Anda di halaman 1dari 18

RELATION OF MARINE PROTECTED AREAS

TO BROADER COASTAL MANAGEMENT EFFORT


(Hubungan Konservasi Kawasan Laut dengan Upaya Pengelolaan
Pesisir yang Lebih Luas)
A. Pendahuluan
Marine Protected Area (MPA) atau bisa disebut Konservasi
Kawasan Laut (KKL) dewasa ini sedang menjadi hal yang paling
sering dibahas dan sangat gencar dipromosikan dari pandangan
konservasi keanekaragaman hayati laut. Banyak negara negara di
dunia yang setuju dengan tujuan internasional seperti yang
disampaikan Plan of Implementation of the World Summit on
Sustainable Development (WSSD-POI) sebagai berikut :
diverse approaches and tools, including the ecosystem
approach, the elimination of destructive fishing practices,
the establishment of marine protected areas consistent with
international law and based on scientific information,
including representative networks by 2012 and time/area
closures for the protection of nursery grounds and
periods ....
WSSD-POI, paragraph
32(c)
... pendekatan yang beragam dan alat-alat, termasuk
pendekatan ekosistem, penghapusan praktek penangkapan
ikan yang merusak, pembentukan daerah perlindungan laut
sesuai dengan hukum internasional dan berdasarkan
informasi ilmiah, termasuk perwakilan tahun 2012 dan
penutupan waktu / daerah untuk perlindungan dasar
pembibitan
WSSD-POI, paragraf
32(c)
Belum lama ini, Convention of Biological Diversity (CBD)
dalam konferensi kesepuluhnya (Conference of Parties/COP 10)
memberi dorongan kepada semua pihak dan pemerintahan untuk
melaksanakan konservasi jangka panjang, pengelolaan sumberaya
kelautan dan ekosistem pesisir berkelanjutan dan pengelolaan
konservasi kawasan pesisir (Keputusan no X/29, paragraf 15).
Dalam konferensi yang sama, CBD juga memutuskan bahwa KKP
untuk konservasi dan pengelolaan keanekaragaman hayati laut
selain memiliki tujuan pengelolaan untuk kawasan lindung, juga
dibentuk sebagai alat manajemen perikanan (Keputusan no X/31,
paragraf 24).
Dalam manajemen perikanan, alat manajemen spasial,
termasuk konservasi kawasan perairan laut (KKL), telah digunakan

selama berabad-abad dan bukan merupakan alat manajemen baru.


perlindungan daerah tertentu melalui larangan jenis alat atau
memancing kegiatan telah lama bagian dari manajemen perikanan
dan telah dipraktekkan oleh masyarakat tradisional di seluruh
dunia. The FAO Code of Conduct for Responsible Fisheries (the
Code) menyebutkan penggunaan tindakan manajemen spasial,
misalnya dalam Pasal 6.8, yang menekankan pentingnya
perlindungan dan rehabilitasi untuk semua habitat kritis, dan
khususnya perlindungan terhadap dampak/intervensi manusia
seperti polusi dan degradasi (FAO Fisheries Report No. 825. Rome).
Definisi dan karakteristik konservasi kawasan pesisir kemudian
mengalami perkembangan, pengertian ini diambil dari Convention
of Biological Diversity (CBD) dengan tambahan konservasi kawasan
laut untuk pengelolaan perikanan yang diadaptasi dari seminar
yang diselenggarakan FAO (Food and Agriculture Organization)
yaitu :
Marine and coastal protected area means any defined area
within or adjacent to the marine environment, together with
its overlying waters and associated flora, fauna and
historical and cultural features, which has been reserved by
legislation or other effective means, including custom, with
the effect that its marine and/or coastal biodiversity enjoys a
higher level of protection than its surroundings.
CBD, COP 7, Descision VII/5, paragraph 10,
note 1(a)
Marine Protected Area (MPA) adalah Suatu kawasan daerah
pasang-surut dan di luarnya, termasuk perairan dan flora,
fauna, sejarah dan karakteristik kulturnya yang secara resmi
dijadikan kawasan yang dilindungi baik sebagian ataupun
keseluruhan lingkungannya oleh peraturan perundangundangan
CBD,COP 7, Keputusan VII/5, paragraf
10, note 1(a)
Konservasi yang berorientasi pada proses merupakan salah
satu alat atau tools yang dapat digunakan dalam proses
pemanfaatan (pesisir). Alokasi usaha/upaya seharusnya diberikan
pada proses kritis dalam konservasi karena dibatasi oleh waktu dan
sumberdaya yang terbatas. Proses ini terjadi pada 2 level, level
kebijakan tertinggi, pendekatan top down akan membantu dalam
pengembangan pengetahuan dan kebijakan konservasi untuk
membuat proses ini lebih efektif dan rasional. Dalam level lokal,
kegiatan berbasis lapangan, pendekatan bottom up dapat
digunakan agar proses konservasi dapat berjalan pada bagian yang
paling penting.

Dalam 20 tahun terakhir, banyak sekali perkembangan MPA di


seluruh dunia. Perkembangan MPA dimulai dari MPA yang kecil,
taman laut khusus yang dibangun dengan ide tunggal sampai
dengan MPA yang besar dan memiliki zoning kawasan yang
kompleks. Jumlah perkembangan MPA terbanyak pada tahun 1995
terjadi di Region Australia/New Zealand, bagian Utara Pasifik Barat,
Pasifik Timurlaut dan Karibia.
Marine Protected Area (MPA) atau bisa disebut Konservasi
Kawasan Laut (KKL) menjadi hal yang sangat penting untuk
dilakukan demi menjamin tercapainya tujuan konservasi dan
pengelolaan seperti perlindungan, pemanfaatan yang bertanggung
jawab, rehabilitasi terhadap kekayaan sumberdaya laut dan
pelestarianya. Bukan hanya di negara- negara maju namun juga di
negara negara berkembang seperti Brazil, India dan Indonesia.
Pada artikel ini akan dibahas Hubungan Konservasi Kawasan Laut
dengan Upaya Pengelolaan Pesisir yang Lebih Luas, dengan studi
kasus yang akan diangkat adalah MPA di Indonesia dan di Brazil.
B. Kajian Literatur
C. Pembahasan
1. MPA di Indonesia
Luas Wilayah Indonesia tidak kurang dari 5,18 juta km
dan merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang
memiliki sekitar 17.480pulau yang terdiri dari pulau besar dan
pulau kecil. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km dan
luas perairannya 3.257.483 km. Batas wilayah Indonesia
diukur dari kepulauan dengan menggunakan territorial laut
sejauh 12 mil laut serta zona ekonomi eksklusif hingga 200
mil laut. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di
antara samudera hindia dan samudera pasifik dengan panjang
garis lebih kurang 95.186 km, yang merupakan garis pantai
tropis terpanjang di dunia setelah Kanada.
Didalam wilayah tersebut terkandung berbagai potensi
perikanan tangkap lestari sebesar 6,4 juta ton, lahan budidaya
sekitar 1,1 juta Ha, dan potensi lain baik dari udang-udangan,
kerang-kerangan, maupun mamalia laut. Sekitar 80% industri
dan 75% kota besar Indonesia berada di wilayah pesisir. Dari
sekitar 60 cekungan minyak dan gas bumi yang dimiliki
Indonesia, 70% nya berada di laut. Cadangan minyak bumi di
laut Indonesia diperkirakan masih bisa mencapai, 9,1 milyar
barrel. Potensi lain yang tidak kalah pentingnya adalah jasa
tranportasi laut, industri maritim, wisata bahari, industri
alternatif, dan sumber obat-obatan.
Berdasarkan PP No. 60 Tahun 2007 pasal 1, kawasan
konservasi perairan (KKP) didefinisikan sebagai kawasan
perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk
mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya

secara berkelanjutan. Berdasarkan pengertian kawasan


konservasi perairan menurut UU No. 31 Tahun 2004 tentang
perikanan beserta perubahannya (UU No. 45 Tahun 2009) dan
PP No. 60 Tahun 2007 tentang konservasi sumberdaya ikan,
pengelolaan kawasan konservasi perairan diatur dengan
sistem zonasi. Ada 4 (empat) pembagian zona yang dapat
dikembangkan didalam kawasan konservasi perairan, yakni
zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan
dan zona lainnya.
Zona inti merupakan bagian KKP/KKP3K yang
diperuntukkan bagi perlindungan mutlak habitat dan populasi
ikan, penelitian dan pendidikan tetap mempertahankan
perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati dan yang
asli dan khas. Zona inti dipilih karena karena memiliki berbagai
kelebihan terutama dalam perlindungan habitat daerah
pemijahan, pengasuhan dan atau alur ruaya ikan: habitat biota
perairan tertentu yang prioritas dan khas/endemik, langka dan
atau kharismatik; serta mempunyai ciri khas ekosistem alami
dan mewakili keberadaan biota tertentu yang masih asli.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
Per.30/MEN/2010, maka luas zona inti ditentukan minimal 2%
dari luas kawasan.
Zona pemanfaatan adalah bagian KKP/KKP3K yang
speruntukkan bagi perlindungan habitat dan populasi ikan,
pariwisata dan rekreasi, penelitian dan penge,bangan dan
pendidikan. Lokasi yang dapat dipilih menjado zona
pemanfaatan tentunya harus mempunyai daya tarik pariwisata
dalam berupa biota perairan beserta ekosistem perairan yang
indah dan unik dan mempunyai karakter objek penelitian dan
pendidikan yang mendukung kepentingan konservasi dan
mempunyai konsidi perairan yang masih baik untuk berbagai
kegiatan pemanfaatan wisata dengan tidak merusak
ekoosistemnya.
Tabel I.1
Status Luas Kawasan Konservasi Perairan (Laut) di Indonesia

Kategori

Jumlah

Luas (ha)

o.
A.

Inisiasi Kementrian

32

4.694.947,55

1.
2.

Kehutanan
Taman Nasional Laut
Taman Wisata Alam

7
14

4.043.541,30
491.243,00

3.

Laut
Suaka Marga Satwa

5.678,25

4.

Laut
Cagar Alam Laut

154.480,00

Kategori

Jumlah

Luas (ha)

76

11.089.181,97

1.

Pemerintah Daerah
Taman Nasional

3.521.130,01

2.
3.
4.

Perairan
Suaka Alam Perairan
Taman Wisata Perairan
Kawasan Konservasi

3
6
66

445.630,00
1.541.040,20
5.581.381,76

108

15.784.129,52

o.
B.

Total
Inisiasi Kementrian
Kelautan &
Perikanan dan

Perairan Daerah
Total

Sumber : Kementrian Kehutanan dan Kementrian Kelautan dan Perikanan,


2010

Dikaji dari perspektif perlindungan terhadap habitat


penting (critical habitat), hasil gap analysis tahun 2010
terhadap kawasan konservasi di Indonesia menyimpulkan
bahwa ekosistem terumbukarang mencakup luasan 3,29 juta
ha, mangrove 3,45 juta ha, dan luasan npadang lamun 1,76
jutaha. Dari luasan tersebut, saat ini Indonesai telah
melakukan perlindungan dengan menjadi bagian wilayah
konservasi terhadap 22,7% terumbu karang (747,190 ha),
22,0% mangrove (758,472 ha), dan 17,0% padang lamun
(304,866 ha). Pencapaian perlindungan terhadap habitat
penting di tiap tipa ekoregion disajikan sebagai berikut:
Tabel I.2
Presentasi Habitat Penting yang Telah Dilindungi di Setiap
Ekoregion

Ecoregion

o.

Terumbu

Mangrove

Padang

Karang

(%)

Lamun

16,9
6,0
30,7
32,1

(%)
52,9
0,6
22,8
23,4

0,0
5,2

0,0
0,0

1
2
3
4

Papua
Laut Banda
Lesser Sunda
Laut Sulawesi/

(%)
43,2
17,3
37,5
5,3

5
6

Selat Makassar
Halmahera
Palawan/

0,0
79,1

Borneo Utara

Ecoregion

o.

Terumbu

Mangrove

Padang

Karang

(%)

Lamun

11,0

(%)
89,0

Sumatera

(%)
18,2

8
9

Bagian Barat
Teluk Tomini
Paparan Sunda/

16,0
19,5

31,4
5,7

0,0
0,2

Laut Jawa
10 Laut Arafura
11 Jawa Bagian

5,3
7,1

44,2
17,8

0,1
2,6

Selatan
12 Selat Malaka

17,1

6,4

22,2

Sumber : Kementrian Kehutanan dn Kementrian Kelautan dan Perikanan,


2010

Memiliki luasan kawasan konservasi perairan, pesisir dan


pulau pulau kecil yang telah mencapai 15,7 juta hektar, tentu
masuh dibutuhkan pengembangan sekitar 4,3 juta ha lagi
Kawasan Konservasi Perairan sampapi dengan 8 tahun
mendatang, Kajian untuk memetakan rencana pengembangan
kawasan konservasi perairan sesuai dengan potensi dan
karakteristik wilayah telah dilakukan intik mengetahui tingkat
keanekaragaman hayati wilayah periran Indonesia. Hasilnya
pun telah dipublikasikan, yakni dengan judul Penetapan
Prioritas Geografi Untuk Konservasi Keanekaragaman Hayati
Laut Indonesia yang merupakan hasil kajian dalam
menentukan wilayah wilayah prioritas untuk pengembangan
kawasan konservasi perairan dimasa yang akan datang. Buku
tersebut merupakan hasil pemikiran para ahli kelautan dalam
dan luar negeri untuk mengetahui wilayah wilayah priorotas
berdasarkan padakriteria ekologi yang mencakup 3 aspek yaitu
:
1. Ketidakterganttikan (irreplaceability) yang mencakup
tingkat endemiesme, keunikan taksonomi, keberadaan
spesies langka, yang berkaitan dengan
keanekaragaman spesier dan habitat terumbu karang,
ikan karang, padang lamun, dan mangrove.
2. Kerentanan terhadap perubahan dan gangguan alam.
3. Keterwakilan habitat dalam perencanaan wilayah.
Ada 12 wilayah ekoregion yang dirangking
keanekaragaman hayatinya, batas batas ekoregion peringkat 1
(Papua, prioritas konservasi teratas) sampai dengan ekoregion
peringkat 12 (Selat Malaka, prioritas konservasi paling rendah)
seperti gambar dibawah ini:

Sumber : Kementrian Kehutanan dn Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2010

Gambar 1.1
Prioritas Geografi Untuk Konservasi Keanekaragaman Hayati Laut
Indonesia

Program program konservasi yang dikembangkan


Kementerian Kelutan dan Perikanan melalui Direktorat
Kawasan dan Jenis Ikan, antara lain dilaksanankan melalui :
1. Konservasi Ekosistem/Konservasi Kawasan
2. Konservasi Jenis Ikan dan Genetik
3. Data, Informasi dan Jejaring Pengelolaan Konservasi
4. Pembinaan dan Penguatan Sumberdaya Manuasia
5. Penguatan Kebijana Peraturan dan Pedoman
6. Pemanfaatan Kawadan dan Jensi Ikan
7. Kerjasama Lokal
Pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau
pulau kecil (KKP/KKP3K) yang dikelola berdasarkan sistem
zonasi, dapat dilakukan melalui 3 strategi pengelolaan, yaitu :
1. Melestarikan lingkungannya, melalui berbagai program
konservasi
2. Menjadikan kawasan konservasi sebagai penggerak
ekonom, melalui program pariwisata alam perairan
dan pendanaan mandiri yang berkelanjutan.
3. Pengelolaan kawasan konservasi sebagai bentuk
tanggung jawab sosial yang mensejahterakan
masyarakat
Strategi dan Pogram kegiatan yang tercakup dalam ruang
lingkup aspek aspek tata kelola, sumberdaya dan sosial
ekonomi budaya dalam suatu kawasan konservasi antara lain
sebagai berikut :

Tabel I.3
Presentasi Habitat Penting yang Telah Dilindungi di Setiap
Ekoregion

N
o.
1

Aspek
Tata Kelola

Strategi dan Program


Kegiatan
Peningkatan Sumberdaya
Alam
Penatalokaan Kelembagaan
Peningkatan Kapasitas
Infrastruktur
Penyusunan Peraturan
Pengelolaan Kawasan
Pengembangan Organisasi/
Kelembagaan Masyarakat
Pengembangan Kemitraan
Pembentukan Jejaringan
Kawasan Konservasi
Perairan
Pengembangan Sisten

Sumberdaya

Pendanaan Berkelanjutan
Monitoring dan Evaluasi
Perlindungan Habitat dan
Populasi Ikan
Rehabilitasi Habitat dan
Populasi Ikan
Penelitian dan
Pengembangan
Pemanfaatan Sumberdaya
Ikan
Pariwisata Alam dan Jasa
Lingkungan
Pengawasan dan

Sosial-EkonomiBudaya

Pengendalian
Monitoring dan Evaluasi
Pengembangan Sosial
Ekonomi Masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat

N
o.

Aspek

Strategi dan Program


Kegiatan
Pelestarian Adat dan
Budaya
Monitoring dan Evaluasi

Sumber : Kementrian Kehutanan dn Kementrian Kelautan dan Perikanan,


2010

Paradigma baru pengelolaan KK/ KKP3K dibawah Menteri


Kelautan dan Perikanan tidak hanya berbicara tentang
perlindungan dan pelestarian, tetapi menekankan pentingnya
pemanfaatan kawasan konservasi demi mendukung
kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan yang dapat dilakukan
di dalam KKP/KKP3K meliputi pemanfaatn untuk perikanan
tangkap dan budidaya, pemanfaatan wisata, pemanfaatan
penelitian dan pengembangan, serta kegiatan ekonomi lainnya
yang menunjang konservasi. Namun demikian pemanfaatan
yang dilakukan dalam KKP/KKP3K ini bersifat terbatas dan
harus mengutamakan kepentingan kelestarian sumberdaya,
sehingga harus memperhatikan daya dukung kawasan.
Secara prinsip maupun praktek di lapangan dampak
kawasan konservasi telah jelas dalam peningkatan hasil
tangkapan masyarakat lokal. Hasil pengukuran efektivitas
melalui EKKP3K dapar dijadikan indikator peningkatan ekonomi
masyarakat pesisir, bersumber dari hasil tangkapan ikan di
wilayah tangkap nelayan yang merupakan limpahan mandaat
kawasan konservasi perairan. Dampak ini nyata dalam
mendorong peningkatan pendapatan langsung masyarakat dan
menggerakan sektor ekonomi pendukung di wilayah pesisir.
Demikian pula penilaian dampak pengelolaan wisata bahari
terhadap fungsi lingkungan kawasan konservasi perairan
diperlukan dalam menjaga keberlanjutan pengelolaan efektif
kawasan konservasi. Manfaat langsung pariwisata bahari dapat
menjadu sumber pendanaan jasa lingkungan bagi pengelolaan
kawasan konservasi perairan. Peluang ini sangat nyata dan
berpotensi menjadi penggerak ekonomi yang cukup efektif
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Sumber : Kementrian Kehutanan dn Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2010

Gambar 1.2
Peta Sebaran Target Pengelolaan Efektif KKP3K Indonesia

Optimalisasi Pengelolaan dan Pemanfaatan Kawasan


Konservasi Untuk Peningkatan Ekonomi Masyarakat Pesisir dan
Pulau Pulau Kecil:
1. Pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan
pulau pulau kecil sebagai alat pengelolaan perikanan
2. Pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan
pulau pulau kecil dan kontribusinya terhadap perikanan
berkelanjutan
3. Pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan
pulau pulau kecil dan kontribusinnya terhadap
pariwisata bahari
4. Nilai penting kawasan kawasan konservasi perairan,
pesisir dan pulau pulau kecil bagi perekonomian
masyarakat
5. Optimalisasi fungsi kawasan konservasi perairan, pesisir
dan pulau pulau kecil sebagai pelindung ekosistem
6. Optimalisasi fungsi kawasan perairan, pesisir dan pulau
pulau kecil mendukung kegiatan perikanan berkelanjutan
bagi penguatan ekonomi masyarakat pesisir
7. Optimalisasi fungsi kawasan konservasi perairan, pesisir
dan pulau pulau kecil mendukung pariwisata bahari
dalam rangka penguatan ekonomi masyarakat pesisir

8. Optimalisasi fungsi kawasan konservasi perairan, pesisir


dan pulau pulau kecil untuk pendidikan dan kepedulian
masyarakat
4. MPA di Brazil
Sejarah Awal
Pada awal kemunculannya, Kawasan Konservasi Perairan
Laut (KKP) hanya berfokus pada tujuan konvervasi
keanekaragaman hayati dan melindungi habitat laut. Seiring
dengan berjalannya waktu, KKP juga digunakan dalam
pengelolaan perikanan, terutama pada konflik penggunaan
atau pengelolaan atas zona pesisir dan zona perairan. Ada 2
kategori atau bagian/zona dalam KKP, zona perlindungan total
untuk melindungi bagian ekosistem dari intervensi manusia
dan zona yang digunakan secara berkelanjutan (sustainable
use) dimana kontrol terhadap eksploitasi sumber daya alam
diperbolehkan atau dengan kata lain terdapat zona untuk
perikanan dan konservasi.
Terdapat 2 jenis nelayan di Brazil, industrial dan artisanal.
Nelayan Industrial adalah nelayan yang menangkap ikan
menggunakan kapal besar yang dimiliki oleh perusahaan
perikanan.Tenaga kerja dalam jumlah banyak dan target pasar
merupakan pasar yang memiliki nilai tinggi hingga pasar
internasional. Nelayan Industrial berkonsentrasi pada
penangkapan spesies yang memiliki nilai tinggi seperti lobster,
tuna, sarden dan udang.
Nelayan artisanal adalah nelayan tradisional yang hidup
dengan bergantung pada sektor perikanan. Para nelayan
artisanal menggunakan tenaga sendiri dan pengetahuan teknik
memancing dan merekrut anggota keluarganya atau
komunitas nelayan untuk menangkap ikan di habitat pesisir.
Hasil tangkapan biasanya dijual di pasar tradisional atau
dibawa kerumah untuk dikonsumsi.
Manajemen keruangan perairan laut dengan pengukuran
(jarak) sudah digunakan sebagai alat untuk pengelolaan
perikanan. Ketentuan yang paling lazim digunakan adalah
pembatasan kawasan untuk jenis perlatan tertentu yang
digunakan untuk melakukan penangkapan ikan. Contohnya
adalah pelarangan penggunaan pukat didalam kawasan pantai
sejauh 3 mil (sangat efektif, hampir dilaksanakan di sepanjang
pesisir pantai) dan pelarangan penggunaan jaring jenis seine
di Laguna Patos, Brazil Selatan, serta kawasan konservasi ikan
Monkfish di perairan Brazil Selatan.

Sumber : Government of Brazil, 2000, Diegues, 2008

Gambar 1.3
Map of Brazil and FAO Fishing Area
Desain dan Pengelolaan MPA
Terdapat jenis kawasan konservasi perairan laut (KKP) yaitu i)
kawasan yang dilindungi penuh (no take) dan ii) kawasan yang
dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Hal yang membedakan
antara kedua jenis KKP yang telah disebutkan sebelumnya adalah
perizinan untuk eksploitasi sumberdaya alam kelautan dan izin untuk
dapat tinggal dalam kawasan konservasi perairan laut, yang dimana
hal tersebut diizinkan pada jenis KKP yang kedua dan dilarang pada
jenis KKP yang ke pertama. Seluruh kawasan ini dapat di tetapkan
oleh pemerintah pusat/kota. Gambar dibawah ini menunjukkan
jumlah dan kawasan yang ada dibawah perlindungan yang berbeda
yang ada di Brazil.

Sumber : Government of Brazil, 2000, Diegues, 2008

Gambar 1.3
2 Jenis KKP Berdasar Jumlah

Sumber : Government of Brazil, 2000, Diegues, 2008

Gambar 1.3
2 Jenis KKP Berdasar Luasan
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa di Brazil Utara hanya
terdapat jenis KKP 2 yaitu KKP yang dapat dieksploitasi dan
ditinggali, kemudian di Brazil bagian timur laut terdapat 2 jenis KKP,
namun jenis 2 lebih banyak dan memiliki luas yang besar, kemudian
dibagian tenggara dan selatan Brazil juga terdapat 2 jenis KKP,
meskipun KKP jenis 1 lebih banyak namun tidak luas, sebaliknya,
meski jenis KKP 2 lebih sedikit namun ukurannya lebih luas. Untuk
bagian selatan Brazil.
Tabel I.3
Jenis dan Tujuan Utama KKP di Brazil
No.Kategor
Tujuan
Jenis
Keterangan
1

i
Grup i,

Preservasi

total

Lingkungan,

memiliki pemandangan

protectio

tanpa

yang indah, kegiatan

penggunaa

yang diizinkan :

n langsung

penelitian, pendidikan

SDA

alam, pariwisata

National Park

Preservasi ekosistem,

Biological

lingkungan.
Preservasi biota laut,

Reserves

tanpa ada intervensi


langsung dengan

No.Kategor

Tujuan

Jenis

Keterangan

i
manusia kecuali untuk
pemulihan lingkungan,
keanekaragaman
hayati, hanya orang
orang yang terlibat
dalam penelitian yang
Ecological

diperbolehkan masuk.
Preservasi ekosistem

Stations

alam dan
pengembangan sains,
akses sangat terbatas,
hanya orang yang
terlibat dalam
penelitian yang boleh
masuk atau tergantung

izin pemerintah.
Perlindungan

Grup 2,

Preservasi

Areas of

Sustaina

lingkungan

Environmenta keanekaragaman

ble Use

dikombinasi

l Protection

dengan

keberlanjutan SDA

sustainable
use
(pemanfaat
an
berkelanjut
an).

hayati, kontrol

Marine

kelautan
Konservasi dan

Extractive

pemanfaatan SDA

Reserves

terbaharui oleh

Sustainable

nelayan tradisional
Kawasan

Development

perkampungan nelayan

Reserve

tradisional,
pemanfaatan SDA
kelautan yang
berkelanjutan dan
mampu beradaptasi,
aktivitas ekonomi
bukan hanya menjadi

No.Kategor

Tujuan

Jenis

Keterangan

i
nelayan namun juga
terdapat komunitas
lokal pengrajin cindera
mata, pariwisata dan
megolah hasil hutan.
Sumber : Government of Brazil, 2000, Diegues, 2008

Tabel I.4
Kawasan Konservasi Perairan Laur di Brazil
N
o.
1

Kategor
i
Total
Protect

Jenis

Area
(Ha)

Region
North

Northea
st
National
Park
Southe
ast

Abrohols

88249

Timbebas

11000

Fernando de
Noronha
Parcel do
Manuel Luiz
Areia
Vermelha

11270
10800
230

Laje de Santos

5000

Lagoa do Peixe

34400

Superagui

33928

South
North

Biological
Reserves

Northea
st
Southe
ast
South
North
Northea
st

Ecological
Stations

Southe
ast
South

Sustaina
ble Use

Areas of
environme
ntal
Protection

North
Northea
st

Santa Isabel
Atol das Rocas
Comboios
Arvoredo
Ilha dos Lobos
Tupinambas
Tamoios
Tupiniquins
Carijos
Guaraquecaba
Boipeha
Jericoacoara
Fernando de
Noronha

2766
36249
823
17600
2
28
8450
43
619
4385
43300
207
93000

Jenis Ekosistem dan


Pemanfaatan
Perairan Laut, Terumbu
Karang
Perairan Laut, Terumbu
Karang
Perairan Laut, Terumbu
Karang
Perairan Laut, Terumbu
Karang
Pesisir, Perairan Laut,
Terumbu Karang
Perairan Laut, Terumbu
Karang
Laguna Pesisir,
Perairan
Perairan Laut, Terumbu
Karang
Pesisir
Pesisir, Terumbu
Karang
Pesisir
Perairan Laut
Perairan Laut
Pesisir, Perairan Laut,
Pesisir, Perairan Laut,
Pesisir, Perairan Laut,
Pesisir
Pesisir
Perairan Laut
Pesisir
Perairan Laut, Terumbu
Karang

N
o.

Kategor
i

Jenis

Region

Southe
ast

Delta do
Parnaiba
Costa dos
Corais
Barra do Rio
Mamanguape
Recifes de
Corais
Ponta da
Baleia
Cananeia
lguape Peruibe
Guapi Mirim
Guaraquecaba

South

North

Baleia Franca
Anhatomirim
Soure
Chocoare Mato
Grosso
Maracana
Mae Grande
de Curuca
Sao Joao da
Ponta
Arai Peroba
Caete
Taperacu
Gurupi Piria
Tracuateua

Marine
Extractive
Reserve

Northea
st

Baia do
Lguape
Corumbau
Delta do
Parnaiba
Lagoa do
Jequila
Batoque
Cururupu
Canavieiras

South

Arrairal do
Cabo
Mandira
Pirajubae

North

Itatupa Baquia

Northea
st

Ponta do
Tubarao

Southe
ast
Sustainable
Developme
nt Reserves

Area
(Ha)
31380
0
41356
3
14640
18000
34600
23400
0
13961
28301
4
15610
0
3000
27464

Jenis Ekosistem dan


Pemanfaatan
Pesisir
Pesisir, Perairan Laut,
Terumbu Karang
Pesisir
Perairan Laut, Terumbu
Karang
Perairan Laut, Terumbu
Karang
Pesisir
Pesisir
Pesisir
Pesisir, Perairan Laut
Pesisir
Artisanal Fisheries

2786
30019

Artisanal Fisheries
Artisanal Fisheries

37062

Artisanal Fisheries

3203
11480

Artisanal Fisheries
Artisanal Fisheries

42069
74082
12715
4

Artisanal Fisheries
Artisanal Fisheries

8118
89500

Artisanal Fisheries
Artisanal Fisheries

27022

Artisanal Fisheries

10204
601
18504
7
10064
6

Artisanal Fisheries
Artisanal Fisheries

56769
1176
1444

Artisanal Fisheries
Artisanal Fisheries
Artisanal Fisheries
Kayu, Hasil Hutan,
Fisheries
Artisanal Fisheries,
Tourism

64735
12960

Artisanal Fisheries

Artisanal Fisheries
Artisanal Fisheries

N
o.

Kategor
i

Jenis

Region

Area
(Ha)

Jenis Ekosistem dan


Pemanfaatan

Southe
ast
South
Sumber : Centro Nacional de Desenvolvimento Sustentado dan Populacoes
Tradicionais,2008

Tabel 1.3 dan 1.4 menunjukkan jenis Kawasan Konservasi


Perairan Laut yang ada di Brazil beserta lokasi dan
pemanfaatannya. Seperti dapat dilihat, kategori 1 yaitu total
protect dimanfaatkan sebagai konservasi pesisir, perairan
serta terumbu karang baik jenis national park, ecological
reserves dan biological reserves. Seperti terlihat dalam tabel
1.4, kategori total protect tidak terdapat di bagian utara Brazil.
Meskipun masuk kedalam kategori 2, jenis kawasan Areas of
environmental Protection hanya dimanfaatkan sebagai
kawasan konservasi perairan dan pesisir, berbeda dengan
Marine Extractive Reserve dan Sustainable Development
Reserves yang dimanfaatkan menjadi kawasan pengelolaan
perikanan dan pariwisata.
D. Kesimpulan
Seperti sudah dibahas sebelumnya, Marine Protected Area
(MPA) adalah Suatu kawasan daerah pasang-surut dan di
luarnya, termasuk perairan dan flora, fauna, sejarah dan
karakteristik kulturnya yang secara resmi dijadikan kawasan
yang dilindungi baik sebagian ataupun keseluruhan
lingkungannya oleh peraturan perundang-undangan. MPA atau
KKP tentu menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan
demi menjamin tercapainya tujuan konservasi dan pengelolaan
seperti perlindungan, pemanfaatan yang bertanggung jawab,
rehabilitasi terhadap kekayaan sumberdaya laut dan
pelestarianya.
Dalam Praktiknya, Konservasi Kawasan Perairan Laut atau
dikenal dengan KKP tidak hanya mengelola, memanfaatkan
dan melindungi keanekaragaman hayati perairan laut saja,
namun secara tidak langsung konservasi kawasan perairan laut
juga akan berdampak pada wilayah pesisir. Dalam pelaksanaan
pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau
pulau kecil (KKP/KKP3K), terdapat 3 strategi pengelolaan yang
juga merupakan bentuk hubungan nyata Hubungan Konservasi
Kawasan Perairan Laut dengan Upaya Pengelolaan Pesisir
yaitu:
1. Melestarikan lingkungan, melalui berbagai program
konservasi, sehingga keanekaragaman hayati laut akan
tetap terjaga dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Brazil dan Indonesia sudah sama sama melakukan MPA/KKP
dengan pembatasan penangkapan ikan dan membagi KKP

menjadi beberapa zona, zona yang benar benar dilindungi


dan zona yang dapat dibudidayakan sehingga terjadi
keseimbangan ekologi.
2. Menjadikan kawasan konservasi sebagai penggerak
ekonomi, melalui program pariwisata alam perairan dan
pendanaan mandiri yang berkelanjutan. Baik di Brazil dan
Indonesia, pemanfaatan kawasan konservasi menjadi
destinasi pariwisata sudah banyak dilakukan dan hal
tersebut tentunya menimbulkan dampak positif kepada
masyarakat lokal. Dengan adanya pengembangan program
pariwisata yang bekelanjutan dan berbasis lingkungan tentu
ekonomi masyarakat pesisir akan meningkat dan kawasan
perairan laut serta pesisir akan tetap terjaga. Indonesia
memiliki banya onyek wisata konservasi baik berbentuk
suaka alam maupun taman wisata perairan antara lain
Taman Wisata Perairan Anambas, Suaka Alam Perairan Raja
Ampat, Taman Wisata Gili Ayer, Gili Meno dan Gili Trawangan
dsb.
3. Pengelolaan kawasan konservasi sebagai bentuk tanggung
jawab pembangunan fisik dan sosial yang mensejahterakan
masyarakat. Pengembangan kawasan konservasi sebagai
kawasan/suaka/taman wisata perairan tentu membutuhkan
prasarana pendukung, peningkatan pelayanan jaingan
prasarana wilayah untuk menunjang pengembangan
ekonomi di wilayah laut dan pesisir. Ketersediaan jaringan
prasarana wilayah yang memadai akan menunjang
pengelolaan, perlindungan dan pemanfaatan sumber daya
kelautan dan pesisir secara optimal serta menunjang fungsi
pesisir berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai