KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Sindroma gagal nafas (respiratory distress syndrom, RDS) adalah istilah yang
digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan
penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau
tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru (Suriadi & Yuliana, 2006). Sindrom
Distres Pernapasan adalah sekumpulan temuan klinis, radiologis, dan histologis yang
terjadi terutama akibat ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan yang kecil dan
sulit mengembang dan tidak menyisakan udara diantara usaha napas (Bobak,
Lowdermik, & Jensen, 2005)
Secara klinis bayi dengan RDS menunjukkan takipnea (> 60 x/menit) , pernapasan
cuping hidung, retraksi interkosta dan subkosta, expiratory grunting (merintih) dalam
beberapa jam pertama kehidupan. Tanda-tanda klinis lain, seperti: hipoksemia dan
polisitema. Tanda-tanda lain RDS meliputi hipoksemia, hiperkabia, dan asidosis
respiratory atau asidosis campuran (Bobak, Lowdermik, & Jensen, 2005)
B. ETIOLOGI
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, yang disebabkan kurangnya zat
yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran
nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24
minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Makin muda usia kehamilan, makin
besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi
surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, seksio
sesaria. Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk
menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi
prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang
paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul
segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat.
RDS merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Sindrom ini dapat terjadi
karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan disesuaikan dengan
penyebab sindrom ini. Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah
pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH).
C. PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh
alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna
Skor
0
< 60 /menit
Tidak ada retraksi
Tidak ada sianosis
1
60-80 /menit
Retraksi ringan
Sianosis
hilang
Udara masuk
dengan 02
Penurunan
Tidak merintih
udara masuk
masuk
Dapat
didengar Dapat
2
> 80/menit
Retraksi berat
Sianosis
menetap
walaupun diberi O2
ringan Tidak ada udara
dengan stetoskop
didengar
Evaluasi:
< 3 = gawat napas ringan
4-5 = gawat napas sedang
> 6 = gawat napas berat
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang pada Neonatus yang mengalami Distress Pernafasan
Pemeriksaan
Kultur darah
Analisis gas darah
Glukosa darah
Kegunaan
Menunjukkan keadaan bakteriemia
Menilai derajat hipoksemia dan keseimbangan asam basa
Menilai keadaan hipoglikemia, karena hipoglikemia dapat
Apabila
dicurigai
terjadi
kebocoran
udara
(pneumothorak,
respirasi.
c. Perdarahan
intrakranial
dan
leukomalacia
periventrikular:
perdarahan
infeksi.
G. PENATANALSANAAN
Menurut Suriadi & Yuliana (2006), tindakan untuk mengatasi masalah kegawatan
pernafasan meliputi :
1. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.
2. Mempertahankan keseimbangan asam basa.
3. Mempertahankan suhu lingkungan netral.
4. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
5. Mencegah hipotermia.
6. Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
Penatalaksanaan secara umum :
1. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan
bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %
2. Pantau selalu tanda vital
3. Jaga kepatenan jalan nafas
Lakukan pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih sesak
11. Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi
kembali tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minumbaik dan
tak ada alasan bayi tatap tinggal di Rumah Sakit bayi dapat dipulangkan .
Gangguan nafas berat
1. Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.
2. Bila dalam pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul gejala sepsis
lainnya. Terapi untuk kemungkinan kesar sepsis dan tangani gangguan nafas
sedang dan dan segera dirujuk di rumah sakit rujukan.
3. Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minuman.
4. Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas.
Hentikan pemberian O2 jika frekuensi napas antara 30-60 kali/menit.
Penatalaksanaan medis:
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
1. Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
2. Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan caiaran
paru
3. Fenobarbital
4. Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
5. Metilksantin (teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk
pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik.
6. Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan
RDS adalah pemberian surfaktan eksogen ( derifat dari sumber alami misalnya
manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk
surfaktan buatan .
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Data pasien
a) Nama
:
b) Umur
:
c) Jenis kelamin
:
d) Alamat
:
e) Nama orang tua
:
f) Pekerjaan orang tua :
b. Keluhan Utama :
Pasien dengan RDS didapatkan keluhan seperti sesak, mengorok ekspiratori,
pernapasan cuping hidung, lemah, lesu, apneu, tidak responsive, penurunan
bunyi napas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada pasien RDS, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih,
dispnea, sianosis, bradikardi, hipotensi, hipotermi, tonus otot menurun, edema
terutama di daerah dorsal tangan atau kaki, retraksi supersternal/ epigastrik/
intercosta, grunting expirasi. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
Perlu ditanyakan apakah pasien mengalami prematuritas dengan paru-paru
yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu), gangguan surfactan, lahir premature
dengan operasi Caesar serta penurunan suplay oksigen saat janin saat
Diagnose
Tujuan
Intervensi
(NOC)
(NIC)
Keperawatan
Gangguan
NOC:
pertukaran
Respiratory Status :
Gas exchange
Keseimbangan
b.d
gas
perubahan
membran kapileralveoli
Basa, Elektrolit
NIC :
asam
Respiratory Status :
ventilation
Vital Sign Status
Setelah
keperawatan
.
Gangguan
Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi
Berikan bronkodilator ;
Memelihara
kebersihan paru paru
dan bebas dari tanda
tanda
Catat
pergerakan
kesimetrisan,
Mendemonstrasikan
yang
bersih,
dan intercostal
(mampu
Monitor
suara
nafas,
seperti dengkur
mengeluarkan sputum,
bradipena,
takipenia,
mampu
kussmaul,
hiperventilasi,
bernafas
dan
respirasi
dada,amati
distress
dyspneu
Monitor
status O2
pernafasan
nafas
keseimbangan.
adekuat
dilakukan
tindakan
selama
Tanda
tanda
vital
AGD
tambahan
dalam
batas
normal
Monitor
TTV,
AGD,
Status neurologis
dalam batas normal
Observasi
khususnya
sianosis
membran
mukosa
dan
tujuan
b.d
imaturitas
Posisikan
memaksimalkan ventilasi
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
Keluarkan sekret dengan
nafas,
selama
catat
suara
..pasien
tambahan
Berikan bronkodilator :
Berikan pelembab udara
Respiratory status :
Ventilation
(defisiensi
surfaktan
NIC:
dan
ketidak-stabilan
Respiratory status :
Airway patency
alveolar).
dilakukan
tindakan keperawatan
menunjukkan
keefektifan
nafas,
pola
dibuktikan
suara
bersih,
nafas
yang
tidak
ada
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status
O2
Bersihkan mulut, hidung
nafas
yang paten
Observasi adanya
tanda
(mampu
mengeluarkan
sputum,
mampu
adanya
untuk
mengoptimalkan
Mendemonstrasika
n batuk efektif dan
pasien
tanda hipoventilasi
bernafas dg mudah,
Menunjukkan jalan
nafas
yang
paten
relaksasi
untuk
rentang
tidak
ada
3.
Nutrisi
dari
kurang NOC:
kebutuhan
berhubungan
dengan
yang
adekuat
intake
tidak
NOC
Nutritional status:
Adequacy of nutrient
Nutritional Status :
Kaji
adanya
alergi
makanan
untuk
menentukan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama.nutrisi kurang
Yakinkan
teratasi dengan
dimakan
indikator:
tinggi
Albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
diet
yang
mengandung
serat
untuk
mencegah konstipasi
Ajarkan
pasien
bagaimana
membuat
Monitor
adanya
Jumlah limfosit
Monitor
lingkungan
selama makan
Jadwalkan
pengobatan
Monitor
rambut
kekeringan,
kusam,
total
Monitor
mual
dan
muntah
Monitor
pucat,
keluarga
tentang
manfaat nutrisi
Kolaborasi
dengan
Kelola
pemberan
anti
emetik:.....
Pertahankan
line
terapi
IV
4,
Resiko
kekurangan
cairan
berhubungan
dengan
NIC :
NOC:
catatan
Fluid balance
akurat
Hydration
Nutritional Status :
meningkatnya
metabolisme
Pertahankan
hidrasi
membran
nadi
adekuat,
dilakukan
tindakan
status
kelembaban
mukosa,
Monitor
keperawatan selama.
defisit
volume
cairan
teratasi
Mempertahankan
dengan usia dan BB,
BJ urine normal,
Tekanan
nadi,
suhu
total
protein )
albumin,
Kolaborasi
pemberian
cairan IV
Berikan
penggantian
darah,
tubuh
100cc/jam)
Tidak
tanda
ada
tanda
dehidrasi,
cairan
berlebih
muncul meburuk
baik,
membran
Atur
kemungkinan
tranfusi
Orientasi terhadap
waktu
dan
tempat
output setiap 8 ja
baik
Jumlah dan irama
pernapasan
dalam
batas normal
Elektrolit, Hb, Hmt
urin
dalam
batas normal
Intake
oral
dan
intravena adekuat
5.
NIC :
tua berhubungan
Kontrol kecemasan
dengan
Koping
kecemasan)
kurang
pengetahuan ortu
Setelah
dilakukan
tentang
asuhan
selama
kondisi
bayi
klien
Nyatakan
dengan
jelas
kriteria hasil:
pasien
Klien
mampu
mengidentifikasi
dan
selama prosedur
mengungkapkan gejala
cemas
Temani
pasien
untuk
memberikan
Mengidentifikasi,
mengungkapkan
menunjukkan
untuk
dan
tehnik
mengontol
Postur tubuh,
aktivitas menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
diagnosis,
tindakan prognosis
batas normal
cemas
keamanan
menggunakan
tehnik relaksasi
Identifikasi
tingkat
kecemasan
Dorong
pasien
untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Laporan Pendahuluan
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM (RDS)
Oleh:
NI PUTU PRAYONI ROSHITA
C121 11 256
PRECEPTOR INSTITUSI
PRECEPTOR LAHAN