Anda di halaman 1dari 6

Tugas Matakuliah Akuntansi Sektor Publik

RANGKUMAN PP 23 TAHUN 2005 (PP 74


TAHUN 2012) DAN

PP 8 TAHUN 2006

Penyusun :
Fadhlil M Fajarianto
Farisan Wanaputra

(1406645286)
(1406645304)

Muhammad Gunawan Hendro Martoyo (1406645756)


Muhammad Iqbal

(1406645771)

PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA
1. Rangkuman PP 23 tahun 2005 ( PP 74 tahun 2012 )

BLU adalah Kepanjangan dari Badan Layanan Umum yang bertugas


memberikan layanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan jasa tanpa
memikirkan profit. BLU dibawah kementerian yang bertanggung jawab atas bidang
pada BLU masing-masing. Di dalam BLU ada SKPD atau Surat Perangkat Kerja
Daerah yang bertanggung jawab terhadap tugas di bidang BLU. Didalam BLU juga
ada PPKD atau Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang bertugas mengelola
keuangan daerah masing-masing. Dalam menerapkan kebijakan anggaran, terdapat
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga yang disebut RKA-KL. BLU
merupakan instansi dibawah kementrerian sehingga masih terikat pada peraturan
kementerian masing-masing.
Satuan kerja instansi diizinkan mengelola PPK-BLU, apabila memenuhi
persyaratan substantif, teknis dan administrasi. Yang dimaksud substantif adalah
apabila instansi atau badan melakukan penyediaan barang dan jasa umum,
pengelolaan untuk wilayah/kawasan tertentu, dan pengelolaan dana khusus. Yang
dimaksud teknis adalalah kinerja pelayanan layak dikelola berdasarkan
rekomendasi kepala SKPD dan kinerja instansi tersebut sehat. Yang dimaksud
administratif adalah penyajian dokumen seperti pernyataan kesanggupan
peningkatan kinerja dan layanan, pola tata kelola, renstra bisnis, laporan keuangan
pokok, standar pelayanan minimum, dan Laporan audit, pernyataan bersedia
diaudit. Apabila telah memenuhi tiga syarat tadi maka instansi akan mendapat
pemberian status BLU penuh atau bertahap.
Penerapan
BLU
berakhir
ketika
1)
Dicabut
oleh
menteri
keuangan/kewenangan daerah terkait, 2) Dicabut berdasarkan usulan dari SKPD, 3)
Berubah menjadi badan hukum yang dipisahkan kekayaan negara. Persyaratan 1
dan 2 terjadi apabila BLU tidak memenuhi syarat substantif seperti yang dijelaskan
diatas. Penetapan dan pencabutan status BLU dilakukan oleh tim penilai yang
ditunjuk oleh kewenangan terkait.
BLU mempunyai standar pelayanan minimum yang dimana diusulkan oleh
instansi pemerintah yang menerapkan PPK-BLU. BLU dapat memungut biaya dari
masyarakat sebagai balas jasa terhadap layanan yang diberikan. Perhitungan
imbalan diterapkan dengan biaya per unit jasa. Usulan tarif layanan diusulkan
dengan pertimbangan-pertimbangan seperti kontinuitas pengembangan layanan,
daya beli masyarakat, asa keadilan dan kepatuhan, dan kompetisi yang sehat.
Perbedaan antara PP 23 tahun 2005 dan PP 74 tahun 2012 diantaranya pada
pernyataan pasal 9 ayat 2, adalah revisi pernyataannya menjadi pertimbangan tarif
BLU. Di dalam PP 74 tahun 2012 terdapat adanya pendelegasian penetapan tarif
BLU yang ditetapkan oleh peraturan Kementerian Keuangan. Perbedaan lain juga
terdapat kepada pasal 10 mengenai perencanaan dan penganggaran Blu, dalam PP
23 tahun 2005 tidak disebutkan adanya detil perhitungan akuntansi biaya, yang
dijelaskan pada tambahan ayat baru PP 74 tahun 2012 pasal 10 ayat 3a, 3b dan 3c.
Selain itu terdapat adanya penghapusan pada ayat 4 pada PP 74 tahun 2012.
BLU mengajukan RBA (dokumen perencaan bisnis dan penganggaran
instansi) kepada menteri lembaga atau kepala SKPD disertai dengan standar
pelayanan minimum dan standar biaya. Dalam PP 74 tahun 2012 pasal 11 terdapat

tambahan ayat baru yaitu 3a mengenai adanya sumber dana yang berasal
pendapatan BLU yang harus dirinci dalam satu program, sebagai revisi dari PP
sebelumnya. Penyusunan, pengajuan, penetapan dan perubahan RBA diatur oleh
peraturan
menteri
keuangan/gubernur/walikota/bupati.
Pendapatan
BLU
merupakan; dana dari APBN, hasil kerjasama BLU dengan pihak lain. Penerimaan
atas balas jasa dari masyarakat dianggap sebagai pendapatan operasional. Khusus
hibah, dianggap pendapatan tapi sesuai dengan peruntukannya. Belanja BLU sesuai
dengan struktur biaya yang telah ditetapkan, apabila melebihi harus mendpat
persetujuan dari Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota.
BLU melakukan pengelolaan terhadap kas sesuai dengan cara yang sehat dan
setiap pengeluaran dana dari kas dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah
Membayar (SPM) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. BLU dapat
memberikan piutang dan harus dikelola secara benar dan bersih. Piutang tersebut
dapat dihapus sesuai dengan kewenangan pejabat negara terkait. Selain piutang,
BLU juga boleh berutang, utang jangka pendek ditujukan hanya untuk belanja
operasional dan utang jangka panjang hanya ditujukan untuk belanja modal.
Pengihan utang terhadap BLU menjadi kadaluarsa setelah 5 tahun utang
diterbitkan. BLU tidak diperbolehkan melakukan investasi jangka panjang kecuali
sudah ada izin dari kewenangan-kewenangan terkait. Keuntungan dari investasi
dimasukkan ke pendapatan BLU. Barang inventaris milik BLU dapat dialihkan
kepada pihak lain dengan cara dijual, dipertukarkan, atau dihibahkan dan
dihapuskan berdasarkan pertimbangan ekonomis, BLU tidak dapat mengalihkan,
memindahtangankan atau menghapus aset tetap, kecuali atas persetujuan yang
dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan Setiap kerugian
negara/daerah pada BLU yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau
kelalaian seseorang diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai penyelesaian kerugian negara/daerah.
BLU menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan
kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat. Setiap transaksi keuangan BLU harus
diakuntansikan dan dokumen pendukungnya dikelola secara tertib. Akuntansi dan
laporan keuangan BLU diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia. Jika tidak terdapat
standar yang sesuai. BLU dapat menerapkan standar akuntansi industry yang
spesifik setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
Laporan keuangan BLU setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi
anggaran/laporan operasional, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan, disertai laporan mengenai kinerja. Laporan keuangan unit-unit usaha
yang diselenggarakan oleh BLU dikonsolidasikan dalam laporan keuangan. Lembar
muka laporan keuangan unit-unit usaha dimuat sebagai lampiran laporan keuangan
BLU. Laporan keuangan BLU disampaikan secara berkala kepada menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/ bupati/ walikota, sesuai dengan kewenangannya, untuk
dikonsolidasikan
dengan
laporan
keuangan
kementerian
negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah dan merupakan bagian tidak terpisahkan.
Laporan keuangan disampaikan sesuai dengan kewenangannya paling lambat 1
bulan setelah periode pelaporan berakhir. Penggabungan laporan keuangan BLU
pada laporan keuangan kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah
dilakukan
sesuai
dengan
Standar
Akuntansi
Pemerintahan.
Laporan

pertanggungjawaban keuangan BLU diaudit oleh pemeriksa ekstern sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
Surplus anggaran BLU dapat digunakan dalam tahun anggaran berikutnya
kecuali atas perintah Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan
kewenangannya, disetorkan sebagian atau seluruhnya ke Kas Umum
Negara/Daerah dengan mempertimbangkan posisi likuiditas BLU. Defisit anggaran
BLU dapat diajukan pembiayaannya dalam tahun anggaran berikutnya kepada
Menteri Keuangan/PPKD melalui menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD, sesuai
dengankewenangannya.
. Didalam PP 74 tahun 2012 terdapat penambahan pasal 37A dan 37B yang
kurang lebih berisi pengelolaan keuangan pada Universitas Indonesia, Universitas
Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas
Sumatra Utara, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas Airlangga
ditetapkan menerapkan PPK-BLU dengan status BLU secara penuh dan seluruh
kekayaanya dialihkan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Rangkuman PP No. 8 Tahun 2006
Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan negara / daerah selama suatu periode. Laporan Kinerja adalah ikhtisar
yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang disusun
berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD.
Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD, setiap Entitas
Pelaporan wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dan laporan kinerja.
Entitas Pelaporan yang dimaksud terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah daerah,
kementrian negara/lembaga, dan bendahara umum negara.
Laporan Keuangan pemerintah pusat/daerah dan bendahara umum
negara/daerah terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan
catatan
atas
laporan
keuangan.
Laporan
keuangan
kementrian
negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah terdiri dari laporan realisasi
anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan Keuangan disusun
dan disajikan sesuai SAP. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan realisasi
pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang dibandingkan dengan anggarannya dan
dengan realisasi periode sebelumnya. Neraca menyajikan aset, utang, dan ekuitas
dana yang diperbandingkan dengan periode sebelumnya. Laporan Arus Kas
menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi aset non
keuangan, arus kas dari aktivitas pembiayaan, dan arus kas dari aktivitas
pembiayaan, dan arus kas dari aktivitas non anggaran yang diperbandingkan
dengan periode sebelumnya.
Penyusunan Laporan Keuangan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD. Laporan Keuangan disampaikan selambat-lambatnya dua bulan setelah
tahun anggaran berakhir. Laporan Keuangan disampaikan kepada Badan Pemeriksa
Keuangan selambat-lambatnya tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK penerbit laporan keuangan memberikan
tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan dan melakukan
koreksi berdasarkan SAP dan disampaikan selambat-lambatnya satu minggu setelah
penerbitan hasil pemeriksaan oleh BPK. Berdasarkan Laporan Keuangan disusun

rancangan UU/Perda yang disampaikan kepada DPR/DPRD selambat-lambatnya


enam bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Laporan Kinerja dihasilkan dari suatu sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah yang terintegrasi dengan sistem perencanaan, sistem penganggaran,
sistem pembendaharaan, dan sistem akuntansi pemerintah. Sistem akuntabilitas
mencakup perkembangan keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil yang
dicapai dari masing-masing program sebagaiman ditetapkan dalam dokumen
pelaksanaan APBN/APBD.
Laporan keuangan dilampiri dengan ikhtisar laporan keuangan yang
berbentuk
ringkas.
Laporan
Keuangan
disertai
dengan
pernyataan
pertanggungjawaban yang memuat pernyataan bahwa pengelolaan APBN/APBD
telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendaliaan intern yang memadai dan
akuntasi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan SAP. Bendahara
penerimaan/pengeluaran wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban yang
menyajikan informasi tentang saldo awal, penambahan, penggunaan, dan saldo
akhir uang persediaan yang dikelola dalam satu periode. Sistem pengendalian
intern harus diciptakan prosedur rekonsiliasi antara data transaksi keuangan yan
diakuntansikan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dengan data
transaksi keuangan yang diakuntansikan oleh bendahara umum negara/daerah.
Keterlambatan penyampaian laporan keuangan dapat diberikan sanksi berupa
penangguhan pelaksanaan anggaran atau penundaan pencairan dana.
BLU menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan
kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat. Setiap transaksi keuangan BLU harus
diakuntansikan dan dokumen pendukungnya dikelola secara tertib. Akuntansi dan
laporan keuangan BLU diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia. Jika tidak terdapat
standar yang sesuai. BLU dapat menerapkan standar akuntansi industry yang
spesifik setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
Laporan keuangan BLU setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi
anggaran/laporan operasional, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan, disertai laporan mengenai kinerja. Laporan keuangan unit-unit usaha
yang diselenggarakan oleh BLU dikonsolidasikan dalam laporan keuangan. Lembar
muka laporan keuangan unit-unit usaha dimuat sebagai lampiran laporan keuangan
BLU. Laporan keuangan BLU disampaikan secara berkala kepada menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/ bupati/ walikota, sesuai dengan kewenangannya, untuk
dikonsolidasikan
dengan
laporan
keuangan
kementerian
negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah dan merupakan bagian tidak terpisahkan.
Laporan keuangan disampaikan sesuai dengan kewenangannya paling lambat 1
bulan setelah periode pelaporan berakhir. Penggabungan laporan keuangan BLU
pada laporan keuangan kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah
dilakukan
sesuai
dengan
Standar
Akuntansi
Pemerintahan.
Laporan
pertanggungjawaban keuangan BLU diaudit oleh pemeriksa ekstern sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Surplus anggaran BLU dapat digunakan dalam tahun anggaran berikutnya
kecuali atas perintah Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan
kewenangannya, disetorkan sebagian atau seluruhnya ke Kas Umum

Negara/Daerah dengan mempertimbangkan posisi likuiditas BLU. Defisit anggaran


BLU dapat diajukan pembiayaannya dalam tahun anggaran berikutnya kepada
Menteri Keuangan/PPKD melalui menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD, sesuai
dengankewenangannya.
. Didalam PP 74 tahun 2012 terdapat penambahan pasal 37A dan 37B yang
kurang lebih berisi pengelolaan keuangan pada Universitas Indonesia, Universitas
Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas
Sumatra Utara, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas Airlangga
ditetapkan menerapkan PPK-BLU dengan status BLU secara penuh dan seluruh
kekayaanya dialihkan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai