Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan bertambahnya kebutuhan manusia,merupakan hal
yang mendukung munculnya pabrik-pabrik industri sebagai pengolah
bahan mentah untuk kemudian diolah dengan sedemikian rupa menjadi
barang setengah jadi maupun barang siap pakai, untuk selanjutnya akan
dikonsumsi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan. Saat ini, usaha tahu
di Indonesia rata-rata masih dilakukan dengan teknologi yang sederhana,
sehingga tingkat efisiensi penggunaan sumber daya (air dan bahan baku)
dirasakan masih rendah dan tingkat produksi limbahnya juga relatif tinggi.
Kegiatan industri tahu di Indonesia didominasi oleh usaha-usaha
skala kecil dengan modal yang terbatas. Sumber daya manusia yang
terlibat pada umumnya bertaraf pendidikan yang relatif rendah, serta
belum banyak yang melakukan pengolahan limbah. Industri tahu dalam
proses pengolahannya menghasilkan limbah baik limbah padat maupun
cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan.
Sedangkan limbah cairnya dihasilkan dari proses pencucian, perebusan,
pengepresan dan pencetakan tahu, oleh karena itu limbah cair yang
dihasilkan sangat tinggi.
Limbah cair industri pangan mengandung bahan organik yang
tinggi, bila dibuang ke lingkungan tanpa diolah terlebih dahulu akan
menimbulkan dampak negatif berupa penurunan kualitas badan air
penerima. Kandungan bahan organik dalam limbah industri pangan
memiliki bahan organik yang tinggi dan dapat bertindak sebagai sumber
makanan untuk pertumbuhan mikroba. Dengan pasokan makanan yang
berlimpah, mikroorganisme akan berkembang biak dengan cepat dan
mereduksi oksigen terlarut yang terdapat dalam air.
Limbah cair tahu dengan karakteristik mengandung bahan organik
tinggi, suhu mencapai 40oC-46oC, kadar BOD5 (6.000-8.000 mg/1), COD

(7.500 14.000 mg/1), TSS dan pH yang cukup tinggi pula. Jika langsung
dibuang ke badan air, maka akan menurunkan daya dukung lingkungan.
Sehingga industri tahu memerlukan suatu pengolahan limbah yang
bertujuan untuk mengurangi resiko beban pencemaran yang ada. Gas-gas
yang biasa ditemukan dalam limbah tahu adalah gas nitrogen (N2).
Oksigen (O2), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), karbondioksida
(CO2) dan metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal dari dekomposisi
bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air buangan (Herlambang,
2002, 15-17).
Dalam jumlah produksi yang sangat besar tiap harinya akan
menghasilkan sisa sisa hasil dari proses pengolahan yang tidak terpakai.
Sisa-sisa inilah (limbah) bila terakumulasi dalam jangka waktu yang lama
dapat mencemari lingkungan bila tidak ada penanganan khusus.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran mengenai proses pengelolaan limbah
tahu.
2. Untuk mengetahui bentuk limbah yang dihasilkan oleh produksi tahu.
3. Untuk mengetahui cara pemanfaatan limbah tahu.
4. Untuk mengetahui gangguan yang ditimbulkan apabila limbah tahu
yang tidak diolah dibungan langsung kelingkungan.
C. Manfaat
1. Memahami proses pengolahan limbah tahu
2. Memahami pemanfaatan limbah tahu sehingga tidak menjadi limbah
yang mencemari lingkungan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Limbah

Menurut Udin Djabu (1991) yang disebut air limbah adalah air
yang bercampur zat- zat padat ( dissolved dan suspended ) yang berasal
dari buangan kegiatan rumah tangga, pertanian, perdagangan dan industri.
Sedangkan menurut Azrul Azwar (1983) mendefinisikan air limbah adalah
air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat
membahayakan kehidupan manusia dan atau hewan dan lazimnya muncul
karena hasil perbuatan manusia.
1. Sumber Air Limbah
a. Air buangan rumah tangga.
Air buangan ini biasanya dihasilkan dari aktifitas manusia yang
terdiri dari ekskreta,air cucian,air mandi/ wc,air buangan dapur dan
lainnya.
b. Air buangan perdagangan
Air buangan yang dihasilkan dari aktifitas hotel, pasar, tempat
ibadah,restoran dan lainnya.
c. Air buangan industry
Air buangan industri biasanya memiliki kandungan zat yang
komplek karena hasil buangan dari proses industri. Biasanya
mengandung zat organik, logam berat,minyak,zat pewarna, sulfida
ammonia yang bersifat racun sehingga memerlukan penanganan
yang khusus. (haryanto Kusnoputranto, 1983)
2. Komposisi Air Limbah
Komposisi air limbah sebagian besar terdiri dari air (99,9%) dan
sisanya terdiri dari partikel-partikel padat terlaraut (dissolved solid)
dan tidak terlarut (suspended solid) sebesar 0,1%. Partikel-partikel
padat dari zat organik ( 70%) dan zat anorganik (( 30%). Zat-zat
organik terdiri dari protein ( 65%), karbohidrat ( 25%),lemak (
25%). (Udin Djabu, 1991).
B. Pengolahan Limbah Tahu
Air limbah tahu adalah buangan yang mengandung unsur nabati yang
mudah membusuk. Secara fisik dan kimia apabila dibiarkan dilingkungan
akan mencemari lingkungan sekitarnya. Secara umum penanganan air
buangan yang banyak mengandung zat organik dilakukan dengan cara:
1. Cara fisika

Biasanya dilakukan pada awal penanganan yaitu pada saat pemilihan


bahan kedelai pada proses penyaringan untuk memisahkan dari
2.

kotoran- kotoran yang tercampur.


Cara kimia
Penanganan ini dengan menggunakan bahan kimia untuk :
a. Netralisasi air limbah.(lart asam sulfat,as klorida,as phosphat, batu
kapur)
b. Pengendapan yaitu penambahan zat kimia dapat menetralkan
logam berat dijadikan ikatan garam yang mudah mengendap
sehingga mudah dipisahkan antara endapan logam berat larutan
jernih yang bebas logam berat.
c. Penggumpalan yaitu proses terjadinya penggumpalan pada zat
tersuspensi yang diubah menjadi gumpalan- gumpalan sehingga
mudah mengendap.Proses ini biasanya dilakukan pada pengadukan
cepat kemudian dilanjutkan dengan pengadukan lambat sehingga
terbentuk flokulasi atau butiran gumpalan dari kecil bergabung
menjadi besar. Zat penggumpal antara lain:alumunium sulfat,besi

sulfat, poly alumunium klorida.


3. Cara biologi
Dalam proses biologis terjadi penghancuran zat organik dari air limbah
tahu oleh jasad renik. Mikroba tersebut dapat berupa bakteri, jamur
atau ganggang. Zat tersebut mengubah bahan koloid menjadi sel,
sedang sel yang terjadi karena berat dapat mengendap bersama lumpur
dalam kondisi aerob dan anaerob. Beberapa cara biologi adalah:proses
lumpur aktif,lapisan tritis,lagoon.bak kedap udara (anaerobik).
(Nurhasan,1999). Gas bio, beberapa industri menggunakan bak
penampungan

dalam

pengelolaan

air

limbah

tahu.

Bak-bak

penampungan tersebut ada yang dibuat sistem kedap udara/ rapat udara
dan ada yang sistem terbuka. Bak sistem kedap udara dengan proses
anaerobik yang dapat menghasilkan gas alami (bio gas) yang
kemudian ditampung dengan drum kemudian gas tersebut disalurkan
melalui selang ke dapur yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
memasak.
4

Air limbah yang ditampung di bak- bak terbuka dibiarkan mengalir


dan tergenang secara terbuka lalu mengalir ke saluran irigasi. Dalam
hal ini bau busuk dari limbah tahu masih menyengat .

C. Proses Pengolahan Tahu dan Hasil Buangan Industri Tahu

Industri tahu pada umumnya banyak menggunakan air dalam


proses maupun untuk pencucian alat dan biji kedelai. Sebagian besar air
yang telah digunakan langsung dibuang ke lingkungan.

D. Beberapa jenis buangan dari industri tahu :


1. Buangan padat
Pabrik tahu membuangan buangan padat pada saat pencucian yaitu
berupa biji yang jelek. dan batu kerikil yang ikut dalam biji. Pada saat
kedelai diproses menjadi susu kedelai dan disaring mengeluarkan
ampas.
2. Buangan cair
Sebagian besar dari buangan industri tahu adalah limbah cair yang
mengandung sisa dari susu tahu yang tidak tergumpal menjadi tahu.
Biasanya air limbah tahu mengandung zat organik misalnya protein,
karbohidrat dan lemak. Disamping zat tersebut juga mengandung
padatan zat tersuspensi atau padatan terendap misalnya potongan tahu
yang hancur pada saat pemrosesan yang kurang sempurna. Padatan
tersuspensi maupun terlarut tersebut akan mengalami perubahan fisik,
kimia dan hayati yang menghasilkan zat toksin atau zat cemar
lingkungan. Juga apabila dibiarkan dilingkungan akan menjadi busuk
dan sangat mengganggu estetika. Dan juga akan mempengaruhi
lingkungan.(Nurhasan,1991).
E. Karakteristik Air Limbah Tahu.
1. Temperatur
Temperatur air limbah pabrik tahu biasanya lebih tinggi dari
temperatur normal dibadan air. Hal ini dikarenakan dalam proses
pembuatan tahu selalu pada temperatur panas baik pada saat
penggumpalan atau pada saat menyaring yaitu pada suhu 60 80oC.
Pencucian yang mempergunakan air dingin selama proses berjalan
tidak mampu menurunkan suhu limbah tahu. Limbah panas yang
dikeluarkan adalah sisa air susu tahu yang tidak menggumpal menjadi
6

tahu, biasanya berwarna kuning muda dan apabila diperam dalam satu
hari akan berasa asam.
2. Warna
Warna air buangan transparan sampai kuning muda dan disertai
adanya suspensi warna putih. Zat terlarut dan tersuspensi yang
mengalami penguraian hayati dan kimia akan berubah warna. Hal ini
merupakan proses yang merugikan, karena adanya proses dimana
kadar oksigen didalam air buangan menjadi nol maka air buangan
berubah menjadi warna hitam dan busuk.
3. Bau
Bau air buangan industri tahu dikarenakan proses pemecahan
protein oleh mikroba alam. Bau sungai atau saluran menyengat apabila
disaluran tersebut sudah berubah an aerob. Bau tersebut adalah
terpecahnya penyusun dari protein dan karbohidrat sehingga timbul
bau busuk dari gas H2S.
4. Kekeruhan
Padatan yang terlarut dan tersuspensi dalam air limbah pabrik tahu
menyebabkan air keruh. Zat yang menyebabkan air keruh adalah zat
organik atau zat-zat yang tersuspensi dari tahu atau kedelai yang
tercecer atau zat organik terlarut yang sudah terpecah sehingga air
limbah berubah seperti emulsi keruh.
5. BOD
Padatan yang terdapat dalam air buangan terdiri dari zat organik
dan zat an organik . Zat organik tersebut misalkan protein,
karbohidrat,lemak dan minyak. Protein dan karbohidrat biasanya lebih
mudah terpecah secara proses hayati menjadi amoniak, sulfida dan
asam- asam lainnya. Sedangkan lemak lebih stabil terhadap
pengrusakan hayati, namun apabila ada asam mineral dapat
menguraikan asam lemak menjadi glicerol. Pada limbah tahu adanya
lemak ditandai banyak zat-zat terapung berbentuk skum. Untuk
mengetahui berapa besarnya jumlah zat organik yang terlarut dalam air
limbah tahu dapat diketahui dengan melihat besarnya angka BOD ( bio
7

Chemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biokimia ( KOB ).


Angka BOD ini menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
keperluan aktifitas mikroba dalam memecah zat organik bio degradasi
didalam air buangan, angka BOD dalam satuan mg per liter atau ppm (
part per million ) dan biasanya dinyatakan dalam beban yaitu gram
atau kg per satuan waktu.
6. COD
Para meter ini dalam air buangan menunjukkan juga zat organik,
terutama zat organik non biodegradasi selain itu zat dapat di oksidasi
oleh bahan kimia K2Cr2O7 dalam asam, misalnya SO3 ( sulfit ), NO2
( nitrit ) kadar tinggi dan zat-zat reduktor lainnya. Besarnya angka
COD biasanya lebih besar dari BOD, biasanya 2 sampai 3 kali
besarnya BOD.
7. pH
pH dalam air limbah sangat dipengaruhi oleh kegiatan mikroorganisme
dalam memecah bahan organik. Air limbah tahu cenderung asam, dan
pada keadaan asam ini terlepas zat- zat yang mudah menjadi gas.
(Nurhasan,1991).
Industri tahu dan tempe merupakan industri kecil yang banyak tersebar di
kota-kota besar dan kecil. Tempe dan tahu merupakan makanan yang
digemari oleh banyak orang. Akibat dari banyaknya industri tahu dan
tempe, maka limbah hasil proses pengolahan banyak membawa dampak
terhadap lingkungan. Limbah dari pengolahan tahu dan tempe mempunyai
kadar BOD sekitar 5.000 10.000 mg/l, COD 7.000 12.000 mg/l. Air
banyak digunakan sebagai bahan pencuci dan merebus kedelai untuk
proses produksinya. Akibat dari besarnya pemakaian air pada proses
pembuatan tahu dan tempe, limbah yang dihasilkan juga cukup besar.
Besarnya beban pencemaran yang ditimbulkan menyebabkan gangguan
yang cukup serius terutama untuk perairan disekitar industri tahu dan
tempe.

F. Dampak Limbah Tahu Dilingkungan


8

Dalam kurun waktu beberapa tahun ini masyarakat khususnya di daerah


sekitar industri tahu banyak memberikan respon terhadap aktivitas
produksi tahu tersebut, baik respon positif maupun respon negative.
1. Dampak positif limbah yang dihasilkan pabrik tahu berupa kulit
kedelai,ampas dan air tahu masih dapat dimanfaatkan menjadi produkproduk yang bermanfaat. Pemanfaatan limbah cair tahu menjadi nata
de soya dan abon merupakan salah satu bentuk diversifikasi makanan
berbahan baku ampas tahu. Selain itu,limbah cair tapioka juga dapat
diolah menjadi nata de cassava dan limbah air kelapa dapat diolah
menjadi nata de coco. Limbah berupa sayur-sayuran dan sisa bahan
yang tidak termasak, bisa diolah menjadi pelet. Beberapa di antaranya
bias

diolah menjadi

kompos

dengan proses fermentasi

dan

pencampuran pupuk organik.


2. Dampak negatif limbah usaha kecil pangan dapat menimbulkan

masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar


karbohidrat, protein, lemak, garam-garam, mineral, dan sisa-sisa bahan
kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Air
buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan
Biological Oxygen Demand ( BOD) tinggi dan mengandung polutan
seperti tanah, larutan alkohol, panas dan insektisida. Apabila efluen
dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu seluruh
keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan
dan biota perairan lainnya. Pengaruh Terhadap Kesehatan.
a. Pengolahan tahu akan mempengaruhi kesehatan warga sekitar
dikarenakan pencemaran, seperti pencemaran air, udara dan tanaj
yang

dihasilkan

dari

proses

tersebut. Akibat-akibat

yang

ditimbulkan oleh adanya pencemaran di sekitar pabrik tersebut


antara lain :
1) Keadaan air sungai menjadi kotor dan keruh menimbulkan bau
yang tidak sedap sehingga mengganggu pernapasan warga di
2)

sekitarnya.
Warga yang mempergunakan air, banyak yang terkena
penyakit gatal-gatal dan diare.
9

3) Asap dari pengolahan tahu, asap dari sekam padi yang sering

digunakan sebagai bahan bakar, asap dari kayu bakar, aroma


dari

bahan

baku

tahu

yang

mengandung

ammonia.

Mengakibatkan terganggunya pernapasan dan menyebabkan


sesak napas, mual, dan lain-lain.
G. Penerapan Prinsip 3R pada Proses Pengolahan Limbah Tahu
1. Reduce
a. Pengolahan Limbah Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap
air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran
besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang
terapung disisihkan terlebih dahulu.
Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah
untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan
tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah
dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk
proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan
waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
b. Pengolahan Limbah Secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap
(koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik
beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang
diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya
berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu
dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasikoagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan
juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
c. Pengolahan Limbah Secara Biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara
biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara nbiologi
dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien.
Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode
pengolahan biologi dengan segala modifikasinya. Pada dasarnya,

10

reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis,


yaitu:
1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme
tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses
lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis
ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai
modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi.
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation
ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan
BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan
lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih
tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang
lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam).
Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi
melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak
diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan
pendahuluan.
2. Reuse
Limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu dapat
digunakan sebagai alternatif pakan ternak. Hal tersebut dilakukan
karena dalam ampas tahu terdapat kandungan gizi. Yaitu, protein
(23,55 persen), lemak (5,54 persen), karbohidrat (26,92 persen), abu
(17,03 persen), serat kasar (16,53 persen), dan air (10,43 persen). Salah
satu alasannya, selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan,
khususnya perairan.
3. Recycle
Larutan bekas pemasakan dan perendaman dapat didaur ulang
kembali dan digunakan sebagai air pencucian awal kedelai. Perlakuan
hati-hati juga dilakukan pada gumpalan tahu yang terbentuk dilakukan
seefisien mungkin untuk mencegah protein yang terbawa dalam air
dadih.

Perombakan

(degradasi)
11

limbah

cair

organik

akan

menghasilkan gas metana, karbondioksida dan gas-gas lain serta air.


Perombakan tersebut dapat berlangsung secara aerobik maupun
anaerobik. Pada proses aerobik limbah cair kontak dengan udara,
sebaliknya pada kondisi anaerobik limbah cair tidak kontak dengan
udara luar. Biasanya biogas dibuat dari limbah peternakan yaitu
kotoran hewan ternak maupun sisa makanan ternak, namun pada
prinsipnya biogas dapat juga dibuat dari limbah cair. Biogas
sebenarnya adalah gas metana (CH4). Gas metana bersifat tidak
berbau, tidak berwarna dan sangat mudah terbakar. Pada umumnya di
alam tidak berbentuk sebagai gas murni namun campuran gas lain
yaitu metana sebesar 65%, karbondioksida 30%, hidrogen disulfida
sebanyak 1% dan gas-gas lain dalam jumlah yang sangat kecil. Biogas
sebanyak 1000 ft3 (28,32 m3) mempunyai nilai pembakaran yang
sama dengan 6,4 galon (1 US gallon = 3,785 liter) butana atau 5,2
gallon gasolin (bensin) atau 4,6 gallon minyak diesel. Untuk memasak
pada rumah tangga dengan 4-5 anggota keluarga cukup 150 ft3 per
hari. Proses dekomposisi limbah cair menjadi biogas memerlukan
waktu sekitar 8-10 hari.Bio gas sangat bermanfaat bagi alat kebutuhan
rumah tangga/kebutuhan sehari-hari, misalnya sebagai bahan bakar
kompor (untuk memasak), lampu, penghangat ruangan/gasolec, suplai
bahan bakar mesin diesel, untuk pengelasan (memotong besi), dan
lain-lain. Sedangkan manfaat bagi lingkungan adalah dengan proses
fermentasi oleh bakteri anaerob (Bakteri Methan) tingkat pengurangan
pencemaran lingkungan dengan parameter BOD dan COD akan
berkurang sampai dengan 98% dan air limbah telah memenuhi
standard baku mutu pemerintah sehingga layak di buang ke sungai.
Bio gas secara tidak langsung juga bermanfaat dalam penghematan
energi yang berasal dari alam, khususnya sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui (minyak bumi) sehingga sumber daya alam tersebut
akan lebih hemat dalam penggunaannya dalam jangka waktu yang
lebih lama lagi.
12

H. Pemanfaatan Limbah Tahu


Industri tahu yang menghasilkan limbah merupakan salah satu
sumber pencemaran udara berupa bau busuk dan pencemaran sungai yang
ada di sekitar pabrik. Limbah yang dihasilkan pabrik tahu berupa kulit
kedelai, ampas dan air tahu masih dapat dimanfaatkan menjadi produkproduk yang bermanfaat.
Pada proses pengolahan tahu akan dihasilkan limbah berupa ampas
tahu yang apabila tidak segera ditangani dapat menimbulkan bau tidak
sedap. Ampas tahu masih mengandung zat gizi yang tinggi yaitu protein
(26.6%), lemak (18.3%), karbohidrat (41.3%), fosfor (0.29%), kalsium
(0.19%), besi (0.04%), dan air (0.09%). Oleh karena itu masih
memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan dasar atau campuran
pada proses pengolahan pada produk tertentu.
Pada tahun 1990 ditemukan cara pemanfaatan limbah cair tahu
menjadi nata de soya yang jika dilakukan bersama-sama oleh pengusaha
tahu dapat mengurangi pencemaran sungai akibat pembuangan limbah cair
tahu di sekitar pabrik. Ampas tahu juga dapat diolah menjadi produk
makanan, salah satu alternatifnya adalah dibuat abon ampas tahu.
Abon merupakan salah satu bentuk diversifikasi makanan berbahan
baku ampas tahu. Abon adalah produk hasil olahan denan menggunakan
teknik pengeringan untuk menghilangkan air yang terdapat dalam bahan
sehingga produk menjadi renyah. Pembuatan abon adalah salah satu cara
dalam berbagai macam teknik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
nilai ekonomi ampas tahu. Produk yang dihasilkan ini diharapkan
memiliki kandunan gizi yang tinggi dengan umur simpanan yang lama,
karena berbentuk kering. Dengan cara pengolahan yang baik, abon dapat
disimpan berbulan-bulan tanpa mengalami banyak penurunan mutu.
Salah satu contoh penggunaan bahan llimbah lokal adalah
menggunakan limbah cair tahu. Limbah tahu dapat dipakai sebagai pupuk
dan pestisida bahkan fungisida organik dengan bantuan tambahan dari
bahan yang lain, diantaranya adalah menggunakan bahan empon-empon
atau tanaman herba melalui proses fermentasi. Sedangkan limbah cair tahu

13

banyak mengandung sisa protein dan asam cuka sehingga mampu


mendukung efektifitas fermentasi.(Lasantha,2001).
Air limbah tahu yang mengandung zat organik oleh industri
langsung dibuang ke saluran irigasi dapat dimanfaatkan untuk kesuburan
tanah pertanian. Air limbah tahu merupakan limbah organik mudah terurai
dan baik untuk pertanian. Biasanya para petani mencari air untuk mengairi
sawahnya dan memanfaatkannya. Selain itu air limbah tahu juga berguna
untuk tambahan makanan ikan-ikan peliharaan disawah. Biasanya para
petani yang mengelola ikan disawah secara rutin dan terus menerus
mengaliri sawahnya untuk makanan ikan. Dan hasilnya pun ikan cepat
besar.Namun apabila konsentrasi air limbah terlalu pekat, maka air limbah
tahu dapat menjadi sumber pencemaran air persawahan dan kolam
sehingga ikan- ikan yang dipelihara disawah dan dikolam akan mati.
Ampas tahu yang dihasilkan biasanya oleh industri tahu dijual
untuk dimanfaatkan dalam pembuatan tempe gembus. Selain itu ampas
tahu oleh peternak digunakan untuk pakan ternak sapi, kambing dan babi
serta itik.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada proses pengolahan tahu akan dihasilkan limbah berupa ampas
tahu yang apabila tidak segera ditangani dapat menimbulkan bau tidak
sedap. Ampas tahu masih mengandung zat gizi yang tinggi yaitu
protein (26.6%), lemak (18.3%), karbohidrat (41.3%), fosfor (0.29%),
kalsium (0.19%), besi (0.04%), dan air (0.09%). Oleh karena itu masih
memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan dasar atau
campuran pada proses pengolahan pada produk tertentu.
2. Pengolahan limbah tahu dapat dilakukan dengan penerapan prinsip 3R
yaitu :

14

a.

Reduce yaitu dengan cara pengolahan limbah secara fisik, kimia,

biologi.
b. Reuse dengan cara limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan
tahu dapat digunakan sebagai alternatif pakan ternak.
c. Recycle yaitu Larutan bekas pemasakan dan perendaman dapat
didaur ulang kembali dan digunakan sebagai air pencucian awal
kedelai.
3. Pengolahan tahu akan mempengaruhi kesehatan warga sekitar
dikarenakan pencemaran, seperti pencemaran air, udara dan tanah
yang dihasilkan dari proses tersebut.
4. Limbah yang dihasilkan pabrik tahu berupa kulit kedelai, ampas dan
air tahu masih dapat dimanfaatkan menjadi produk-produk yang
bermanfaat. Pemanfaatan limbah cair tahu menjadinata de soya
daabon merupakan salah satu bentuk diversifikasi makanan berbahan
baku ampas tahu.
B. Saran
Untuk mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif,
misalnya dengan tidak membuang limbah industri ke sungai. Kebiasaan
membuang limbah ke sungai dan disembarang tempat hendaknya
diberantas dengan memberlakukan peraturan peraturan yang diterapkan
di lingkungan masing masing secara konsekuen. Limbah industri
hendaknya dibuang pada wadah yang telah di sediakan. Masyarakat di
sekitar sungai perlu memperhatikan kebersihan lingkungan dan perlu
memahami mengenai pemanfaatan sungai, agar sungai tidak lagi
dipergunakan sebagai tempat pembuangan limbah. Peraturan pembuangan
limbah industri hendaknya dipantau pelaksanaannya dan pelanggarnya
dijatuhi hukuman.Limbah Industri hendaknya diproses dahulu dengan
teknik pengolahan limbah, dan setelah memenuhi syarat baku mutu air
buangan baru bisa di alirkan ke sungai. Dengan demikian akan tercipta
sungai yang bersih dan memiliki fungsi ekologis.

15

16

Anda mungkin juga menyukai