Anda di halaman 1dari 3

Nama : Addien Paramita Devina Nugraha

NIM : 071211333001
Judul Proposal : Partisipasi Politik dan
Kesadaran Politik Masyarakat Kabupaten
Mojokerto dalam Pilpres 2014

Judul : Demokrasi dan Pemilu di Indonesia


Nama Pengarang : Janedjri M. Gaffar
Penerbit : Konstitusi Press
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2013
Halaman : x + 228
Pertanyaan penelitian :
-

Bagaimana bentuk partisipasi politik masyarakat Mojokerto dalam pemilihan


presiden 2014?
Apa saja factor pendorong bentuk partisipasi tersebut? Apakah mobilisasi atau otonom?
Bagaimana kesadaran politik dapat mempengaruhi partisipasi politik masyarakat
Mojokerto dalam pilpres 2014?

Demokrasi adalah sebuah mekanisme atau cara hidup. Yang membedakannya dengan
cara hidup yang lain adalah prinsip dasar yang harus dimiliki sebuah negara yang menerapkan
demokrasi adalah kesamaan hak setiap warga negara. Hak warga negara dalam hal ini bukan
hanya diartikan dalam hak hidup saja, tapi juga hak politiknya. Seluruh warga negara tanpa
kecuali memiliki hak yang sama dalam pemerintahan. Awalnya demokrasi bukanlah paham yang
popular di masa lalu karena dianggap tidak realistis dan justru tidak efektif bila diterapkan.
Negara-negara saat itu kebanyakan memilih untuk menerapkan pemerintahan yang oligarki
ataupun monarki. Namun lama kelamaan paham demokrasi mulai berkembang setelah
munculnya kekecewaan atas pemerintahan yang satu arah saja. Rakyat biasa dianggap tidak
perlu berperan dalam pemerintahan,padahal rakyat adalah pihak yang merasakan langsung
kebijakan yang dibuat pemerintahnya. Selain itu lahirnya revolusi industry juga menuntut adanya
perubahan mekanisme terutama dalam hal ekonomi,social,dan politik. Demokrasi merupakan
paham yang dianggap cocok dengan revolusi industry yang dilakukan. Sejak saat itu demokrasi
mulai digunakan oleh banyak negara karena kekuasaan terbesar justru dipegang rakyat.
Seiring dengan perkembangan demokrasi,ahli yang mempelajari demokrasi pun terus
bertambah sehingga pemikiran mengenai demokrasi pun terus berkembang. Banyak model
demokrasi baru yang diperkenalkan oleh berbagai ilmuwan. Namun pada dasarnya semua model
itu memiliki asas dasar yang sama yaitu kekuasaan di tangan rakyat. Hanya saja, yang
membedakan berbagai model demokrasi itu adalah bagaimana kekuasaan itu dikelola,siapa yang
mengelola pemerintahan,serta bagaimana orang yang mengelola pemerintahan itu dipilih. Dari
model-model demokrasi yang ada,bisa ditarik dua konsep demokrasi secara teoritis menurut
Richard A. Posner, yaitu demokrasi deliberative dan demokrasi elite 1. Demokrasi elite adalah
demokrasi yang mensyaratkan elite sebagai pengelola pemerintahan walaupun rakyat juga
memiliki kekuasaan. Hanya saja rakyat dianggap tidak mampu untuk menjalankan pemerintah
1 Janedjri M. Gaffar, Demokrasi dan Pemilu (Jakarta : Konstitusi Press,2013) hlm.20

dan elite dianggap sebagai kelompok yang lebih superior disbanding rakyat biasa. Kekuasaan
rakyat hanya sebatas hingga pemilihan elite. Rakyat boleh memilih siapa elite yang dianggap
bisa mewakilinya dengan kekuasaan yang dimilikinya, namun rakyat diasumsikan mentransfer
paling tidak sebagian kekuasaannya kepada wakil yang dipilihnya itu.
Sedangkan demokrasi deliberative merupakan bentuk demokrsi yang dikonsepsikan
secara idealis,teoritis,dan topdown. Asumsi penganut demokrasi deliberative adalah tiap orang
dewasa dianggap memiliki hak moral untuj berpartisipasi secara sama dlam pemerintahan 2.
Masyarakat dianggap memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup mengenai proses
pembuatan dan implementasi kebijakan. Dengan informasi dan pengetahuan yang dimilikinya
itu,masyarakat dianggao mampu mengetahui apa yang harus dilakukan untuk membuat
kebijakan yang baik sehingga dianggap layak menduduki pemerintahan. Dilihat dari sisi
bagaimana kekuasaan rakyat dikelola terlihat bahwa demokrasi deliberative lebih demokratis
disbanding demokrasi elitis. Demokrasi elitis cenderung terdengar setengah hati dalam
implemenyasinya. Namun sebenarnya bila dikembalikan ke prinsip awal demokrasi yaitu bahwa
kedaulatan ada di tangan rakyat.
Secara garis besar , dari semua model demokrasi yang ada dapat ditarik simpulan bahwa
demokrasi juga dibedakan menjadi demokrasi langsung dan tidak langsung. Demokrasi langsung
berarti masyarakat dilibatkan langsung dalam proses pembuatan kebijakan public dan bahkan
keputusan akhir ada di tangan masyarakat itu sendiri. Sedangkan demokrasi tidak langsung atau
perwakilan berarti masyarakat tetap didengar suaranya dalam pembuatan kebijakan tapi tidak
secara langsung. Suara masyarakat akan direpresentasikan oleh wakilnya yang sudah dipilihnya
terlebih dahulu di parlemen. Seiring dengan perkembangan zaman,terjadi pertambahan penduduk
dan berubahnya situasi serta cara hidup mengakibatkan demokrasi langsung atau demokrasi
deliberative sudah tidak bisa diterapkan di saat ini. Demokrasi langsung atau deliberative hanya
dimungkinkan dalam negara dengan jumlah masyarakat yang sedikit. Sedangkan jumlah rata-rata
masyarakat di satu kota kecil saja sekarang sudah melebihi ribuan. Pendidikan dan informasi
yang bisa didapat masing-masing individu juga semakin banyak sehingga tuntutan yang diajukan
oleh masyarakat semakin variatif tergantung pendidikan yang diterima individu. Dua hal tersebut
mengakibatkan susahnya demokrasi deliberative atau langsung susah untuk diterapkan sehingga
hanya demokrasi perwakilan lah yang paling mungkin untuk diterapkan.
Demokrasi perwakilan tidak perlu melibatkan masyarakat secara langsung karena hanya
wakil masyarakat lah yang perlu bekerja. Hal inilah yang melahirkan pemilihan umum sebagai
cara terbaik agar masyarakat tidak perlu terlibat langsung dalam pembuatan kebijakan namun
masih bisa menyampaikan aspirasinya. Pemilihan umum menjadi syarat utama dalam penerapan
demokrasi ini agar demokrasi juga tetap memiliki ruhnya yaitu kedaulatan rakyat. Pemilihan
umum adalah bentuk control masyarakat terhadap jalannya pemerintahan. Bila wakil yang telah
dipilih dianggap tidak biisa merepresentasikan aspirasi rakyat,maka masyarakat memiliki hak
untuk tidak memilih wakil tersebut. Jadi, masyarakat masih tetap bisa memperjuangkan
aspirasinya melalui pemilihan wakil yang dianggap merepresentasikan apa yang diinginkan dan
dibutuhkannya. Ide demokrasi tentang partisipasi,representasi,dan pengawasan juga tetap
terpenuhi dalam demokrasi jenis ini. Bila satu saja dari ide demokrasi itu tidak dilaksanakan
maka yang terjadi adalah adanya korupsi,perampasan,dan pemborosan uang negara.3
2 Janedjri M. Gaffar , loc.cit.
3Ibid, hlm. 24

Karena dalam demokrasi perwakilan kekuasaan rakyat hanya bisa disalurkan melalui
pemilu , maka pemilu menjadi tolak ukur utama berjalannya demokrasi. Menurut Djanedjri,hasil
pemilu yang dilaksanakan dalam suasana keterbukaan dan kebebasan dianggap akurat
mencerminkan partisipasi dan aspirasi masyarakat4. Agar pemilu benar-benar bisa menjadi media
partisipasi dan aspirasi masyarakat,Universal Declaration on Democracy memutuskan bahwa
pemilu harus memenuhi beberapa prinsip, yaitu :
- Bebas
- Adil
- Berkala
- Umum
- Persamaan
- Rahasia
- Penghormatan terhadap hak memilih dan dipilih
- Kebebasan berkespresi dan berkumpul
- Akses terhadap informasi
- Kebebasan berorganisasi5
Berdasarkan prinsip yang diakui secara universal tersebut,konstitusi Indonesia yaitu UUD
1945 , pemilu di Indonesia harus menerapkan asas LUBER JURDIL, yaitu
langsung,umum,bebas,rahasia, jujur,dan adil. Karena sudah tertulis pada konstitusi , asas ini
tidak boleh dilanggar. Hokum formal tertulis merupakan salah satu pendukung jalannya pemilu
yang demokratis. Dengan adanya hokum formal yang mengatur pemilu,pemilu bisa diatur mulai
dari perencanaannya,pelaksanaannya,hingga evaluasinya agar tidak keluar dari batas yang telah
ditentukan oleh hokum tersebut. Factor pendukung yang lain adalah
- Adanya pengadilan independen yang menginterpretasikan peraturan pemilu
- Adanya lembaga administrasi yang jujur,kompeten,dan non partisan untuk menjalankan
pemilu
- Adanya pembangunan system kepartaian yang cukup terorganisis untuk meletakkan
pemimpin dan kebijakan di antara alternative kebijakan yang dipilih
- Penerimaan komunitas politik terhadap aturan main tertetntu dari struktur dan
pembatasan dalam mencapai kekuasaan6
Jadi,walaupun partisipasi politik yang bisa dilakukan oleh masyarakat dalam
penyelenggaraan demokrasi bukan hanya berupa voting saat pemilu,namun hanya pemilu yang
bisa dijadikan sebagai indicator benar-benar terlaksananya demokratisasi karena pemilu memiliki
aturan hokum dan lembaga pendukung yang jelas serta memiliki indicator yang diakui secara
universal. Berbeda dengan bentuk partisipasi politik lain yang dilakukan secara berbeda-beda
antar negara sehingga tidak ada aturan secara universal, hanya pemilu yang diakui secara
universal sebagai penanda adanya kebebasan bagi warga negara untuk berpartisipasi dalam
mempengaruhi kebijakan public.
4Ibid, hlm. 29
5Ibid, hlm. 42
6Ibid, hlm.6

Anda mungkin juga menyukai