BAB I
PEMERIKSAAN MATERIAL / BAHAN
1.1 AGREGAT KASAR
A. Landasan Teori
Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet dan bebas dari kotoran
atau bahan yang tidak dikehendaki. Umumnya dipersyaratkan sebagai berikut :
Keausan agregat yang diperiksa dengan mesin Los Angeles pada 500 putaran (PB 020676) harus mempunyai nilai maksimum 40 %.
Agregat kasar pada umumnya akan lebih kurang memenuhi gradasi yang disyaratkan
seperti tabel di bawah dan harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah, kecuali untuk
fraksi agregat kasar HRS kelas A dan B boleh bukan batu pecah.
Tabel 1.1 Gradasi Agregat Kasar
UKURAN SARINGAN
Mm
ASTM
19,10
3/4
12,7
1/2
9,5
3/8
4,75
# 4
0,075
# 200
1)
2)
ASTM C 131
AASHTO T 96
Maksud
Maksud pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui ketahanan agregat kasar terhadap keausan
dengan menggunakan mesin Los Angeles. Keausan agregat dinyatakan dengan perbandingan
antara berat bahan aus lewat saringan No.12 terhadap berat semula dalam persen.
3) Peralatan
a. Mesin Los Angeles
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 71 cm (28)
panjang dalam 50 cm (20). Silinder bertumpu pada 2 poros pendek yang menerus dan
1
berputar pada poros mendatar. Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam
silinder tidak terganggu. Di bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh
setinggi 8,9 cm (3,56 ).
b. Saringan No.12 dan saringan-saringan lainnya seperti tercantum dalam tabel 4.1.
c. Timbangan dengan ketelitian 5 gram.
d. Bola-bola baja dengan diameter rerata 4,68 cm (1 7/8) dan berat masing-masing bola
antara 390-450 gram.
e. Oven yang dapat memanasi sampai suhu (100 2)0 C.
4)
Benda uji
a. Berat dan gradasi benda uji sesuai dengan tabel 1.2.
Tabel 1.2 Berat dan Gradasi Benda Uji
UKURAN SARINGAN
b.
5)
LEWAT
TERTAHAN
76.20 (3 )
63.50 (2 )
63.50 (2 )
50.80 (2 )
50.80 (2 )
38.10 (2 )
38.10 (2 )
25.40 (1 )
25.40 (1 )
19.05 (3/8)
19.05 (3/8 )
12.70 ( )
12.70 ( )
9.51 (3/8 )
9.51 (3/8 )
6.35 (1/4 )
6.35 (1/4 )
4.75 (No.4)
4.75 (No.4)
2.36 (No.8)
JUMLAH BOLA
BERAT BOLA (gr)
1250
1250
1250
1250
E
2500
2500
5000
5000
5000
5000
5000
2500
2500
2500
2500
12
5000
25
11
4584
25
8
3330
20
Bersihkan
benda uji dan
keringkan
dalam oven
pada
suhu
(100 5) 0 C
5000
6
2500
15
12
5000
25
12
5000
25
12
5000
25
sampai berat
tetap.
Cara
melakukan
a. Benda uji dan bola baja dimasukkan dalam mesin Los Angeles.
b. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 RPM, 500 putaran untuk gradasi A, B, C dan D dan
1000 putaran untuk gradasi E, F dan G.
c. Selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin, saringlah dengan saringan No.12. Butiran
yang tertahan dicuci bersih dan keringkan dalam oven sampai berat tetap.
6)
Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan keausan agregat kasar (gradasi B) sajikan pada tabel 1.3.
UKURAN SARINGAN
BENDA UJI I
BENDA UJI II
2500
2500
2500
2500
(a)
5000
5000
3621
3576
a b
x100%
Keausan = a
27.58
28.48
LEWAT (mm)
76.20
63.50
50.80
38.10
25.40
19.05
12.70
9.51
6.35
4.75
(3 )
(2 )
(2 )
(1 )
(1 )
(3/8 )
( )
(3/8 )
(1/4 )
(No.4)
TERTAHAN (mm)
63.50
50.80
38.10
25.40
19.05
12.70
9.51
6.35
4.75
2.36
JUMLAH BERAT
(2 )
(2 )
(1 )
(1 )
(3/8 )
( )
(3/8 )
(1/4 )
(No.4)
(No.8)
28.03
Keterangan: dikerjakan oleh Kelompok D-6 (TA 2011/2012 ) Tgl. 28 April 2012
7) Kesimpulan
Keausan agregat kasar rata-rata adalah 28.03% < 40% ( Keausanagregat kasar maksimum: PB
0206-76), dengan demikian agregat kasar memenuhi syarat sebagai bahan campuran aspal.
C. Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Kasar
1) Referensi
2)
a.
b.
c.
d.
3)
PB 0202 76
AASHTO T 85 74
ASTM C127 68
Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui berat jenis (bulk), berat jenis kering
permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD) dan berat jenis semu (apparent) darI agregat
kasar serta tingkat penyerapannya terhadap air.
Berat jenis (bulk spesific gravity) ialah perbandingan antara berat agregat kering oven dan berat
air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) yaitu perbandingan antara berat agregat kering
permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh
pada suhu tertentu.
Berat jenis semu (apparent spesific gravity) ialah perbandingan antara berat agregat kering dan
berat air suling yang isinya sama dengan agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu.
Penyerapan air adalah prosentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.
Peralatan
3
a.
Keranjang kawat ukuran 3,35 atau 2,36 mm (No.6 atau No.8) dengan kapasitas kira-kira 5
kg.
b.
Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan. Tempat ini harus
dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.
c.
Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang
dan dilengkapi dengan penggantung keranjang.
d.
e.
4)
Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai suhu (1105)0 C.
Saringan No.4 dan alat pemisah contoh.
Benda Uji
Benda uji adalah agregat yan tertahan saringan No.4 diperoleh dari alat pemisah contoh atau
cara perempat, sebanyak 5 kg.
5)
Cara Melakukan
a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada permukaan.
b. Keringkan benda uji dalam oven sampai berat tetap.
c. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang dengan ketelitian 0,5
gr (A).
d. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 jam.
e. Keluarkan benda uji dari air pada permukaan hilang (SSD), untuk butiran yang besar
pengeringan harus satu persatu.
f. Timbang benda uji kering permukaan jenuh (B).
g. Letakkan benda uji di dalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluar-kan udara
yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air (C). Ukur suhu air untuk penyesuaian
perhitungan pada suhu standar (250 C).
6)
Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar disajikan pada tabel 1.4.
BENDA UJI
I
BENDA UJI
II
4979
4957
5112
5083
3190
3118
A
BC
2,59
B
BC
2,66
A
A C
2,78
BA
x100%
A
2,67
Penyerapan air
2,52
Rerata : 2,56
2,59
Rerata : 2,62
2,70
Rerata : 2,74
2,54
Rerata : 2,61
7)
Kesimpulan
Berat jenis kering oven rata-rata 2,56 , berat jenis kering permukaan jenuh rata-rata 2,62,
berat jenis semu rata-rata 2,74> 2,50 (PB 0202-76) dan penyerapan air agregat rata-rata 2,61
% < 3 % (PB 0202-76). Dengan demikian agregat kasar memenuhi syarat sebagai bahan
campuran aspal.
D. Analisa Saringan Agregat Kasar
Referensi
1)
2)
PB 0201 76
AASHTO T27-74
ASTM C136 46
Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui gradasi (ukuran butiran) agregat kasar
dengan menggunakan saringan.
3) Peralatan
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
b. Satu set saringan: 19,1 mm (3/4 ), 12,5 mm (1/2 ), 9,5 mm (3/8), No.8, No.30, No.50, No.100
danNo.200 (standard ASTM).
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai suhu (1105) 0C.
d.
e.
f.
g.
4)
5)
b. Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat tersebut
dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No.4. Selanjutnya agregat kasar disediakan
sebanyak jumlah seperti tercantum di atas. Benda uji disiapkan sesuai dengan PB 0208-76
kecuali apabila butiran yang melalui saringan No.200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan
bila syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.
Cara Melakukan
a. Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110 5)0C, sampai berat tetap.
6)
b. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan
paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.
Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan gradasi agregat kasar disajikan pada tabel 1.5 dan digrafiskan
sebagaimana gambar 1.1.
Tabel 1.5 Gradasi Agregat Kasar (PB 0201 76)
BERAT
UKURAN TERTAHA
SARINGAN
N
INDIVIDU
KUMULATIF
BERAT
TER
TAHAN
% TER
TAHAN
3/8
No. 4
No. 8
No. 16
No. 30
No. 50
No. 100
No. 200
122
1128
997
221,0
9
4,7
3,5
4,3
5
122,00
1250
2247
2468
2477
2481
2485,2
2489,5
2494,5
4,88
45,12
39,88
8,84
0,36
0,19
0,14
0,17
0,20
SPESIFIKASI
Campuran
%
LOLOS Lapis Perata
100
100
95,12
50,00
10,12
1,28
0,92
0,73
0,59
0,42
0,22
100
95 - 100
50 100
0 50
0-5
RATARATA
100
100
95,24
50,08
10,28
1,49
1,17
1,00
0,85
0,68
0,50
BERAT
TERTAHA
N
INDIVIDU
116
1130
993
218,5
7,2
3,8
4
4,1
4,1
KUMULATIF
BERAT
TER
TAHAN
116,00
1246
2239
2457,5
2464,7
2468,5
2472,5
2476,6
2480,7
% TER
% LOLOS
TAHAN
4,64
45,20
39,72
8,74
0,29
0,15
0,16
0,16
0,16
100
100
95,36
50,16
10,44
1,70
1,41
1,26
1,10
0,94
0,77
7)
A.
Kesimpulan
Agregat lolos saringan no. 4 = 10,28%, lolos saringan no. 8 = 1,49 % dan lolos saringan no.
200 = 0,50 %. Dengan demikian agregat kasar ini dapat digunakan sebagai bahan campuran
aspal jeniscampuran lapisan perata.
ASTM
9,5
4,75
2,36
600
75
3/8
# 4
# 8
# 30
# 200
Agregat halus harus terdiri dari partikel yang bersih, keras dan bebas dari gumpalan
lempung atau mineral lain yang tidak dikehendaki. Pada umumnya dipersyaratkan sebagai
berikut :
B.
1)
ASTM D 249
AASHTO T 176
2)
Maksud
Maksud pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui tingkat kebersihan agregat halus yang
akan digunakan sebagai bahan campuran aspal.
3) Peralatan
a. 2 buah tabung Sand Equivalent (SE) (2).
b. Beban Equivalent (5).
c. Larutan standard (Stock solution) (7).
d. Selang (3), batang pengocok (1/9) dan balon karet (10).
e. Tin box (8).
f. Saringan no.4.
g. Stopwatch
h. Sumbat karet
4)
Benda Uji
Benda uji adalah agregat halus berupa pasir alam dan abu batu yang lolos saringan no. 4
secukupnya.
Cara Melakukan
5)
a. Ambilah agregat halus (pasir alam dan abu batu) yang lolos saringan no.4 secukupnya dan
masukkan ke dalam tin box sampai penuh, ratakan dan tekan dengan tangan sehingga rata
permukaan.
b. Masukkan larutan standard ke dalam tabung SE skala 5
c. Masukkan contoh yang telah ditakar di atas ke dalam tabung SE dan biarkan selama 10 menit.
d. Kocok tabung tersebut dengan arah mendatar sebanyak 90 kali. Perhitungan dilakukan 1 arah.
e. Masukkan selang ke dalam tabung SE dan buka kran hingga larutan standard Equivalent masuk
ke dalam tabung SE sampai setinggi skala 15.
f. Diamkan selama 20 menit, kemudian baca skala di atas permukaan lumpur (B).
g. Masukkan skala beban equivalent secara perlahan-lahan sampai beban tersebut berhenti. Baca
skala setelah pembebanan (C).
6) Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan sand equivalent pasir alam & abu batu disajikan pada tabel 1.7.
Tabel 1.7 Nilai Sand Equivalent Agregat Halus
PASIR ALAM
ABU BATU
Benda Benda uji Benda Benda
Uji I
II
Uji I
Uji II
URAIAN
Peneraan tinggi tangkai penunjuk
beban
10
10
10
10
4,1
4,1
4,1
4,0
14,1
14,1
13,6
13,4
CA
x100%
B
100
100
87,80
85,00
100
86,40
Keterangan: dikerjakan oleh Kelompok D-6 (TA 2011/2012) Tgl. 26 April 2012
7) Kesimpulan
Nilai sand equivalent pasir alam rata-rata 100%, sedangkan nilai sand equivalent abu batu
rata-rata 86,40%. Nilai sand equivalent kedua agregat halus (pasir alam dan abu batu) > 50%,
dengan demikian kedua agregat halus tersebut memenuhi syarat sebagai bahan campuran
aspal.
1)
2)
PB 0202-76
AASHTO T85 74
ASTM C 127 68
Maksud
8
a.
b.
c.
d.
3)
a.
b.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui berat jenis (bulk), berat jenis kering
permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD) dan berat jenis semu (apparent) darI agregat
halus serta tingkat penyerapannya terhadap air.
Berat jenis (bulk spesific gravity) ialah perbandingan berat agregat kering dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) yaitu perbandingan antara berat agregat kering
permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh
pada suhu tertentu.
Berat jenis semu (apparent spesific gravity) ialah perbandingan antara berat agregat kering dan
berat air suling yang isinya sama dengan agregat dalam keadaan pada suhu tertentu.
Penyerapan ialah prosentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.
Peralatan
Timbangan kapasitas 1 kg dengan ketelitian 0.1 gr
Piknometer dengan kapasitas 500 ml
c. Kerucut terpancung (cone), diameter bagian atas (403) mm, diameter bagian bawah (903) mm
dan tinggi (753) mm dibuat dari logam tebal dengan minimum 0,8 mm
d. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rerata, berat (34015) gram dan diameter
permukaan penumbuk (253) mm
e. Saringan No. 4
f. Oven yang dapat untuk memanasi sampai suhu (1105)0C
g.
h.
i.
j.
k.
l.
4)
5) Cara Melakukan
a. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 5)0C, sampai dicapai berat tetap. Berat tetap
benda uji adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan
dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut-turut, tidak mengalami perubahan kadar air
lebih besar dari 0,1%. Dinginkan pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama (24 4)
jam.
b. Buang air perendam dengan hati-hati, jangan ada butiran yang hilang, tebarkan agregat di atas
talam, keringkan di udara panas dengan cara membalik-balikkan benda uji. Lakukan pengeringan
sampai tercapai keadaan kering permukaan jenuh.
c. Periksa keadaan kering permukaan jenuh (SSD) dengan mengisikan benda uji dalam kerucut
terpancung, padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali, angkat kerucut terpancung.
Keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan
tercetak.
d. Segera setelah tercapai keadaan SSD masukkan 500 gram benda uji ke dalam piknometer.
Masukkan air suling sampai mencapai 90 % isi piknometer, putar sambil diguncang sampai tidak
terlihat gelembung udara di dalamnya untuk mempercepat proses ini dapat dipergunakan vacuum
pump, tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terhisap, dapat juga dilakukan
dengan merebus piknometer.
e. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu
standard 250C
f. Tambahkan air sampai tanda batas.
g. Timbang piknometer berisi air danbenda uji sampai ketelitian 0,1 gram (C).
h. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110 5) 0C sampai berat tetap,
kemudian dinginkan benda uji dalam desikator.
i. Setelah benda uji dingin, kemudian timbanglah (A).
j. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna penyesuaian dengan suhu
standard 250C (B).
6) Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus disajikan pada tabel 1.8.
ABU BATU
Benda
Uji I
Benda
Uji II
Benda
Uji I
Benda
Uji II
495
498
480
493
683
678
675
683
10
984
988
982
984
2,49
2,62
2,49
2,48
B 500 C
500
B 500 C
A
B AC
500 A
A
x100%
Rerata : 2.56
Rerata : 2.49
2,51
2,59
2,63
2,51
Rerata : 2.57
Rerata : 2.55
2,55
2,77
2,65
Rerata : 2.60
1,01%
0,40%
Rerata : 0.71 %
2,57
Rerata : 2.67
4,17%
1,42%
Rerata : 2.80 %
Keterangan: dikerjakan oleh Kelompok D-6 (TA 2011/2012) Tgl. 28 April 2012
7) Kesimpulan
Berat jenis kering oven rata-rata pasir alam 2,56& abu batu 2,49. Berat jenis kering
permukaan jenuh rata-rata pasir alam 2,57& abu batu 2,55. Berat jenis semu rata-rata pasir
alam 2,60& abu batu 2,67. Berat jenis semu masing-masing dari kedua jenis material > 2,50
(PB 0202-76). Penyerapan air rata-rata pasir alam 0,71 % & abu batu 2,80%. Penyerapan air
masing-masing dari kedua jenis material < 3 % (PB 0202-76).Dengan demikian agregat halus
(pasir alam & abu batu) memenuhi syarat sebagai bahan campuran aspal.
D.
2)
PB 0201 76
AASHTO T27-74
ASTM C136 46
Maksud
11
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui gradasi (ukuran butiran) agregat halus, yang
terdiri dari pasir alam dan abu batu dengan menggunakan saringan.
3)
Peralatan
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
b. Satu set saringan: 19,1 mm (3/4 ), 12,5 mm (1/2 ), 9,5 mm (3/8), No.8, No.30, No.50, No.100
danNo.200 (standard ASTM).
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai suhu (1105) 0C.
d.
e.
f.
g.
4)
5)
b. Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat tersebut
dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No.4. Selanjutnya agregat halus dan agregat
kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum di atas. Benda uji disiapkan sesuai
dengan PB 0208-76 kecuali apabila butiran yang melalui saringan No.200 tidak perlu
diketahui jumlahnya dan bila syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.
Cara Melakukan
a. Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110 5)0C, sampai berat tetap.
6)
b. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan
paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.
Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan gradasi agregat halus disajikan pada tabel 1.9 untuk pasir alam dan tabel
1.10 untuk abu batu, serta digrafiskan sebagaimana gambar 1.2.
KUMULATIF
RATA
RATA
BERAT
TERTAHAN BERAT
TER
INDIVIDU
TAHAN
% TERTAHAN
%
LOLOS
100
100
100
100
100
100
100
100
100
12
3/8
100
100
100
100
No. 4
51
51
3.40
96.60
72 100
96.64
50
50
3.33
96.67
No. 8
110
161
7.33
89.27
72 100
89.07
117
167
7.80
88.87
No. 16
116
277
7.73
81.54
81.37
115
282
7.67
81.20
No. 30
315
592
21.0
60.54
25 100
60.24
319
601
21.27
59.93
No. 50
312
904
20.80
39.74
39.54
309
910
20.60
39.33
No. 100
275
1179
18.33
21.41
20.97
282
1192
18.80
20.53
No. 200
202
1381
13.47
7.94
08
7.57
200
1392
13.33
7.20
RATA
RATA
BERAT
BERAT
TERTAHAN
TER
INDIVIDU
TAHAN
KUMULATIF
% TERTAHAN
%
LOLOS
100
100
100
100
100
100
100
100
100
3/8
100
100
100
100
No. 4
43
43
2.87
97.13
72 100
97.07
45
45
3.00
97.00
No. 8
90
133
6.00
91.13
72 100
91.27
84
129
5.60
91.40
No. 16
226
359
15.07
76.06
76.03
231
360
15.40
76.00
No. 30
604
963
40.27
35.79
25 - 100
35.46
613
973
40.87
35.13
No. 50
216
1179
14.40
21.39
21.50
203
1176
13.53
21.60
No. 100
149
1328
9.93
11.46
11.87
140
1316
9.33
12.27
No. 200
106
1434
7.07
4.39
08
4.50
115
1431
7.67
4.60
7)
Kesimpulan
Pasir alam lolos saringan no. 4 = 96,64 %, lolos saringan no. 8 = 89,07 % dan lolos
saringan no. 200 = 7,57 %, sedangkan abu batu lolos saringan no. 4 = 97,07%, lolos
saringan no. 8 = 91,27 % dan lolos saringan no.200 = 4,50%. Dengan demikian agregat
halus ini dapat digunakan sebagai bahan campuran aspal Latasir Kelas B.
A.
1.3 ASPAL
Landasan Teori
Aspal adalah material yang berwarna hitam atau coklat tua dan berfungsi sebagai bahan
pengikat, pada temperatur ruang berbentuk padat. Sebagaian besar terbentuk dari unsur
hydrocarbon yang disebut bitumen, sehingga seringkali aspal disebut juga bitumenous
material.
13
Sebagai salah satu material konstruksi perkerasan jalan lentur, aspal hanya menempati 4-10%
berdasarkan berat atau 10-15% berdasar volume. Walau demikian aspal merupakan
komponen yang relatif mahal.
Aspal yang umumnya digunakan berasal dari proses destilasi minyak bumi, sehingga aspal
minyak ini sering disebut juga dengan aspal semen (asphalt cement - AC) yang digunakan
dalam keadaan cair dan panas, sehingga disebut juga aspal alam yang berasal dari pulau
Buton.
Aspal semen maupun aspal alam pada campuran aspal beton akan mengikat agregat dan
memberikan lapisan kedap air, serta tahan terhadap pengaruh asam, basa dan garam,
sehingga aspal akan memberikan lapisan yang kedap air, tahan terrhadap pengaruh cuaca dan
reaksi kimia yang lain.
Aspal merupakan hasil produksi dari bahan-bahan alam, sehingga sifat-sifat aspal harus
selalu diperiksa di laboratorium dan aspal yang memenuhi syarat yang telah ditetapkan dapat
dipergunakan sebagai bahan pengikat perkerasan jalan lentur. Tabel berikut adalah contoh
persyaratan aspal keras pen 60/70 dan pen 80/100.
Tabel 1.11 Persyaratan umum aspal keras
JENIS PEMERIKSAAN
CARA
PEMERIKSAAN
PEN 60/70
PEN 80/100
Min
Max
Min
Max
SATUAN
PA 0301-76
60
79
89
99
0,1 mm
PA 0302-76
48
58
46
54
PA 0303-76
200
225
PA 0304-76
0,4
0,6
% berat
PA 0305-76
99
99
% berat
PA 0306-76
100
100
Cm
PA 0307-76
gr/cm3
PA 0308-76
75
75
%
semula
14
PA 0301 76
AASHTO T49 68
ASTM D5 71
2) Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek (solid
atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu, beban dan waktu
tertentu ke dalam bitumen dengan suhu tertentu.
3) Peralatan
a. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum tanpa gesekan dan dapat
mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
b. Pemegang jarum seberat (47,5 0,05) gram yang dapat dilepas dengan mudah dari alat
penetrasi untuk peneraan.
c. Pemberat dari (50 0,05) gram dan (100 0,05) gram masing-masing dipergunakan untuk
pengukuran penetrasi dengan beban 100 gr dan 200 gr.
d. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 440 C, atau HRC 54 sampai 60. Ujung
jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
e. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang rata-rata
berukuran seperti pada tabel 1.12.
Tabel 1.12 Ukuran cawan penetrasi
Penetrasi
Diameter
Dalam
Di bawah 200
55 mm
35 mm
200 sampai 300
70 mm
45 mm
f. Bak perendam (waterbath). Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang 10 liter dan dapat
menahan suhu tertentu dengan ketelitian lebih kurang 0,1 0C. Bejana dilengkapi dengan
pelat dasar berlubang-lubang, terletak 50 mm di atas dasar bejana dan tidak kurang dari
100 mm di bawah permukan air dalam bejana.
g. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi. Tempat tersebut
mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup untuk merendam benda uji
tanpa bergerak.
h. Pengukuran waktu. Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stopwatch
dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dan kesalahan tertinggi 0,1 detik
per 60 detik. Untuk pengukuran penetrasi dengan alat otomatis kesalahan alat tersebut
tidak boleh melebihi 0,1 detik.
i. Termometer.
4) Benda Uji
15
Panaskan contoh berlahan-lahan serta aduklah hingga cukup cair untuk dapat
dituangkan.Pemanasan contoh untuk ter tidak lebih dari 600C di atas titik lembek, dan untuk
bitumen tidak lebih dari 900C di atas titik lembek.Waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30
menit.Aduklah berlahan-lahan agar udara tidak masuk kedalam contoh.Setelah contoh cair
merata tuangkan ke dalam tempat contoh dan diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam
tempat tersebut tidak kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Buatlah dua benda uji
(duplo). Tutuplah benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1
sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk yang besar.
5) Cara Melakukan
a. Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat air tersebut ke
dalam bak perendam yang telah berada pada suhu yang ditentukan. Diamkan dalam bak
tersebut selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 0,5 sampai 2 jam untuk benda
uji besar.
b. Periksalah pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik dan bersihkan jarum
penetrasi dengan toluene atau pelarut lain kemudian keringkan jarum tersebut dengan lap
bersih dan pasanglah jarum pada pemegang jarum.
c. Letakkan pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beben sebesar (100 0,1)
gram.
d. Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.
e. Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh permukaan benda uji.
Kemudian aturlah angka 0 di arloji penetrometer, sehingga jarum penunjuk berimpit
dengannya.
f. Lepaskan pemegang dan serentak jalankan stopwatch selama waktu (5 0,1) detik.
g. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berimpit dengan jarum
penunjuk. Bulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat.
h. Lakukan pekerjaan a sampai g di atas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang sama.
Titik-titik pemeriksaan berjarak satu sama lain dan dari tepi dinding lebih dari 1 cm.
i. Catatan: (i) bitumen dengan penetrasi kurang dari 150 dapat diuji dengan alat-alat dan cara
pemeriksaan ini, sedangkan bitumen dengan penetrasi 350 dan 500 perlu dilakukan
dengan alat-alat lain. (ii) apabila pembacaan stopwatch lebih dari (5 0,1) detik, hasil
tersebut tidak berlaku (diabaikan).
16
6) Hasil Pemeriksaan
Tabel 1.13 Pemeriksaan penetrasi aspal (jenis aspal 80/100)
Percobaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
I
94
103
82
74
82
80
79
79
89
82
84,4
II
92
104
83
76
85
79
79
80
94
84
85,6
85
7) Kesimpulan
Nilai penetrasi aspal (jenis aspal 80/100) adalah 85 (0,1 mm), lebih besar dari nilai minimum
80 (0,1 mm) dan lebih kecil dari nilai maksimum 99 (0,1 mm).
C. Pemeriksaan Daktilitas Aspal/Bitumen
1) Referensi
PA 0306 76
ASTM D113 69
2) Maksud
Maksud pemeriksaan ini adalah untuk mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik dua
cetakan yang berisi bitumen keras sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.
3) Peralatan
a. Cetakan daktilitas kuningan.
b. Bak peredam isi 10 liter yang dapat menjaga suhu tertentu selama pengujian dengan
ketelitian 0,10C, dan benda uji dapat direndam sekurang-kurangnya 10 cm dibawah
permukaan air. Bak tersebut diperlengkapi dengan pelat dasar yang berlubang diletakkan 5
cm dari dasar bak peredam untuk meletakkan benda uji.
c. Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut :
Dapat menjaga benda uji tetap teredam dan tidak menimbulkan getaran selama
pemeriksaan.
17
7) Kesimpulan
Nilai daktilitas Aspal (jenis aspal 80/100) adalah 104,5 cm, lebih besar dari nilai minimum
100 cm.
18
PA 0302 76
AASHTO T53 74
2) Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal yang berkisar antara
300C sampai 2000C.
Yang dimaksud dengan titik lembek adalah suhu pada saat bola baja, dengan berat tertentu,
mendesak turun suatu lapisan aspal dan ter yang terhadap dala cincin berukuran tertentu,
sehingga aspal atau ter tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak dibawah cincin pada
tinggi tertentu, sebagai akibat kecepatan pemanasan tertentu.
3) Peralatan
a. Termometer.
b. Cincin kuningan.
c. Bola baja diameter 9,53 mm berat 3,45 sampai 3,55 gram.
d. Alat pengarah bola.
e. Bejana gelas, tahan pemanasan mendadak dengan diameter dalam 8,5 cm dan tinggi
sekurang-kurangnya 12 cm.
f. Dudukan benda uji.
4) Benda Uji
a. Panaskan contoh berlahan-lahan sambil diaduk terus-menerus hingga cair. Pemanasan dan
pengadukan dilakukan berlahan agar gelembung udara tidak masuk.
Setelah cair merata tuanglah contoh ke dalam dua buah cincin. Suhu pemanasan ter tidak
melebihi 560C diatas titik lembeknya dan untuk aspal tidak melebihi 1110C diatas titik
lembeknya.
Waktu untuk pemanasan untuk ter tidak melebihi 30 menit sedangkan untuk aspal tidak
melebihi 2 jam.
b. Panaskan 2 buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh, dan letakkan kedua cincin
diatas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dari campuran talk dan sabun.
c. Tuangkan contoh kedalam 2 buah cincin. Diadakan pada suhu sekurang-kurangnya 80C di
bawah titik lembeknya sekurang-kurangnya selama 30 menit.
d. Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang telah
dipanaskan.
5) Cara Melakukan
a. Pasang dan aturlah kedua benda uji di atas dudukannya dan letakkan pengarah bola di
atasnya. Kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut ke dalam bejana gelas.
Isilah bejana dengan air suling baru, dengan suhu (5 1)0C sehingga tinggi permukaan air
berkisar antara 101,6 mm sampai 108 mm. Letakkan termometer yang sesuai untuk
pekerjaan ini antara kedua benda uji (kurang lebih 12,7 mm dari tiap cincin).
Periksa dan aturlah jarak antara permukaan plat dasar dengan benda uji sehingga menjadi
25,4 mm.
b. Letakkan bola-bola baja yang bersuhu 50C di atas dan di tengah permukaan masingmasing benda uji yang bersuhu 50C menggunakan penjepit dengan memasang kembali
pengarah bola.
c. Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 50C per-menit. Kecepatan pemanasan
ini tidak boleh diambil dari kecepatan rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini. Untuk 3
menit yang pertama perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh melebihi 0,50C.
d. Catatan: apabila kecepatan pemanasan melebihi ketentuan dalam 4.c, maka pekerjaan
diulangi, dan apabila dari suatu pekerjaan duplo perbedaan suhu dalam 6 melebihi 1 0C,
maka pekerjaan diulangi.
6) Hasil Pemeriksaan
Tabel 1.15 Pemeriksaan titik lembek aspal (jenis aspal 80/100):
Benda Uji 1
Benda Uji 2
490C
48 C
Rata-rata = 48,50C
7) Kesimpulan
Nilai titik lembek aspal adalah 48,50C, lebih besar dari nilai minimum 460C dan lebih kecil
dari nilai maksimum 540C.
E. Pemeriksaan Titik Nyala Dan Titik Bakar Dengan Cleveland Open Cup
1) Referensi
PA 0303 76
ASTM D92 52
2) Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari semua hasil
minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya yang mempunyai titik nyala open cup
kurang dari 790C.
Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas permukaan
aspal.
Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada suatu titik
di atas permukaan aspal.
3) Peralatan
a. Cleveland open cup, berupa cawan kuningan.
b. Pelat pemanas.
Terdiri dari logam, untuk meletakkan cawan cleveland. Bagian atas dilapisi seluruhnya
oleh asbes setebal 0,6 cm (1/4).
c. Sumber pemanas.
Pembakaran gas atau tungku listrik, atau pembakar alkohol yang tidak menimbulkan asap
atau nyala disekitar bagian atas cawan.
d. Penahan angin
Alat yang menahan angin apabila digunakan nyala sebagai pemanasan.
e. Nyala penguji.
Yang dapat diatur dan memberikan nyala dengan diameter 3,2 sampai 4,8 mm dengan
panjang tabung 7,5 cm.
f. Termometer
4) Benda Uji
a. Panaskan contoh aspal antara 148,90C dan 1760C, sampai cukup cair.
b. Kemudian isilah cawan cleveland sampai garis dan hilangkan (pecahkan) gelembung
udara yang ada pada permukaan cairan.
5) Cara Melakukan
a. Letakkan cawan di atas pelat pemanas dan aturlah sumber pemanas sehingga terletak di
bawah titik tengah cawan.
b. Letakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik tengah cawan.
c. Tempatkan termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6,4 mm di atas dasar
cawan, dan terletek pada satu garis yang menghubungkan titik tengah cawan dan titik
poros nyala penguji. Kemudian aturlah sehingga poros termometer terletak pada jarak
diameter cawan dari tepi.
d. Tempatkan penahan angin di depan nyala penguji.
e. Nyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanasan sehingga kenaikan suhu menjadi (15
f.
g.
h.
i.
j.
1) 0C per menit sampai benda uji mencapai suhu 560C di bawah titik nyala perkiraan.
Kemudian aturlah kecepan pemanasan 50C per menit pada suhu antara 560C dan 280C di
bawah titik nyala perkiraan.
Nyalakan nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi cawan)
dalam waktu satu detik. Ulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan suhu 20C.
Lanjutkan pekerjaan f dan g sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas
permukaan benda uji. Bacalah suhu pada termometer dan catat.
Lanjutkan pekerjaan h sampai terlihat nyala yang agak lama sekurang-kurangnya 5 detik
di atas permukaan benda uji. Bacalah suhu pada termometer dan catat.
Catatan: hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi syarat toleransi (sebagaimana tabel 1.16)
dianggap gagal dan harus diulangi.
50F (20C)
100F (5,50C)
100F (5,50)
150F (80C)
6) Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan titik nyala aspal (jenis aspal 80/100) adalah: 3440C. Sedangkan hasil
pemeriksaan titik bakar aspal adalah: 3490C.
7) Kesimpulan
Nilai titik nyala aspal adalah 3440C lebih besar dari nilai minimum 2250C, sedangkan nilai
titik bakar aspal adalah 3490C juga lebih besar dari nilai minimum 2250C.
BAB II
PERENCANAAN DAN PEMBUATAN
CAMPURAN ASPAL
2.1 LANDASAN TEORI
Sebelum proses produksi campuran aspal dilaksanakan, terlebih dahulu dibuat rumus
campuran kerja atau job mix formula, yang didapat dari hasil percobaan di laboratorium.
Langkah awal perencanaan campuran kerja ini adalah dengan pengujian mutu material baik
agregat maupun aspal, sebagaimana dikemukakan pada Bab I. Langkah selanjutnya adalah
melakukan perhitungan dan percobaan komposisi campuran di laboratorium dan terakhir adalah
evaluasi karakteristik sifat-sifat campurannya dengan serangkaian pengujian Marshall dari
contoh yang sudah disiapkan.
Perencanaan komposisi campuran aspal didasarkan pada syarat-syarat campuran aspal
yaitu stabilitas, durabilitas, fleksibilitas dan tahanan geser, Campuran yang diharapkan adalah
campuran aspal dengan agregat dan aspal yang optimal, sehubungan dengan sifat/syarat
campuran aspal sesuai dengan jenis lapisan perkerasannya.
Tabel 2.1 Contoh Persyaratan Sifat Campuran
HRSS A
(Latasir A)
HRSS B
(Latasir B)
HRS
(Lataston)
AC
(Laston)
ATB
Min
Max
Min
9,1
2,0
10,3
7,9
2,0
8,9
6,8
1,7
7,3
6,2
1,7
6,7
5,5
1,7
6,0
SIFAT CAMPURAN
Kadar bitumen efekif
Kadar absorbsi bitumen
Total kadar bitumen
(% berat total berat campuran)
Kadar rongga udara campuran
padat (% berat total volume
campuran)
Min
Max
Marshall Quotient
(AASHTO T 245-78) KN/mm
Min
Max
0,8
4,0
0,8
4,0
1,0
4,0
1,8
5,0
1,8
5,0
Stabilitas Marshall
(AASHTO T 245-78) Kg
Min
Max
200
850
200
850
450
750
550
1250
450
-
Min
75
75
75
75
75
1)
2)
3)
4)
5)
6)
a.
b.
Metode Bina Marga, yaitu metode yang bersumber dari BS 594 dan dikembangkan untuk
kebutuhan di Indonesia oleh CQCMU (Central Quality Control & Monitoring Units) Bina
Marga, sehingga metode dikenal juga dengan metode CQCMU.
Metode Asphalt Institute
mengandung cukup banyak bagian yang lolos atau tertahan ayakan # 4 (6,25 mm), maka material
tersebut harus dipisahkan menjadi 2 fraksi yang diperiksan secara terpisah.
Gradasi butir dari masing-masing kelompok agregat: agregat kasar/sedang, dan halus
(pasir) digambarkan pada amplop gradasi yang telah ditetapkan. Karena perencanaan campuran
menggunakan penyelesaian matematik/aljabar (seperti: matriks 3 x 3), maka agregat kasar dan
Input parameter perencanaan
agregat sedang dikelompokkan pada fraksi agregat kasar (CA), yang proporsi pencampurannya
harus ditentukan terlebih dahulu jika digunakan agregat kasar dan agregat sedang ini dapat
digunakan cara grafis diagonal. Contoh batas distribusi ukuran partikel agregat kasar dan agregat
halus dapat dilihat pada tabel 1.2 dan 1.3.
tidak
ya
LATASIR A
ATB
0 10
5 23
20 40
30 50
40 60
64.3 78.3
53.6 - 72.6
47 67
39 59
26 - 49.5
12 15
Res
8 13
59
4.5 - 7.5
4.5 - 7.5
Fraksi-fraksi rencana di atas tidak sama seperti yang diperlukan untuk proporsi penakaran (batch
propoortion) yang diperlukan untuk agregat kasar, pasir dan bahan pengisi tambahan. Campuran
nominal direncanakan sedemikian rupa sehingga merupakan nilai tengah dari batas-batas
komposisi yang diberikan pada spesifikasi.Batas komposisi rencana diberikan pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Pedoman proporsi campuran nominal
Komponen
campuran
Fraksi agregat kasar
(CA) > saringan # 8
Fraksi agregat halus
(FA) # 8 - # 200
35
88 CA b 92 CA b 65 FF b
45
ATB
50
55 FF b 50 FF b
12
4,5
4,5
100
100
100
100
100
TOTAL
1.
2.
3.
LATASIR
A
0 10
Ses
Catatan :
Total kadar aspal = kadar aspal efektif + absorbsi aspal oleh agregat
Perkiraan absorbsi aspal 50 % absorbsi air oleh campuran agregat
Batas nilai b dapat dilihat pada tabel 2.1.
Perbandingan campuran agregat yang nominal, kadar aspal dan kadar bahan pengisi yang
ditambahkan, kemudian digunakan sebagai titik awal dan dasar referensi untuk variasi-variasi
campuran yang diselidiki dalam percobaan di laboratorium. Sebagai pedoman, proporsi takaran
nominal tiang sesuai dengan batas-batas gradasi yang disyaratkan dalam tabel 1.2, ditunjukkan
pada tabel 1.3. Proporsi bahan mentah dinyatakan dengan proporsi penakaran (batch proportion).
Setiap penakaran dari bahan mentah adalah menyumbang untuk masing-masing fraksi (lihat
skema gambar 2.2).
QUARRY 1
CA
FA
FF
CA
QUARRY 2
CA
FA
FF
FA
FF
QUARRY 3
CA
FA
FF
Batu Pecah
Abu Batu 2)
Pasir Alam 3)
1,49
91,27
89,07
0,50
4,50
7,57
2,56
2,49
2,56
2,62
2,55
2,57
Semu
2,74
2,67
2,60
Absorbsi
air (%)
2,61
2,80
0,71
Keterangan:
1) Hasil pemeriksaan Analisa Saringan dan Berat Jenis & Penyerapan Agregat Kasar
2) Hasil pemeriksaan Analisa Saringan dan Berat Jenis & Penyerapan Agregat Halus (Abu Batu)
3) Hasil pemeriksaan Analisa Saringan dan Berat Jenis &Penyerapan Agregat Halus (Pasir Alam)
= 56,50 %
= 13,00 %
Kadar Aspal ( b )
= 8.0 %
Untuk perbandingan agregat halus antara Pasir Alam dengan Abu Batu adalah 46% : 54%.
Nilai perbandingan bahan tersebut ditentukan berdasar analisa saringan gabungan antara
pasir alam dengan abu batu.Selanjutnya gradasi kombinasi pasir alam dengan abu batu
disajikan pada tabel 2.5.
% LOLOS
SARINGAN
FORMULA
Pasir Alam
Abu Batu
Perbandingan Gradasi 46% : 54%
#8
91,27
89,07
90,08
X
Y
(X + Y)/2
# 200
4,50
7,57
6,16
Agregat Kasar ( A )
Agregat Halus ( B )
Bahan Pengisi ( C )
GRADASI LOLOS
SARINGAN (%)
FRAKSI AGREGAT
CA
FA
FF
#8
# 200
t#8
l # 8, t # 200
l # 200
1,49
90,08
100
0,50
6,16
100
98,51
9,92
0
0,99
83,92
0
0,50
6,16
100
= 22.50
= 56.50
= 13.00
+Cx
+Cx
0
100
100
100
[]
[]
[]
][ ]
CA
FA
FF
98,51 9,92
0 A
1
0,99 83,92 0 B
100
0,50 6,16 100 C
CA
FA
FF
A
1
[
S
]
B
= 100
C
A
B
C
[S]
= 100
[]
[]
CA
FA
FF
[S]
[S]
= [S]
[ ]
{[ S ]T }
[S]
[ S ]1
dimana =
= 100
22,50
56,50
13,00
[S]
[S]
[S]
[S]
98,51 9,92
0 98,51 9,92
0,99 83,92 0 0,99 83,92
0,50 6,16 100 0,50 6,16
[ S ] = [ S ]T =
[ S ] = [ S ] =
[S]
= [S]
]
|
8385,84 74
0
99
9851
0
35,86 601,86 8257,14
1
833935,12
8392
74
0
99
9851
0
35,86 601,86 8257,14
Proporsi penakaran (Batching Proportion) agregat kasar (A), agregat halus (B), dan bahan
pengisi (C)
|
[]
[] [ ]
A
B
C
A
B
C
100
833935,12
|[ ]
8385,84 74
0
22,50
99
9851
0
56,50
35,86 601,86 8257,14 13,00
22,12
67,01
8,70
PROPORSI
PROPOR
SI
ABSORBSI AIR
+/- # 4
Agregat kasar
0,2212
2,61
0,58
Abu batu
0,3619
2,79
1,01
Pasir alam
0,3082
0,71
0,22
1,806
7,90%
0,72%
8,62%
8,9%
22,12%
32,56%
27,72%
8,70%
8,90%
100%
22,12%
33,56%
28,72%
8,70%
6,90%
100%
22,12%
33,06%
28,22%
8,70%
7,90%
100%
22,12%
32,56%
27,72%
8,70%
8,90%
100%
22,12%
32,06%
27,22%
8,70%
9,90%
100%
22,12%
31,56%
26,72%
8,70%
10,90%
100%
100
100 A
MATERIAL
Batu Pecah
Abu Batu
Pasir
Bahan Pengisi
TOTAL
Gradasi lengkap campuran dan luas permukaan agregat total (Total Agregate Surface
Area), selanjutnya dapat dihitung.
Tabel 2.10 Gradasi Agregat Kombinasi & Luas Total Permukaan Agregat
A
100
B
100
C
100
d
100
FAKTOR
PERMUKA
GRADASI AGREGAT KOMBINASI
AN
AGREGAT
I
II
III
IV
V
100
100
100
100
100
100,
100
100
100
100
100
100
100
100
95,24
100
100
100
98,87
98,86
98,84
98,83
98,82
3/8
50,08
100
100,00
100
88,14
88,01
87,88
87,74
87,61
#4
10,28
97,07
96,64
100
76,59
76,37
76,15
75,92
75,68
x 0.41
#8
1,49
91,27
89,70
100
70,27
70,05
69,83
69,60
69,36
x 0.82
# 16
1,17
76,03
81,37
100
62,13
61,95
61,77
61,58
61,39
x 1.64
# 30
1,00
35,46
60,24
100
40,95
40,87
40,80
40,72
40,64
x 2.87
# 50
0,85
21,50
39,54
100
29,49
29,48
29,47
29,46
29,45
x 6.14
# 100
0,68
11,87
20,97
100
20,25
20,30
20,34
20,38
20,43
x 12.29
# 200
0,50
4,50
7,57
100
13,42
13,50
13,58
13,67
13,75
x 32.27
23,7
6
36,0
5
30,8
5
24,0
2
35,9
0
30,6
4
24,2
8
35,7
4
30,4
3
24,5
5
35,5
8
30,2
1
24,8
3
35,4
2
29,9
9
9,34
LUAS TOTAL PERMUKAAN AGREGAT (M /Kg) 11,72
9,45
11,74
9,55
11,77
9,66
11,79
9,76
11,81
UKURAN
SARINGAN
ASTM
GRADASI AGREGAT
a, Agregat Kasar
PERBANDINGAN CAMP.
b, Abu Batu
AGREGAT (%
BERAT TOTAL c, Pasir
AGREGAT)
d, Bahan Pengisi
1 x 0.41
6,90
7,90
8,90
9,90
10,90
Kebutuhan aspal
(B)
82,80
94,80
106,80
118,80
130,80
1117,20
1105,20
1093,20
1081,20
Kebutuhan agregat
(C)
Ukuran Ayakan
1
3/8
#4
#8
# 16
# 30
# 50
GL
100
100
98,87
88,14
76,59
70,27
62,13
40,95
29,49
GC
0
0
12,63
132,51
261,53
332,14
423,07
659,73
787,69
GL
100
100
98,86
88,01
76,37
70,05
61,95
40,87
29,48
GC
0
0
12,63
132,51
261,15
331,00
420,52
653,47
779,35
GL
100
100
98,84
87,88
76,15
69,83
61,77
40,80
29,47
GC
0
0
12,63
132,51
260,78
329,86
417,96
647,21
771,01
GL
100
100
98,83
87,74
75,92
69,60
61,58
40,72
29,46
GC
0
0
12,63
132,51
260,40
328,71
415,40
640,96
762,68
1069,20
GL
100
100
98,82
87,61
75,68
69,36
61,39
40,64
29,45
GC
0
0
12,63
132,51
260,02
327,57
412,85
634,70
754,34
# 100
# 200
Filler
20,25
13,42
890,92
967,26
1117,20
20,30
13,50
880,89
955,99
1105,20
20,34
13,58
870,86
944,71
1093,20
20,38
13,67
860,83
933,43
1081,20
20,43
13,75
850,80
922,16
1069,20
B. Benda Uji
a. Persiapan benda uji.
Keringkanlah agregat, sampai beratnya tetap pada suhu (105 5)0C. Pisah-pisahkan
b.
agregat dengan cara penyaringan kering ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki atau
sebagai berikut ini
1 sampai
sampai No. 4 (4,76 mm)
No. 4 (4,76 mm) sampai No. 8 (2,38 mm)
Lewat No. 8 (2,38 mm)
Penentuan suhu pencampuran dan pemadatan.
Suhu pencampuran dan pemadatan harus ditentukan sehingga bahan pengikat yang dipakai
menghasilkan viscositas seperti tabel berikut :
Tabel 2.12 Viskositas Penentu Suhu
Campuran
Saybolt
Bahan Pengikat Kinematik
Furol
C. St
Det. S. F.
Aspal panas
Aspal dingin
Tar
c.
170 20
170 20
85 10
85 10
Engler
25 3
Pemadatan
Saybolt
Kenematik
Engler
Furol
C. St.
Det. S. F.
280 30
280 30
140 15
140 15
40 5
Persiapan campuran
Untuk tiap benda uji diperlukan agregat sebanyak 1200 gram sehingga menghasilkan
tinggi benda uji kira-kira 6,25 cm 0,125 cm (2,5 0,05).
Panaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 280C diatas suhu pencampuran untuk
aspal panas dan tar dan aduk sampai merata. Untuk aspal dingin pemanasan sampai 140C
diatas suhu pencampuran. Sementara itu panaskan aspal sampai suhu pencampuran.
Tuangkan aspal sebanyak yang dibutuhkan kedalam agregat yang sudah dipanaskan
tersebut. Kemudian aduklah dengan cepat pada suhu seperti yang disebut pada tabel 3.1,
sampai agregat terlapis merata.
d. Pemadatan benda uji.
Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk dengan seksama
dan panaskan sampai suhu antara 93,3 dan 148,90C.
Letakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah digunting menurut
ukuran cetakan kedalam dasar cetakan, kemudian masukkanlah seluruh
campuran kedalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran keras-keras dengan spatula yang
dipanaskan atau aduklah dengan sendok semen 15 kali keliling pinggirannya dan 10 kali
dibagian dalamnya. Lepaskan lehernya, dan ratakan permukaan campuran dengan
mempergunakan sendok semen menjadi bentuk yang sedikit cembung. Waktu akan
dipadatkan suhu campuran harus dalam batas-batas suhu pemadatan seperti pada tabel 3.1.
e.
f.
g.
h.
Letakkan cetakan diatas landasan pemadat, pada pemegang cetakan. Lakukan pemadatan
dengan alat penumbuk sebanyak 75,50 atau 35 sesuai kebutuhan dengan tinggi jatuh 45 cm
(18).
Selama pemadatan tahanlah agar sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas
cetakan.Lepaskan keping alas dan lehernya, balikkan alat cetak berisi benda uji dan
pasanglah kembali perlengkapannya. Tumbuklah permukaan benda uji yang sudah dibalik
ini dengan jumlah tumbukan yang sama.
Sesudah pemadatan, lepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar benda uji pada
permukaan ujung ini. Dengan hati-hati keluarkanlah dan letakkan benda uji di atas
permukaan rata yang halus, biarkan selama 24 jam pada suhu ruang.
Bersihkan benda uji dari kotoran-kotaran yang menempel dan berilah tanda pengenal pada
masing-masing benda uji.
Timbang dan ukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm
Rendam benda uji ke dalam air kira-kira 24 jam pada suhu ruang atau dimasukan ke dalam
waterbath.
BAB III
PEMERIKSAAN CAMPURAN ASPAL
3.1 LANDASAN TEORI
Karakteristik campuran aspal beton diperiksa dengan alat Marshall (Marshall Test).
Pemeriksaan dengan alat ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan atau stabilitas terhadap
kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal dengan agregat. Kelelehan plastis adalah keadaan
perubahan bentuk suatu campuran akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan
dalam mm atau 0,01.
3.2 PEMERIKAAN SIFAT CAMPURAN ASPAL
1) Referensi
PC 0201 76
AASHTO T245 74
2) Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan
plastis (flow) dari campuran aspal.
Ketahanan (stabilitas) ialah kemampuan suatu campuran untuk menerima beban sampai
terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.
Kelelehan plastis ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat
suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01.
3) Peralatan
i. Alat pemeriksa sifat campuran aspal (Marshal Test)
ii. Timbangan dengan ketelitian 5 gram
iii. Jangka sorong
4) Benda Uji
Campuran aspal yang telah direndam di dalam air (waterbath) kira-kira 24 jam
5) Cara Melakukan
a) Ambil benda uji dari waterbath.
b) Bersihkan benda uji dari kotoran-kotaran yang menempel
c) Timbang dalam air untuk mendapatkan isi.
d) Timbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh.
e) Rendamlah benda uji aspal panas atau benda uji tar dalam bak peredam selama 30 sampai
40 menit atau dipanaskan di dalam oven selama 2 jam dengan suhu tetap (60 1)0C untuk
benda uji aspal panas dan (38 1)0C untuk benda uji tar. Untuk benda uji aspal dingin
masukkan benda uji ke dalam oven selama minimum 2 jam dengan suhu tetap (25 1)0C.
Sebelum melakukan pengujian bersihkan batang penutup (guide rod) dan permukaan
dalam dari kepala penekan (test heads). Lumasi batang penuntun sehingga kepala penekan
yang atas dapat meluncur bebas, bila dikehendaki kepala penekan direndam bersama-sama
benda uji pada suhu antara 21 sampai 38 0C. Keluarkan benda uji dari bak perendam atau
dari oven atau dari pemanas udara dan letakkan ke dalam segmen bawah kepala penekan.
Pasang segmen atas di atas benda uji dan letakkan keseluruhannya dalam mesin penguji.
Pasang arloji kelelehan (flow meter) pada kedudukannya diatas salah satu batang penuntun
dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol, sementara selubung tangkai arloji
(sleeve) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan (breaking head). Tekan
selubung tangkai arloji kelelehan tersebut pada segmen atas dari kepala penekan selama
pembebanan berlangsung.
f) Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan hingga
menyentuh alas cincin penguji. Atur kedudukan jarum arloji tekan pada angka nol.
Berikan pembebanan kepada benda uji dengan kecepatan tetap 50 mm permenit sampai
pembebanan maksimum yang tercapai. Lepaskan selubung tangkai arlogi
kelelehan(sleeve) pada alat mencapai pembebanan maksimum dan catat nilai kelelehan
yang ditunjukkan oleh arloji kelelehan.
Waktu yang diperlukan dan saat dingkatnya benda uji dari rendaman air sampai
tercapainnya beban maksimum tidak boleh melebihi 30 detik.
g) Catatan: untuk benda uji yang tebalnya tidak sebesar 2,5 inci (63,5 mm) koreksilah
bebannya (stabilitasnya) dengan mempergunakan faktor perkalian yang bersangkutan
sesuai tabel 3.2. pada tabel tersebut, hubungan isi / tebal didasarkan pada benda uji yang
diameternya 101,6 mm.
6) Hasil Pemeriksaan
Pencatatan data campuran aspal, baik fisik maupun bacaan arloji dengan alat Marshal, serta
nilai stabilitas yang disesuaikan dikemukakan pada tabel 3.1. Penyesuaian nilai stabilitas,
diperoleh dengan persamaan:
Nilai yang disesuaikan = stabilitas x angka korelasi x angka kalibrasi x 0,4536
Keterangan : Angka korelasi di ambil dari tabel 3.2, sedangkan angka kalibrasi di ambil
dari tabel 3.3
BDA
1A
7.05
1164
657
1173
10.17
572.9
52.9
340
1B
6.69
1166
665
1181
10.23
550.1
42.5
350
2A
6.69
1171
667
1186
10.20
546.9
51.6
460
2B
6.62
1168
653
1184
10.20
541.2
45.2
235
3A
1145
10.20
536.3
52
160
3B
1177
10.18
524.4
58
290
4A
6.15
1160
674
1164
10.20
502.7
33.5
410
4B
6.27
1157
670
1163
10.20
512.5
31.5
410
5A
6.05
1166
678
1168
10.25
499.4
27.6
660
5B
6.00
1146
665
1149
10.25
495.3
25.2
590
No
Tinggi
Benda
(cm)
Uji
ISI BENDA
UJI (cm)
200 213
25,4
5.56
421 431
2 1/16
52,4
1.39
214 225
1 1/16
27,0
5.00
432 443
2 1/8
54,0
1.32
226 237
1 1/8
28,6
4.55
444 456
2 3/16
55,6
1.25
238 250
1 3/16
30,2
4.17
457 470
2 1/4
57,2
1.19
251 264
1 1/ 4
31,8
3.85
471 482
2 5/16
58,7
1.14
265 276
1 5/16
33,3
3.57
483 495
2 3/8
60,3
1.09
277 289
1 3/8
34,9
3.33
496 508
2 7/16
61,9
1.04
290 301
1 7/16
36,5
3.03
509 522
2 1/2
63,5
1.00
302 316
1 1/2
38,1
2.78
523 535
2 9/16
64,0
0.96
317 328
1 9/16
39,7
2.50
536 546
2 5/8
65,1
0.93
329 340
1 5/8
41,3
2.27
547 559
2 11/16
66,7
0.89
341 353
1 11/16
42,9
2.08
560 573
68,3
0.86
354 367
44,4
1.92
574 585
2 13/16
71,4
0.83
368 379
1 13/16
46,0
1.79
586 598
2 7/8
73,0
0.81
380 392
1 7/8
47,6
1.67
599 610
2 15/16
74,6
0.78
393 405
1 15/16
49,2
1.56
611 625
76,2
0.76
406 420
50,8
1.47
Tabel 3.3 Angka Kalibrasi Alat Uji Tekan - Marshal Test No. Seri 03.6000.03.06
Standard
Indication
(Lbf)
Instrument Indication
(x 0.01 mm)
Factor
Kalibrasi (Lbf)
Reapetability
Error (%)
600
17.50
34.2857
0.00
1200
36.17
33.1797
1.38
1800
54.17
33.2308
0.92
2400
71.67
33.4884
0.70
3000
88.83
33.7711
0.56
3600
106.67
33.7500
0.47
4200
124.33
33.7802
0.40
4800
142.67
33.6449
0.35
5400
161.67
33.4021
0.31
6000
179.33
33.4572
0.28
Uncertainty U 95 % = 1 %
Berdasar data-data hasil pemeriksaan bahan penyusun, proporsi campuran nominal serta
hasil pemeriksaan campuran aspal dengan alat Marshal, selanjutnya kualitas atau sifat-sifat
campuran aspal disajikan secara kuantitatif sebagaimana tabel 3.4.
3.3 KADAR ASPAL OPTIMUM
Berdasarkan tabel 3.4, selanjutnya dibuat grafik hubungan antara kadar aspal dengan Marshal
Stability, Marshal Quotient, Air Void dan Film Thikness, sebagaimana gambar 3.1. Gabungan
dari grafik-grafik tersebut, kemudian dapat ditentukan kadar aspal/bitumen optimum sebesar
6.5%.
3.4 KESIMPULAN
Campuran aspal jenis Latasir B (HRSS B) dengan kadar aspal optimum 6.5 % menghasil
kualitas campuran dengan parameter:
Marshall Stability
: 580 kg
Marshall Quotient
: 17 KN/mm
Volume Air Voids
: 17,5%
Bitumen Film Tickness : 3,75 mm
BAB IV
KESIMPULAN
1. Campuran aspal jenis Latasir B (HRSS B) dengan kadar aspal optimum 6.5 % menghasil
kualitas campuran dengan parameter:
Marshall Stability
: 720 kg
Marshall Quotient
: 2,6 KN/mm
Volume Air Voids
: 4,7 %
Bitumen Film Tickness : 4,99 mm
2. Campuran aspal jenis latasir A (HRSS A) terbentuk dari proporsi campuran nominal, dengan
komposisi bahan-bahan:
Agregat Kasar
= 12,73 %
Agregat Halus :
(a) Abu Batu
= 35,16 %
(b) Pasir Alam
= 35,16 %
Bahan Pengisi (filter) = 8,05 %
Kadar Aspal (b)
= 8,90 %
3. Kualitas bahan penyusun campuran aspal adalah:
Aspal Keras :
(a)
(b)
(c)
(d)
=
=
=
=
80.67 x 0.1 mm
105.5 cm
49 0C
320 0C
Agregat Kasar :
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
=
=
=
=
=
22,20 %
2,62
2,67
2,76
1,98 %
=
=
=
=
=
93,17 %
2,36
2,43
2,53
2,86 %
=
=
=
=
=
96,69 %
2,56
2,65
2,77
2,66
= 340 0C
DAFTAR PUSTAKA
1. Affandi, Mf, Perencanaan Campuran Aspal Beton ( Job Mix Design ) dan Pengendaliannya
di AMP, Lokakarya pengendalian mutu dan aspek-aspek supervisi lain dalam pelaksanaan
konstruksi jalan, Jakarta, 19 23 Maret 1990.
2. Asphalt Institute, Mix Desain Methods for Aspalt Concrete and other Hot Mix Types, Manual
Series No. 2 (MS 2), 1974.
3. Dalimin, BRE, Pengaspalan, Lestari, Jakarta, 1979.
4. Dalimin, BRE, Pelaksanaan Pembangunan Jalan, Lestari, Jakarta,1979.
5. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Petunjuk Pelaksanaan Lapis
Tipis Aspal Pasir ( Latasir ), 14/PT/B/1983.
6. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Petunjuk Pelaksanaan Lapis
Tipis Aspal Beton ( Lataston ), 12/PT/B/1983.
7. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Petunjuk Pelaksanaan Lapis
Tipis Aspal Beton ( Laston ), 13/PT/B/1983.
8. Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Pemeriksaan Jalan No. 01/MN/BM/1976,
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, 1976.
9. Direktorat Jenderal Bina Marga, Central Quality Control & Monitoring Unit, C.P. Corne &
Associates Ltd. PT. Virama Karya, Komentar pada Spesifikasi untuk Kontrak Pemeliharaan
Jalan, Seksi 6.3/I, Aspal campuran panas dengan durabilitas tinggi, buku I : Rencana
Campuran, Agustus 1988.
10. Directorat General of Highways, ADB Sevent Road Betterment Project, General
Specification & Addendum G 1, Bipran, 1987.
11. Nagy, John E., Asphalt Paving Manual, Directorate General of Highways, 1988.
12. Pemerintah Daerah Propinsi Tingkat I Jawa Timur Cabang Dinas Pekerjaan Umum Bina
Marga Daerah di Malang, Spesifikasi Umum Proyek Peningkatan Jalan Druju Sendang
Biru, 1990.