Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
limfa.Tanda ini ada saat pasien dalam posisi recumbent. Tanda Cullen adalah ekimosis
periumbulikal pada perdarahan peritoneal
12. Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh ( pinggang ) pada perdarahan
retroperitoneal.
13. Tanda coopernail adalah ekimosis pada perineum,skrotum atau labia pada fraktur
pelvis
14. Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada kuadran kiri atas
ketika dilakukan perkusi pada hematoma limfe. (Scheets, 2002 : 277-278)
Pada hakikatnya gejala dan tanda yang ditimbulkan dapat karena 2 hal:
a. Pecahnya organ solid
Hepar atau lien yang pecah akan menyebabkan perdarahan yang dapat bervariasi dari
ringan sampai berat, bahkan kematian.
Gejala dan tandanya adalah :
1. Gejala perdarahan secara umum
Penderita tampak anemis (pucat). Bila perdarahan berat akan timbul gejala dan tanda
syok hemoragik.
2. Gejala adanya darah intra-peritonial
a. Penderita akan merasa nyeri abdomen, bervariasi dari ringan sampai nyeri hebat
b. Pada auskultasi biasanya bising usus menurun
c. Pada pemeriksaan abdomen nyeri tekan, ada nyeri lepas dan defans muscular
(kekakuan otot) seperti pada peritonitis
d. Pada perkusi akan dapat ditemukan pekak isi yang meninggi.
3. Pecahnya organ berlumen
Pecahnya gaster, usus halus atau kolon akan menimbulkan peritonitis yang dapat timbul
cepat sekali atau lebih lambat.
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
1. Pemeriksaan Diagnostik
b. Trauma Tumpul
1. Diagnostik Peritoneal Lavage
DPL adalah prosedur invasive untuk perdarahan intraretroperitoneal. Harus
dilaksanakan oleh team bedah untuk pasien dengan trauma tumpul multiple dengan
hemodinamik yang abnormal, terutama bila dijumpai :
a. Perubahan sensorium-trauma capitis, intoksikasi alcohol, kecanduan obat-obatan.
b. Perubahan sensasi trauma spinal
c. Cedera organ berdekatan-iga bawah, pelvis, vertebra lumbalis.
Salah satu kontraindikasi untuk DPL adalah adanya indikasi yang jelas untuk
laparatomi. Kontraindikasi relative antara lain adanya operasi abdomen sebelumnya,
morbid obesity, shirrosis yang lanjut, dan adanya koagulopati sebelumnya.(American
College of Surgeon Committee of Trauma, 2004 : 150).
2. Computed Tomography (CT)
Digunakan untuk memperoleh keterangan mengenai organ yang mengalami kerusakan
dan tingkat kerusakannya, dan mendiagnosa trauma retroperineal maupun (American
College of Surgeon Committee of Trauma, 2004 : 151).
c. Trauma Tajam
Untuk pasien yang asimptomatik dengan kecurigaan pada diafragma dan struktur
abdomen bagian atas diperlukan pemeriksaan fisik maupun thorax foto berulang,
7. Secondary survey dari kasus ini dilakukan kembali pengkajian secara head totoe, dan
observasi hemodinamik klien setiap 15 30 menit sekali meliputi tanda-tanda vital
(TD,Nadi, Respirasi), selanjutnya bila stabil dan membaik bisa dilanjutkan dengan
observasi setiap 1 jam sekali.
8. Pasang cateter untuk menilai output cairan, terapi cairan yang diberikan dan tentu
saja hal penting lainnya adalah untuk melihat adanya perdarahan pada urine.
9. Pasien dipuasakan dan dipasang NGT (Nasogastrik tube) untuk membersihkan
perdarahan saluran cerna, meminimalkan resiko mual dan aspirasi, serta bila tidak ada
kontra indikasi dapat dilakukan lavage.
10. Observasi status mental, vomitus, nausea, rigid/kaku/, bising usus, urin output setiap
15 30 menit sekali. Catat dan laporkan segera bila terjadi perubahan secra cepat
seperti tanda-tanda peritonitis dan perdarahan.
11. Jelaskan keadaan penyakit dan prosedur perawatan pada pasien bila memungkinkan
atau kepada penanggung jawab pasien hal ini dimungkinkan untuk meminimalkan
tingkat kecemasan klien dan keluarga.
12. Kolaborasi pemasangan Central Venous Pressure (CVP) untuk melihat status hidrasi
klien, pemberian antibiotika, analgesic dan tindakan pemeriksaan yang diperlukan untuk
mendukung pada diagnosis seperti laboratorium (AGD, hematology, PT,APTT, hitung
jenis leukosit dll), pemeriksaan radiology dan bila perlu kolaborasikan setelah pasti
untuk tindakan operasi laparatomi eksplorasi.
ALGORITMA PENANGANAN PASIEN DENGAN TRAUMA ABDOMEN
Gambar 2
( http://www.imagingpathways.health.wa.gov.au/includes/images/abd_trau.gif )
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KEGAWATDARURATAN
TRAUMA ABDOMEN
1. PengkajianKeperawatan
A. primer
Airway
Pengkajian
Pastikanbahwapasienmemilikijalannapas yang lancar
-Intervensi
1. Bersihkanjalannapasdangunakantambahan lain seperti yang dianjurkan
Breathing
Pengkajian
Evaluasirespirasi rate, kedalamannapas, keefektifandalambernapas,
dancarakerjadalamBernapasmempertimbangkankemungkinanterjadinyacederatorakssec
arabersamaan
-Intervensi :
1.Berikanoksigen via NRFM atau ETT
2.Bantuventilasi yang diperlukandengan masker katuptasatauventilasimekanis
Circulation
Pengkajian
Kaji status peredarandarah :nadi, tanda-tandapadakulit, tekanandarah. Pasiendengan
Trauma abdomen dapatkehilangandarahdalamjumlah yang banyak.
-Intervensi :
1.Pasangduaataulebihborbesar (ukuran 14-16) kateterintravena
usus yang ditunjukkan dan untuk memastikan integritas sfingter tulang belakang.
Setelah trauma tumpul, dinding rektum juga harus dipalpitasi untuk mendeteksi unsurunsur tulang retak dan posisi prostat. Sebuah prostat tinggi mungkin menunjukkan
gangguan uretra posterior.
6. pemeriksaan vagina
Laserasi pada vagina dapat terjadi karena luka tembus atau fragmen tulang dari patah
tulang panggul.
Implikasi dari perdarahan vagina pada pasien yang sedang hamil dapat dilihat pada
trauma kehamilan
7. penis pemeriksaan
Laserasi uretra harus dicurigai jika darah hadir pada meatus uretra. Pemeriksaan positif
adalah tanda klinis yang paling dapat diandalkan trauma intra abdomen yang signifikan.
2. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d gangguan integritas kulit, menurunnya proteksi
tubuh terhadap infeksitujuan : Infeksi tidak terjadi / terkontrol
kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus
2. Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD 140-90/90-60 mmHg, nadi 60-100
x/menit,
RR : 16-20 x/menit, suhu 36,50 37,50 oC)
intervensi :
Mandiri :
1. Pantau tanda-tanda vital
rasional : Mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutamabila suhu tubuh meningkat
2. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
rasional : Mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.
3. Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter, darinase luka, dll.
rasional : Untuk mengurangi resiko infeksi nosokomial.
Kolaborasi :
1. Pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.
rasional : Penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat
terjadinya proses infeksi.
2. Pemberian antibiotik
rasional : Antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
3. Nyeri akut b.d trauma / diskontinui-tas jaringan.
tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 10 menit diharapkan nyeri
yang dialami pasien terkontrol
kriteria hasil :
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang
2. Pasien tampak rileks
3. TTV dalam batas normal (TD 140-90/90-60 mmHg, nadi 60-100 x/menit,
RR :
16-20 x/menit, suhu 36, 5 37, 50 OC)
intervensi :
Mandiri :
1. Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
qualitas.
rasional : Mempengaruhi pilihan/ pengawasan keefektifan intervensi.
2. Berikan tindakan kenyamanan, misalnya perubahan posisi, masase.
rasional : Tindakan alternative untuk mengontrol nyeri
3. Ajarkan menggunakan teknik non-analgetik (relaksasi progresif, latihan napas dalam,
imajinasi visualisasi, sentuhan terapeutik, akupresure)
rasional : Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan dapat
meningkatkan kekuatan otot; dapat meningkatkan harga diri dan kemampuan koping.
4. Berikan lingkungan yang nyaman.
rasional : Menurunkan stimulus nyeri.
Kolaborasi :
1. Berikan obat sesuai indikasi : relaksan otot, misalnya : dantren; analgesik
rasional : Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme/nyeri otot.
4. Pola napas tidak efektif b.d hiperventi-lasi ditandai dengan sesak, dispnea,