Anda di halaman 1dari 55

(Jakarta, 04 Juni 2013)

RANCANGAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : ....... /MENKES/PER/ ..../..../2013
TENTANG
STANDAR PELAYANAN REFRAKSI OPTISI DAN OPTOMETRY
DI FASILITAS KESEHATAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang :

Mengingat

bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 21 Peraturan


Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan,
dipandang perlu menetapkan Standar Profesi bagi tenaga
Refraksionis Optisien dan Optometris dengan Keputusan Menteri
Kesehatan

: 1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan
Fungsional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3547);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3637);
4. Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai
Daerah Otonomi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3952);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Refraksionis Optisien Dan
Optometris;
7. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
:
1424/MenKes/SK/XI/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Optikal;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/Per/VIII/2011
tentang Registrasi Tenaga Kesehatan

9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


1473/Menkes/SK/X/2005 tentang Rencana Strategi Nasional
Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan Untuk
Mencapai Vision 2020;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
004/Menkes/SK/I/2003
tentang
Kebijakan
dan
Strategi
Desentralisasi Bidang Kesehatan;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 004/Menkes/SK/I/2003
tentang Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan;
13. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
14. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah;
15. Peraturan Presiden Nomor 9
Tahun
2005
tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia;
16. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/47/MenPan/4/2005 tentang Jabatan Fungsional Refraksionis
Optisien dan Angka Kreditnya;
17. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 1368/MenKes/PB/IX/2005 dan
Nomor 20 Tahun 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Refraksionis Optisien dan Angka Kreditnya;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 994/MenKes/PER/XI/2006
tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya;
20. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor : 34 tahun 2008
tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Fisioterapis, Refraksionis
Optisien, Terapis Wicara, Okupasi Terapis, Ortotis Prostetis,
Teknisi Transfusi Darah dan Teknisi Gigi;
21. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
572/MENKES/SK/VI/2008 tentang Standar Profesi Refraksionis
Optisien Indonesia;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan

Kesatu

: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR


PELAYANAN REFRAKSI OPTISI DAN OPTOMETRY

Kedua

: Standar Pelayanan Refraksi Optisi dan Optometry dimaksud Diktum


Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga

: Standar sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua menjadi


petunjuk bagi setiap tenaga Refraksionis Optisien dan Optometry
dalam menjalankan kegiatan pelayanan profesinya.

Keempat

: Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/ Kota melakukan pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan keputusan ini dengan mengikutsertakan organisasi
profesi terkait, sesuai tugas dan fungsinya masing-masing.

Kelima

: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.


Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal
MENTERI KESEHATAN,

KATA PENGANTAR.

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya
Standar Pelayanan Refraksionis Optisien dan Optometris dapat terwujud setelah
melalui proses yang cukup panjang serta melibatkan banyak pihak.
Dengan adanya Standar Pelayanan ini, maka seluruh Refraksionis Optisien dan
Optometris di Indonesia memiliki pedoman yang terukur dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat, terutama dalam pelayanan Refraksi, Optisi , dan
Lensa Kontak.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada semua pihak
terutama instansi pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan RI cq,:
Puspronakes-LN BPPSDM Kesehatan.
Akhirnya semoga hasil kerja dari Tim Penyusun Standar Pelayanan beserta seluruh
pihak yang terkait akan memberikan manfaat bagi peningkatan pelayanan kepada
seluruh masyarakat di tanah air.

Jakarta,

Agustus 2013

Pengurus Pusat
Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia
Ketua Umum

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
.....................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................
Bab I

4
5

Pendahuluan
A. Latar Belakang .................................................................
Tujuan Penyusunan Standar ...........................................

Pengertian .......................................................................

7
C.

D. Ruang Lingkup ................................................................ 10


Bab II

Standar Pelayanan Refraksi Optisi dan Optometry...

Bab III

Standar Pelayanan Refraksi Optisi dan Optometry Primer


A.
B.
C.
D.
E.
F.

Bab IV

Pelaksana Pelayanan..................................................... 15
Fasilitas Kesehatan........................................................ 15
Sarana/ prasarana.......................................................... 15
Peralatan........................................................................ 15
Kegiatan......................................................................... 16
Kriteria Pelayanan ......................................................... 16

Standar Pelayanan Refraksi Optisi dan Optometry Sekunder


A.
B.
C.
D.
E.
F.

Bab V

12

Pelaksana Pelayananan....................................................
Fasilitas Kesehatan.......................................................
Sarana/ prasarana........................................................
Peralatan......................................................................
Kegiatan.......................................................................
Kriteria Pelayanan .........................................................

18
18
18
18
19
20

Standar Pelayanan Refraksi Optisi dan Optometry Tersier


A. Pelaksana Pelayanan..................................................
B. Fasilitas Kesehatan.....................................................
C. Sarana/ prasarana.......................................................

22
22
22

D. Peralatan.....................................................................
E. Kegiatan......................................................................
F. Kriteria Pelayanan ......................................................

22
23
24

B.

Bab VI

Standar Hasil / Unjuk Kerja


A. Standar Hasil /Unjuk Kerja Bagi Pelaksana pada
Pelayanan Refraksi Optisi dan Optometry Primer .

Bab VII

26

B. Standar Hasil / Unjuk Kerja Bagi Pelaksana Lanjutan


Pada Pelayanan Refraksi Optisi dan Optometry
Sekunder

34

C. Standar Hasil / Unjuk Kerja Bagi Penyelia pada


Pelayanan Refraksi Optisi dan Optometry Tersier

46

Penutup .............................................................................. 56

LAMPIRAN ............................................................................................. 57

BAB. I.
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG

Undang Undang No. 23 tahun 1992 mengamanatkan perlunya pengaturan,


pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kesehatan. Pembinaan dan
pengawasan tenaga kesehatan telah dijabarkan dalam PP 32 tahun 1996 sebagai
strategi untuk menjaga dan meningkatkan mutu tenaga kesehatan.
Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari Pembangunan Nasional pada
hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan
hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal yang besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan sumberdaya
manusia sebagai modal Pembangunan Nasional. Pembangunan kesehatan
diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat dengan
menanamkan kebiasaan hidup sehat.
Untuk mewujudkan hal tersebut di atas diselenggarakan berbagai upaya kesehatan
yang didukung antara lain oleh sumberdaya tenaga kesehatan yang memadai sesuai
dengan yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan.
Salah satu upaya kesehatan yang harus dicapai adalah upaya kesehatan mata dan
pencegahan kebutaan dalam rangka optimalisasi fungsi penglihatan masyarakat
dengan melibatkan tenaga kesehatan yang mampu memberikan pelayanan yang
sesuai dengan tanggung jawab profesinya. Sejalan dengan semakin tingginya
tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan
pelayanan, maka peranan refraksionis optisien dan Optometry sebagai salah satu
tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk melaksanakan upaya kesehatan mata
dan pencegahan kebutaan.
Tenaga kesehatan sebagai pendukung upaya kesehatan dalam menjalankan
tugasnya harus selalu dibina dan diawasi. Pembinaan dilakukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kemampuannya, sehingga selalu tanggap
terhadap permasalahan kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya. Sedangkan
pengawasan dilakukan terhadap kegiatannya agar tenaga kesehatan tersebut dapat
melaksanakan tugasnya sesuai dengan kebijaksanaan peraturan perundanganundangan dan sistem yang telah ditetapkan.
Organisasi profesi IROPIN (Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia) dalam
menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap anggota-anggotanya,
telah dan akan melibatkan banyak pihak yang terkait agar masalah-masalah yang
demikian kompleks dapat diselesaikan secara komprehensif. Beberapa mekanisme
pembinaan dan pengawasan yang telah dilakukan adalah melalui mekanisme
perijinan seperti Tenaga Refraksionis Optisien dan Optometris dalam melakukan
pelayanan kesehatan harus/ wajib memiliki STR-RO dan STR-O (Surat Tanda

Registrasi Refraksionis Optisien dan Surat Tanda Registrasi Optometris) dan SIKRO
dan SIKO (Surat Ijin Kerja Refraksionis Optisien dan Surat Ijin Kerja Optometris).
Sedangkan mekanisme lainnya yang sangat fundamental adalah melalui
pemberlakuan Standar Profesi Refraksionis Optisien dan Optometris Indonesia
secara nasional.
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan refraksi optisi dan optometry perlu diberikan
dengan jaminan kualitas yang optimal, perlindungan keamanan bagi masyarakat
pengguna oleh penyelenggara dan praktisi pelayanan refraksi optisi dan optometry.
Disisi lain, pelayanan refraksi optisi dan optometry harus dikembangkan kearah
persaingan global, yang memerlukan pengembangan standar pelayanan refraksi
optisi dan optometry dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Kebutuhan Pelayanan Refraksionis Optisien dan Optometris yang berkualitas
a. Pengembangan pelayanan refraksi optisi dan optometry profesional,
komprehensif, terpadu yang berorientasi pada peningkatan mutu pelayanan.
b. Pengembangan manajemen pelayanan refraksi optisi dan optometry yang
efektif, efisien pada tatanan pelayanan kesehatan.
c. Pengembangan sistem regulasi (registrasi, sertifikasi dan lisensi) demi
perlindungan hukum bagi masyarakat, penyelenggara dan praktisi pelayanan
refraksi optisi dan optometry.
d. Pengembangan sistem informasi pelayanan refraksi optisi dan optometry yang
terpadu dengan SIK dan berorientasi pada pengembangan IPTEK ,
perubahan lingkungan dan partisipasi masyarakat.
e. Peningakatan kerja-sama lintas program, lintas sektor termasuk organisasi
profesi, institusi pendidikan dan pihak lain yang terkait.
f. Peningkatan koordinasi multi disiplin dalam pengembangan IPTEK dan
pelayanan refraksi optisi dan optometry unggulan.
g. Peningkatan kemampuan klinik dan manajerial bagi tenaga Refraksionis
Optisien dan Optometris.
h. Peningkatan koordinasi dengan pihak terkait dalam pengelolaan sumber daya
manusia refraksi optisi dan optometry.
i. Peningkatan kepedulian Pemerintah untuk meningkatkan akses pelayanan
refraksi optisi dan optometry yang berorientasi sosial pada kebutuhan
masyarakat.
j. Peningkatan kemampuan Pemerintah Daerah dalam menyediakan pelayanan
refraksi optisi dan optometry pada pelayanan kesehatan.
k. Peningkatan kepedulian individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
menerapkan gaya hidup sehat.
l. Pengembangan penelitian
dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
refraksi optisi dan optometry.
2. Perlindungan Hukum dalam Pelayanan Refraksi Optisi dan Optometry
Perlindungan hukum dalam menyelenggarakan pelayanan refraksi optisi dan
optometry diatur dalam peraturan perundang-undangan tentang standar profesi
dan mekanisme perijinan bagi tenaga refraksionis optisien dan optometris.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu disusun Standar Pelayanan


Refraksionis Optisien dan Optometris di fasilitas kesehatan yang merupakan
standar minimal yang harus dipenuhi oleh fasilitas kesehatan.
B. TUJUAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN
Tujuan Umum
Tersedianya perlindungan bagi masyarakat dari pemberian pelayanan Refraksi
Optisi dan optometry yang tidak bertanggung-jawab, serta perlindungan bagi
Refraksionis Optisien dan Optometris atas tuntutan masyarakat yang diluar
kewajaran, sehingga pelayanan refraksi optisi dan optometry menjadi optimal
untuk mencapai pelayanan kesehatan Prima
Tujuan khusus
a. Sebagai acuan dalam penyusunan rencana pengembangan pelayanan
refraksi optisi dan optometry.
b. Sebagai acuan dalam melaksanakan bimbingan teknis pelayanan refraksi
optisi dan optometry
c. Sebagai acuan dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi pelayanan
refraksi optisi dan optometry.
d. Tersedianya perlindungan bagi masyarakat dari pemberian pelayanan
Refraksi Optisi dan Optometry yang tidak bertanggung-jawab
e. Tersedianya perlindungan bagi Refraksionis Optisien dan Optometris atas
tuntutan masyarakat yang diluar kewajaran
Keberadaan Standar Pelayanan ini penting dan sangat bermanfaat bagi
Refraksionis Optisien dan Optometris karena dengan demikian anggota profesi di
seluruh Indonesia telah memiliki acuan dalam menjalankan tugas dan fungsinya
di sarana pelayanan kesehatan mata.
Standar Pelayanan ini digunakan sebagai pedoman yang berlaku secara nasional
dengan tujuan :
a. Sebagai acuan bagi organisasi profesi dalam pembinaan dan pengembangan
anggotanya.
b. Sebagai acuan bagi pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam pembinaan dan
pengawasan terhadap kinerja anggota profesi.
C. PENGERTIAN .
a. Refraksionis Optisien / Optometris adalah tenaga kesehatan yang telah lulus
pendidikan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku yang berwenang
melakukan pemeriksaan mata dasar, pemeriksaan refraksi, menetapkan hasil
pemeriksaan, menyiapkan dan membuat lensa kacamata atau lensa kontak,
termasuk pelatihan ortoptik.
b. Pelayanan Refraksi Optisi adalah pelayanan kesehatan mata kepada
masyarakat yang meliputi : persiapan pelayanan, pelayanan refraksi,
pelayanan optisi, pelayanan lensa kontak, konsultasi/ rujukan, bimbingan dan

penyuluhan, evaluasi dan pencatatan pelayanan, dalam rangka meningkatkan


derajat kesehatan mata masyarakat.
c. Fasilitas Pelayanan Kesehatan bagi Refraksionis Optisien adalah tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan/ pelayanan refraksi
optisi dan optometry, yaitu : Optikal, Rumah Sakit, Puskesmas/PKM, Poliklinik
Mata dan atau unit pelayanan kesehatan lainnya yang menjadi tempat praktek
Refraksionis Optisien dan Optometris.
d. Pelayanan Mata Dasar adalah pemeriksaan pendahuluan untuk
mengidentifikasi dan menentukan adanya kelainan/ penyakit mata yang perlu
dirujuk ke dokter.
e. Pelayanan Kesehatan Mata Primer adalah pelayanan kesehatan mata yang
dilaksanakan oleh tenaga Refraksionis Optisien dan Optometris tingkat
pelaksana, yang meliputi
1. Pelayananan refraksi
2. Pelayanan optisi
f. Pelayanan Kesehatan Mata Sekunder adalah pelayanan kesehatan mata
yang dilaksanakan oleh tenaga Refraksionis Optisien dan Optometris tingkat
pelaksana lanjutan, yang meliputi :
1. Pelayananan refraksi
2. Pelayanan optisi
3. Pelayanan lensa kontak
g. Pelayanan Kesehatan Mata Tertier adalah pelayanan kesehatan mata yang
dilaksanakan oleh tenaga Refraksionis Optisien dan Optometris tingkat
penyelia, yang meliputi :
1. Pelayananan refraksi
2. Pelayanan optisi
3. Pelayanan lensa kontak
h. Organisasi Profesi adalah Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia (IROPIN)
yang didirikan di Jakarta pada tanggal 22 September 1972 berdasarkan Akte
Notaris R. Hendro N. Asmoro, SH Nomor 9/G/Notaris/PKR IROPIN Tanggal 22
November 2012.
D. Ruang lingkup
Ruang lingkup profesi meliputi peran dan fungsi Refraksionis Optisien dan
Optometris, yaitu sebagai berikut :
Peran I : Sebagai Pelaksana Pelayanan Pemeliharaan Penglihatan
Fungsi :
1. Melakukan Anamnesa
2. Melaksanakan pemeriksaan pendahuluan refraksi
3. Melaksanakan pemeriksaan refraksi obyektif, refraksi subyektif, dan
pemeriksaan penglihatan binokuler

10

4.
5.
6.
7.
8.
9.

Melaksanakan diagnosa
Melaksanakan tata laksana koreksi penglihatan
Mencatat data klinik
Melaksanakan rujukan/ konsultasi bila diperlukan.
Melaksanakan proses pembuatan kacamata koreksi.
Melaksanakan proses pemilihan, pemasangan, dan pemeriksaan lanjutan
pada pasien lensa kontak.
10. Melaksanakan pelatihan penglihatan/ ortoptis.
11. Melaksanakan rehabilitasi/ pemberian koreksi alat bantu penglihatan subnormal.
Peran II : Sebagai Penata Laksana Pemeliharaan Penglihatan
Fungsi :
1. Menata teknis optik agar dapat menyelenggarakan pelayanan
pemeliharaan penglihatan.
2. Melaksanakan tata laksana penyelenggaraan pelayanan pemeliharaan
penglihatan ditinjau dari segi manajerial, antara lain pembiayaan, tenaga
kerja (sumber insani), dan pemasaran sehingga pelayanan dapat
dilakukan secara mandiri tanpa meninggalkan fungsi sosialnya.
Peran III : Sebagai Penyuluh Bidang Pemeliharaan Penglihatan.
Fungsi :
1. Melaksanakan penyuluhan secara mandiri atau berpartisipasi pada
program pemerintah dalam hal pentingya menjaga indera penglihatan dan
mencegah kebutaan.
2. Melaksanakan
penyuluhan
tentang
pentingnya
menjaga
dan
mempertahankan mutu penglihatan terutama di tempat kerja agar aman,
nyaman dan terhindar dari bahaya yang menyebabkan turunnya mutu
penglihatan bahkan hilangnya penglihatan.

BAB II

11

STANDAR PELAYANAN
Falsafah Refraksionis Optisien dan Optometris memandang bahwa : penglihatan
tumbuh dan berkembang sejak awal kehidupan. Oleh karenanya penglihatan yang
optimal merupakan hak azasi manusia.
Pelayanan refraksi optisi dan optometry merupakan bentuk pelayanan kesehatan
yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan,
memelihara dan memulihkan fungsi penglihatan dengan menggunakan alat bantu
penglihatan berupa kacamata/ lensa kontak maupun alat optik lainnya dan atau
pelatihan penglihatan.
Pelayanan refraksi optisi dan optometry merupakan upaya kesehatan yang dilakukan
oleh Refraksionis Optisien dan Optometris yang kepadanya diberikan wewenang
yang legal, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan manusia secara utuh.
Pelayanan refraksi optisi dan optometry diberikan oleh Refraksionis Optisien dan
Optometris baik secara mandiri dan atau bekerja-sama dalam tim pelayanan pasien/
klien dengan tenaga kesehatan lainnya.
Standar Pelayanan adalah batasan pelayanan minimal yang harus diberikan oleh
seorang anggota profesi untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya kepada
masyarakat.
Pelayanan Refraksi Optisi dan Optometry adalah pelayanan kesehatan mata kepada
masyarakat yang meliputi : persiapan pelayanan, pelayanan refraksi, pelayanan
optisi, pelayanan lensa kontak, konsultasi/ rujukan, bimbingan dan penyuluhan,
evaluasi dan pencatatan pelayanan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
mata masyarakat.
Standar Pelayanan meliputi : jenis pelayanan, pelaksana pelayanan, kualifikasi
pendidikan, sarana pelayanan, kegiatan pelayanan, fasilitas/ peralatan pelayanan
dan unjuk kerja/ hasil pelayanan.
Unsur-unsur Standar Pelayanan :
1. Jenis Pelayanan
a. Pelayanan Refraksi Optisi Primer
b. Pelayanan Refraksi Optisi dan Optometry Sekunder
c. Pelayanan Refraksi Optisi dan Optometry Tersier
2. Pelaksana Pelayanan
Dikategorikan berdasarkan kompetensi pelaksana pelayanan, yaitu :
a. Refraksionis Optisien Pelaksana
b. Refraksionis Optisien dan Optometris Pelaksana Lanjutan
c. Refraksionis Optisien dan Optometris Penyelia
3. Kualifikasi pendidikan
Pendidikan Refraksionis Optisien/ Optometris adalah jenjang pendidikan minimal
penataran Kan. Wil. Departemen Kesehatan RI sebelum tahun 1981, Diploma I, II

12

dan program diploma III. Secara umum kualifikasi pendidikan Refraksionis


Optisien dan Optometris meliputi pemahaman dan penguasaan dalam bidang
pengetahuan dan keterampilan sebagai berikut :
a. Anatomi dan Fisiologi Umum
b. Anatomi dan Fisiologi Mata
c. Patofisiologi Umum
d. Patofisiologi Mata
e. Mikrobiologi
f. Fisika Optik Umum dan Fisika Optik Okuler
g. Fisiologi Penglihatan dan Persepsi
h. Praktek Klinik Dasar dan Praktek Klinik Lanjutan
i. Klinik Optik I (Penggosokan), Klinik Optik II (Ophthalmik Optik)
j. Penggunaan peralatan pendukung
k. Pengetahuan tentang ilmu Kesehatan Masyarakat
l. Pengetahuan tentang proses pembuatan lensa kacamata dan lensa kontak
m. Prosedur pemeriksaan refraksi dan penilaian mutu penglihatan
n. Penata-laksanaan koreksi/ rehabilitasi kelainan refraksi
o. Pencatatan hasil pemeriksaan kelainan refraksi dan penyimpangannya
p. Penyuluhan kesehatan mata dan alat bantu penglihatan
q. Penyuluhan tata-cara pemakaian dan pemeliharaan alat bantu penglihatan
r. Etika, sikap dan perilaku sebagai tenaga kesehatan
4. Sarana Pelayanan
Yaitu sarana yang menjadi tempat kerja Refraksionis Optisien dan Optometris
antara lain :
a. Rumah Sakit/ Rumah Sakit Khusus Mata
b. BKMM/ BKIM
c. Klinik Mata/ Klinik Umum/ Poliklinik
d. Puskesmas/ PKM
e. Unit Pelayanan Kesehatan lainnya
f. Optikal
5. Kegiatan Pelayanan
Merupakan butir-butir kegiatan pelayanan yang meliputi :
a. Pelayanan Refraksi
b. Pelayanan Optisi
c. Pelayanan Lensa kontak
6. Fasititas Pelayanan dan Peralatan
Fasilitas dan peralatan yang tersedia dan memadai dalam pelayanan refraksi
optisi dan Optometry akan memberikan dukungan bagi terselenggaranya
pelayanan prima, disesuaikan dengan jenis pelayanan kesehatan mata yang
disandang oleh sarana kesehatan tersebut
7. Unjuk Kerja
Hasil pelayanan yang merupakan kriteria unjuk kerja yang harus dicapai dalam
melaksanakan tugas pelayanan

13

BAB III
STANDAR
PELAYANAN REFRAKSI OPTISI PRIMER
A. Pelaksana Pelayanan : Refraksionis Optisien Pelaksana
Standar Pendidikan tenaga pelaksana pelayanan refraksi optisi primer adalah
minimal pendidikan Diploma III Refraksi Optisi, sesuai dengan standar profesi
Refraksionis Optisien dan Optometris dari Organisasi Profesi
B. Fasilitas Kesehatan :
Rumah Sakit tipe C & D
Puskesmas/ PKM
BKMM/BKIM
Klinik mata
Optikal tipe C
C. Sarana/ Prasarana
Sarana :
1. Ruang Tunggu/ Pamer
2. Ruang Pelayanan Refraksi Optisi minimal 1 x 3 m2
Prasarana
1. Penerangan Ruang Pemeriksaan Refraksi (sesuai British Standard 4274)
Penyinaran luar : 480-600 lux
Penyinaran dalam : 120 cd/ m2
Kontras > 84 %
2. Meja untuk menempatkan Lensa Uji-coba dan Lensometer
3. Kursi bagi pasien/ klien
4. Kursi bagi pemeriksa
5. Kartu Kerja/ Status
6. Bak pencuci tangan + handuk
D. Peralatan
1. Peralatan Pelayanan Refraksi meliputi :
a. Kartu Snellen yang dilengkapi dengan Astigmat Dials
b. Kartu Baca
c. Lensa Uji-coba
d. Bingkai Uji-coba
e. Penggaris PD
f. Kaca Pembesar (Loupe)
g. Pen light
h. Cross Cylinder
i. Lensometer
j. Retinoskop

14

2. Peralatan Pelayanan Optisi meliputi :


a. Seperangkat Tang
b. Seperangkat Obeng
c. Pemanas Bingkai Kacamata
d. Pembersih Lensa Kacamata
E. Kegiatan :
1. Butir-butir Kegiatan Pelayanan Refraksi dan Optometry :
a.
Melakukan persiapan pelayanan refraksi
b.
Melakukan pemeriksaan pendahuluan pelayanan refraksi
c.
Melakukan Pemeriksaan Refraksi Obyektif kasus sederhana pada
pasien dewasa
d.
Melakukan Pemeriksaan Refraksi Subyektif monokuler kasus
sederhana pada pasien dewasa
e.
Menetapkan kelainan mata yang perlu dirujuk
f.
Melakukan bimbingan/ penyuluhan pemeliharaan Penglihatan
(Vision Care)
g.
Menetapkan kelainan refraksi dan jenis terapi penglihatan kasus
sederhana pada pasien dewasa
h.
Melakukan pencatatan pelayanan refraksi/ Rekam Refraksi
i.
Memimpin satuan unit kerja pelayanan refraksi
2. Butir-butir Kegiatan Pelayanan Optisi
a. Menerjemahkan resep kacamata
b. Melakukan persiapan pelayanan optisi
c. Melakukan pemesanan lensa kacamata
d. Melakukan verifikasi lensa kacamata
e. Melakukan pengecekkan kacamata hasil prosesing
f. Melakukan penyetelan kacamata standar
g. Melakukan pengepasan/ fitting kacamata
h. Melakukan penyuluhan dan bimbingan pemakaian kacamata
i. Melakukan pencatatan pelayanan optisi
j. Memimpin satuan unit kerja pelayanan optisi
F. Kriteria Pelayanan
1. Pelayanan Refraksi Kasus Sederhana pada Pasien Dewasa
a. Yang dimaksud dengan Pelayanan Refraksi kasus sederhana pada pasien/
klien dewasa adalah :
Pasien/ klien umur diatas 12 tahun
Tanpa kelainan organ mata
Tanpa kelainan posisi bolamata
Tanpa kelainan fungsi Akomodasi maupun kelainan fungsi Konvergensi
Visus dengan koreksi untuk kedua mata mencapai 100%
b. Pelayanan Optisi Kasus Sederhana
Yang dimaksud dengan Pelayanan Optisi Kasus Sederhana adalah :

15

Kasus pada pasien dewasa/ anak-anak yang berkaitan dengan


prosesing/ pemotongan lensa kacamata monofokal dan atau bifocal,
serta memasangnya pada bingkai kacamata full frame
Kasus pada pasien dewasa/ anak-anak yang berkaitan dengan
pengepasan kacamata full frame

16

BAB IV
STANDAR
PELAYANAN REFRAKSI OPTISI DAN OPTOMETRY SEKUNDER
A. Pelaksana Pelayanan : Refraksionis Optisien dan Optometris Pelaksana
Lanjutan
Standar Pendidikan tenaga pelaksana pelayanan refraksi optisi sekunder
adalah pendidikan Diploma III Refraksi Optisi dengan pengalaman bekerja
minimal 5 tahun atau memiliki sertifikasi khusus (sertifikasi pelatihan/workshop
refraksi binokuler dan lensa kontak) dari organisasi profesi atau pendidikan S1
Optometry/ Terapan Optometry, sesuai dengan standar profesi Refraksionis
Optisien dan Optometris dari Organisasi Profesi
B. Fasilitas Kesehatan :
Rumah Sakit tipe B
BKMM/ BKIM
Klinik mata
Optikal tipe B
C. Sarana/ Prasarana :
Sarana :
1. Ruang Tunggu/ Pamer
2. Ruang Pelayanan Refraksi Optisi dan lensa kontak minimal 2 x 3 m2
Prasarana
1. Penerangan Ruang Pemeriksaan Refraksi (sesuai British Standard 4274)
Penyinaran luar : 480-600 lux
Penyinaran dalam : 120 cd/ m2
Kontras > 84 %
2. Meja untuk menempatkan Lensa Uji-coba dan Lensometer
3. Meja untuk fitting lensa kontak
4. Kursi bagi pasien/ klien
5. Kursi bagi pemeriksa
6. Kartu Kerja/ Status
7. Bak pencuci tangan + handuk
D. Peralatan pada Pelayanan Refraksi Optisi, Optometry dan Lensa kontak
1. Peralatan Pelayanan Refraksi meliputi :
a. Kisi-Kisi Amsler
b. Kartu Snellen yang dilengkapi dengan Astigmat Dials/ Chart Projector
c. Kartu Baca
d. Lensa Uji-coba
e. Bingkai Uji-coba
f. Penggaris PD
g. Kaca Pembesar (Loupe)
h. Pen light

17

i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.

Lensometer
Cross Cylinder
Retinoskop
Keratometer
Lensa kontak lunak uji coba
Mangkok pencuci lensa kontak
Cermin cembung dan datar
Flipper lens S 2.00
Skala Tangen jauh
Skala Tangent dekat
Worth Four Dots Test jauh
Worth Four Dots Test dekat
Kartu Stereoskopik
Silinder Silang (Cross Cylinder)
Perangkat tes fungsi air mata

2. Peralatan Pelayanan Optisi meliputi :


a.
Seperangkat Tang
b.
Seperangkat Obeng
c.
Pemanas Bingkai Kacamata
d.
Pembersih Lensa Kacamata
E. Kegiatan
1. Butir-butir Kegiatan Pelayanan Refraksi :
a.
Melakukan pemeriksaan pendahuluan pelayanan refraksi
b.
Melakukan Pemeriksaan Refraksi Obyektif kasus sederhana pada
pasien anak-anak/ kasus komplek pada pasien dewasa
c.
Melakukan Pemeriksaan Refraksi Subyektif monokuler kasus
sederhana pada pasien anak-anak/ kasus komplek pada pasien dewasa
d.
Melakukan Pemeriksaan Penglihatan Binokuler kasus sederhana
pada pasien dewasa/ anak-anak
e.
Menetapkan kelainan mata yang perlu dirujuk
f.
Melakukan bimbingan/ penyuluhan pemeliharaan Penglihatan
(Vision Care)
g.
Menetapkan kelainan refraksi dan jenis terapi penglihatan kasus
sederhana pada pasien anak-anak/ kasus komplek pada pasien dewasa
h.
Melakukan evaluasi pelayanan optisi
i.
Melakukan pencatatan pelayanan refraksi
j.
Memimpin satuan unit kerja pelayanan refraksi
2. Butir-butir Kegiatan Pelayanan Optisi
a.
Menterjemahkan resep kacamata
b.
Melakukan pelayanan optisi
c.
Melakukan pengecekkan lensa hasil prosesing
d.
Melakukan penyetelan kacamata standar
e.
Melakukan pengepasan/ fitting kacamata
f.
Melakukan penyuluhan dan bimbingan pemakaian kacamata
g.
Melakukan evaluasi pelayanan optisi

18

h.
i.

Melakukan pencatatan pelayanan optisi


Memimpin satuan unit kerja pelayanan optisi

3. Butir-butir kegiatan pelayanan lensa kontak


a.
Melakukan persiapan pelayanan lensa kontak
b.
Melakukan pemeriksaan pendahuluan pelayanan lensa kontak
c.
Menentukan jenis lensa kontak
d.
Melakukan penilaian fitting lensa kontak
e.
Melakukan pemesanan lensa kontak
f.
Melakukan bimbingan pemakaian dan perawatan lensa kontak
g.
Melakukan pemeriksaan lanjutan/ kunjungan ulang
h.
Menentukan rujukan
i.
Melakukan evaluasi pelayanan lensa kontak
j.
Melakukan pencatatan pelayanan lensa kontak.
F. Kriteria Pelayanan
1. Pelayanan Refraksi Kasus Sederhana pada Pasien/ Klien Anak-anak
Yang dimaksud dengan kasus sederhana pada Pasien/ Klien anak-anak
adalah :
Pasien/ Klien umur sampai dengan 12 tahun
Tanpa kelainan organ mata
Tanpa kelainan posisi bolamata
Tanpa kelainan fungsi Akomodasi maupun kelainan fungsi Konvergensi
Visus dengan koreksi untuk kedua mata mencapai 100%
2. Pelayanan Refraksi Kasus Komplek pada Pasien/ Klien Dewasa
Yang dimaksud dengan kasus komplek pada Pasien/ Klien dewasa
adalah :
Pasien/ Klien umur diatas 12 tahun
Dengan/ tanpa kelainan organ mata
Dan atau dengan/ tanpa kelainan posisi bolamata
Dan atau dengan/ tanpa kelainan fungsi Akomodasi maupun kelainan
fungsi Konvergensi
Dan atau Visus dengan koreksi salah satu dan atau untuk kedua mata
tidak mencapai 100%
3. Pelayanan/ Pemeriksaan Penglihatan Binokuler Kasus Sederhana
Yang dimaksud dengan kasus sederhana pada dewasa yaitu :
Pasien dengan umur 12 tahun lebih
Tanpa kelainan organ mata, dan atau tanpa kelainan posisi bolamata
Visus Cum Correctio untuk penglihatan jauh, kedua mata masingmasing mencapai 100%
Fusi = pos.
Stereopsis = pos
Titik dekat Akomodasi dalam batas normal
Titik dekat Konvergensi dalam batas normal

19

Ac/A dalam batas normal


Diplopia = neg

Yang dimaksud dengan kasus sederhana pada anak yaitu :


Anak-anak umur sampai dengan 12 tahun
Tanpa kelainan organ mata dan atau tanpa kelainan posisi bolamata
Visus Cum Correctio untuk penglihatan jauh, kedua mata masingmasing mencapai 100%
Fusi = pos.
Stereopsis = pos
Titik dekat Akomodasi dalam batas normal
NPC dalam batas normal
Ac/A dalam batas normal
Diplopia = neg
4. Pelayanan Optisi kasus sederhana
Yang dimaksud dengan kasus sederhana adalah :
Kasus pada pasien dewasa/ anak-anak yang berkaitan dengan
prosesing/ pemotongan lensa kacamata monofokal dan atau bifocal,
serta memasangnya pada bingkai kacamata full frame
Kasus pada pasien dewasa/ anak-anak yang berkaitan dengan
pengepasan kacamata full frame
5. Pelayanan Optisi kasus kompleks
Yang dimaksud dengan kasus kompleks adalah :
Kasus pada pasien dewasa/ anak-anak yang berkaitan dengan
prosesing/ pemotongan lensa monofokal/ bifokal pada bingkai semi
rimless/ rimless,
Kasus pada pasien dewasa/ anak-anak yang berkaitan dengan
prosesing/ pemotongan lensa multifokal dan memasangnya pada
bingkai kacamata full frame/ semi rimless/ rimless,
Kasus pada pasien dewasa/ anak-anak yang berkaitan dengan
pengepasan kacamata dengan lensa multifokal, pada bingkai full
frame/ semi rimless/ rimless
6. Pelayanan Lensa kontak kasus sederhana
Yang dimaksud dengan kasus sederhana adalah :
Kasus pada pasien dewasa/ anak-anak dengan ketentuan : tanpa
kelainan organ mata, tanpa kelainan posisi bolamata, menggunakan
lensa kontak lunak sferis.

20

BAB V
STANDAR
PELAYANAN REFRAKSI OPTISI DAN OPTOMETRY TERSIER
A. Pelaksana Pelayanan : Refraksionis Optisien dan Optometris Penyelia
Standar Pendidikan tenaga pelaksana pelayanan refraksi optisi sekunder
adalah pendidikan Diploma III Refraksi Optisi dengan pengalaman bekerja
minimal 8 tahun atau pendidikan S1 Optometry/ Terapan Optometry minimal 5
tahun atau memiliki sertifikasi khusus (sertifikasi pelatihan/workshop refraksi
binokuler kompleks, Low Vision dan lensa kontak khusus/ RGP) dari organisasi
profesi, sesuai dengan standar profesi Refraksionis Optisien dan Optometris
dari Organisasi Profesi
B. Fasilitas Kesehatan :
Rumah Sakit tipe A
Rumah Sakit Khusus Mata
Optikal tipe A
C. Sarana/ Prasarana :
Sarana :
1. Ruang Tunggu
2. Ruang Pamer
3. Ruang Pelayanan Refraksi minimal 2 x 3 m2
4. Ruang Pelayanan Optisi minimal 1 x 3 m2
5. Ruang Lensa Kontak minimal 2 x 2 m2
6. Ruang Administrasi
Prasarana Pelayanan Refraksi Optisi dan Lensa kontak
1. Penerangan Ruang Pemeriksaan Refraksi (sesuai British Standard 4274)
Penyinaran luar : 480-600 lux
Penyinaran dalam : 120 cd/m2
Kontras > 84 %
2. Meja untuk menempatkan Lensa Uji-coba dan Lensometer
3. Meja untuk fitting lensa kontak
4. Kursi bagi pasien/ klien
5. Kursi bagi pemeriksa
6. Kartu Kerja/ Status
7. Bak pencuci tangan + handuk
D. Peralatan pada Pelayanan Refraksi Optisi dan Lensa kontak
1. Peralatan Pelayanan Refraksi & Lensa kontak meliputi :
a. Kisi-Kisi Amsler
b. Kartu Snellen yg dilengkapi dg astigmat dials
c. Kartu Baca
d. Lensa Uji-coba

21

e. Bingkai Uji-coba
f. Penggaris PD
g. Kaca Pembesar (Loupe)
h. Lampu Senter
i. Lensometer
j. Cross Cylinder
k. Retinoskop
l. Keratometer
m. Slit Lamp Biomicroscope
n. Prisma Bar/ Hand-held Rotary Prism
o. Refraktometer
p. Lensa kontak Uji-coba
q. Mangkok pencuci lensa kontak
r. Cermin cembung dan datar
s. Flipper lens S 2.00
t. Skala Tangen jauh & dekat
u. Mallet disparity fixation
v. Worth Four Dots Test jauh
w. Worth Four Dots Test dekat
x. Kartu Stereoskopik
y. Silinder Silang (Cross Cylinder)
z. Phoroptor
aa. Perangkat tes fungsi air mata
2. Peralatan Pelayanan Optisi meliputi :
a. Seperangkat Tang
b. Seperangkat Obeng
c. Pemanas Bingkai Kacamata
d. Pembersih Lensa Kacamata
e. Mesin Faset unit
f. Ultrasonic Cleaner
g. Spherometer
h. Pengukur tebal lensa (Thickness gauge)
E. Kegiatan
1. Butir-butir Kegiatan Pelayanan Refraksi :
a. Melakukan pemeriksaan pendahuluan pelayanan refraksi
b. Melakukan Pemeriksaan Refraksi Obyektif kasus komplek pada pasien
dewasa/ anak-anak
c. Melakukan Pemeriksaan Refraksi Subyektif Monokuler kasus komplek
pada pasien dewasa/ anak-anak
d.
Melakuka
n Pemeriksaan Penglihatan Binokuler kasus komplek pada pasien
dewasa/ anak-anak
e.
Menetapk
an kelainan mata yang perlu dirujuk
f.
Melakuka
n bimbingan/ penyuluhan Pemeliharaan Penglihatan (Vision Care)

22

g.

Menetapk
an kelainan Refraksi dan jenis terapi penglihatan kasus komplek pada
pasien dewasa/ kasus sederhana pada pasien anak-anak
h.
Melakuka
n evaluasi pelayanan refraksi
i.
Melakuka
n pencatatan pelayanan refraksi/ Rekam Refraksi
j.
Memimpin
satuan unit kerja pelayanan refraksi
2. Butir-butir Kegiatan Pelayanan Optisi
a. Menerjemahkan resep kacamata
b. Melakukan penyuluhan dan bimbingan pemakaian kacamata
c. Melakukan pencatatan pelayanan optisi
d. Memimpin satuan unit kerja pelayanan optisi
3. Butir-butir kegiatan pelayanan lensa kontak
a. Melakukan pemeriksaan pendahuluan pelayanan lensa kontak
b. Menentukan jenis lensa kontak
c. Melakukan penilaian fitting lensa kontak
d. Melakukan pemeriksaan lanjutan/ kunjungan ulang
F. Kriteria Pelayanan
1. Pelayanan Refraksi Kasus Komplek pada Pasien/ Klien Dewasa
Yang dimaksud dengan kasus komplek pada Pasien/ Klien dewasa
adalah :
Pasien/ Klien umur diatas 12 tahun
Dengan/ tanpa kelainan organ mata
Dan atau dengan/ tanpa kelainan posisi bolamata
Dan atau dengan/ tanpa kelainan fungsi Akomodasi maupun kelainan
fungsi Konvergensi
Dan atau Visus dengan koreksi salah satu dan atau untuk kedua mata
tidak mencapai 100%
2. Pelayanan Refraksi Kasus Kompleks pada Pasien/ Klien Anak-anak
Yang dimaksud dengan kasus kompleks pada Pasien/ Klien anak-anak
adalah
Pasien/ Klien umur sampai dengan 12 tahun
Dengan/ tanpa kelainan organ mata yang disertai adanya Ambliopia
Dan atau dengan/ tanpa kelainan posisi bolamata
Dan atau dengan/ tanpa kelainan fungsi Akomodasi maupun kelainan
fungsi Konvergensi
Dan atau Visus dengan koreksi salah satu dan atau untuk kedua mata
tidak mencapai 100%
3. Pelayanan/ Pemeriksaan Penglihatan Binokuler Kasus Kompleks

23

Yang dimaksud dengan kasus kompleks pada dewasa yaitu :


Pasien dengan umur 12 tahun lebih
Tanpa/ dengan kelainan organ mata, dan atau tanpa/dengan kelainan
posisi bolamata, dan atau tanpa/dengan kelainan fungsi Akomodasi,
dan atau tanpa/dengan kelainan fungsi Konvergensi
Visus Cum Correctio untuk penglihatan jauh, salah satu mata dan atau
kedua mata tidak mencapai 100%
Fusi = pos (dengan amplitudo fusi terbatas) atau Fusi = neg dan atau
Stereopsis = neg
Ac/A = abnormal
Diplopia = pos/ neg
Yang dimaksud dengan kasus kompleks pada anak yaitu :
Anak-anak umur sampai dengan 12 tahun
Tanpa/dengan kelainan organ mata, dan atau tanpa/dengan kelainan
posisi bolamata, dan atau tanpa/ dengan kelainan fungsi Akomodasi,
dan atau tanpa/dengan kelainan fungsi Konvergensi
Visus Cum Correctio untuk penglihatan jauh, salah satu mata dan atau
kedua mata tidak mencapai 100%
Fusi = pos (dengan amplitudo fusi terbatas) atau Fusi = neg dan atau
Stereopsis = neg
Ac/A = abnormal
Diplopia = pos/ neg
4. Pelayanan Optisi Kasus Sederhana
Yang dimaksud dengan kasus sederhana adalah :
Kasus pada pasien dewasa/ anak-anak yang berkaitan dengan
prosesing/ pemotongan lensa kacamata monofokal dan atau bifocal,
serta memasangnya pada bingkai kacamata full frame
Kasus pada pasien dewasa/ anak-anak yang berkaitan dengan
pengepasan kacamata full frame
5. Pelayanan Optisi kasus kompleks
Yang dimaksud dengan kasus kompleks adalah :
Kasus pada pasien dewasa/ anak-anak yang berkaitan dengan
prosesing/ pemotongan lensa monofokal/ bifokal pada bingkai semi
rimless/ rimless,
Kasus pada pasien dewasa/ anak-anak yang berkaitan dengan
prosesing/ pemotongan lensa multifokal dan memasangnya pada
bingkai kacamata full frame/ semi rimless/ rimless,
Kasus pada pasien dewasa/ anak-anak yang berkaitan dengan
pengepasan kacamata dengan lensa multifokal, pada bingkai full
frame/ semi rimless/ rimless
6. Pelayanan Lensa kontak kasus kompleks

24

Yang dimaksud dengan kasus kompleks adalah :


Kasus pada pasien dewasa/ anak-anak dengan ketentuan : tanpa/
dengan kelainan organ mata
Dan atau tanpa/ dengan kelainan posisi bolamata,
menggunakan lensa kontak lunak sferis/ torik dan atau lensa kontak
lalu-gas (RGP) sferis/ torik

BAB VI
STANDAR HASIL / UNJUK KERJA
A. STANDAR HASIL/ UNJUK KERJA BAGI REFRAKSIONIS OPTISIEN DAN
OPTOMETRIS PELAKSANA PADA PELAYANAN REFRAKSI OPTISI PRIMER
Pelayanan Refraksi
NO. KODE
UNIT

UNIT KOMPETENSI

1.

Melakukan persiapan
pelayanan Refraksi
A.Mempersiapkan
ruangan

RO.P.R.
01.01

KRITERIA UNJUK KERJA

A.1.Mampu menetapkan jarak


pemeriksaan refraksi sesuai
dengan Optotip yang
digunakan

B.Mengatur pencahayaan B.1.Mampu mengatur


Pencahayanruang pemeriksaan
refraksi sesuai Standar
C.Mempersiapkan
peralatan

2.

RO.P.R.
02.02

C.1.Mampu menyiapkan
peralatan refraksi dalam kondisi
terkalibrasi dan laik pakai

Melakukan pemeriksaan
pendahuluan refraksi :
A.Melakukan Anamnesa

25

Mampu menyelenggarakan
A.1.Anamnesa Refraksi,
Mampu menghimpun informasi
tentang
A.2.Riwayat kesehatan umum

klien/keluarga dahulu dan


sekarang,
A.3.Obat-obatan yang digunakan
terkait dengan penglihatan saat
ini,
A.4.Pekerjaan/ hobi
B.Melakukan identifikasi
posisi Bolamata

B.1.Mampu melakukan tes


Hirschberg

C.Melakukan
pemeriksaan gerak
Bolamata

C.1.Mampu melakukan
pemeriksaan Duksi (Duction)
C.2.Mampu melakukan
pemeriksaan Versi (Version)

D.Melakukan Identifikasi
segmen Mata depan

Mengetahui dan mampu


mendiskripsikan keadaan :
D.1.Kelopak Mata
D.2.Konyungtiva Bulbi
D.3.Punctum Lakrimalis
D.4.Kornea
D.5.Iris
D.6.Bilik Mata Depan (COA)
D.7.Pupil
D.8.Lensa Okuli

E.Melakukan
pemeriksaan
Tajam penglihatan

Menggunakan Loupe + lampu


senter
E.1.Mampu menentukan tajam
penglihatan jauh, tanpa koreksi
E.2.Mampu menentukan tajam
penglihatan dekat, tanpa koreksi
E.3.Mampu menentukan tajam
penglihatan jauh dengan
menggunakan alat bantu
penglihatan pasien/ klien (Visus
habitual)
E.4.Mampu menentukan tajam
penglihatan dekat dengan
menggunakan alat bantu
penglihatan pasien/ klien
(Visus habitual)

F.Menentukan
parameter Kacamata

Mampu menentukan parameter


Kacamata, antara lain :
F.1.Dioptri lensa kacamata (Back
Vertex Power)

26

F.2.Pusat Lensa/ Optik (Optic


Centre)
F.3.Jarak antar pusat lensa (DV)
F.4.Sudut pantoskopik
F.5.Jarak verteks (Vertex
Distance)
F.6.Titik rujukan utama (MRP)
lensa kacamata

3.

RO.P.R .
03.03

G.Melakukan identifikasi
Lapang pandang

G.1.Mampu melakukan
pemeriksaan
lapang pandang dengan metoda/
tes Konfrontasi

H.Melakukan identifikasi
tekanan Bolamata

H.1.Mampu melakukan
pemeriksaan
tekanan bolamata dengan
metoda
Palpasi

I . Mengidentifikasi
fungsi Makula

I .1.Mampu mengidentifikasi dan


menetapkan fungsi Makula
dengan
I .2.Kartu Amsler

J. Melakukan
pemeriksaan
Penglihatan warna

J.1.Mampu menilai dan


menetapkan
penglihatan warna dengan :
J.1.1.Kartu Ishihara-Kanehara

Melakukan pemeriksaan
Refraksi Obyektif
A.Kasus sederhana
pada pasien dewasa

27

A.1.Mampu melakukan
pemeriksaan Refraksi Obyektif
dengan menggunakan
Refraktometer
A.2.Mampu melakukan
pemeriksaan
Refraksi Obyektif dengan
menggunakan Keratometer
A.3.Mampu melakukan
pemeriksaan
Refraksi Obyektif dengan
menggunakan Retinoskop Statis

4.

RO.P.R .
04.04

Melakukan pemeriksaan
Refraksi Subyektif
A.Kasus sederhana
pada pasien dewasa

A.1.Mampu menetapkan status


refraksi
Emmetropia dengan metoda Trial
& Error

A.2.Mampu menetapkan status


refraksi Spherikal Ammetropia
dengan metoda Trial & Error
beserta besaran lensa
koreksinya
A.3.Mampu menetapkan status
refraksi Astigmatisma dengan
metoda
pengaburan (Tehnik
Fogging) beserta besaran lensa
koreksinya
A.4.Mampu menetapkan titik
akhir pemeriksaan refraksi
monokuler dengan acuan CAMP
(Corrected Ammetropia Most
Plus)
A.5.Mampu menetapkan titik
akhir pemeriksaan refraksi
binokuler dengan tes Duke Elder

5.

RO.P.R .
06.06

6.

RO.P.R.
07.07

A.Menetapkan kelainan
Mata yang perlu dirujuk

A.1.Mampu mengidentifikasi,
mendiskripsikan dan
menetapkan kelainan mata yang
perlu dirujuk ke dokter/ pelayan
kesehatan lainnya

A.Melakukan
A.1.Memahami pemeliharaan
penyuluhan/
penglihatan (Vision Care)
bimbingan pemeliharaan
penglihatan (Vision Care)

28

7.

RO.P..
08.08

Menetapkan kelainan
refraksi dan jenis terapi
penglihatan kasus
sederhana pasien
dewasa pada :
A.Isometropia/
Anisometropia tanpa
Aniseikonia

A.1.Mampu menetapkan
kelainan refraksi beserta alat
bantu penglihatan yang
diperlukannya

B.Anisometropia dengan
Aniseikonia

B.1.Mampu menetapkan
kelainan refraksi beserta alat
bantu penglihatan yang
diperlukannya dengan tes
Toleransi

8.

RO.P.R.
10.10

A.Melakukan pencatatan
pelayanan Refraksi
(Rekam Refraksi)

A.1.Mampu menyelenggarakan
Rekam Refraksi pada fasilitas
Pelayanan Kesehatan Mata
Primer

9.

RO.P.R .
11.11

A.Memimpin satuan Unit


Kerja Refraksi

A.1.Mampu memimpin/ berperan


serta dalam pelayanan Refraksi
pada fasilitas Pelayanan
Kesehatan Mata Primer

Pelayanan Optisi
NO. KODEUNIT UNIT KOMPETENSI

KRITERIA UNJUK KERJA

1.

RO.P.O.
01.12

A.Menterjemahkan resep
Kacamata

Memahami & mampu


menterjemahkan resep
Kacamata untuk :
A.1.Jarak jauh
A.2.Jarak menengah dan
A.3.Jarak dekat/ baca

2.

RO.P.O.
02.13

Melakukan pelayanan
Optisi :
A.Melakukan persiapan

29

A.1.Mampu menyiapkan alat

pelayanan Optisi
B.Membimbing pasien
memilih bingkai/ lensa
Kacamata

3.

4.

RO.P.O.
03.14

A.Melakukan
pemesanan lensa
Kacamata

RO.P.O.
04.15

A.Melakukan verifikasi
lensa Kacamata

optik dalam keadaan laik pakai &


terkalibrasi
B.1.Mampu memberikan saran
kepada pasien dalam memilih
bingkai/ lensa kacamata terbaik
yang paling sesuai dengan
kebutuhan dan akitifitas pasien

A.1.Mampu melaksanakan
pemesanan lensa sesuai
dengan istilah teknis yang
berlaku pada berbagai
laboratorium lensa

30

A.1.Mampu menilai kekuatan


dioptri lensa apakah sesuai
dengan pesanan
A.2.Mampu menilai letak pusat
optik lensa
A.3.Mampu menilai Basis Kurva
Lensa hasil prosesing
A.4.Mampu menilai ketebalan
lensa sesuai standar/
permintaan
A.5.Mampu menilai permukaan
lensa hasil prosesing
A.6.Mampu menilai hasil
pewarnaan lensa
A.7.Mampu menilai hasil
pelapisan tahan gores dan
pelapisan anti pantul pada lensa

5.

RO.PO .
0.6.18

6.

RO.PO
08.19

7.

RO.P.O .
09.20

A.Melakukan
pengecekan Kacamata
hasil prosesing

A.Melakukan penyetelan
kacamata standar

A.Melakukan
pengepasan/ fitting
kacamata ke wajah
pasien

A.1.Memahami prosedur
pemeriksaan Kacamata single
vision/ Bifokal
A.2.Mampu menilai bingkai dan
lensa Kacamata apakah sesuai
dengan permintaan/ resep
kacamata
A.3.Mampu menilai hasil
pemasangan lensa ke bingkai
A.4.Mampu menilai kekuatan/
dioptri lensa setelah ke bingkai
A.5.Mampu mengukur jarak pusat
lensa setelah dipasangkan ke
bingkai
A.6.Mampu mengukur tinggi
segmen baca setelah dipasangkan
ke bingkai

A.1.Memahami kriteria
penyetelan Kacamata standar
A.2.Mampu menilai setelan
kacamata
A.3.Mampu melaksanakan
penyetelan kacamata standar
sesuai urutan :
bagian front, temple, nose pad
(bantalan hidung) dan lipatan
gagang
A.1.Memahami kriteria
pengepasan/ Fitting kacamata
standar
A.2.Mampu melaksanakan
penyetelan kacamata standar
sesuai urutan bagian front,
samping, bantalan hidung dan
lipatan gagang
A.3.Mampu menilai kedudukan
kacamata standar pada wajah
pasien
A.4.Mampu menentukan
prioritas penyetelan
pengepasan
A.5.Mampu melaksanakan

31

penyetelan penyesuaian ke
wajah pasien
A.6.Mampu menilai hasil
penyetelan pengepasan ke
wajah pasien

8.

RO.P.O.
10.21

A.Melakukan penyuluhan
dan bimbingan
pemakaian kacamata

Memahami tatacara :
A.1.Mengenakan kacamata
A.2.Melepas kacamata
A.3.Merawat kacamata
A.4.Menyimpan kacamata

9.

RO.P.O.
12.23

A.Melakukan pencatatan
pelayanan Optisi

A.1.Memahami Rekam Optisi


A.2.Mampu menyelenggarakan
Rekam Optisi
A.3.Mampu mengelola Rekam
Optisi

10.

RO.P.O.
13.24

A.Memimpin satuan Unit


Kerja Optisi

A.1.Mampu memimpin/ berperan


serta dalam pelayanan optisi

32

B. STANDAR HASIL / UNJUK KERJA BAGI REFRAKSIONIS OPTISIEN DAN


OPTOMETRIS PELAKSANA LANJUTAN PADA PELAYANAN REFRAKSI OPTISI
DAN OPTOMETRY SEKUNDER
Pelayanan Refraksi
NO. KODEUNIT UNIT KOMPETENSI
1.

RO.P.R.
02.02

KRITERIA UNJUK KERJA

Melakukan pemeriksaan
pendahuluan refraksi :
A.Melakukan anamnesa

Mampu menyelenggarakan
A.1. Anamnesa refraksi,
Mampu menghimpun informasi
tentang
A.2.Riwayat kesehatan umum
klien/keluarga dahulu &
sekarang,
A.3.Obat-obatan yang digunakan
terkait dengan penglihatan saat
ini,
A.4.Pekerjaan/ hobi

B.Melakukan identifikasi
posisi Bolamata

B.1.Mampu melakukan tes


Hirschberg
B.2.Mampu melakukan Cover
Test

C.Melakukan
pemeriksaan gerak
Bolamata

C.1.Mampu melakukan
pemeriksaan Duksi (Duction)
C.2.Mampu melakukan
pemeriksaan Versi (Version)

D.Melakukan Identifikasi
segmen Mata depan

Mengetahui dan mampu


mendiskripsikan keadaan :
D.1.Kelopak Mata
D.2.Konyungtiva Bulbi
D.3.Punctum Lakrimalis
D.4.Kornea
D.5.Iris
D.6.Bilik Mata Depan (COA)
D.7.Pupil
D.8.Lensa Okuli

E.Melakukan
pemeriksaan Tajam
penglihatan

Menggunakan Loupe + lampu


senter/ lampu Burton
E.1.Mampu menentukan tajam
penglihatan jauh, tanpa koreksi

33

E.2.Mampu menentukan tajam


penglihatan dekat, tanpa koreksi
E.3.Mampu menentukan tajam
penglihatan jauh dengan
menggunakan alat bantu
penglihatan pasien/ klien (Visus
habitual)
E.4.Mampu menentukan tajam
penglihatan dekat dengan
menggunakan alat bantu
penglihatan pasien/ klien (Visus
habitual)

F.Menentukan parameter
Kacamata

Mampu menentukan parameter


Kacamata, antara lain :
F.1.Dioptri lensa kacamata (Back
Vertex Power)
F.2.Pusat Lensa/ Optik (Optic
Centre)
F.3.Jarak antar pusat lensa (DV)
F.4.Sudut pantoskopik
F.5.Jarak verteks (Vertex
Distance)
F.6.Titik rujukan utama (MRP)
lensa kacamata

G.Melakukan identifikasi
lapang pandang

G.1.Mampu melakukan
pemeriksaan Lapang pandang
dengan metoda/tes Konfrontasi

H.Melakukan identifikasi
tekanan bolamata

H.1.Mampu melakukan
pemeriksaan tekanan bolamata
dengan metoda Palpasi

I .Mengidentifikasi fungsi
makula

I .1.Mampu mengidentifikasi dan


menetapkan fungsi Makula
dengan
I .2.Kartu Amsler/ Interferometer

J.Melakukan
pemeriksaan
Penglihatan warna

J.1.Mampu menilai dan


menetapkan Penglihatan warna
dengan :
J.1.1.Kartu Ishihara-Kanehara
J.1.2.Kartu Pseudo-isochromatis

34

2.

RO.P.R.
03.03

Melakukan pemeriksaan
Refraksi Obyektif
A.Kasus komplek pada
pasien dewasa

A.1. Mampu melakukan


pemeriksaan Refraksi Obyektif
dengan menggunakan
Refraktometer
A.2. Mampu melakukan
pemeriksaan Refraksi Obyektif
dengan menggunakan
Keratometer
A.3. Mampu melakukan
pemeriksaan Refraksi Obyektif
dengan menggunakan
Retinoskop Statis/Dinamis

B.Kasus sederhana pada B1. Mampu melakukan


pasien anak-anak
pemeriksaan Refraksi Obyektif
dengan menggunakan
Refraktometer
B.2. Mampu melakukan
pemeriksaan Refraksi Obyektif
dengan menggunakan
Keratometer
B.3. Mampu melakukan
pemeriksaan Refraksi Obyektif
dengan menggunakan Statis/
Dinamis

3.

RO.P.R.
04.04

Melakukan pemeriksaan
Refraksi Subyektif
A.Kasus komplek pada
pasien dewasa

35

A.1.Mampu menetapkan status


refraksi Emmetropia dengan
metoda Trial & Error dengan
acuan pemeriksaan
pendahuluan refraksi
A.2.Mampu menetapkan status
refraksi Spherikal Ammetropia
dengan metoda Trial & Error
dengan acuan pemeriksaan
pendahuluan refraksi/ tes
Duochrome beserta besaran
lensa koreksinya
A.3.Mampu menetapkan status
refraksi Astigmatisma dengan
metoda Silinder silang primer/

sekunder beserta besaran lensa


koreksinya
A.4.Mampu menetapkan titik
akhir pemeriksaan refraksi
monokuler dengan acuan CAMP
(Corrected Ammetropia Most
Plus)/ Duochrome Balance Test
A.5.Mampu menetapkan titik
akhir pemeriksaan refraksi
binokuler dengan tehnik tes Duke
Elder/ modifikasi tes Duke Elder
oleh Grosvernor

B.Kasus sederhana
pada pasien anak-anak

B.1.Mampu menetapkan status


refraksi Emmetropia dengan
metoda Trial& Error dengan
acuan pemeriksaan
pendahuluan refraksi
B.2.Mampu menetapkan status
refraksi Spherikal Ammetropia
dengan metoda Trial & Error
dengan acuan pemeriksaan
pendahuluan refraksi, beserta
besaran lensa koreksinya
B.3.Mampu menetapkan status
refraksi Astigmatisma dengan
metoda Silinder silang primer/
sekunder beserta besaran lensa
koreksinya
B.4.Mampu menetapkan titik
akhir pemeriksaan refraksi
monokuler dengan acuan CAMP
(Corrected Ammetropia Most
Plus)/ Duochrome Test
B.5.Mampu menetapkan titik
akhir pemeriksaan refraksi
binokuler dengan tehnik
modifikasi tes Duke Elder oleh
Grosvernor

4.

RO.P.R.
05.05

Melakukan pemeriksaan
Penglihatan Binokuler :
A.Kasus sederhana

36

A.1.Memahami Penglihatan

pada Pasien dewasa

Binokuler
A1.1.Mampu mengidentifikasi
adanya simultan persepsi
A1.2..Mampu mengidentifikasi
adanya fusi
A.1.3.Mampu mengidentifikasi
penglihatan binokuler tunggal
A.1.4 Mampu mengedentifikasi
penglihatan ganda ( Diplopia )
A.2.Mampu mengidentifikasi
adanya Stereopsis
A.3. Mampu mengidentifikasi
adanya Heterophoria

B.Kasus kompleks pada


pasien dewasa

B.1.Mamahami pemeriksaan
status Penglihatan Binokuler
B.1.1.Mampu menentukan
adanya Simultan Persepsi
B.1.2.Mampu menentukan
adanya Fusi dan mengukur
Amplitudo Fusi menggunakan :
Prism Bar/Rotary Prism
B.1.3.Mampu menentukan
adanya Stereopsis menggunakan
Titmus Fly Test/ TNO Test
B.2.Mampu mengidentifikasi
adanya Heterophoria dan
menentukan besarannya
dengan menggunakan :
B.2.1.Maddox Rod + Maddox
Tangent scale/ Skala Thorington.
B.2.2.Maddox Wing Test.
B.3.Memahami pemeriksaan
Fungsi Akomodasi Absolut
B.3.1.Push-Up Test
B.3.2.Retinoscopy Dinamis
B.4.Memahami pemeriksaan
Fungsi Akomodasi Relatif
B.4.1.Mampu menetapkan NRA &
PRA
B.4.2.Memahami nilai normal
NRA & PRA
B.5.Memahami pemeriksaan
Konvergensi Absolut
B.5.1.Mampu menetapkan NPC
B.5.2.Memahami nilai normal
NPC

37

B.7.Memahami rasio Akomodasi/


Konvergensi (Ac/A).

NO. KODE UNIT

UNIT KOMPETENSI

KRITERIA UNJUK KERJA

5.

RO.P.R.
06.06

A.Menetapkan
kelainan Mata yang
perlu dirujuk

A.1.Mampu mengidentifikasi,
mendiskripsikan dan
menetapkan kelainan mata yang
perlu dirujuk ke dokter/ pelayan
kesehatan lainnya

6.

RO.P.R .
07.07

A.Melakukan
penyuluhan/
bimbingan
pemeliharaan
penglihatan (Vision
Care)

A.1.Mampu memberikan
penyuluhan & bimbingan ttg
pemeliharaan penglihatan yg
berkaitan dengan
pemakaian kacamata

7.

RO.P.R .
08.08

Menetapkan kelainan
refraksi dan jenis
terapi penglihatan
kasus komplek pasien
dewasa pada :
A.Isometropia/
Anisometropia
tanpa Aniseikonia

8.

RO.P.R.
09.09

A.1.Mampu menetapkan
kelainan refraksi beserta alat
bantu penglihatan yang
diperlukannya

B.Anisometropia
dengan Aniseikonia

B.1.Mampu menetapkan
kelainan refraksi beserta alat
bantu penglihatan yang
diperlukan dengan/ tanpa tes
Toleransi dengan menggunakan
alat bantu penglihatan lainnya

A. Melakukan evaluasi
pelayanan refraksi

A.1. Mampu melakukan evaluasi


pelayanan refraksi pada fasiltas
kesehatan mata sekunder

38

9.

RO.P.R .
10.10

A.Melakukan
pencatatan pelayanan
refraksi (Rekam
Refraksi)

A.1.Mampu menyelenggarakan
Rekam Refraksi pada fasilitas
Pelayanan Kesehatan Mata
Sekunder

10.

RO.P.R.
11.11

A. Melakukan
pencatatan pelayanan
refraksi ( Rekam
refraksi)

A.1. Mampu menyelenggarakan


Rekam Refraksi pada fasilitas
Pelayanan Kesehatan Mata
Sekunder

Pelayanan Optisi
1.

RO.P.O.
01.12

A.Menterjemahkan resep
Kacamata

2.

RO.P.O.
01.13

Melakukan pelayanan
Optisi :
A.Melakukan persiapan
pelayanan Optisi

3.

RO.P.O
07.18

Memahami & mampu


menterjemahkan resep
Kacamata untuk :
A.1.Jarak jauh
A.2.Jarak menengah dan
A.3.Jarak dekat/ baca

A.1.Mampu menyiapkan alat


optik dalam keadaan laik pakai
& terkalibrasi

B. Membimbing pasien
memilih bingkai/ lensa
Kacamata

B.1.Mampu memberikan saran


kepada pasien dalam memilih
bingkai/ lensa Kacamata terbaik
yang paling sesuai dengan
kebutuhan dan akitifitas pasien

A.Melakukan pengecekan
lensa Kacamata hasil
prosesing

A.1.Memahami prosedur
pengecekan lensa Kacamata
single vision/Bifokal
A.2.Memahami kriteria lensa

39

Kacamata single vision/ bifokal


laik pakai
A.3.Mampu melaksanakan
pengecekan sesuai dengan
resep/permintaan

4.

RO.P.O.
08.19

A.Melakukan penyetelan
kacamata standar

A.1.Memahami kriteria
penyetelan
Kacamata standar
A.2.Mampu menilai setelan
kacamata
A.3.Mampu melaksanakan
penyetelankacamata standar
sesuai urutan :
bagian front, temple, nose pad
(bantalan hidung) dan lipatan
gagang

5.

RO.P.O.
09.20

A.Melakukan
pengepasan/ fitting
kacamata ke wajah
pasien

A.1.Mampu memahami kriteria


kacamata standar
A.2.Mampu melaksanakan
penyetelan kacamata standar
sesuai urutan bagian front,
samping, bantalan hidung dan
lipatan gagang
A.3.Mampu menilai kedudukan
kacamata standar pada wajah
pasien
A.4.Mampu menentukan prioritas
penyetelan pengepasan
A.5.Mampu melaksanakan
penyetelan penyesuaian ke
wajah pasien
A.6.Mampu menilai hasil
penyetelan pengepasan ke
wajah pasien

6.

RO.P.O.
10.21

A.Melakukan
penyuluhan dan

Memahami tatacara :
A.1.Mengenakan kacamata

40

bimbingan pemakaian
kacamata

A.2.Melepas kacamata
A.3.Merawat kacamata
A.4.Menyimpan kacamata

7.

RO.P.O.
11.22

A.Melakukan evaluasi
pelayanan Optisi

A.1. Mampu mengevaluasi


pelayanan optisi pada
fasilitas pelayanan kesehatan
mata sekunder

8.

RO.P.O.
12.23

A.Melakukan
pencatatan pelayanan
Optisi

A.1.Memahami Rekam Optisi


A.2.Mampu menyelenggarakan
Rekam Optisi
A.3.Mampu mengelola Rekam
Optisi

RO.P.O.
13.24

A.Memimpin satuan Unit


Kerja Optisi

A.1.Mampu memimpin/ berperan


serta dalam pelayanan Optisi

9.

Pelayanan Lensa Kontak


NO. KODE UNIT UNIT KOMPETENSI
1.

2.

RO.PLK.
01.25

Persiapan pelayanan
Lensa kontak :
A.Melakukan persiapan
pelayanan Lensa kontak

RO.PLK.
02.26

Melakukan pemeriksaan
pendahuluan Lensa
kontak

41

KRITERIA UNJUK KERJA


A.1.Mampu menyiapkan alat
Lensa kontak dalam keadaan laik
pakai & terkalibrasi

3.

A.Melakukan anamnesa

Mampu menyelenggarakan
A.1. Anamnesa Lensa kontak
Mampu menghimpun informasi
tentang
A.2.Riwayat kesehatan umum
klien/ keluarga dahulu &
sekarang,
A.3.Obat-obatan yang digunaka
saat ini, A.4.Pekerjaan/ hobi

B.Melakukan Identifikasi
segmen mata depan

Memahami dan mampu menilai


keadaan :
B.1.Kelopak Mata
B.2.Konyungtiva Bulbi
B.3.Punctum Lakrimalis
B.4.Kornea

RO.PLK.
03.27

Menentukan jenis Lensa


kontak :
A.Melakukan persiapan
pelayanan Lensa kontak

4.

RO.PLK.
04.28

Melakukan penilaian
fitting :
A.Lensa kontak lunak
spherikal

5.

RO.PLK.

Melakukan pemesanan

42

A.1.Memahami dan mampu


mengenali jenis lensa kontak,
antara lain :
A.1.1.Lensa kontak lunak/
Hydrophilik,
A.1.2.Lensa kontak kaku/
Hydrophobik
A.2.Memahami parameter lensa
kontak
A.2.1.Power/ Dioptri lensa
kontak
A.2.2.Total Diameter
A.2.3.Base Curve (basis kurva)
A.2.4.Optic Zone
A.2.5.Centre Thickness

Mampu menilai fitting Lensa


kontak lunak
A.1.Liputan
A.2.Centrasi
A.3.Pergerakan
A.4.Keketatan

05.29

6.

7.

RO.PLK.
06.30

RO.PLK.
07.31

lensa kontak
A.Lensa kontak lunak
spherikal

Memahami spesifikasi dalam


pemesanan Lensa kontak lunak
A.1.Base Curve
A.2.Power
A.3.Total Diameter
A.4.Centre Thickness
A.5.Kandungan air (Water
content)
A.6.Oksigen Transmisibility
(Dk/t)
A.7.Warna

Melakukan bimbingan :
A. Pemakaian Lensa
kontak lunak

A.1.Memahami tatacara
memasang/melepas Lensa
kontak lunak

spherikal

A.2.Memahami macam larutan


perawatan Lensa kontak dan
tatacara menpergunakannya
A.3.Mampu mendemonstrasikan
pemasangan/ melepas Lensa
kontak lunak

B. Perawatan Lensa
kontak lunak spherikal

B.1.Memahami dan mampu


menjelaskan larutan perawatan
Lensa kontak lunak
B.2.Mampu menjelaskan
prosedur perawatan Lensa
kontak
B.3.Mampu membimbing pasien
melakukan perawatan Lensa
kontak
B.3.Pasien mampu memahami
prosedur perawatan Lensa
kontak

Melakukan pemeriksaan
lanjutan/ kunjungan
ulang pada pelayanan :
A.Lensa kontak lunak
spherikal

43

A.1.Memahami dan mampu


menjelaskan prosedur/ jadual
kunjungan ulang pelayanan
Lensa kontak lunak

A.2.Mampu melakukan
pemeriksaan lanjutan pada
pelayanan Lensa kontak lunak
dengan memperhatikan/
observasi :
A.2.1.Keluhan pasien
A.2.2.Fitting lensa kontak
A.2.3.Keadaan mata
A.2.4.Keadaan airmata
A.2.5.Keadaan Lensa kontak
lunak

9.

RO.PLK.
09.33

A.Melakukan evaluasi
pelayanan Lensa kontak

10.

RO.PLK.10.34 A.Melakukan
pencatatan pelayanan
Lensa kontak

44

A.1.Memahami pelayanan Lensa


kontak pada fasilitas kesehatan
mata sekunder

A.1.Memahami Rekam Lensa


kontak
A.2.Mampu menyelenggarakan
Rekam Lensa kontak
A.3.Mampu mengelola Rekam
Lensa kontak

C.STANDAR HASIL/ UNJUK KERJA BAGI REFRAKSIONIS OPTISIEN


DAN OPTOMETRIS PENYELIA PADA PELAYANAN REFRAKSI
OPTISI DAN OPTMETRY TERSIER
Pelayanan Refraksi
NO. KODE
UNIT

UNIT KOMPETENSI

1.

Melakukan pemeriksaan
pendahuluan Refraksi :
A.Melakukan Anamnesa

RO.P.R.
02.02

KRITERIA UNJUK KERJA

Mampu menyelenggarakan
A.1. Anamnesa refraksi,
Mampu menghimpun informasi
tentang
A.2.Riwayat kesehatan umum
klien/
keluarga dahulu & sekarang,
A.3.Obat-obatan yang digunakan
terkait dengan penglihatan saat
ini,
A.4.Pekerjaan/ hobi

B.Melakukan identifikasi
posisi Bolamata

B.1.Mampu melakukan tes


Hirschberg
B.2.Mampu melakukan Cover
Test

C.Melakukan
pemeriksaan gerak
Bolamata

C.1.Mampu melakukan
pemeriksaan Duksi (Duction)
C.2.Mampu melakukan
pemeriksaan Versi (Version)

D.Melakukan Identifikasi
segmen Mata depan

Memahami dan mampu


mendiskripsikan keadaan :
D.1.Kelopak Mata
D.2.Konyungtiva Bulbi
D.3.Punctum Lakrimalis
D.4.Kornea
D.5.Iris
D.6.Bilik Mata Depan (COA)
D.7.Pupil
D.8.Lensa Okuli
Menggunakan : slitlamp

45

biomikroskop
E.Melakukan
pemeriksaan
Tajam penglihatan

E.1.Mampu menentukan tajam


penglihatan jauh, tanpa koreksi
E.2.Mampu menentukan tajam
penglihatan dekat, tanpa koreksi
E.3.Mampu menentukan tajam
penglihatan jauh dengan
menggunakan alat bantu
penglihatan pasien/ klien (Visus
habitual)
E.4.Mampu menentukan tajam
penglihatan dekat dengan
menggunakan alat bantu
penglihatan pasien/ klien (Visus
habitual)

F.Menentukan
parameter Kacamata

Mampu menentukan parameter


Kacamata, antara lain :
F.1.Dioptri lensa kacamata (Back
Vertex Power)
F.2.Pusat Lensa/ Optik (Optic
Centre)
F.3.Jarak antar pusat lensa (DV)
F.4.Sudut pantoskopik
F.5.Jarak verteks (Vertex
Distance)
F.6.Titik rujukan utama (MRP)
lensa kacamata

G.Melakukan identifikasi
Lapang pandang

G.1.Mampu melakukan
pemeriksaan
Lapang pandang dengan
metoda/
tes Konfrontasi

H.Melakukan identifikasi
tekanan bolamata

H.1.Mampu melakukan
pemeriksaan tekanan bolamata
dengan metoda Palpasi

I. Melakukan identifikasi I .1.Mampu mengidentifikasi dan


fungsi Makula
menetapkan fungsi Makula
dengan
I .2.KartuAmsler/ Interferometer/
tes sensitifitas kontras

46

J.Melakukan
pemeriksaan
Penglihatan warna

2.

RO.PR.
03.03

J.1.Mampu menilai/ menetapkan


Penglihatan warna dengan :
J.1.1.Kartu Ishihara-Kanehara/
kartu Pseudo-isochromatis

Melakukan pemeriksaan
Refraksi Obyektif
A.Kasus komplek pada
pasien dewasa

B.Kasus komplek pada


pasien anak-anak

3.

RO.P.R
04.04

. Melakukan
pemeriksaan Refraksi
Subyektif
A.Kasus komplek pada
pasien dewasa

47

A.1. Mampu melakukan


pemeriksaan Refraksi Obyektif
dengan menggunakan
Refraktometer
A.2. Mampu melakukan
pemeriksaan Refraksi Obyektif
dengan menggunakan
Keratometer
A.3. Mampu melakukan
pemeriksaanRefraksi Obyektif
dengan menggunakan
Retinoskop Statis/Dinamis
B1. Mampu melakukan
pemeriksaanRefraksi Obyektif
dengan menggunakan
Refraktometer
B.2. Mampu melakukan
pemeriksaan Refraksi Obyektif
dengan menggunakan
Keratometer
B.3. Mampu melakukan
pemeriksaan Refraksi Obyektif
dengan menggunakan
Retinoskop Statis/Dinamis

A.1.Mampu menetapkan status


refraksi Emmetropia dengan
metoda Trial&Error dengan
acuan pemeriksaan
pendahuluan refraksi
A.2.Mampu menetapkan status

refraksi Spherikal Ammetropia


denganmetoda Trial & Error
dengan acuanpemeriksaan
pendahuluan refraksi tes
Duochrome/ tes Cross Grid
dengan metoda Foggingdefogging beserta besaran
lensa koreksinya
A.3.Mampu menetapkan status
refraksi Astigmatisma dengan
metoda Silinder silang primer/
sekunder beserta besaran
lensa koreksinya
A.4.Mampu menetapkan titik
akhir pemeriksaan refraksi
monokuler dengan acuan
CAMP (Corrected Ammetropia
Most Plus)/ Duochrome
Balance Test/ tes Cross Grid
A.5.Mampu menetapkan titik
akhir pemeriksaan refraksi
binokuler dengan tehnik
modifikasi tes Duke Elder oleh
Grosvernor
B.Kasus komplek pada
pasien anak-anak

B.1.Mampu menetapkan status


refraksi Emmetropia dengan
metoda Trial& Error dengan
acuan pemeriksaan
pendahuluan refraksi
B.2.Mampu menetapkan status
refraksi Spherikal Ammetropia
denganmetoda Trial & Error
dengan acuan pemeriksaan
pendahuluan refraksi, beserta
besaran lensa koreksinya
B.3.Mampu menetapkan status
refraksi Astigmatisma dengan
metoda Silinder silang primer/
sekunderbeserta besaran lensa
koreksinya
B.4.Mampu menetapkan titik
akhir pemeriksaan refraksi
monokuler dengan acuan
CAMP (Corrected
Ammetropia Most Plus)/

48

Duochrome Test
B.5.Mampu menetapkan titik
akhir pemeriksaan refraksi
binokuler dengan tehnik
modofikasi tes Duke
Elder oleh Grosvernor

4.

RO.P.R
05.05

. Melakukan pemeriksaan
Penglihatan Binokuler :
A.Kasus sederhana
pada pasien anak-anak

B.Kasus komplek pada


pasien anak-anak

49

A.1.Mamahami pemeriksaan
Penglihatan Binokuler
A.2.Mampu menentukan adanya
simultan persepsi/ fusi/
penglihatanbinokuler tunggal/
penglihatan ganda (Diplopia),
menggunakan Worth Four Dot
Test
A.3.Mampu menentukan adanya
Stereopsis menggunakan Titmus
Fly Test/ TNO Test
A.4.Mampu mengidentifikasi
adanyaHeterophoria dan
mengukur besarannya
B.1.Mamahami status
Penglihatan Binokuler
B.1.1.Mampu menentukan
adanya Simultan Persepsi
B.1.2.Mampu menentukan
adanya Fusi dan menetapkan
Amplitudo Fusi menggunakan :
Prism Bar / Rotary Prism/
Synoptophore
B.1.3.Mampu menentukan
adanya
Stereopsis menggunakan
Titmus Fly Test/ TNO Test
B.2.Mampu mengidentifikasi
adanya Heterophoria/
Heterotropia dan menentukan
besarannya dengan
menggunakan :
B.2.1.Maddox Rod + Maddox
Tangent scale/ Skala
Thorington/ Obyek Fiksasijauh +

Rotary Prism/Synoptophore
B.2.2.Maddox Wing Test/ Obyek
Fiksasi dekat + RotaryPrism/
Synoptophore
B.3.Memahami pemeriksaan
FungsiAkomodasi Absolut
B.3.1.Push-Up Test/ Metoda
Cross Cylinder Statis + Cross
Grid
B.3.2.Retinoscopy Dinamis
B.3.3.Mampu menetapkan
Amplitudo Akomodasi
B.4.Memahami pemeriksaan
Fungsi Akomodasi Relatif
B.4.1.Mampu menetapkan NRA
& PRA
B.4.2.Memahami nilai normal
NRA & PRA
B.5.Memahami pemeriksaan
Konvergensi Absolut
B.5.1.Mampu menetapkan NPC
B.5.2.Memahami nilai normal
NPC
B.6.Memahami pemeriksaan
Konvergensi Relatif
B.6.1.Mampu menetapkan NRC
& PRC
B.6.2.Memahami nilai noral NRC
& PRC
B.7.Memahami rasio Akomodasi/
Konvergensi (Ac/A)
B.8.Mampu menetapkan
diagnosa dan terapi/ pelatihan
penglihatan

5.

RO.P.R.
06.06

A.Menetapkan kelainan
mata yang perlu dirujuk

A.1.Mampu mengidentifikasi,
mendiskripsikan dan
menetapkan kelaianan mata
yang perlu dirujuk ke dokter/
pelayan kesehatan lainnya

6.

RO.P.R.

A.Melakukan

A.1.Memahami pemeliharaan

50

07.07

7.

RO.P.R.
08.08

penyuluhan/ bimbingan
pemeliharaan
penglihatan (Vision
Care)

Menetapkan kelainan
Refraksi dan jenis
terapi penglihatan
kasus komplek pasien
dewasa pada :
A.Isometropia/
Anisometropia
tanpa Aniseikonia

B.Anisometropia
dengan Aniseikonia

penglihatan (Vision Care)

A.1.Mampu menetapkan
kelainan
refraksi beserta alat bantu
penglihatan yang
diperlukannya
B.1.Mampu menetapkan
refraksi beserta alat bantu
penglihatan yang diperlukan
dengan/ tanpa tes Toleransi
dengan menggunakan alat
bantu
penglihatan lainnya

8.

RO.P.R.
09.09

A.Melakukan evaluasi
pelayanan Refraksi

A.1.Mampu mengevaluasi
pelayanan Refraksi pada fasilitas
Pelayanan Kesehatan Mata
Tersier

9.

RO.P.R.
10.10

A.Melakukan
pencatatan pelayanan
Refraksi (Rekam
Refraksi)

A.1.Mampu menyelenggarakan
Rekam Refraksi pada fasilitas
Pelayanan Kesehatan Mata
Sekunder

51

10.

RO.P.R.
11.11

A.Memimpin satuan Unit A.1.Mampu memimpin/ berperan


Kerja Refraksi
serta dalam pelayanan Refraksi
pada fasilitas Pelayanan
Kesehatan Mata Tersier

Pelayanan Optisi
NO. KODE UNIT UNIT KOMPETENSI

KRITERIA UNJUK KERJA

1.

RO.P.O.
01.12

A.Menterjemahkan
resep Kacamata

Memahami & mampu


menterjemahkan resep
Kacamata untuk :
A.1.Jarak jauh
A.2.Jarak menengah dan
A.3.Jarak dekat/ baca

2.

RO.P.O.
06.17

A.Melakukan
dan bimbingan
pemakaian kacamata

Memahami tatacara :
A.1.Memasang kacamata
A.2.Melepas kacamata
A.3.Merawat kacamata
A.4.Menyimpan kacamata

3.

RO.P.O .
12.23

A.Melakukan
pencatatan pelayanan
Optisi

A.1.Memahami Rekam Optisi


A.2.Mampu menyelenggarakan
Rekam Optisi
A.3.Mampu mengelola Rekam
Optisi

RO.P.O.
13.24

A.Memimpin satuan
Unit Kerja Optisi

4.

A.1.Mampu memimpin/
berperan serta dalam
pelayanan Optisi

52

Pelayanan Lensa Kontak


NO. KODE UNIT UNIT KOMPETENSI
1.

RO.PLK.
02.26

Melakukan pemeriksaan
pendahuluan lensa
kontak
A.Melakukan anamnesa

KRITERIA UNJUK KERJA

A.1.Mampu menyelenggarakan
A.1.1. Anamnesa lensa kontak

A.2.Mampu menghimpun
informasi tentang :
A.2.1.Riwayat kesehatan umum
klien/ keluarga dahulu dan
sekarang,
A.2.2.Obat-obatan yang
digunakan saat ini,
A.2.3.Pekerjaan/ hobi
B.Melakukan Identifikasi
segmen mata depan

Memahami dan mampu menilai


keadaan :
B.1.Kelopak Mata
B.2.Konyungtiva Bulbi
B.3.Punctum Lakrimalis
B.4.Kornea
B.5.Airmata

A.1.Mampu mengidentifikasi,
dan menetapkan jenis lensa
kontak yang diperlukan :
A.1.1.Lensa kontak lunak sferis
A.1.2.Lensa kontak lunak toric
A.1.3.Lensa kontak RGP sferis
A.1.4.Lensa kontak RGP toric

2.

RO.PLK.
03.27

Menentukan jenis Lensa


kontak

3.

RO.PLK.
04.28

Melakukan penilaian
fitting :
A.Lensa kontak lunak
Toric

53

A.1.Mampu menilai fitting lensa


kontak Lunak toric

A.1.1.Liputan
A.1.2.Centrasi
A.1.3.Pergerakan
A.1.4.Keketatan
A.2.Mampu mengidentifikasi dan
menetapkan letak marking axis
lensa kontak lunak toric
B.Lensa kontak kaku
(RGP) Spherikal/ Toric

B.1.Mampu menilai fitting lensa


kontak Kaku (RGP) spherikal/
Toric :
B.1.1.Flat than K
B.1.2.On K

B.1.3.Steep than K
B.2.Mampu mengidentifikasi dan
menetapkan letak marking axis
lensa kontak kaku (RGP) Toric

NO. KODE UNIT UNIT KOMPETENSI


4.

RO.PLK.
07.31

Melakukan pemeriksaan
lanjutan/ kunjungan
ulang pada pelayanan :
A.Lensa kontak lunak
Toric

KRITERIA UNJUK KERJA


A.1.Memahami dan mampu
menjelaskan prosedur/ jadual
kunjungan ulang pelayanan
lensa kontak lunak

A.2.Mampu melakukan
pemeriksaan lanjutan pada
pelayanan lensa kontak lunak
dengan memperhatikan/
observasi :
A.2.1.Keluhan pasien
A.2.2.Fitting lensa kontak
A.2.3.Keadaan lensa kontak
A.2.4.Keadaan mata
A.2.5.Keadaan airmata
BAB VII

54

PENUTUP

Sebagai bagian integral pelayanan kesehatan khususnya kesehatan mata,


pelayanan refraksi optisi dan optometry perlu ditingkatkan mutu pelayanannya
dengan standarisasi pelayanan di fasilitas kesehatan, sehingga dapat memberikan
kontribusi demi terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang
berorientasi kepada peningkatan mutu pelayanan.
Standar pelayanan ini disusun sebagai acuan dalam pelayanan refraksi optisi dan
optmetry di fasilitas kesehatan oleh tenaga kesehatan dan semua pihak yang terkait
dalam rangka mencapai pelayanan yang optimal, yaitu ;
a.
b.

Memberi koreksi kelainan refraksi dengan kacamata/lensa kontak/alat bantu


lainnya agar dapat memperoleh penglihatan binokuler yang optimal
Koreksi kacamata/lensa kontak/alat bantu lainnya yang diberikan haruslah
sesuai dengan indikasi serta kebutuhan dan kenyamanan penglihatan

Standar pelayanan ini diharapkan dapat ditindak lanjuti dengan penerapannya untuk
mendukung upaya peningkatan mutu pelayanan refraksi optisi dan Optometry di
fasilitas kesehatan.

MENTERI KESEHATAN

55

Anda mungkin juga menyukai