Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
Letak Lintang
2.1. Definisi
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam
uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain.
Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin,
sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada di
depan (dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior), di atas (dorsosuperior), di
bawah (dorsoinferior).1
Letak lintang adalah bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu
memanjang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90 derajat.2
Pada letak lintang, bisaanya bahu berada di atas pintu atas panggul sedangkan
kepala terletak di salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain.
Keadaan seperti ini disebut sebagai presentasi bahu atau presentasi akromion.
Arah akromion menghadap sisi tubuh ibu menentukan jenis letaknya yaitu letak
akromion kiri atau kanan. Lebih lanjut, karena pada kedua posisi tersebut
punggung dapat mengarah ke anterior atau posterior, ke superior atau ke inferior,
bisaanya jenis letak lintang ini dapat dibedakan lagi menjadi letak lintang
dorsoanterior dan dorsoposterior. 3
2.2. Jenis-Jenis Letak Lintang 2
Jenis-jenis letak lintang dapat dibedakan menurut beberapa macam, yaitu;
Menurut letak kepala terbagi atas
1. LLi I :Apabila posisi kepala janin berada pada sebelah kiri.
2. LLi II:Apabila posisi kepala janin berada pada sebelah kanan.
Menurut posisi punggung terbagi atas;
1. Dorso anterior:Apabila posisi punggung janin berada di depan.
2. Dorso posterior: Apabila posisi punggung janin berada di belakang.
3. Dorso superior: Apabila posis punggung janin berada di atas.
4. Dorso inferior: Apabila posisi punggung janin berada di bawah.

Epidemiologi 4,8

2.3.

Kejadian letak lintang tidak terlalu banyak hanya sekitar 0,5% kehamilan.
Letak lintang terjadi rata-rata pada 1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3%) baik di
Mayo Clinic maupun di University of Iowa Hospital (Cruikshank dan White,
1973; Johnson, 1964). Di Parkland Hospital, dijumpai letak lintang pada 1 dari
335 janin tunggal yang lahir selama lebih dari 4 tahun. Janin letak lintang
seringkali ditemukan dengan pemeriksaan USG pada awal gestasi. Angka
kejadian meningkat jika janinnya prematur.
Beberapa Rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak
lintang, antara lain: RSUP Dr.Pirngadi, Medan 0,6 %; RS Hasan Sadikin Bandung
1,9 %; RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1 % dari 12.827
persalinan; sedangkan Greenhill menyebut angka 0,3 % dan Holland 0,5-0,6 %.
Etiologi 5,6

2.4.

Penyebab utama letak lintang adalah relaksasi berlebihan dinding abdomen


akibat multiparitas yang tinggi, bayi prematur, bayi dengan hidrosefalus,bayi yang
terlalu kecil atau sudah mati, plasenta previa, uterus abnormal, panggul sempit,
hidramnion, kehamilan kembar, dan lumbal scoliosis. Keadaan-keadaan lain yang
dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam rongga panggul seperti misalnya
tumor di daerah panggul dapat pula mengakibatkan terjadinya letak lintang
tersebut. Distosia bahu juga disebabkan oleh kegagalan bahu untuk melipat ke
dalam panggul.
Insiden letak lintang naik dengan bertambahnya paritas. Pada wanita dengan
paritas empat atau lebih, insiden letak lintang hampir sepuluh kali lipat dibanding
wanita nullipara.

Patofisiologi 6,7

2.5.

Distosia bahu disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk


melipat ke dalam panggul yang disebabkan oleh fase aktif dan fase persalinan kala
II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat
menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah
melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum
bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan
uterus beralih ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi
menjauhi sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik atau
melintang. Letak lintang atau letak miring kadang-kadang dalam persalinan terjadi
dari posisi longitudinal yang semula, dengan berpindahnya kepala atau bokong ke
salah satu fosa iliaka.
Pada proses persalinan, setelah ketuban pecah apabila ibu dibiarkan bersalin
sendiri, bahu bayi akan dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan yang sesuai
sering menumbung. Setelah penurunan, bahu berhenti sebatas pintu atas panggul
dengan kepala di salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain.
Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit di bagian atas panggul.
Uterus kemudian berkontraksi dengan kuat dalam upayanya yang sia-sia untuk
mengatasi halangan tersebut. Setelah beberapa saat akan terjadi cincin retraksi
yang semakin lama semakin tinggi dan semakin nyata. Keadaan seperti ini disebut
sebagai letak lintang kasep. Jika tidak cepat diatasi, dan ditangani secara benar,
uterus akan mengalami ruptura dan baik ibu maupun janin dapat meninggal.
2.6.

Diagnosis 2,9
Diagnosis yang dapat dilakukan antara lain:

1. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Perut membuncit ke samping
Palpasi
Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan ; Fundus Uteri
kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke

dalam pintu atas panggul ; kepala (ballotement) teraba di kanan atau di

kiri.
Auskultasi
Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau di kiri.

2. Pemeriksaan dalam (VT)


Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan.
Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila

kepala terletak di kiri, menutup ke kiri


Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan

klavikula
Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan

ketuban intak , namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
3. USG
2.7.
Penatalaksanaan 1,2,9
1. Sewaktu Hamil
Sebelum kehamilan 36 minggu pada multi atau 34 minggu pada primi,
usahakan jadi letak membujur (kepala atau bokong) dengan melakukan versi
luar.
2. Sewaktu partus
Janin dapat dilahirkan dengan cara pervaginam, yaitu dengan versi dan
ekstraksi,

atau

embriotomi

(dekapitasi-eviserasi)

bila

janin

sudah

meninggal;atau perabdominam; seksio sesarea


3. Tingkat pertolongan
a. Bila ketuban belum pecah
Pembukaan 5 cm ........................versi luar
Pembukaan 5 cm ........................tunggu sampai hampir lengkap
ketuban dipecahkan
b. Bila ketuban sudah pecah
Baru pecah dan pembukaan lengkap............. versi dan ekstraksi
Lama pecah.................................................seksio sesarea
Letak lintang kasep, anak hidup.....................seksio sesarea
Letak lintang kasep, anak mati.......................laparatomi, atau kalau
fasilitas kurang, embriotomi secara hati-hati.
2.8.

Mekanisme Persalinan 1,2,9

Anak normal yang cukup bulan tidak mungkin lahir secara spontan dalam
letak lintang. Janin hanya dapat lahir spontan, bila kecil (prematur), sudah mati
dan menjadi lembek, atau bila panggul luas.
Beberapa Cara Janin Lahir Spontan
Evolutio Spontanea
(a) Menurut DENMAN
Setelah bahu lahir kemudian diikuti bokong, perut, dada, dan akhirnya
kepala
(b) Menurut DOUGLAS
Bahu diikuti oleh dada, perut, bokong, dan akhirnya kepala.
Conduplicatio corpore
Kepala dan perut berlipat bersama-sama lahir memasuki panggul. Kadangkadang oleh karena his, LL berubah spontan mengambil bangun semula dari
uterus menjadi letak membujur, kepala atau bokong, namun hal ini jarang sekali
terjadi. Kalau letak lintang dibiarkan, maka bahu akan masuk ke dalam panggul,
turun makin lama makin dalam sampai rongga panggul terisi seluruhnya oleh
badan janin. Bagian korpus uteri mengecil sedang SBR meregang. Hal ini disebut
Letak Lintang Kasep = Neglected Transverse Lie
Adanya LL kasep dapat diketahui bila ada ruptura uteri mengancam; bila
tangan dimasukkan ke dalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul serta
dengan narkosa yang dalam tetap sulit merubah letak janin.

2.9.
Komplikasi dan Prognosa 2,9
Bagi ibu
Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau sewaktu
versi dan ekstraksi. Partus lama, ketuban pecah dini dengan demikian mudah

dapat infeksi intrapartum.


Bagi Janin
Angka kematian tinggi (25-40%), yang dapat disebabkan oleh:
1. Prolapsus funiculi
2. Trauma partus
3. Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
4. Ketuban pecah dini

Anda mungkin juga menyukai