempat tidur
8. jangan meninggalkan klien yang bingung, mengamuk, atau
tidak bisa bekerja-sama tanpa penjagaan diatas pemeriksaan
9. pastikan ruangan cukup hangat untuk mempertahankan
kenyamanan
10.bila klien berada ditempat tidur, tinggikan tempat tidur
sehingga memungkinkan pemeriksa untuk lebih mudah
mencapai bagian-bagian tubuh
Persiapan Alat
1
optalmoskop
otoskop
nasal speculum
snellen chart
kaca tes papanicoleou smear
kertas kamar mandi
palu perkusi/reflex hammer
neurologic hammer
jarum-jarum steril
timbangan dengan alat pengukur tinggi badan
penampung spesimen dan kaca mikroskop
spigmomanometer
stetoskop
lap atau busa, gunting tang dan spatula
pita pengukur
termometer
kertas pembersih
penekan lidah
garpu tala
spekulum vagina
jam tangan dengan jarum detik atau penunjuk
digital
4 gunakan tangan anda atau air hangat untuk menghangatkan
peralatan yang akan menyentuh klien
5 pastikan semua peralatan berfungsi dengan baik. Sediakan
cadangan baterei dan bola lampu untuk otoskop dan
optalmoskop
-
1
2
3
4
5
Persiapan Fisik
Persiapan psikologis
3
4
5
6
7
PARAMETER
KEMAMPUAN
Mata
Membuka mata
secara spontan
Terhadap suara
Terhadap nyeri
Tidak berespon
Respon
verbal
Respon
gerak
(motor)
Orientasi baik
Kacau
Penggunaan katakata tidak tepat
Suara tidak dapat
dimengerti
Tidak bersuara
Mematuhi perintah
Melokalisir nyeri
Menarik dengan
fleksi
Fleksi abnormal
Ekstensi abnormal
Flaksid (lemah dan
lunak)
NILAI
4
3
2
1
5
4
3
2
1
6
5
4
3
2
1
TINGKATAN KESADARAN
Kesadaran
Komposmentis
Tanda-Tanda
Sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya
Pasien melihat pada anda dan berespon
sempurna sesuai dengan rangsangan
Apatis
Somnolen
Delirium
tidak
tersadarkan
dengan
matanya
terpejam. Tidak menunjukkan bukti
terhadap adanya kebutuhan dari dalam
diri atau rangsangan eksternal
.