Anda di halaman 1dari 11

Kasus 2

Topik : Otitis Eksterna


Tanggal (kasus)
: 20-03-2015
Presenter : dr. Siti Hafsah
Tanggal Presentasi : 29-03-2015
Pendamping : dr. Aisah Bee
Tempat Presentasi : RSUD Kab. Kepulauan Meranti
Obyektif Presentasi :
V Keilmuan

V Diagnostik

Neonatus Bayi

Keterampilan

Penyegaran

Manajemen

Anak

Remaja

Tinjauan Pustaka

Masalah

Dewasa

Istimewa

Lansia

Bumil

Deskripsi :
Anak laki-laki, 7 tahun, datang dengan keluhan nyeri telinga kanan sejak 1 minggu yang lalu,
nyeri dirasakan terus menerus terutama saat malam hari menjelang tidur, batuk (-), pilek (-),
demam (-).
Tujuan :
1. Menegakkan diagnosis otitis eksterna
2. Memberikan tatalaksana serta edukasi mengenai otitis eksterna kepada pasien dan
keluarga.
Bahan Bahasan :

v Tinjauan Pustaka

Cara Membahas :

v Diskusi

Riset

Presentasi dan

Kasus

Audit

Email

Pos

diskusi
Data Pasien :

Nama : An. AP

Data utama untuk bahan diskusi :

No. Registrasi : -

1. Diagnosis / gambaran klinis :


Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Vital Sign
: TD : Tdp
Nadi : Tdp

Respirasi : Tdp
Suhu
: 36, 3 C

Kepala : Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)


Leher
: Perbesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks : Jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : Inspeksi : Datar dbn
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi
: Supel, organomegali (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Perkusi
: Timpani
Ekstremitas : Edema tungkai (-), CRT < 2 detik, akral hangat (+)
Laboratorium : Tidak dilakukan pemeriksaan
Status lokalisata:
Discharge
Mukosa
Serumen
Furunkel
Benda asing
Spora / hyfa
Membran timpani

2.
3.
4.
5.

Telinga Kanan
(+) warna kekuningan
Hiperemis
(+)
(+)
(-)
(-)
Tidak tampak

Telinga Kiri
(-)
Tidak hiperemis
(-)
(-)
(-)
(-)
Intak

Riwayat pengobatan : pasien tidak pernah mengkonsumsi obat sebelumnya


Riwayat kesehatan / penyakit : pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya
Riwayat keluarga : tidak ada riwayat dari keluarga dengan penyakit yang sama
Riwayat imunisasi : -

Daftar Pustaka :
Soepardi, Efiaty Arsyah, 1995, Buku Ajar Telinga hidung Tenggorok, FKUI, Jakarta.

Hasil Pembelajaran :
1. Mampu menegakkan diagnosis otitis eksterna
2. Dapat memberikan terapi awal dan edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN KASUS OTITIS EKSTERNA

1. Subjektif
Pasien seorang anak laki-laki, umur 7 tahun, datang ke poliklinik THT RSUD Kabupaten
Kepulauan Meranti dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 1 minggu yang lalu,
nyeri dirasakan terus menerus terutama saat malam hari menjelang tidur, menurut ibu
pasien pernah berenang bersama teman-teman nya 2 minggu yang lalu, riwayat batuk (-),
pilek (-), demam (-).
2. Objektif
Telinga :
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi

: Daun telinga normal, sekret (+) bening pada liang telinga kanan
:: Nyeri tekan tragus (+) pada telinga kanan sedangkan telinga kiri (-)
:-

3. Assesment (penalaran klinis ) :


Otitis Eksternal adalah infeksi atau inflamasi mukosa pada telinga luar (meatus akustikus
eksternus). Dapat bersifat akut atau kronis. Biasanya penyakit ini diderita oleh orang-orang
yang banyak beraktivitas di air seperti pada perenang.
Faktor penyebab dari otitis eksterna adalah infeksi bakteri, virus, dan jamur. Sedangkan yang
menjadi faktor predisposisi adalah:

pH: perubahan pH menjadi basa akan menurunkan proteksi terhadap infeksi.

Udara: keadaan yang hangat dan lembab, kuman dan jamur dapat mudah
tumbuh.

Trauma ringan: pada saat mengorek telinga atau karena berenang yang
menyebabkan perubahan kulit karena kena air.

Lapisan mukosa MAE terdiri dari berbagai kelenjar, seperti kelenjar penghasil
serumen yang berfungsi sebagai faktor pelembab dan pertahanan pada saluran telinga luar
terhadap serangga karena sifat yang asam, debu dan bahan iritan lainya, pada kondisi dimana
terlalu banyak serumen yang ada pada liang telinga dapat menyebabkan suatu penyempitan
lumen mukosa, serumen yang terlalu banyak dapat mngembang ketika tercampur dengan air.
Hal ini menyebabkan kondisi telinga luar menjadi lebih lembab dan pH meningkat, akibatnya

terjadi penurunan dari fungsi serumen itu sendiri sehingga memudahkan telinga luar
mengalami iritasi oleh benda asing atau infeksi oleh mikro organisme. Bahan iritan yang
dapat menyebabkan reaksi inflamasi pada telinga antara lain: serangga, debu, bakteri, virus,
dan jamur.
Terjadi infeksi mikroorganisme biasanya jika telinga yang awalnya sudah teriritasi
atau pertahanan serumennya menurun kemasukan air bisa saat mandi atau berenang, bakteri
penyebab infeksi disebabkan oleh infeksi kuman Streptokokus, Stafilokokus dan
Pseudomonas. Liang telinga menjadi basah dan lembab yang merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan bakteri.
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel kulit
yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran telinga dengan
cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa
mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk
disana. Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air
yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut pada
saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.

Klasifikasi
Otitis eksterna terbagi menjadi akut, kronis, dan sesuai dengan klinis dan kausa. Pembagianya
adalah sebagai berikut:
1. Otitis Eksterna akut
o Sirkumkripta/Furunkel
o Difus
2. Infeksi Kronis liang telinga
3. Otomikosis
4. Herpes Zoster otikus
5. Otitis Eksterna maligna
6. Keratosis Obturans dan Kolesteatoma Eksternal

Otitis Eksterna Sirkumkripta


Pengertian:
Telinga bagian luar memiliki adneksa kulit dengan kelenjar sebasea, folikel rambut,
dan kelenjar serumen. Otitis Eksterna sirkumskripta terjadi apabila infeksi bermula dari
kelenjar pilosebaseus di liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus aureus dan
stafilokokus albus sehingga menyebabkan furunkel terutama di liang telinga di 1/3 luar.
Sering timbul pada seseorang yang menderita diabetes.
Klinis:
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit yang hebat tidak
dipengaruhi oleh ukuran furunkel, lebih lagi apabila daun telinga disentuh nyeri semakin
hebat. Nyeri terjadi akibat kulit liang telinga tidak memiliki jaringan ikat longgar dibawahnya,
sehingga penekanan langsung pada perikondrium. Rasa nyeri timbul spontan bila membuka
sendi temporomandibula. Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup liang telinga.
Pembengkakan pada liang telinga tampak terlokalisir dengan batas yang tegas.
Terapi:
Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta adalah:
Terapi furunkel tergantung keadaannya, bila sudah abses maka dapat diaspirasi untuk
mengeluarkan nanahnya. Apabila furunkel mengalami penebalan maka dilakukan insisi,
kemudian dipasang salir (drain) untuk mengeluarkan nanahnya.
Pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi dengan 10% ichthamol dalam
glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium abses dilakukan insisi pada abses dan tampon
larutan rivanol 0,1%.
Lokal dapat dibelikan antibiotik topikal seperti Polymixim B atau Bacitrasin, atau antiseptik
Asam asetat 2-5% dalam alcohol 2%.
Biasanya tidak perlu diberikan antibiotik sistemik, Antibiotika diberikan dengan
pertimbangan infeksi yang cukup berat. Diberikan pada orang dewasa Ampisillin 250 mg qid,
Eritromisin 250 qid. Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per kg BB.
Pemberian obat simptomatik yang dibutuhkan seperti Analgetik seperti Parasetamol 500 mg,
Antalgin 500 mg. Sedatif bila perlu.

Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor sistemik yaitu adanya penyakit
diabetes melitus.

Otitis Eksterna Difusa


Pengertian:
Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi bakteri.
Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri penyebab lainnya yaitu
Staphylococcus albus, Escheria coli, dan sebagainya. Otitis media difus juga sering terjadi
sekunder dari OMSK atau OMA.
Klinis:
Sama dengan Sirkumkripta. Tampak 2/3 telinga luar kulit terlihat hiperemis dan udem
yang batasnya tidak jelas. Tidak terdapat furunkel (bisul). Sering ditemukan nyeri tekan
tragus, liang telinga tampak sempit, pembesaran KGB, terdapat sekret yang berbau namun
tidak bercampur lendir (musin), bila disertai musin dapat berasal dari OMA atau OMSK.
Terapi:
Pengobatan dengan pembersihan liang telinga lalu memasukkan tampon yang
mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan
kulit yang meradang. Dapat diberikan kompres rivanol 1/1000 selama 2 hari.
Lokal dapat dibelikan antibiotik topikal seperti Polymixim B/kolistin, neomisin, dan
hidrokortison atau klorampenikol.
Bila infeksi sangat berat diperlukan obat antibiotika sistemik, bila terjadi infeksi telinga
tengah perlu diobati penyebabnya.

Otomikosis
Pengertian:
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah
tersebut. Yang tersering ialah jamur Pityosporum, Aspergilus niger, Actinomises kadangkadang juga Kandida albicans.
Klinis:
Gejalanya biasanya berupa rasa gatal yang dominan dan rasa penuh di liang telinga,
dan sedikit nyeri, tetapi sering pula tanpa keluhan. Pada pemeriksaan tampak filament jamur

berwarna keputihan. Seringkali terjadi infeksi jamur oleh karena trauma akibat mengorek
telinga.
Terapi:
Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga. Dapat diberikan larutan asam
asetat 2-5% dalam alkohol, larutan povidon iodin 5% yang diteteskan ke telinga atau tetes
telinga yang mengandung antibiotik dan steroid yang diteteskan ke liang telinga biasanya
dapat menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat anti-jamur (sebagai salep) yang
diberikan secara topikal yang mengandung nistatin atau klotrimazol.
Komplikasi:
Komplikasi dari otomikosis dapat berupa perforasi membran timpani, otitis media
serosa dan osteitis meatus akustikus eksternus. Perforasi membran timpani terjadi akibat
terbentuknya trombosis mikotik pada pembuluh darah membran timpani sehingga
menyebabkan nekrosis pada pembuluh darah.

Herpes Zoster Otikus


Pengertian:
Infeksi herpes zoster terjadi akibat reaktivasi virus varicella-zoster, yaitu virus
penyebab cacar air. Virus ini diam pada saraf bagian ganglion genikulatum dan radik servikal
bagian atas. dan bisa teraktivasi kembali dan berjalan melalui serat saraf ke kulit dan
menyebabkan lesi yang terasa nyeri. Seringkali penyebab reaktivasi virus tidak diketahui,
tetapi terkadang kondisi ini bisa terjadi ketika sistem kekebalan tubuh melemah, misalnya
pada orang-orang dengan kanker, AIDS, atau memakai obat-obat tertentu.
Klinis:
Gejala klinis pada telinga bagian luar dan di dalam saluran telinga terbentuk lepuhanlepuhan kecil berisi cairan (vesikel) yang berjalan sesuai satu atau lebih dermatom saraf
cranial. Vesikel juga bisa terbentuk di kulit wajah atau leher yang dipersarafi oleh saraf yang
terinfeksi. bila telah parah dapat terjadi paralisis otot wajah dan tuli sensorineural.
Terapi:
Penatalaksanaan untuk mengatasi gejala-gejala yang ada. Kortikosteroid (misalnya
Prednison) bisa diberikan untuk menghambat peradangan dan pencegahan terjadinya
sindroma ramsay hunt. Obat-obat anti-virus misalnya Asiklovir 800 mg 5x1 selama 7 hari
atau Valasiklovir bisa membantu mengurangi durasi infeksi. Serangan vertigo bisa diredakan
dengan pemberian Diazepam, dan nyeri yang timbul bisa diatasi dengan pemberian obat-obat

pereda nyeri golongan opioid. Penderita yang mengalami kelumpuhan lengkap pada otot
wajah mungkin memerlukan tindakan bedah untuk mengatasi tekanan pada saraf wajah (saraf
ke VII), misalnya dengan memperlebar lubang yang dilalui oleh saraf wajah.

Infeksi Kronis Liang Telinga


Pengertian:
Infeksi bakteri atau jamur yang tidak diobati dengan baik, iritasi yang disebabkan
cairan otitis media, trauma berulang, adanya benda asing, penggunaan cetakan pada alat bantu
dengar dapat menimbulkan radang kronis
Klinis:
Terjadi stenosis atau penyempitan liang telinga karena ter bentuknya jaringan parut
(sikatriks).
Terapi:
Memerlukan operasi rekonstruksi liang telinga.

Keratosis obturans dan kolesteatoma


Pengertian:
Pada keratosis obturan ditemukan gumpalan epidermis di liang telinga yang
disebabkan oleh terbentuknya sel epitel yang berlebihan yang tidak bermigrasi kearah telinga
luar. Terjadi gumpalan epitel berkeratin yang mendesak liang telinga sehingga menyebabkan
keluhan tuli dan otalgia. Terjadi erosi pada tulang pada liang telinga secara luas.
Kolesteatoma terjadi hampir sama tetapi erosi lebih terjadi pada daerah
posteroinferior, terjadi otore atau pengeluaran cairan dari telinga yang menahun serta nyeri
tumpul. Hal ini disebabkan oleh invasi kolesteatom ke tulang yang menimbulkan periostieitis
pendengaran dan membrane timpani biasanya normal. Terjadi biasanya pada usia tua dan
unilateral.
Klinis:
Pada pasien dengan keratosis obturans terdapat tuli konduksi akut, nyeri yang akut dan
berat, liang telinga yang lebih lebar, membrane timpani yang utuh tapi menebal, dan jarang
ditemukan sekresi dari telinga. Erosi tulang yang sirkumferensial. Terjadi bilateral terutama
pada usia muda dengan bronkiektasi atau sinusitis.

Pada kolesteatoma terjadi pada usia tua tanpa riwayat penyakit terkait seperti sinusitis,
nyeri yang dialami tumpul dan menetap, terjadi pada satu sisi telinga. Erosi tulang yang
terjadi terlokalisir dengan nekrosis tulang dan ditemukan otore.

Terapi:
Oleh karena keratosis obturans disebabkan oleh radang yang kronis serta terjadi
migrasi epitel maka perlu dilakukan pengeluaran gumpalan keratin tersebut dan pembersihan
debris secara berkala.
Pada kolesteatoma perlu dilakukan mastoidektomi untuk mengangkat kolesteatom dan
tulang yang nekrotik, tujuan dilakukan operasi adalah untuk mencegah proses lanjut erosi
tulang tersebut. Indikasi operasi adalah bila telah terjadi erosi yang meluas bahkan sampai ke
telinga tengah, kelumpuhan saraf fasialis, terjadi fistel labirin, atau otore yang
berkepanjangan.
Bila kolesteatom masih kecil bisa diangkat dengan jaringan nekrotik disekitar lalu diberikan
pembersihan dengan antibiotic topical berkala.
Pemberian obat tetes telinga campuran alcohol atau gliserin H2O2 3% selama seminggu 3x1.\
dapat menolong.
Anamnesis yang dilakukan pada pasien ini mengarah pada diagnosis otitis eksterna karena
ditemukan adanya nyeri telinga, keluar cairan, dan riwayat pernah berenang sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik tampak ada sedikit cairan jernih yang keluar dari liang telinga kanan
dan adanya nyeri tragus. Dengan menggunakan otoskopi pada liang telinga kanan pasien ini
tampak mukosa telinga kanan hiperemis dan ditemukan adanya furunkel pada 1/3 liang
telinga luar sehingga diagnose pada pasien ini adalah otitis eksterna sirkumkripta.
4. Plan
Diagnosis

Otitis eksterna sirkumkripta pada pasien ini ditegakkan melalui anamnesis

Tatalaksana :

dan pemeriksaan fisik


Tetes telinga otozambon 3x4 tetes OD, amoxicillin 3x250gr, dexametason

Pendidikan :

3x0,5gr, paracetamol 3x250gr


Edukasi pasien untuk jangan mengorek telinga, istirahat yang cukup dan

Konsultasi :

makan makanan yang bergizi.


Minta pasien untuk kontrol ulang ke poliklinik 4 hari kemudian

Anda mungkin juga menyukai