Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.4 Latar Belakang Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)


Menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Di era globalisasi ini, banyak masyarakat yang kurang
memperhatikan kesehatan diri sendiri. Kasus penyakit yang terjadi di Indonesia
semakin banyak yang muncul. Perlu ditimbulkan adanya kesadaran untuk
menjaga kesehatan dengan usaha meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik
dan sejumlah upaya kesehatan.
Menurut UU No. 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, yang
dimaksud dengan upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam
bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Kualitas pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau juga merupakan hak seluruh
masyarakat Indonesia. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
dalam rangka melakukan upaya kesehatan tersebut perlu didukung dengan
sumber daya kesehatan, khususnya Tenaga Kesehatan yang memadai, baik dari
segi kualitas, kuantitas, maupun penyebarannya. Upaya pemenuhan kebutuhan
Tenaga Kesehatan sampai saat ini belum memadai, baik dari segi jenis,
kualifikasi, jumlah, maupun pendayagunaannya. Oleh karena itu, diperlukan
banyak tenaga kesehatan khususnya apoteker yang bekerja pada wadah atau
sarana kesehatan terutama di apotek.
Berdasarkan PP RI No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian,
apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian, tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh apoteker. Pekerjaan kefarmasian menurut Ketentuan Umum PP
1

RI No. 51 tahun 2009 adalah pembuatan, termasuk pengendalian mutu sediaan


farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Pekerjaan kefarmasian tersebut harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Peran Apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan
interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah
pemberian informasi Obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan.
Pada pasal 1 Permenkes No.35 Tahun 2014, disebutkan bahwa Standar
Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Berdasarkan
kewenangan pada peraturan perundang-undangan, pelayanan kefarmasian telah
mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan Obat
(drug oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi
pelayanan Obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya
kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan dan
mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait Obat (drug related
problems),

masalah

pharmacoeconomy).

farmakoekonomi,
Untuk

menghindari

dan

farmasi

sosial

hal

tersebut,

apoteker

(socioharus

menjalankan praktik sesuai standar pelayanan.


Apoteker yang berperan sebagai pengelola apotek dituntut untuk
memiliki pengetahuan dan kemampuan, tidak hanya di bidang teknis farmasi,
tetapi juga di bidang manajemen, agar dapat menjalankan usaha apoteknya
dengan baik. Oleh karena itu, apoteker dituntut untuk dapat mengelola apotek
sesuai dengan etika profesi dan fungsi sosial, namun mendapatkan keuntungan
dari usaha apoteknya, sehingga apotek dapat terus berjalan dan berkembang.

Mengingat pentingnya peran apoteker sebagai pengelola apotek, seorang


calon apoteker perlu mendapat pembekalan salah satunya melalui Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA). Oleh karena itu, Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, bekerja sama dengan PT. Kimia
Farma Apotek BM Bandung, Jawa Barat, memberi kesempatan kepada para
calon apoteker untuk melaksanakan PKPA di Apotek Kimia Farma.
Dengan adanya Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 58
Bandung, diharapkan mendapatkan pengetahuan
melaksanakan kegiatan

dan

pengalaman

dalam

kefarmasian, mengetahui fungsi apoteker dalam

pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek, serta memiliki kemampuan


berkomunikasi baik dengan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.
2.4 Tujuan PKPA
Tujuan dari PKPA di apotek menurut Keputusan APTFI pada tahun 2010
adalah :
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi, dan
tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di apotek.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan praktek farmasi komunitas di apotek.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang profesional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
apotek.
Tujuan lainnya yang dapat diperoleh dari melaksanakan kegiatan PKPA ini
adalah:
1. Memberikan seperangkat kemampuan kepada mahasiswa calon apoteker
berkenaan dengan aktivitas nyata pada dunia kerja.
2. Dapat menerapkan dan memiliki keterampilan dalam melaksanakan
manajemen yang efektif dan efisien dalam rangka pelaksanaan tugas pokok
regulasi,

pembinaan

dan

pengawasan

pekerjaan

kefarmasian

dan

perbekalan farmasi yang bermutu, aman dan berkhasiat/bermanfaat bagi


klien/masyarakat yang membutuhkan.
3. Dapat membantu apoteker pengelola apotek dan staf kesehatan lainnya
dalam meningkatkan upaya kesehatan untuk calon apoteker sesuai dengan
Permenkes No. 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek.
4. Mengaplikasikan teori yang telah dipelajari selama kuliah untuk calon
apoteker pada kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker.
1.3 Manfaat PKPA
Manfaat dari PKPA di Apotek menurut keputusan APTFI pada tahun 2010
adalah:
1. Mengetahui, memahami tugas, dan tanggung jawab apoteker dalam
mengelola apotek.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di
apotek.
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di apotek.
4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang
profesional.
1.4
Tinjauan Tentang Tempat PKPA
1.4.1 Sejarah PT. Kimia Farma Tbk.
Sejarah Kimia Farma diawali pada tahun 1917, ketika NV Chemicalien
Handle Rathkamp & Co., perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur,
didirikan.Sejalan

dengan

kebijakan

nasionalisasi

perusahaan-perusahaan

Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi


menjadi beberapa PNF (Perusahaan Negara Farmasi).Tahun 1969, perusahaanperusahaan tersebut digabung menjadi PNF Bhineka Kimia Farma.Selanjutnya
pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan
Terbatas, menjadi PT Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001, Kimia
Farma tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya.
Kimia Farma terdiri dari dua anak perusahaan, yaitu PT. Kimia Farma
Trading & Distribution dan PT. Kimia Farma Apotek. PT. Kimia Farma Trading

& Distribution, yang bergerak pada jalur usaha distribusi obat dan alat
kesehatan, memiliki 40 cabang yang bertugas mendistribusikan obat-obatan dan
alat-alat kesehatan, baik diproduksi sendiri maupun diproduksi oleh pihak
ketiga, dengan berpegang pada prinsip untuk memenuhi kepuasan dan
kebutuhan pelanggannya. PT. Kimia Farma Trading & Distribution memiliki 3
wilayah pasar (Sumatra, DKI & Jateng, serta Jatim & Indonesia wilayah timur),
dan 42 cabang PBF (Pedagang Besar Farmasi). PT. Kimia Farma Apotek
sekarang telah memiliki 34 unit bisnis dan 390 apotek yang tersebar di seluruh
Indonesia.
1.4.2 Visi dan Misi PT. Kimia Farma Tbk.
Visi dari PT. Kimia Farma Tbk adalah komitmen pada peningkatan
kualitas kehidupan, kesehatan, dan lingkungan. Misinya adalah mengembangkan
industri kimia dan farmasi, dengan melakukan penelitian dan pengembangan
produk yang inovatif, mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu
(health care provider) yang berbasis jaringan distribusi dan jaringan apotek,
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan mengembangkan
sistem informasi perusahaan. Perusahaan ini memiliki motto i CARE yaitu
Innovative, Customer first, Accountability, Responsibility, dan Eco friendly.
1.4.3

PT. Kimia Farma Apotek


PT. Kimia Farma Apotek bergerak di bidang retail farmasi. Visi PT.

Kimia Farma Apotek adalah menjadi perusahaan jaringan layanan farmasi yang
terkemuka di Indonesia.
Visi PT Kimia Farma (Persero) Tbk. yaitu komitmen pada peningkatan
kualitas kehidupan, kesehatan, dan lingkungan. Misi PT Kimia Farma (Persero)
Tbk. yaitu:
1.

Mengembangkan industri kimia dan farmasi dengan melakukan


penelitian dan pengembangan produk yang inovatif.

2.

Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu yang


berbasis jaringan distribusi dan jaringan apotek.

3.

Meningkatkan

kualitas

sumber

daya

manusia

dan

mengembangkan sistem informasi perusahaan.


Ada dua jenis apotek di Kimia Farma, yaitu Apotek Administrator yang
disebut sebagai Business Manager (BM) dan Apotek Pelayanan. BM
membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam satu wilayah dan
bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang, dan administrasi apotek
pelayanan yang berada dibawahnya. Apotek pelayanan berfokus pada pelayanan
perbekalan farmasi dan informasi obat pasien. Layanan apotek yang berkualitas
dan berdaya saing mendukung dalam pencapaian laba melalui penjualan
setinggi-tingginya.
Apotek Kimia Farma melayani penjualan langsung, melayani resep dokter,
dan menyediakan pelayanan lain, seperti praktek dokter, pelayanan OTC
(swalayan), dan pusat pelayanan informasi obat.
1.4.4 Apotek Kimia Farma 58 Bandung
a. Lokasi dan Tata ruang
Apotek Kimia Farma 58 merupakan salah satu apotek pelayanan yang berada
di bawah Unit BM Bandung. Apotek Kimia Farma 58 terletak di Jl. Pasir Kaliki
No. 235 Bandung. Lokasinya sangat strategis, karena berada di depan rumah
sakit Hasan Sadikin yang berjarak sekitar 500 m dari RSHS, dekat permukiman
penduduk, pertokoan, rumah makan, dan berada pada jalan raya Pasir Kaliki.
Tata ruang Apotek Kimia Farma 58 terdiri dari :

1. Tempat Penyerahan Resep dan Pengambilan Obat


Merupakan tempat penerimaan resep dari pasien, baik resep dari dokter
praktek di luar apotek dan rumah sakit. Di tempat ini, petugas mengecek
harga dengan sistem komputerisasi, lalu harga diberitahukan kepada pasien.
Jika pasien sepakat dengan harga obat, maka obat tersebut disiapkan. Setelah
obat disiapkan, maka obat dapat diserahkan dan diberikan informasi obat.
2. Ruang Obat Ethical

Ruang ini merupakan tempat penyimpanan obat-obat ethical yang disusun


dalam rak-rak dengan kelas terapi tertentu dan dalam setiap rak disusun
secara alfabetis. Ruangan ini ditata dengan lay out berbentuk U dan di tengah
terdapat peracikan obat. Di ruang ini juga terdapat lemari es untuk
menyimpan beberapa sediaan termolabil yang memerlukan kondisi
penyimpanan khusus dengan suhu 2-8C. Terdapat pula lemari khusus
penyimpanan narkotika dan psikotropika.
3. Swalayan Farmasi
Konsumen dapat memilih sendiri beberapa komoditas, seperti obat bebas,
obat bebas terbatas, maupun komoditas lain seperti first aid, baby care,
beauty care, milk and nutrition, produk herbal dan vitamin di swalayan
farmasi. Ruangan ini terdiri dari beberapa gondola, yaitu :
a.
Wall gondola merupakan gondola yang menempel pada dinding yang
terdiri dari beberapa rak. Produk yang dijual di wall gondola adalah first
aid care (perban, plester, masker, betadine, kapas, alkohol 70%, dan
rivanol), beauty care (hand and body lotion, sampo, minyak wangi,
sabun, kapas, pencuci muka, dan lain-lain), baby care (dot, empeng,
breast pump, minyak telon, dan lain-lain), milk and nutrition (susu, susu
kedelai, susu khusus diabetes, pemanis buatan untuk diabetes, minuman
isotonik, minuman pereda panas dalam, dan lain-lain), produk herbal
(produk dari wellness, natures health, nature plus, dan syn plus). Pada
b.

setiap gondola terdapat price line (garis harga untuk tiap-tiap produk).
End-gondola dan island gondola merupakan gondola yang berdiri sendiri.
Biasanya gondola ini digabung menjadi bentuk letter H. Produk disusun
berdasarkan kelas terapi, yaitu obat quasi (obat keluhan ringan), obat
pencernaan, obat untuk anak dan dewasa, vitamin, dan jamu. Pada setiap

gondola, terdapat price line (garis harga untuk tiap-tiap produk).


4. Ruang Racik
Di ruang ini dilakukan penimbangan, pencampuran, dan peracikan obat-obat
yang dilayani berdasarkan resep dokter. Ruangan ini dilengkapi fasilitas
untuk peracikan seperti timbangan, mortir, stemper, alat-alat gelas, dan alatalat meracik lainnya, serta tempat mencuci alat.
5. Ruang Apoteker Pengelola Apotek

Digunakan oleh Apoteker Pengelola Apotek untuk melaksanakan tugas


sehari-hari, dilengkapi dengan kursi, meja, dan komputer. Terdapat lemari
yang berisi arsip-arsip dan dokumentasi yang terkait dengan kegiatan apotek.
6. Ruang Tunggu
Ruang tunggu terdapat pada bagian tengah, tepat di depan ruang praktek
dokter. Ruangan ini dilengkapi oleh beberapa kursi, televisi, brosur, leaflet,
koran, majalah, dan timbangan berat badan serta pengukur tinggi badan
sebagai salah satu bentuk customer service.
7. Ruang Lainnya
Ruangan ini terdiri dari ruang toilet dan tempat sholat serta halaman parkir di
bagian depan.
b. Struktur Organisasi
Apotek Kimia Farma 58 merupakan bagian dari jaringan layanan PT.
Kimia Farma Apotek yang berada di bawah unit Bisnis Manajer Bandung.
Dalam kegiatan operasional, apotek ini dipimpin oleh seorang Manajer Apotek
Pelayanan atau Apoteker Penanggung jawab yang membawahi dua orang
Apoteker pendamping (Aping), sembilan orang Asisten Apoteker (AA), dan satu
orang tenaga non farmasi (Petugas Keamanan). Apoteker Penanggung jawab
sebagai pimpinan apotek bertanggungjawab terhadap keseluruhan kegiatan yang
berlangsung di apotek, baik dalam bidang pelayanan kefarmasian, maupun
bidang

administrasi,

keuangan

dan

ketenagakerjaan.

Apoteker

dalam

melaksanakan kegiatan kefarmasiannya dibantu oleh beberapa asisten apoteker.


c. Pelayanan
Apotek Kimia Farma 58 Bandung memberikan pelayanan setiap hari
dengan pembagian sebagai berikut: hari Senin s/d Minggu dengan pembagian
kerja menjadi 3 shift selama 24 jam, yaitu shift pagi (07.00 - 14.00), shift siang
(14.00 - 21.00), dan shift malam (21.00-07.00).
tersebut dilakukan secara

Pembagian

bergiliran, berdasarkan

jadwal

ditetapkan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA), dan

jadwal kerja
yang

telah

berdasarkan

kesepakatan bersama. Ada beberapa pelayanan lain yang diberikan oleh Apotek
Kimia Farma 58 ini, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Ruang tunggu yang nyaman.


Tempat parkir yang memadai.
Pengukuran tekanan darah gratis.
Obat-obatan terjamin kualitasnya dan tersedia alat kesehatan (kursi
roda, tabung oksigen, dan lain lain).

5. Buka tiap hari selama 24 jam.


6. Pelayanan informasi obat oleh apoteker.
Kegiatan apotek Kimia Farma 58 diarahkan kepada pelayanan permintaan
obat bebas dan obat bebas terbatas, resep dokter, UPDS (Upaya Pengobatan Diri
Sendiri), obat wajib apotek, alat kesehatan, pelayanan informasi obat, dan
pelayanan praktek dokter. Penyaluran perbekalan farmasi dilakukan melalui
pelayanan atas resep dokter dan obat tanpa resep (swamedikasi). Apotek Kimia
Farma 58 menerima pembayaran baik secara tunai maupun kredit. Pembayaran
secara kredit hanya berlaku untuk perusahaan-perusahaan yang melakukan
kerjasama dengan PT. Kimia Farma yaitu PT.Biofarma.

Anda mungkin juga menyukai