Industri Xylena PDF
Industri Xylena PDF
INDUSTRI XYLENE
KELOMPOK 10
ANGGOTA KELOMPOK:
FARIS RAZANAH Z.
(1106005225)
LIDYA AYU PRATIWI (1006679724)
MUTIARA KARTINI
(1106000275)
RIA KUSUMA DEWI
(1106005396)
ii
DAFTAR ISI
Universitas Indonesia
iii
DAFTAR GAMBAR
18
21
22
25
25
27
28
29
31
32
33
34
35
36
39
Universitas Indonesia
iv
DAFTAR TABEL
10
11
13
14
19
23
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Industri petrokimia adalah industri yang menghasilkan produk-produk
dimana bahan bakunya adalah minyak dan gas. Dengan melakukan suatu proses
dan reaksi kimia, minyak dan gas dapat diolah menghasilkan produk tertentu.
Produk petrokimia mempunyai harga jual yang lebih tinggi dibandingkan minyak
dan gas itu sendiri. Di Indonesia, industri petrokimia sudah mulai berkembang.
Banyak berbagai pabrik petrokimia didirikan untuk memproduksi produk
petrokimia. Produk petrokimia diklasifikasikan menjadi produk dasar, produk
antara, produk akhir, dan produk jadi. Salah satu yang menarik untuk dibahas
adalah produk antara. Produk antara mempunyai banyak fungsi karena biasanya
produk antara dapat direaksikan kembali menghasilkan banyak produk tertentu
jika kita arahkan menggunakan katalis tertentu.
Salah satu produk antara yang sangat populer adalah xylene. Xylene
merupakan cairan tak berwarna, mudah terbakar, dan beracun, namun berguna
sebagai bahan lanjutan untuk mengahasilkan produk produk petrokimia seperti
serat serat sintetik, bahan plastik sintetik, bahan sabun deterjen, bahan pewarna
cat, dan kain- lain. Xylene umumnya secara luas diaplikasikan sebagai bahan
baku pada industri kimia dan sebagai solvent dalam proses manufaktur industri,
namun pemanfaatan xylene pada industri kimia paling utama adalah pada industri
sandang atau pakaian. Untuk menghasilkan xylene ada banyak cara yang bisa
digunakan
seperti
catalytic
reforming,
pirolisis
gasoline,
dan
reaksi
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA XYLENE
2.1. Pengertian Xylene
Xylene merupakan bahan kimia kelompok hidrokarbon aromatik dengan
rumus kimia C6H4(CH3)2. Nama lain dari xylene antara lain dimetilbenzene, xylol
dan methyltoluene. Xylene memiliki berat molekul 106,168 gram/mol dengan
komposisi karbon (C) sebesar 90,5% dan hidrogen (H) 9,5%. Xylene memiliki
tiga isomer yaitu ortho-xylene, meta-xylene dan para-xylene yang dibedakan dari
posisi cabang metil (CH3) pada cincin aromatiknya seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.
Xylene merupakan cairan tidak berwarna yang dihasilkan dari nafta melalui
proses reforming atau aspal cair, yang sering digunakan sebagai pelarut (solvent)
dalam industri (G.A.Jacobson dan S. McLean, 2003). Xylene pada aspal cair
pertama kali ditemukan pada pertengahan abad ke 19. Nama dari xylene berasal
dari bahasa latin wood xulon karena xylene dapat diperoleh dari hasil destilasi
kayu tanpa kehadiran oksigen (Richard L. Myers, 2007).
2.2. Sifat Fisika dan Kimia Xylene
Xylene merupakan hidrokarbon aromatik yang secara luas digunakan dalam
industri dan teknologi medis sebagai pelarut (Langman JM, 1994.). Namun
demikian, xylene amat berbahaya dan bersifat racun apabila terpapar atau masuk
dalam tubuh manusia. Beberapa lembaga internasional telah menentukan nilai
Universitas Indonesia
ukuran toksisitas untuk xylene. ACGIH menentukan nilai 100 ppm selama 8 jam
untuk batas TWA dan 150 ppm selama 15 menit untuk STEL; NIOSH
menetapkan batas TWA 100 ppm atau sekitar 435 mg/m3 dan 150 ppm atau
sekitar 655 mg/m3 untuk STEL; OSHA menetapkan TWA 100 ppm atau sekitar
435 mg/m3, sementara Kementrian Tenaga Kerja menetapkan nilai ambang batas
yang sama ACGIH sebesar 435 mg/m selama 8 jam. Nilai ambang batas (NAB)
merupakan konsentrasi dari zat, uap, atau gas dalam udara yang dapat dihirup
selama 8 jam per hari selama 5 hari/minggu, tanpa menimbulkan gangguan
kesehatan yang berarti (Soemanto Imamkhasani, 1990). Xylene dapat masuk ke
dalam tubuh manusia melalui beberapa jalur, seperti oral, inhalasi maupun
dermal.
Pemaparan melalui oral merupakan hal yang jarang terjadi untuk kasus bahan
xylene. Pemaparan via oral untuk kasus xylene lebih dikarenakan kurang higienis
para pekerja setelah menggunakan atau setelah terpapar xylene, seperti makan
tanpa cuci tangan. Pemaparan via oral ini dapat langsung masuk ke dalam saluran
pencernaan dan kemudian mengiritasinya. Namun sebagian besar akan bergerak
menuju hati untuk dimetabolisis dan diekresikan.
Pemaparan melalui inhalasi cukup sering terjadi, hal ini dikarenakan xylene
memiliki karakteristik mudah menguap dan uap xylene dapat terabsorbsi dengan
cepat melalui paru-paru (G.A.Jacobson dan S. McLean, 2003). Pemaparan via
inhalasi ini akan mengiritasi saluran pernafasan. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya pada dosis akut, xylene akan mengiritasi hidung, tenggorokan hingga
paru-paru.
Pemaparan melalui dermal menyebabkan kulit mengalami kerusakan berupa
larutnya lemak oleh xylene. Hal tersebut dikarenakan karakteristik dari xylene
yang mudah larut dalam lemak. Pemaparan xylene via dermal tidak sebanyak
pemaparan via inhalasi hal tersebut dikarenakan xylene cair dan uap terabsorbsi
lambat melalui kulit (G.A.Jacobson dan S. McLean, 2003). Xylene yang
terabsorbsi kemudian diangkut oleh darah menuju hati untuk dimetabolisis dan
diekresikan.
Selain beracun bagi manusia, sifat fisika dan kimia dari xylene adalah sebagai
berikut :
Universitas Indonesia
Bentuk fisik
: Cairan
Warna
: Tidak berwarna
Berat Molekul
: 106,168 gram/mol
Bau
: Berbau manis
Titik didih
: 138,50C
Titik nyala
: 21 270 C
Titik leleh
: 47,40C
(281,30F)
(530F)
: 0,864
(Air = 1)
Vapour Pressure
: 0,9 kPa
Vapour Density
: 3,7
(Air = 1)
Volatile Volume
: 100 %
Viskositas Kinematik
: 0,175 kg/m3
Laju evaporasi
: 0.76
(Sumber : Xylene Material Safety Data Sheet (MSDS), sumber dijabarkan pada halaman
referensi)
Perbandingan sifat fisika dan kimia antara xylene dan ketiga isomernya (oxylene, m-xylene dan p-xylena) dapat dilihat dalam Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Perbandingan Sifat Fisik dan Kimia Xylene dan Isomernya
Sumber : Anonim (2014) http://en.wikipedia.org/wiki/Xylene Diakses 18 Maret 2014 (17:57)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bahan Baku dan Produk dalam Produksi P-Xylene dengan reaksi disproporsionasi
toluene dengan katalis ZSM-5
Bahan Baku Toluene
Fasa : cair
Kenampakan : jernih
Kemurnian : min 99,0 % wt
Impuritas
- p-xylene : max 0,50 % wt
- m-xylene : max 0,30 % wt
- o-xylene : max 0,20 % wt
Bahan Baku Hidrogen
Fasa : gas
Kenampakan : tidak berwarna
Tekanan : 1 atm
Kemurnian : min 99,9 % wt
Impuritas
CH4 : max 0,1 % wt
Bahan Pembantu Katalis Zeolite ZSM-5
Fasa : padat
Bentuk : pellet
Diameter : 2 mm
Ukuran pori pori : 2 4,3
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
11
Unit Proses
Kapasitas (ton/hari)
Naphta Hydrotreater
1.791
CCR Platformer
1.791
Sulfolane
1.100
Tatoray
1.730
Xylene Fractionator
4.985
Universitas Indonesia
12
Parex
4.440
Isomar
3.590
Universitas Indonesia
13
CH3
(CH3)3
(CH3)2
H2
(g)
Katalis
(g)
(g)
atau
CH3
(CH3)3
H2
+
(g)
(g)
Katalis
Heavier
Aromatic
(g)
(g)
Spesifikasi
Keterangan
Wujud
Cair
Kenampakan
Bau
Purity
99,65% berat
Bromine index
200 (max)
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
Kilang Paraxylene pada Gambar 1.7 yang terletak di area 80 terdiri dari
unitunit proses sebagai berikut :
CCR
untuk
mengoptimalkan
selektivitas
dan stabilitas
Universitas Indonesia
16
dan
toluene
platformate
yang kemudian
Toluene
dan campuran C9
begitu
tinggi,
sehingga
dapat
Universitas Indonesia
17
fixed
bed
radial
flow
reactor.
Effluentnya
Universitas Indonesia
18
(Sumber: http://www.cmtevents.com/eventdatas/070523/pdf/Pertamina.pdf)
Universitas Indonesia
19
Produk
Light Naptha
Kapasitas (ton/tahun)
1.065.000
Paraxylene
500.000
Benzene
207.000
Toluene
100.000
Orthoxylene
120.000
Reformate
335.000
Kerosene
1.100.000
Diesel Oil
189.000
dapat
dimanfaatkan dalam
industri plastik
dan glass
Universitas Indonesia
20
asetat. PTA larut dalam alkohol dan alkali (NaOH, KOH),memiiki berat
molekul 166.10, dan mudah terbakar.
sebagai bahan baku utama pembuatan serat benang polyester untuk industri
tekstil, bahan baku polyester chip, dan bahan baku polyester fibre yang
kemudiandigunakan sebagai bahan baku tekstil, ban, seatbelts, reinforcement,
dan jaket tahan panas.PTA dapat juga digunakan untuk pembuatan botol PET
( polyethylene terephthalate), PETfilm, dan juga polyester filament untuk
bahan baku benang polyester.
Universitas Indonesia
21
dalam industri plastik dan polyester untuk baju. Hal ini dapat dilihat pada gambar
berikut
(1%)
7%
10 %
82%
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
mengimpor sebanyak 778.000 ton dan untuk ditahun 2009 meningkat menjadi
845.000 ton. Produk lokal dihasilkan dari dua perusahan di Indonesia, yaitu
perusahan PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan VI Cilacap dan PT. Trans
Pacific Petrochemical Indotama (TPPI).
KEBUTUHAN NASIONAL
Tabel 2.7. Supply dan Demand Produk Petrokima Aromatik
Pasar potensial untuk industri petrokimia masih cukup besar baik untuk
pasar domestik maupun ekspor. Investasi industri petrokimia di Indonesia
membutuhkan dana sekitar 1 2 milyar dollar US, sedangkan industri turunan
petrokimia
mencapai
100
400
juta
dollar
US
per
pabrik.
Universitas Indonesia
24
BAB III
PROSES PEMBUATAN XYLENE
3.1. Skema Proses
3.1.1 Skema Proses Untuk Bahan Baku Nafta
1. Hydrotreating
Dari semua p-xylena yang diproduksi di seluruh dunia, 95% nya
diproduksi dengan bahan baku nafta. Sebelum memproduksi xylene, feed akan
memasuki proses hydrotreating terlebih dahulu. Hydrotreating adalah proses
untuk menghilangkan zat-zat pengotor (impurities) pada feed yang berpotensi
menganggu jalannya proses, reaksi kimia, dan akan mengurangi konversi xylene.
Cara menghilangkan impurities tersebut adalah dengan mereaksikan feed dengan
gas hidrogen. Gas hidrogen mempunyai kemampuan bereaksi dengan gugusgugus pengotor pada feed sehingga dihasilkan feed yang bersih yang siap untuk
direaksikan menghasilkan xylene. Tujuan utama proses hydrotreating adalah
menjenuhkan senyawa olefin yang terdapat dalam nafta, karena nafta tidak
diinginkan mengingat sifatnya yang menyebabkan coke. Coke (pembentukan
karbon) akan menurunkan keaktifan katalis, karena deposit karbon akan mengisi
permukaan katalis sehingga mengurangi ruang untuk terjadinya reaksi. Berikut
adalah reaksi dalam proses hydrotreating :
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
memisahkan H2 sisa dan feed berupa cairan. Tahap kelima, feed akan masuk ke
dalam stripper untuk menghilangkan pengotor H2S, ammonia, H2, dan uap air.
Berikut adalah detail yang terjadi pada proses hydrotreating mulai dari jenis
reaktor, katalis, dan kondisi operasi.
Jenis Reaktor : Fixed Bed
Temperatur
: 260 425oC
Tekanan
Katalis
Feed yang telah melalui proses hydrotreating akan masuk ke tahap kedua
yaitu produksi xylene menggunakan reaksi catalytic reforming.
2. Catalytic Reforming
Catalytic reforming adalah reaksi yang menjadi sumber utama
memproduksi xylene, dengan presentase mencapai 95% dari produksi xylene.
Pada catalytic reforming terjadi proses dehidrogenasi katalitik nafta ringan rantai
lurus yang memiliki hidrogen sehingga dapat menghasilkan hidrokarbon aromatik
(benzena, toluena, xylene).
Reaksi sederhana pada catalytic reforming (untuk C8 saja) :
C6H10(CH3)2 (g)
Dimetilsikloheksane (Naphta)
Xylene
Hidrogen
Universitas Indonesia
27
Proses katalitik reforming ini berlangsung pada fase gas dan terjadi pada
reformer (fixed-bed reaktor). Reaksi ini terjadi pada suhu 500-525oC, dan pada
tekanan 100-300 psig. Katalis yang digunakan adalah katalis bimetal seperti Pt
sehingga menghasilkan konversi 80%. Reaksi yang keluar dari reformer ini
diperoleh campuran xylene yang mengandung etil benzene, p- , m-, dan o- xylene.
Campuran xylene yang diperoleh ini mengandung p-xylene sebanyak 17-20,3%.
Hal ini disebabkan keterbatasan termodinamika karena reaksi catalytic reforming
yang berlangsung merupakan reaksi kesetimbangan. Sehingga untuk mendapatkan
p-xylene dengan kemurnian diatas 90% di perlukan proses lagi, yaitu tahap ketiga
yang merupakan tahap pemisahan.
3. Separation (Pemisahan)
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, output tahap catalytic
reforming adalah campuran senyawa non-aromatik dan senyawa aromatik
(benzena, toluena, dan xylena). Untuk memisahkan senyawa non-aromatik dan
senyawa aromatik, kita dapat menggunakan mekanisme ekstraksi. Solven yang
digunakan akan mengekstrak/melarutkan senyawa aromatik namun tidak dapat
melarutkan senyawa non-aromatik. Kriteria solven yang dipilih untuk proses
ekstraksi ini diantaranya adalah mempunyai titik didih tinggi, non korosif, non
reaktif, dan stabil secara termal. Solven yang paling banyak dipakai untuk
Universitas Indonesia
28
ekstraksi senyawa aromatik adalah tetraetilen glikol dan sulfolan. Berikut adalah
solven-solven yang bisa digunakan untuk ekstraksi senyawa aromatik.
Universitas Indonesia
29
xylene
yang
didapat
awalnya
dikeringkan
dengan
Universitas Indonesia
30
Universitas Indonesia
31
zirconia.
Setelah hidrogenasi awal, gasoline pirolisis akan masuk ke hidrogenasi
tahap dua dimana olefin sudah jenuh, organik sulfur membentuk H2S, nitrogen
diubah menjadi ammonia, dan senyawa-senyawa teroksigenasi akan direduksi
menjadi hidrokarbon dan air. Setelah reaksi paralel tersebut selesai, fase gas dan
cair akan dipisahkan. Cairan selanjutnya masuk ke stripper untuk menghilangkan
impurities gas, seperti hidrogen sulfida, dan hidrokarbon ringan tersisa sebelum
dipindahkan ke unit recovery xylene.
Gambar 3.6. Block flow diagram dari integrated pyrolysis gasoline treatment process
Universitas Indonesia
32
Universitas Indonesia
33
Gambar 3.7 adalah block flow diagram dari integrated pyrolysis gasoline
treatment
process.
Langkah
pertama
raw
gas
masuk
pada
unit
Universitas Indonesia
34
Pada proses ini tidak hanya dihasilkan xylene sebagai produk utama tetapi
juga benzena sebagai produk sampingan. Berdasarkan Plancard 1964, reaksi ini
berlangsung pada fase gas dan terjadi pada suhu 350 oC dan tekanan 20 atm ,
dengan waktu reaksi 15 detik, konversi 40 % dalam suatu reaktor fixed bed.
Selain itu, reaksi ini juga memerlukan penambahan hidrogen untuk mengurangi
terbentuknya deposit coke yang biasa disebut reaksi dealkilasi toluene.
Dari reaksi yang terjadi lalu dipisahkan dalam separator, yang mana di
separator ini dipisahkan methan dan sisa hidrogen dan sebagian benzene yang
terikut ke hasil atas separator dan sebagian benezene, toluene serta xylene.Setelah
itu, hasil bawah separator dimurnikan dua kali di dalam menara destilasi.Menara
destilasi yang pertama menghasilkan benzene sebagai hasil atasnya dan sekaligus
sebagai hasil samping yang laku dijual, sedangkan hasil bawah dari menara
destilasi pertma ini yaitu xylene dan toluene.Selanjutnya xylene dan toluene ini
masuk ke menara destilasi ke dua, yang mana xylene sebagai hasil bawahnya
dengan kemurnian 99,8 % ,sedangkan hasil atas menara destilasi kedua yaitu
berupa toluene yang mana akan dijadikan recycle feed.
Proses pembuatan p-xylene melalui reaksi disproporsionasi toluene biasanya
mensggunakan katalis ZSM dengan prinsip berupa pemindahan gugus metil dari
suatu molekul toluene ke molekul toluene lainnya. Dua mol toluena berdifusi ke
dalam permukaan katalis melalui pori-porinya dengan kecepatan reaksi yang
cepat. Senyawa toluene yang kehilangan gugus metilnya akan menjadi benzene
dan senyawa toluene yang lain akan menerima gugus metilnya membentuk mixed
xylene (orto, meta, dan para-xylene). Orto dan meta-xylene yang terbentuk
Universitas Indonesia
35
kemudian akan berisomerisasi dengan cepat dalam pori-pori katalis ZSM-5 untuk
membentuk p-xylene. Benzena yang terbentuk dari reaksi diproporsional toluena
dapat dengan cepat meninggalkan permukaan katalis, kemudian diikuti dengan
para-xylene yang terbentuk, sedangkan o-xylene dan m-xylene lebih lama waktu
tinggalnya dalam katalis (difusivitasnya lebih rendah dari difusivitas p-xylene)
dan lebih jauh lagi, akan mengalami reaksi isomerisasi menjadi p-xylene sebelum
keduanya meninggalkan permukaan katalis dengan gerakan difusi yang lambat,
sebagaimana digambarkan pada reaksi di atas.
Proses disproposionasi toluene secara teoritis campuran yang terjadi adalah
equimolar yaitu berupa 50% benzene dan 50% xylene. Tetapi pada kenyataannya,
yang diperoleh dari hasil reaksi adalah 37% benzene dan 55% xylene (Mc Ketta).
Xylene yang terjadi pada reaksi ini adalah merupakan campuran antara isomerisomer xylene (mixed xylenes). Paraselectivity merupakan jumlah proporsi pxylene dalam campuran total xylene yang terbentuk dari reaksi. Kenaikannya
disebabkan oleh adanay kontrol difusi secara selektif dari pori-pori katalis. Dalam
proses ini, juga terjadi reaksi sekunder yaitu reaksi isomerisasi o-xylene dan mxylene hingga menghasilkan p-xylene.
Universitas Indonesia
36
Universitas Indonesia
37
dimana :
CA
: konsentrasi reaktan
Keterangan:
k
b. Tinjauan Termodinamika
Tujuan tinjauan termodinamika untuk mengetahui sifat reaksi yang terjadi
ditinjau dari panas pembentukan (H f0) serta untuk mengetahui apakah
reaksi yang terjadi searah atau tidak ditinjau dari energi bebas Gibbs
(Gf0). Reaksi yang terjadi yaitu :
2 C6H5CH3 C6H6 + C6H4(CH3)2
ditinjau dari panas pembentukan ( Hf o ) :
Universitas Indonesia
38
Hfo
( )
()
Dengan 0 = ln
Sehingga didapatkan rumus sebagai berikut:
()
konstan
terhadap
temperatur.
Jika
harga
konstanta
Universitas Indonesia
39
Skimmed oil akan dialirkan ke Recovered Slop Sump. Air dari GS dialirkan
ke dalam Equalization Basin (EB)
Air jernih yang dihasilkan kemudian secara over flow dialirkan ke Gravity
Head Discharge Chamber
Universitas Indonesia
40
Storm Water
Universitas Indonesia
41
BAB IV
KESIMPULAN
Xylene merupakan cairan tak berwarna, mudah terbakar, dan beracun,
berguna sebagai bahan lanjutan untuk menghasilkan produk produk
petrokimia seperti serat serat sintetik (pakaian) dengan presentase 65%
dan sisanya sebagai solven industri kimia
Reformasi katalitik naphta menghasilkan campuran xylene yang terdiri
dari paraxylene (p-xylene), ortoxylene (o-xylene), metaxylene (m-xylene),
dan ethyl benzene.
Produsen yang memproduksi xylene di Indonesia antara lain PT. Trans
Pacific Petrochemical Indotama dan PT. Pertamina UP VI Cilacap.
Proses pembuatan xylene dapat melalui proses catalytic reforming,
pirolisis gasoline, atau reaksi disproporsionasi toluena
Pada proses catalytic reforming bahan baku yang digunakan adalah nafta
dan tahapan proses yang dilakukan yaitu hydrotreating, catalytic
reforming, separasi, dan isomerisasi.
Proses katalitik reforming berlangsung pada fase gas dan terjadi pada
reformer (fixed-bed reaktor), berlangsung pada suhu 500-525oC, dan pada
tekanan 100-300 psig. Katalis yang digunakan adalah katalis bimetal
seperti Pt dengan konversi 80%.
Proses pemisahan (separasi) yang dilakukan dapat menggunakan dua cara
yaitu kristalisasi atau adsorpsi selektif. Adsorpsi selektif mempunyai
selektivitas lebih tinggi yaitu 95% dibandingkan kristalisasi yang hanya
75%.
Dalam produksi isomerisasi xylene, bahan baku yang digunakan adalah
toluena dan hidrogen menggunakan katalis zeolite ZSM-5, menghasilkan
produk utama berupa p-xylene dan produk sampingan berupa benzena.
Proses disproporsianasi toluena berlangsung pada suhu 3500C dan tekanan
20 atm, merupakan reaksi yang menghasilkan benzena dan xylene dan
memerlukan penambahan hidrogen untuk mengurangi terbentuknya
deposit coke.
Universitas Indonesia
42
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
Xylene
Material
Data
Sheet
http://www.paintdocs.com/
webmsds/webPDF.jsp?SITEID=STORECAT&doctype=MSDS&lang=E&p
rodno=154-2398
Anonim (2012). Manfaat Hidrokarbon di Berbagai Bidang Kehidupan.
http://mylifechoice.wordpress.com/2012/03/10/manfaat-senyawahidrokarbon-di-berbagai-bidang-kehidupan/,
Diakses
18
Maret
2014,
(17:25)
Anonim (2014). Xylene http://en.wikipedia.org/wiki/Xylene. Diakses 18 Maret
2014 (17:57)
Arif
Fadholi
(2009).
Kegunaan
Hidrokarbon.
http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/kegunaan-hidrokarbon.html,
Diakses 18 Maret 2014, (17:52)
Sri
Rachmawati
Hidayah
Siregar
(2011).
Xylene.
Universitas Indonesia