Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Perairan merupakan suatu ekosistem yang memiliki peran dan manfaat yang
sangat besar bagi kehidupan manusia. Salah satu contoh perairan yakni perairan tawar.
Perairan air tawar, salah satunya ialah waduk,telaga, dan danau yang menempati ruang
yang lebih kecil bila dibandingkan dengan lautan maupun daratan, namun demikian
ekosistem air tawar memiliki peranan yang sangat penting karena merupakan sumber
air rumah tangga dan industri yang murah. Kehidupan di dalamnya sangat beragam.
Mulai dari organisme mikroskopik sampai ukuran yang makro dapat terlihat langsung
oleh mata tanpa bantuan alat.
Salah satu organisme yang terdapat di perairan adalah plankton. Plankton
merupakan organisme mikroskopis yang berada di permukaan perairan dan berfungsi
sebagai produsen ekosistem perairan. Sebagai biota mikroskopis perairan, plankton
sangat berperan sebagai produsen primer dan sekunder. (Michael, 1995).
Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah plankton
menyerupai tumbuhan yang bebas melayang dan hanyut dalam perairan serta mampu
berfotosintesis. Zooplankton adalah organisme renik yang hidup melayang-layang
mengikuti pergerakan air yang berasal dari jasad hewani. Keragaman spesies plankton
di dalam ekosistem perairan sering digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui
produktivitas primer perairan dan kondisi ekosistem perairan tersebut. Kedua hal
tersebut memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Mikroorganisme ini baik dari
segi jumlah dan jenisnya sangat banyak. Plankton merupakan salah satu komponen
utama dalam sistem mata rantai makanan dan jaring makanan (Gusrina, 2008).
Terdapat beberapa faktor yang dapat menunjang pertumbuhan fitoplankton
tersebut. Faktor-faktor tersebut sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor
fisika-kimia perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan
ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor. Berdasarkan uraian diatas maka
dilakukanlah percobaan analisis vegetasi plankton dengan pengambilan sample air di
Danau Unesa Ketintang.

B.

Rumusan Masalah

Laporan Plankton

Page 1

Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :


1. Bagaimana kualitas air danau Unesa ditinjau dari parameter biologi?
2. Bagaimana jenis-jenis plankton yang terdapat di danau Unesa Ketintang?
3. Berapa indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominasi plankton
di danau Unesa Ketintang?
C.

Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, didapatkan tujuan percobaan sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan kualitas air danau Unesa ditinjau dari parameter biologi.
2. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang terdapat di danau Unesa
Ketintang.
3. Untuk menghitung indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks
dominasi plankton di danau Unesa Ketintang.

Laporan Plankton

Page 2

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.

Fitoplankton
Fitoplankton adalah tumbuhan mikroskopik (bersel tunggal, berbentuk filamen
atau berbentuk rantai) yang menempati bagian atas perairan (zona fotik) laut terbuka
dan lingkungan pantai. Nama fitoplankton diambil dari istilah Yunani, phyton atau
"tanaman" dan planktos berarti "pengembara" atau "penghanyut. Walaupun bentuk
uniseluler/bersel tunggal meliputi hampir sebagian besar fitoplankton, beberapa alga
hijau dan alga biru-hijau ada yang berbentuk filamen (yaitu sel-sel yang berkembang
seperti benang). Koloni diatom dan alga biru-hijau juga memproduksi rangkaian sel
yang saling berhubungan. Tidak seluruh organisme fotosintetik pelagis bersifat
mikroskopik, sebagai contohnya adalah alga multiseluler makroskopik Sargassum spp,
yang merupakan hasil biomasa utama di Laut Sargasso di Atlantik Utara.
Selain digolongkan berdasarkan taksonominya, fitoplankton biasa digolongkan
berdasarkan ukurannya. Berdasarkan ukurannya ada beberapa golongan fitoplankton
(Tabel 1).

Lebih dari separuh fitoplankton termasuk dalam ultraplankton dan nanoplankton.


Untuk keperluan praktis para ahli sering membedakan alga-alga mikroskopik ke dalam
net plankton dan nanoplankton ditentukan oleh ukuran mata jaring plankton net yang
digunakan dilapangan. Pada perairan pantai sampel net plankton yang dapat tertahan
pada plankton net dengan ukuran mata 64 m lebih didominasi oleh jenis diatom dan
Dinoflagellata. Nanoplankton yang lolos dari plankton net meliputi sejumlah besar
coccolithipohore dan spesies kecil dari diatom. Secara taksonomi ada beberapa kelas
dari fitoplankton. Empat kelas diantara 13 kelas yang ada tersebut merupakan

Laporan Plankton

Page 3

kelompok penting dalam ekosistem laut yaitu Bacillariophyceae, Dinophyceae,


Haptophyceae dan Chlorophyceae.
Tabel 2 Klasifikasi Fitoplankton pada ekosistem laut

1.

Diatom (Kelas Bacillariophyceae)


Mikroalga ini mendominasi komunitas fitoplankton di lintang tinggi di
daerah Artik dan Antartika, pada zona neritik daerah tropis dan perairan lintang
sedang (temperate), dan pada daera upwelling. Beberapa ahli menganggap bahwa
diatom merupakan kelompok fitoplankton paling penting yang memberi
kontribusi secara mendasar bagi produktivitas laut, khususnya di wilayah perairan
pantai. Berisi sel tunggal atau rangkaian sel, diatom memiliki bagian luar yang
keras yang merupakan lapisan skeleton-silika (pektin yang berisi silika) yang
disebut frustula. Frustula atau dinding sel silika disusun dari dua katup yaitu
katup bagian atas yang disebut epiteka dan katup bagian bawah yang disebut
hipoteka. Kedua katup tersebut cocok satu sama lainnya seperti petridisk dan
sering berisi ornamen yang kompleks. Ada celah sempit pada frustula yang
berfungsi mempercepat pergantian nutrien, gas-gas dan produk metabolik.

Laporan Plankton

Page 4

Ukuran diatom berkisar dari <10 m sampai mendekati 200m. Tidak


adanya flagel, cilia atau organ pergerakan lain, spesies planktonik bersifat non
motil dan tenggelam pada perairan yang tidak ada turbulensi. Menuru Smayda
(1970) dalam Kennish (1990) laju penenggelaman diatom dan fitoplankton yang
lain bergantung ukuran dan bentuk sel, ukuran koloni, kondisi fisiologis dan
umur. Sel-sel diatom hidup, turun pada laju 0 sampai 30 m perhari menembus
kolom air, tetapi sel-sel mati jatuh lebih cepat melebihi 60 m perhari dalam kasus
yang sama. Daya apung (buoyancy) menurun dengan umur.
Penambahan ukuran sel atau koloni berkaitan dengan laju tenggelam
bergantung luas permukaan persatuan volumenya. Menurut Arinardi dkk (1994),
jenis diatom yang banyak dijumpai di perairan lepas pantai Indonesi antara lain
Chaetoceros sp., Rhizosolenia sp., Thalassiothrix sp. dan Bachteriastrum sp,
sedangkan pada daerah pantai atau muara sungai biasanya terdapat Skeletonema
sp., dan kadang-kadang Coscinodiscus sp. Sunarto (2002) menemukan beberapa
jenis diatom yang terdapat di perairan pantai Teluk Hurun Lampung antara lain
jenis Naviluca, Thalassiosithic, Rhizosolenia dan Skeletonema (Gambar 4). Jenis
skeletonema kadang berlimpah, hal ini diduga karena jenis ini dapat
memanfaatkan nutrien lebih cepat dari pada diatom lainnya.

Laporan Plankton

Page 5

2.

Dinoflagellata (Kelas Dinophyceae)


Dinoflagellata memiliki tipe uniseluler, biflagelata, dan merupakan
organisme autotrop yang, seperti juga diatom, mensuplai produktivitas yang
terbesar pada beberapa wilayah perairan. Individu sel dinoflagellata memiliki
kisaran ukuran 5-200 m, tetapi beberapa spesies (seperti Polykrikos spp.)
terkadang tumbuh dalam rantai lebih besar atau pseudocoloni. Dinoflagellata
mendominasi komunitas fitoplankton di perairan sub tropik dan tropik. Antara
1000-1500 spesies dinoflagellata menempati lingkungan laut dan air tawar, tetapi
sebagian besarnya (lebih dar 90%) hidup dilaut. Kelompok yang mewakili kelas
ini umumnya berasal dari genera Peridinales yang meliputi Ceratium, Gonyaulax
dan Peridinium dan genera Gymnodiniales yang meliputi Amphidinium,
Ptychodiscus (Gymnodinium) dan Gyrodinium.
Menurut Kennish (1990) spesies dinoflagellata tertentu menghasilkan
racun. Ketika terjadi blooming dimana kepadatannya dapat mencapai 5x105
sampai 2x106 sel/L, racun yang tertumpuk akan mematikan ikan, kekerangan dan
organisme lain. Blooming dinoflagellata biasanya member ikan warna merah
atau coklat pada perairan. Kondisi blooming ini dikenal dengan Red Tide.
Genera Gonyaulax dan Ptycodiscus (gymnodinium) merupakan penyebab
terjadinya red tide yang toksik ini. Grahame (1987) menyatakan bahwa dua
spesies yang menyebabkan blooming ini adalah Gonyaulax polyhedra dan
Ptycodiscus brevis (Gymnodinium breve).
Beberapa jenis dinoflagellata mempunyai kemampuan menghasilkan
cahaya (bioluminescent) antara lain Noctiluca, Gymnodinium dan Pyrocystis
(Gambar 5). Pada malam hari kelompok Noctiluca akan mengeluarkan cahaya
apabila air laut terpercik oleh benda-benda yang mengusiknya. Menurut Arinardi

Laporan Plankton

Page 6

dkk (1994) cahaya ini terpancar karena oksidasi zat non protein (luciferin)
dengan bantuan enzim (luciferase). Umumnya dinoflagellata bereproduksi secara
aseksual dengan melalui pembelahan sel, meskipun ada beberap individu
bereproduksi secara seksual seperti Ceratium dan Glenodinium.

3.

Alga Biru-Hijau /Blue-green algae (Kelas Cyanophyceae)


Blue-green alga (BGA) ini umumnya ditemui pada perairan dangkal,
pantai-pantai tropis, tetapi dalam densitas yang rendah. Terkadang terjadi
blooming alga ini pada daerah payau dan habitat pantai. Kandungan klorofil a
pada BGA beris phycobilin dan carotenoid yang menentukan variasi warna pada
beberapa spesies. Pigmen phycocyanin menyebabkan warna biru-hijau pada
beberapa individu kelompok ini. Salah satu jenis alga dari kelompok ini adalah
Trichodesmium erythraeum yang keberadaannya memberi pewarnaan Laut
Merah.

Ukuran BGA berkisar dari <1 m untuk yang bersel tunggal sampai lebih
dari 100 m untuk tipe filamen. Cyanophyceae pelagis mencakup spesies dari
Haliarachne, Katagnymene, Oscillatoria dan Trichodesmium. Spesies bentik
sering berada pada lapisan dasar dekat substrat dan terapung kepermukaan oleh
pergerakan air pasang.
B.

Zooplankton
Zooplankton merupakan plankton hewani yang terhanyut secara pasif karena
terbatasnya kemampuan bergerak. Beberapa contoh jenis zooplankton dapat dilihat
pada Gambar 7. Berbeda dengan fitoplankton, zooplankton hampir meliputi seluruh

Laporan Plankton

Page 7

filum hewan mulai dari protozoa (hewan bersel tunggal) sampai filum Chordata
(hewan bertulang belakang). Para ahli kelautan juga mengklasifikasikan zooplankton
sesuai ukuran dan lamanya hidup sebagai plankton.

Ada tiga kategori ukuran zooplankton yang dikenal dengan mikrozooplankton,


mesozooplankton, dan makrozooplankton. Mikrozooplankton meliputi zooplankton
yang dapat melewati plankton net dengan mata 202 m dan mesozooplankton adalah
yang tersangkut sedangkan makrozooplankton dapat ditangkap dengan plankto net
dengan lebar mata 505m.
Berdasarkan sikulus hidupnya zooplankton ada yang selamanya sebagai plankton
(holoplankton) dan ada yang sebagian hidupnya (pada awal hidupnya) saja sebagai
plankton (meroplankton). Organisme meroplankton terutama terdiri dari larva
planktonik dan bentik invertebrata, bentik chordata dan nekton (ichtyoplankton).
Kelompok holoplankton yang dominan antara lain copepoda, cladosera dan rotifera.
Beberapa genera dari copepoda menempati perairan pantai seperti Acartia,
Eurytemora,

Pseudodiaptomus

dan

Tortanus.

Spesies

copepoda

umumnya

mendominasi fauna holoplanktonik. Copepoda calanoid melebihi jumlah cyclopoid dan


harpacticoid pada ekosistem estuaria. Cyclopoid umumnya litoral dan bentik tetapi
beberapa merupakan spesies planktonik.
C.

Produktivitas Plankton
Pada tiap tingkat tropik ada produksi. Pada tingkat tropik terbawah dimana
terjadi proses fotosintesis oleh organisme autotrop di hasilkan produksi primer.

Laporan Plankton

Page 8

Sedangkan seluruh produksi pada tingkat konsumer merupakan produksi sekunder


(Odum, 1983). Odum (1983), mendefinisikan produktivitas primer suatu sistem
ekologi sebagai laju penyimpanan energi radiasi melalui aktivitas fotosintesis dari
produser atau organisme (terutama tumbuhan hijau) dalam bentuk bahan organik yang
dapat digunakan sebagai bahan pakan. Untuk menghasilkan produks primer, produser
melakukan fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari yang ditangkap oleh pigmenpigmen fotosintesis. Fotosintesis adalah proses fisiologis dasar yang penting bagi
nutrisi tanaman. Persamaan umum proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan hijau
adalah sbb:
6CO2 + 6 H2O

C6H12O6 + 6 O2

Persamaan ini menunjukkan bahwa proses tersebut adalah sebuah reaksi reduksioksidasi. CO2 direduksi dan H2O dioksidasi (Forti, 1969; Valiela, 1984). Apabila
produksi sekunder adalah produksi yang dihasilkan pada tingkat konsumer, maka
produktivitas sekunder sebenarnya meliputi banyak organisme pada tingkat konsumer
seperti herbivora dan karnivora. Akan tetapi biasanya produktivitas sekunder dihitung
berdasarkan produksi konsumer primer dalam hal ini zooplankton. Produksi dari
populasi hewan mengacu pada pembentukan biomassa baru dalam periode waktu
tertentu. Ada dua pendekatan yang telah diterapkan dalam studi produksi yaitu metode
dinamika populasi dan metode pengaturan energi (energy

budg et). Pendekatan

dinamika populasi terkonsentrasi pada pertumbuhan biomassa sedangkan pendekatan


energy budget mengukur komponen-komponen konsumsi, respirasi dan eksresi.
Ada

permasalahan dalam menentukan produktivitas sekunder antara lain,

perbedaan ukuran pada tiap individu menyebabkan jumlah individu/satuan volume


berbeda antara satu jenis dengan jenis yang lain atau dalam jenis yang sama pada
tahap siklus hidup yang berbeda. Sebagai contoh pada jenis calanus yang siklus
hidupnya melewati 6 fase nauplii dan 6 fase kopepodite dengan masing-masing
berbeda ukuran maka jumlah individu per satuan volume dari tiap fase akan berbeda.
Oleh karena itu diperlukan ada perbedaan dalam penghitungan untuk masing masing
jenis zooplankton (Lewis,Jr. 1985)
D.

Peranan Plankton Dalam Ekosistem Laut


Pada

ekosistem laut setidaknya ada tiga komponen organisme yang hidup

didalamnya bila diklasifikasikan berdasarkan kemampuan pergerakannya yaitu


organisme planktonik, organisme nektonik dan organisme bentik. Organisme
Laporan Plankton

Page 9

planktonik meliputi organisme yang memiliki pergerakan lemah dan tidak mampu
mempertahankan posisinya dari pergerakan arus air. Termasuk didalamnya adalah
plankton baik yang bersifat nabati (fitoplankton) maupun hewani (zooplankton).
Organisme nektonik adalah organisme yang memiliki pergerakan yang kuat dan
mampu mempertahankan posisinya dari pengaruh arus. Kemampuan pergerakan ini
merupakan ciri khas organisme jenis ini sehingga organisme ini dapat memperoleh
makanannya dengan memangsa, menghindari pemangsaan, serta menghindari kondisi
lingkungan yang tidak cocok bagi kehidupannya.
Organisme nektonik sebagian besar terdiri dari ikan, reptil, dan invertebrate
cepalopoda. Sedangkan organisme bentik adalah organisme dengan pergerakan yang
sangat terbatas dan oleh karena itu organisme ini banyak terdapat pada daerah bentik
(dasar perairan). Organisme bentik umumnya dari jenis organisme yang hidup
menancap, membuat lubang (burrowing) atau merayap didasar perairan. Beberapa
contoh organisme menancap misalnya lamun, karang, teritip, tiram dan remis. Contoh
organisme pembuat lubang antara lain cacing, kimia, kerang, dan keong. Beberapa
jenis crustacean seperti udang dan kepiting merupakan organisme yang hidup merayap.
Pada ekosistem perairan organisme utama yang mampu memanfaatkan energi cahaya
adalah tumbuhan hijau terutama fitoplankton. Fitoplankton merupakan organisme
autotrop yaitu organisme yang mampu menghasilkan bahan organik dari bahan
anorganik melalui proses fotosintesis dengan bantuan cahaya. Sebagai organisme
autotrop fitoplankton berperan sebagai produser primer yang mampu mentransfer
energi cahaya menjadi energi kimia berupa bahan organik pada selnya yang dapat
dimanfaatkan oleh organisme lain pada tingkat tropis diatasnya. Fitoplankton
merupakan produser terbesar pada ekosistem laut. Pada ekosistem akuatik sebagian
besar produktivitas primer dilakukan oleh fitoplankton (Parsons dkk, 1984).
Steeman-Nielsen (1975) menyatakan bahwa kurang lebih 95% produksi
primer di laut be rasal dari fitoplankton.

Laporan Plankton

Page 10

Sebagai produser primer, fitoplankton

menduduki tingkatan terbawah pada

piramida makanan (Gambar 14), artinya fitoplanktonlah yang mendukung seluruh


kehidupan di laut. Dengan kata lain fitoplankton menduduki tropik level paling rendah
dan berperan mentranfer energi matahari dan mendistribusikan energi tersebut pada
organisme laut melalui rantai makanan. Apabila dilihat bentuk piramida makanan maka
bisa diartikan bahwa semakin ke atas ukuran individu bertambah sedangkan jumlah
individu

menurun. Sebaliknya jumlah fitoplankton jauh lebih besar dibanding

zooplankton dan ikan tetapi ukurannya jauh lebih kecil. Bahan organic hasil proses
fotosintesis dapat dimanfaatkan oleh zooplankton yang menduduki tropic level kedua
pada piramida makanan. Pada tingkat tropik ini zoplankton berperan sebagai organisme
herbivora atau konsumer primer. Sebagian besar zooplankton memakan fitoplankton
atau detritus dan memiliki peran penting dalam dalam rantai makanan pada ekosistem
perairan.

Beberapa spesies memperoleh makanan melalui uptake langsung dari

bahan organik yang terlarut.


Zooplankton pada dasarnya mengumpulkan makanan melalui mekanisme feelter
feeding atau raptorial feedeng. Zooplankton filter feeder menyaring seluruh makanan
yang melewati mulutnya sedangkan pada raptorial feeder sebagian makanannya
dikeluarkan kembali. Proses saling memangsa antar satu dengan yang lainnya disebut
rantai makanan (food chain) sedangkan rangkaian rantai makanan disebut jaring
makanan (food web). Pada rantai makanan maupun pada jaring makanan fitoplankton
menempati tempat yang terendah sebagai produser primer. Rantai makanan grazing di
laut dimulai dari fitoplankton sebagai produser dan zooplankton sebagai konsumer
(grazer). Apabila terjadi kematian baik fitoplankton maupun zooplankton maka akan
menjadi mata rantai pertama dalam rantai makan detritus (detritus food chain). Kedua
rantai makanan tersebut menjadi siklus dasar dalam produksi di laut .

Laporan Plankton

Page 11

BAB III
METODE PENELITIAN
A.

B.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasi karena dalam penelitian ini tidak
menggunakan variabel, baik variable manipulasi, kontrol maupun respon.
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 22 September 2014 di
Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi UNESA dengan pengambilan sampel air dari air

C.

D.

Danau Unesa Ketintang, Surabaya.


Alat dan Bahan

Alat:
1. Jaring plankton
2. Timba plastik volume 5 liter
3. Botol plankton kecil volume 15 ml
4. Pipet tetes
5. Sedwick rafther
6. Mikroskop
7. Gelas benda dan gelas kaca
8. Buku identifikasi plankton

Bahan:
Sampel air
Formalin 5%
Cara Kerja
1.
Menentukan lokasi perairan yang akan diambil sampel airnya.
2.
Menyiapkan jaring plankton
3.
Mengisi timba plastic volume 5 liter dengan air sampai penuh
4.
Menuang air yang ada di dalam timba plastik pada jaring plankton
5.
Mengulangi sampai 5 timba penuh 250 liter
6.
Menyaring sampel air tersebut dengan jaring plankton
7.
Menuangkan air hasil saringan tersebut ke dalam botol plankton
8.
Menetesi dengan larutan formalin 4% sebanyak 2 tetes dan menutupnya.
9.

Menyiapkan uji untuk identifikasi plankton.


Selanjutnya sampai di laboratorium, mengidentifikasi plankton dengan cara :
menuang sampel air dalam botol ke dalam sedwick rafther volume 1 ml. Menutup
dengan kaca benda dan meletakkan pada meja benda mikroskop. Mengamati

10.

dengan mikroskop.
Melakukan pengamatan sebanyak 5 kali. Kemudian hasil plankton dikalikan 3

11.
12.

karena volume botol plankton 15 ml.


Mengidentifikasi plankton sampai dengan genus. Menulis dalam tabel plankton.
Menghitung indeks keanekaragaman plankton dengan menggunakan rumus:
S

H =
I 1

Laporan Plankton

Ni
Ni
log e
N
N
Page 12

H = indeks keanekaragaman plankton menurut Shannon-Weaver


Ni = jumlah individu genus ke i
N = jumlah total genus
Kiasaran total indeks keanekaragaman plankton dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (modifikasi Wilhm dan Dorris (1986) dalam Masson (1981) :
H<2,3026
:Keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas
rendah = tercemar berat.
2,3026<H<6,9078
:keanekaragaman dan kestabilan Komunitas sedang =
tercemar ringan
H>6,9078
:keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi =
13.

tidak tercemar
Menghitung indeks keseragaman plankton dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

E = H/ln N

Keterangan :
E = indeks keseragaman
H = indeks keanekaragam
N = total genus
Indeks Keseragaman berkisar antara 0-1. Apabila nilai mendekati 1 sebaran
individu antar jenis merata. Nilai E mendekati 0 apabila sebaran individu antar
jenis tidak merata atau ada jenis tertentu yang dominan
E.

Rancangan Percobaan

Laporan Plankton

Page 13

150 liter air


Lewatkan
Plankton net

3 Botol fial @ 15 ml +
folmalin 1 %

Mikroskop

1 ml air dengan
Sedwich rafter

diamati dengan 5 lapang


pandang

Laporan Plankton

Page 14

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.

Hasil
Dari hasil praktikum identifikasi plankton di danau UNESA maka diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel :1 Perhitungan indeks keanekarahaman, indeks keseragaman, dan indeks
dominansi plakton

Jenis Plankton
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Genus

Pediastrum
Diatom
Desmid
Gammarus
lacustris
Closteriosis
Pandorina
Ulothrix kutzing
Chlorochytrium
Euglena
Closteriopsis
longissima
Anisonema ovale
Lemanea annulata
Leptothrix

Laporan Plankton

Jum
-lah
25
15
10

Fitoplankto
n
v
v
v

Zooplankton

Indeks
Indeks
Keaneka Kesergam
ragama
an
nH
0,21347
0,15497
0,11754

0,07093

15
15
15
5
5

v
v
v
v
v

0,15497
0,15497
0,15497
0,07093
0,07093

40

0,27559

35
45
30

V
v
v

0,25754
0,29144
0,23697

Indeks
Dominan
si (%)
0,0009
0,0005
0,0004
0,0002
0,0005
0,0005
0,0005
0,0002
0,0002
0,0014
0,0012
0,0016
0,0011
Page 15

14
15

ochracea
Leptotrix
Closteriopsis
longissima
Jumlah

15

0,15497

10

0,11754

285

13

2,49776

0,0005

0,44188

0,0004
0,0100

Tabel 2 Hubungan antara DO dan Indeks Keanekaragaman Plankton terhadap


TingkatPencemaran
DO (ppm)
Indeks Keanekaragaman
Tingkat Pencemaran
<2
<1
Tecemar parah
2 - 4,4
1,0 - 1,5
Tecemar sedang
4,5 6,5
1,6 - 2
Tercemar ringan
>6,5
>2
Tidak tercemar
B.

Analisis Data
Berdasarkan observasi yang dilakukan di danau Unesa Surabaya menunjukkan bahwa
terdapat 15 genus plankton yang terdiri dari 13 genus fitoplankton dan 2 genus zooplankton.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa jumlah genus dari fitoplankton lebih banyak
dibandingkan dengan zooplankton. Dari tabel dapat diketahui bahwa genus yang paling sedikit
adalah Gammarus lacustris, Chlorochytrium, dan Euglena yang jumlahnya masingmasing adalah 5 tiap genus. Kemudian disusul oleh Desmid yang jumlahnya adalah 10.
Sedangkan genus yang mendominasi adalah Closteriopsis longissima dan Lemanea
annulata yang jumlahnya adalah 40 dan 45.
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman plankton di danau
Unesa Surabaya adalah 2,49776 yang menunjukkan bahwa perairan di danau Unesa
keanekaragaman dan kestabilan komunitas plankton sedang atau berada dalam zona tercemar
ringan. Dari perhitungan indeks keseragaman didapatkan hasil 0,44188 yang berarti bahwa
persebaran individu antar jenis kurang merata pada perairan tersebut atau ada jenis
tertentu yang dominan yaitu Lemanea annulata dengan indeks dominasi 0,0016. Untuk
BOD yang diukur diperoleh angka 0,35 ppm dan kadar CO2 adalah 0 ppm.

C.

Pembahasan

Laporan Plankton

Page 16

Plankton dapat dijadikan sebagai indikator atau penanda bahwa perairan tersebut
tercemar atau tidak karena tingkat pencemaran akan mempengaruhi jumlah dari genus
yang ada, sebab hanya terdapat beberapa genus atau genus tertentu yang dapat bertahan
dan adanya genus yang mendominasi terhadap tingkat pencemaran tertentu. Plankton
akan bergerak mencari tempat yang sesuai dengan hidupnya apabila terjadi pencemaran
yang mengubah kondisi tempat hidupnya. Karena itu jika terjadi perubahan susunan
komunitas organisme di suatu perairan hal tersebut dapat dijadikan petunjuk terjadinya
pencemaran di perairan. Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan 13 genus
fitoplankton dan 2 genus zooplankton.
Dominansi fitoplakton di perairan danau Unesa sebesar 86,67% dan dominansi
zooplankton adalah 13,33%. Adanya fitoplankton di perairan berfungsi sebagai
penyedia dan mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dengan bantuan
cahaya matahari, serta merupakan produsen tingkat pertama di dalam ekosistem
perairan sebagai makanan organisme lain di perairan tersebut. Dengan lebih banyaknya
jumlah fitoplankton (produsen) daripada zooplankton mencerminkan keseimbangan
ekosistem perairan di danau Unesa. Keberadaan dan keseimbangan jumlah fitoplankton
dan zooplankton dipengaruhi oleh keberadaan cahaya dan nutrien. Dari berbagai genus
plankton yang ditemukan, menandakan bahwa danau Unesa Surabaya berada dalam
kualitas sedang karena terdapat 15 genus plankton. Karena, kualitas suatu perairan
dapat dikatakan baik atau buruk dapat dilihat dari jumlah jenis plankton yang terdapat
diperairan tersebut. Ini menandakan bahwa danau Unesa dalam keadaan tercemar
sedang karena plankton merupakan suatu indikator untuk menduga kualitas perairan
apakah masih jernih atau sudah tak jernih (tercemar).
Nilai Indeks Keanekaragaman plankton (H) adalah 2,49776. Hal ini menunjukkan
bahwa perairan danau Unesa berada dalam keanekaragaman dan kestabilan komunitas
sedang yang artinya dalam keadaan tercemar ringan, organisme masih dapat hidup
dengan adanya adaptasi dari organisme yang hidup di perairan danau Unesa. Sedangkan
nilai Indeks Keseragaman plankton yang didapatkan pada praktikum ini adalah 0,44188
yang menunjukkan bahwa sebaran individu antar jenis/genus merata sedang dan
terdapat jenis/genus tertentu yang mendominasi perairan danau Unesa. Untuk Indeks
dominansi terbesar yaitu sebesar 0,0016 pada genus Lemanea annulata dengan jumlah
45. Indeks dominansi terbesar tersebut jauh dari angka 1 namun mendekati angka 0
yang menandakan bahwa tidak ada genus yang mendominansi perairan danau Unesa.
Hasil DO yang diperoleh menunjukkan kadar kurang dari 2 ppm yang berarti bahwa
Laporan Plankton

Page 17

perairan tersebut tercemar berat. Namun apabila dilihat dari Indeks Keragaman (H)
yang sebesar 2,49776 menunjukkan bahwa perairan Unesa tidak tercemar. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa perairan danau Unesa tercemar ringan atau sedang.

Laporan Plankton

Page 18

BAB V
PENUTUP
A.

Simpulan
Dari observasi yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa kualitas air danau
Unesa ditinjau dari parameter biologi terdapat beberapa fitoplankton dan zooplankton
yang hidup didalamnya. Setelah melakukan pengidentifikasian plankton, ditemukan 15
genus plankton di Danau Unesa Ketintang Surabaya. Indeks keanekaragaman plankton di
danau Unesa sebesar 2,49776. Indeks Keseragaman plankton di danau Unesa sebesar
0,44188 dan indeks dominasi plankton di danau Unesa Ketintang menunjukkan bahwa

genus Lemanea annulata mendominasi Danau Unesa Ketintang Surabaya.


B. Saran
Setelah melakukan praktikum plankton, penulis dapat menyarankan agar setelah
pengambilan sample air, selanjutnya dapat langsung untuk diamati di laboratorium dan
langsung mengidentifikasi jenis-jenis plankton tersebut, sehingga perolehan data bisa
tepat waktu dan akurat.

Laporan Plankton

Page 19

Daftar Pustaka
Gusrina, 2008. Budidaya Ikan Jilid I. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Klaten: PT. Macaan Jaya Cemerlang.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Anderson, D.M. 1994. Red Tide. Scientific American.
Charton, B dan J. Tietjen. 1989. Seas and Oceans. Collin. Glassglow and London.
Chusing, D.H. 1975. Marine Ecology and Fisheries. Cambridge University Press. London
Faliela, I. 1984. Marine Ecology Processis. Springer-Verlag. New York
Forti.G. 1969.

Light Energy Utilization in Photosynthesis. In Goldman, C.R. Primary

Production in Aquatic Environments. University of California Press. P. 19-34


Grahame, J. 1987. Plankton and Fisheries. Edward-Arnold. Australia.
Gross, G. 1990. Oceanography : A view of the Earth. 5th edition.
Kennish, M.J. 1990. Ecology of Estuaries. Vol.II. Biological Aspect. CRC Press. Boston.
Lewis, Jr. 1985. Zooplankton Community Analysis
Longhurst, A.R dan D. Pauly. 1987. Ecology of Tropical Oceans. Academic Press Inc.
Sandiego.
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia. Jakarta.
Odum, E.P. 1983. Basic Ecology. Saunders College Publishing. Philadelpia.
Parsons, T.R., M.Takahashi dan B. Hargrave. 1984. Biological Oceanographic Processes.
3rd editition. Pergamon Press. Oxford.
Steeman-Nielsen, E. 1975. Marine Photosinthesis with Emphasis on the Ecological Aspect.
Elseiver Oceanography Series 13. Elseiver Sci. Publ. Co. Amsterdam.
Sunarto.

2002. Hubungan Intensitas Cahaya dan Nutrien dengan Produktivitas Primer

Fitoplankton. Jurnal Akuatika. Vol. 2. No.1. Hal 24-48.

Laporan Plankton

Page 20

LAMPIRAN

Gambar. Closteriopsis
(perbesaran 10x10)

Gambar. leptothrix
(perbesaran 10x10)

1. Menghitung indeks keanekaragaman plankton dengan menggunakan rumus :

Ket :
H : Indeks keaneragaman plankton
Ni : jumlah individu genus ke i
N : Jumlah total individu
Kisaran total indeks keanekaragaman plankton dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(modifikasi Wilm and Dorris (1986) dalam Mason (1981)
:
a. H <2,3026
: keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas rendah
b. 2,3026 <H> 6,9078 : keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang
c. H >6,9078
: keanekaragaman tinggi dan kestabila komunitas tinggi.
2. Menghitung indeks keseragaman (Maguran, 1982), dengan rumus :

Keterangan
E : Indeks keseragaman
H : Indeks keanekaragaman
N : Jumlah genus A

Laporan Plankton

Page 21

Indeks keseragaman berkisar antara 0-1. Apabila nilai E pada tiap titik

semakin

mendekati 1 sebaran individu antar jenis merata dan jika nilai E pada titik semakin
mendekati 0 sebaran individu antar jenis tidak merata atau jenis tertentu yang dominan.
3. Menghitung indeks dominansi indeks dominansi plankton dengan rumus :
Keterangan :
D : Indeks dominansi
Ni : jumlah individu genus ke i
N : Jumlah total individu
Apabila nilai D pada tiap tititk semakin mendekati 1 maka trdapat genus yang
mendominasi, dan jika nilai d pada titik semakin mendekati 0 maka tidak ada genus yg
mendominasi.

Laporan Plankton

Page 22

Anda mungkin juga menyukai