Port Oporto
Port Oporto
Wahana Peserta:
Topik :
Tanggal Kasus :
27 September 2013
Nama Pasien :
Olifia
Nomor RM :
Tanggal Presentasi :
Oktober
Pendamping :
Tempat Presentasi :
2013
RSUD Sungai Dareh
dr. Sudjito
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi :
Pasien bayi perempuan usia 7 bulan, datang diantar keluarga dengan keluhan
Tujuan :
Bahan
Kasus
Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi
Pos
Membahas :
Data
Nama :
Olifia
No. Reg:
Pasien
Data Utama untuk bahan diskusi :
1 Diagnosis / Gambaran Klinis :
-
BAB encer sejak kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi > 6
kali sehari, jumlah + 1/4 gelas perkali, ampas(+) ,tidak berlendir, tidak berdarah
-
Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,terus menerus, tidak menggigil,
tidak berkeringat, tidak kejang.
Pasien masih mau menyusu sejak mencret, masih mau minum air dan lebih rewel
dari biasanya.
Saat ini pasien masih minum ASI tanpa tambahan susu formula
Riwayat keluarga : tidak ada anggota keluarga yang mengalami diare saat ini
5
6
Lain-lain:
Status Generalisata :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Nadi
: 128 x/mnt
Nafas
: 48 x/mnt
Suhu
: 380C
: Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kembali lambat
Kepala
: Bentuk simetris, rambut hitam tidak mudah dicabut, ubun-ubun besar cekung
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokhor, diameter pupil 2
mm, refleks cahaya +/+, mata cekung
Hidung
Leher
Dada
:
Paru
Pa
Pk
: sonor
Jantung I
Abdomen
Pa
Pe
: tidak membuncit
Pa
Pe
: hipertimpani
Ekstremitas
Diagnosis Kerja
Pemeriksaan Penunjang :
Hb
: 10,2 gr/dl
Sugianto S, 2002. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Edi. Jakarta:
Salemba Medika, hlm: 73-91.
Markum AH. Penyakit Radang Usus. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak jilid 1.
Ed 1. Jakrata: FKUI, 2002. 448-462.
Mansjoer dkk, 2002. Diare Akut. Dalam Kapita Selekta Kedokteran, jilid 2, Ed 3.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI, hlm 470-478.
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak FKUI, 2002. Diare pada Bayi dan Anak. Dalam
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, jilid 2. Jakarta: Percetakan Infomedika. Jakarta,
hlm 283-294.
Behrman RE, Klegman, Arvin, 2000. Sistem Saluran Pencernaan Dalam Ilmu
Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Ed 15. Jakarta: EGC, hlm 1270-1428.
Sub Bag Ilmu kesehatan Anak FK UNPAD, 2005. Diare Akut Dalam Buku Pedoman
Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 3. Bandung, hal 271-278
Hasil Pembelajaran :
1
BAB encer sejak kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi > 6
kali sehari, jumlah + 1/4 gelas perkali, ampas (+) ,tidak berlendir, tidak berdarah
Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, terus menerus, tidak menggigil,
tidak berkeringat, tidak kejang.
Pasien masih mau menyusu sejak mencret, masih mau minum air dan lebih rewel
dari biasanya.
Saat ini pasien masih minum ASI tanpa tambahan susu formula.
Objektif :
Status Generalisata :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Nadi
: 128 x/mnt
Nafas
: 48 x/mnt
Suhu
: 380C
Kulit
: Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kembali
lambat
Kepala
Mata
Mulut
Abdomen I
: tidak membuncit
Leukosit
: 12.600 /mm3
Assesment :
Diare dapat disebabkan oleh infeksi enteral oleh virus, bakteri, ataupun parasit,
malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan protein, makanan basi, beracun, atau alergi terhadap
makanan tertentu, adanya imunodefisiensi, dan psikologis berupa rasa takut dan cemas yang
walaupun jarang tetapi dapat menimbulkan diare pada anak. Pada pasien ini diare
kemungkinan disebabkan oleh infeksi enteral, didukung oleh adanya peningkatan leukosit
pada pemeriksaaan laboratorium darah. Penyebab lain dapat disingkirkan karena menurut
orangtua pasien hingga saat ini masih mengkonsumsi ASI eksklusif.
Derajat dehidrasi menurut WHO:
1
Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 4-5% berat badan atau sekitar 40-50 ml/kg BB.
Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 6-9% berat badan atau sekitar 60-90 ml/kg BB.
Dehidrasi berat: kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan atau sekitar 100-110
ml/kg BB.
Penilaian derajat dehidrasi sedang pada pasien ini ditetapkan berdasarkan keadaan
klinis pasien yaitu ubun-ubun besar cekung, mata cekung, mukosa dan bibir kering, turgor
kembali lambat.
Penilaian derajat dehidrasi:
Penilaian
Lihatlah
umum
Mata
Air mata
Mulut/lidah
Haus
Periksalah
A
keadaan Baik/sadar
Normal
Ada
Basah
Minum biasa
turgor Kembali cepat
kulit
Kesimpulan
B
C
Gelisah atau lekas Lesu/ lunglai/ tidak
marah*
Cekung
Tidak ada
Kering
Haus*
Kembali lambat*
sadar
Sangat cekung
Kering
Sangat kering
Tidak mau minum*
Kembali
sangat
lambat
Tidak dehidrasi
Dehidrasi
ringan/sedang
(1
Rencana A
tanda lain)
Rencana B
Dehidrasi berat (1
tanda * + atau lebih
tanda lain)
Rencana C
Mencegah dehidrasi
Terapi rencana A adalah memberikan cairan rumah tangga dan ASI semaunya, oralit
diberikan sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:
-
Terapi rencana B diberikan apabila pasien jatuh pada keadaan dehidrasi ringan-sedang,
dengan pemberian oralit atau cairan intravena sebanyak 75 cc/kg BB dalam 3-4 jam pertama
dilanjutkan pemberian cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti diatas setiap kali
buang air besar.
Terapi rencana C merupakan untuk pasien dengan dehidrasi berat dengan cairan RL
100 cc/kgBB. Cara pemberiannya:
-
Umur kurang dari 1 tahun 30 cc/kgBB dalam 1 jam pertama kemudian dilanjutkan
70 cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama proses rehidrasi.
2
Pengobatan dietetic
Makanan harus terus ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada
status gizi
a
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan:
Susu (ASI dan atau susu formula ynag mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tak jenuh)
Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim)
bila anak tidak mau minum susu.
Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu
dengan asam lemak berantai sedang/tak jenuh sesuai dengan kelaiann
yang ditemukan.
Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg, jenis makanan:
makanan padat atau makanan cair atau susu sesuai dengan kebiasaan makan
di rumah.
Obat-obatan
a
Pengobatan simptomatik
Giardia,
Kriptosporidium
Metronidazol
30-50
mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis selama 5 hari (10 hari untuk kasus berat)
Campylobacter, diberikan eritromisin 40-50 mg/kg BB/hari
Plan :
Diagnosis : diare akut dehidrasi sedang
Pengobatan :
-
Rawat Anak
Pendidikan :
-
Memberikan edukasi khususnya kepada keluarga mengenai faktor penyebab diare pada
anak, dan penatalaksanaan awal yang tepat.
ASI diteruskan, karena ASI telah terbukti memperbaiki pasien diare. ASI mempunyai
nutrisi yang lengkap dan anti infeksi untuk mencegah diare berlanjut.
Konsultasi
Konsultasi dilakukan dengan spesialis penyakit anak untuk penatalaksanaan selanjutnya.
Rujukan
Saat ini pasien belum perlu dirujuk.
Portofolio
Nama Peserta: dr. Winny Anggreni Korayan
Nama Wahana: RS Prof.Dr. V.L. Ratumbuysang Manado
Topik: Scabies
Tanggal
(kasus):
Desember
2014 Ny. RM
Nama Pasien:
29
Tanggal Presentasi:
Januari 2015
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Neonatus
Manajemen
Bayi
Anak
Masalah
Remaja
Istimewa
Dewasa
Bumil
Lansia
Tinjauan
Pustaka
Diskusi
Riset
Kasus
Presentasi dan
diskusi
Audit
Pos
Nomor Registrasi: -
Diagnosis:
Scabies
Gambaran Klinis:
Gatal pada tangan, perut, punggung, dan kaki. Keluhan dirasakan sejak 1
bulan yang lalu. Awalnya gatal dirasakan pada sela-sela jari tangan kiri dan
meluas ke tangan kanan. Gatal kemudian menjalar ke daerah perut, punggung,
dan kedua kaki. Keluhan gatal semakin bertambah pada malam hari.
Riwayat Pengobatan:
Belum ada
Riwayat kesehatan/Penyakit:
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien
menyangkal adanya riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.
Riwayat keluarga:
Suami dan kedua anaknya memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat pekerjaan:
Ibu rumah tangga
7 Lain-lain :
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis : Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Respirasi
: 18 x/menit
Suhu
: 36,5 C
Status Dermatologis
:
Distribusi : Regional
Ad Regio
Daftar Pustaka:
Hasil Pembelajaran:
1
2
3
4
tentang
higiene
pribadi
dan
:-
Gatal pada tangan, perut, punggung, dan kaki. Keluhan dirasakan sejak 1
bulan yang lalu. Awalnya gatal dirasakan pada sela-sela jari tangan kiri dan
meluas ke tangan kanan. Gatal kemudian menjalar ke daerah perut, punggung,
dan kedua kaki. Keluhan gatal semakin bertambah pada malam hari. Suami dan
kedua anak pasien mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Pasien tidur
dan menggunakan handuk secara bersama dengan suami dan anak-anaknya.
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien
menyangkal adanya riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.
2 OBJEKTIF:
Status Generalis
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Respirasi
: 18 x/menit
Suhu
: 36,5 oC
Status Dermatologis :
Distribusi : Regional
Ad Regio : Torakalis Posterior, Abdominalis, Palmaris et Dorsalis Manus et
Pedis Bilateral, Interdigitalis Manus et Pedis Bilateral.
Efloresensi: papul eritematosa, multiple, diskret, pustul, ekskoriasi, skuama
halus.
3 ASSESSMENT (Penalaran Klinis):
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
tungau Sarcoptes Scabiei var hominis dan produknya pada tubuh. Penyakit ini
disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian itch, gudikan, gatal agogo,
budukan atau penyakit ampera.
Epidemiologi :
Terdapat banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara
lain sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, kesalahan diagnosis, dan
perkembangan demografi serta ekologik. Scabies dapat digolongkan dalam Penyakit
akibat Hubungan Seksual. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan
perseorangan dan lingkungan. Penyakit ini juga sering menyerang orang yang
tinggal secara bersama-sama di suatu tempat yang relatif sempit, seperti orangorang yang tidur bersama di satu tempat tidur, asrama, serta fasilitas umum yang
dipakai bersama. Tidak terdapat perbedaan frekuensi pada pria dan wanita, serta
menyerang semua umur dan ras. Prevalensi bervariasi terutama pada beberapa
negara berkembang dengan prevalensi 4% sampai 100% dari populasi keseluruhan.
Etiopatogenesis :
Scabies muncul sebagai akibat infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes
scabiei var hominis dan produknya. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda,
kelas Arachnida , ordo Ackarina, super famili Sarcoptes. Secara morfologik tungau
ini berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata, translusen,
berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Betina berukuran 330-450 mikron x 250350 mikron, sedangkan jantan berukuran lebih kecil, yaitu 200-240 mikron x 150200 mikron. Bentuk dewasa memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai
alat untuk melekat dan 2 pasang kaki lainnya pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat
berakhir dengan alat perekat.
Setelah kopulasi yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadangkadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh betina.
Tungau betina yang sudah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum,
dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4
butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari,
dan mempunyai larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal
dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi
nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh
siklus hidup mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu sekitar 8-12
hari dan siklus tersebut akan terulang lagi. Terowongan-terowongan yang lama akan
menyebuh, sedangkan ditempat yang lain akan terbentuk terowongan-terowongan
baru. Terowongan- terowongan tampak sedikit meninggi, keabu-abuan, garis
berkelok-kelok
pada
kulit.
Bekas
terowongan-terowongan
tersebut
akan
Erupsi
kulit
bervariasi,
tergantung
pada
lamanya
infestasi,
sensitisasi
sebelumnya,
dan
pengobatan
sebelumnya.
Selain
hospes.
Likenifikasi, impetigo,
dan
dapat
furunkulosis
terlihat.
bulosa
Lesi
dapat
mengandung banyak
eosinofil,
serupa
dengan
pemfigoid
bulosa.
Temuan
imunofloresens
positif
juga
harus
sel
langerhans. Misdiagnosis dapat menuntun pada pengobatan sistemik dengan agenagen toksik.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal disebabkan oleh sensitisasi terhadap
sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah
infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya
papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi,
krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas
dari lokasi tungau.
karena
aktifitas
Penyakit
ini
menyerang
manusia
secara
kelompok,
misalnya
dalam
sebuah
keluarga
biasanya
seluruh
anggota
keluarga
terkena
infeksi.
Begitu
pula
dalam
penduduknya,
yang
padat
Pemeriksaan Penunjang :
Bila gejala klinis spesifik, diagnosis scabies mudah ditegakkan. Tetapi
penderita sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit
ditegakkan. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan tungau dan
produknya, yaitu :
a
Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH
10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang bertujuan
untuk
mengangkat
atap
papula
atau
kanalikuli.
Bahan
pemeriksaan
diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa
dibawah mikroskop.
b
berdarah. Kerokan tersebut diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan
minyak mineral yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop.
e
Swab kulit
Kulit dibersihkan dengan eter lalu dilekatkan selotip dan diangkat dengan
cepat. Selotip dilekatkan pada gelas objek kemudian diperiksa dengan
mikroskop.
Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli.
Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet dari lampu Wood,
tetrasiklin tersebut akan memberikan fluoresensi kuning keemasan pada
kanalikuli.
Dari berbagai macam pemeriksaan tersebut, pemeriksaan kerokan kulit
merupakan cara yang paling mudah dan hasilnya cukup memuaskan. Agar
pemeriksaan berhasil, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni:
a
Kerokan harus dilakukan pada lesi yang utuh (papula, kanalikuli) dan tidak
dilakukan pada tempat dengan lesi yang tidak spesifik.
Sebaiknya lesi yang akan dikerok diolesi terlebih dahulu dengan minyak
mineral agar tungau dan produknya tidak larut, sehingga dapat menemukan
tungau dalam keadaan hidup dan utuh.
Oleh karena tungau terdapat dalam stratum korneum maka kerokan harus
dilakukan di superfisial dan menghindari terjadinya perdarahan. Namun
karena
sulitnya
menemukan
tungau
maka
diagnosis
scabies
harus
Penatalaksanaan Scabies :
a
Non-Farmakologi :
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan
kebersihan diri dan lingkungan yang kurang baik, oleh sebab itu untuk mencegah
penyebaran penyakit
Semua anggota keluarga harus diperiksa dan mungkin semua harus diberi
pengobatan secara serentak.
Higiene
perorangan
penderita
harus
mandi
bersih,
bila
perlu
stadium,
mudah
digunakan,
dan
jarang
memberi
iritasi.
Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai anti scabies dan anti gatal. Harus dijauhkan
dari mata, mulut, dan uretra.
Komplikasi :
Bila scabies tidak diobati selama beberapa minggu sampai bulan erupsi dapat
berbentuk limfangitis, impetigo, ektima, selulitis, folikulitis, dan furunkel. Pada anak
sering terjadi glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan
preparat antiscabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian
yang terlalu sering. Salep sulfur dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan
dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis.
Pemakain antiscabies seperti gamma benzena heksa klorida yang berlebihan dan
sering dapat menimbulkan dermatitis iritan. Hati-hati terhadap penggunaan benzil
benzoas pada genitalia pria. Dapat timbul infeksi sekunder sistemik seperti
pielonefritis, abses, internal, pneumonia piogenik, dan septikemia.
Prognosis :
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain obat, serta syarat
pengobatan
dapat
menghilangkan
faktor
predisposisi,
maka
penyakit
4 PLAN:
Diagnosis :
Scabies
Pengobatan :
Krim Permetrin 5% diolesi pada seluruh badan dan dicuci 10 jam kemudian.
Loratadin 10mg, 1x1 tablet.
Semua anggota keluarga harus diperiksa dan diberi pengobatan.
Edukasi higiene pribadi dan lingkungan
ini
PORTOFOLIO 1
No. ID dan Nama Peserta : dr. Artamty Sastry Ayulendry
No. ID dan Nama Wahana : BANGKALAN
Topik : BRONKOPNEUMONIA
Tanggal Kasus : 22 Februari 2013
Nama Pasien : An. A /10 bln
No. RM :410XX
Tanggal Presentasi : 12 oktober 2012
Pendamping : dr. Mahrus
Tempat presentasi : Ruang Pertemuan Komite Medik
Obyektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Tinjauan pustaka
Penyegaran
Manajemen
Masalah
Istimewa
Diagnostik
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Bumil
Lansia
Deskripsi
Tujuan
Bahan bahasan
Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
Pustaka
Cara membahas
Diskusi
Presentasi &
E-mail
Pos
diskusi
Data Pasien
Nama : An. A
No. Registrasi :
410XX
Terdaftar sejak
Nama Klinik :
Telp.
Data Utama untuk bahan diskusi
1 Diagnosis / Gambaran Klinis :
KELUHAN UTAMA : Sesak napas. Pasien datang ke UGD RS. Syarifah
Amabami Rato Ebu dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit, batuk timbul terus menerus, tidak dipengaruhi cuaca,
aktivitas, waktu maupun posisi tubuh, tidak disertai dengan suara napas
berbunyi. Riwayat tersedak sebelum timbul sesak napas tidak ada. Keluhan
ini baru pertama kali dialami dan bibir terlihat agak kebiruan. Dan keluhan
dirasa semakin memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Tiga hari sebelum sesak, pasien mengeluh pilek dan batuk berdahak
yang sulit dikeluarkan, tidak disertai keringat malam dan bersifat tidak terus
menerus. Keluhan disertai demam tinggi yang timbul mendadak dan terus
menerus, tidak menggigil dan tidak kejang. Karena keluhan tersebut pasien
dibawa oleh ibunya ke bidan dan diberikan 3 macam obat dan salah satunya
adalah obat penurun panas, tetapi tidak ada perubahan. BAB dan BAK
lancar
Diagnosis: Bronkopneumonia
2. Riwayat Pengobatan : Pasien tidak pernah berobat ke manapun terkait dengan
keluhannya saat ini
3. Riwayat Kesehatan : Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
4. Riwayat keluarga : Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita sakit
seperti ini
5. Riwayat Kehamilan : Ibu pasien teratur memeriksakan kehamilannya ke bidan,
tidak ada keluhan yang berarti selama kehamilannya.
6. Riwayat Persalinan : Bayi lahir cukup bulan, spontan, langsung menangis,
berat badan lahir 3100 gram, panjang 49 cm. Pasien anak pertama di keluarga ini
7. Riwayat Imunisasi
BCG
: 1x, umur 1 bulan
Polio
: 4x, umur 1 hari, 2,3,4 bulan
DPT
: 3x, umur 2,3,4 bulan
Campak : 1x umur 9 bulan
Hepatitis B : Belum pernah
8. Riwayat Makanan
Umur : 0 - 4 bulan : ASI + Susu formula
4 - 5 bulan : ASI + Susu formula + Bubur susu + Buah
6 10 bulan : Susu formula + Bubur susu + Buah + Nasi tim saring
9. Lain2 :
Daftar Pustaka
1. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Cetakan I.
2. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Depkes.
3. Pneumonia, Penyebab Kematian Balita Nomor Satu. Diunduh dari :
(http://www.kematian.biz/pdf/article/health/pneumonia-penyebab-kematian-balitanomor-satu.pdf
4.Askep
pada
Anak
dengan
Bronkopneumonia.
Diunduh
dari
:
(http://hanikamioji.wordpress.com)
5. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga Press Surabaya
6. Buku Ajar Respirologi Anak. IDAI
7. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak. Airlangga Press
Surabaya
8. World Health Organization. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit
Hasil Pembelajaran
1
Definisi Bronkopneumonia
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Etiologi Bronkopneumonia
Epidemiologi Bronkopneumonia
Klasifikasi Bronkopneumonia
Patogenesis Bronkopneumonia
Stadium Bronkopneumonia
Manifestasi Klinis Bronkopneumonia
Penegakan Diagnosis Bronkopneumonia
Pengobatan Bronkopneumonia
Komplikasi Bronkopneumonia
Prognosis Bronkopneumonia
OBYEKTIF
Keadaan umum
: 38,5 C
Nadi
Pernapasan
BB
Status gizi
: 68 kali /menit
: 9,2 kg
: cukup
Kepala/Leher
Kepala
Leher
Thorax
Umum
Bentuk : normal, Simetris
Kulit
: tidak ditemukan kelainan
Axilla : tidak ditemukan kelainan
Retraksi intercostal (+)
Paru
ANTERIOR
Kiri
Kanan
Inspeks Pergerakan Pergerakan
POSTERIOR
Kiri
Kanan
Pergerakan Pergerakan
pernafasan
pernafasan
pernafasan
pernafasan
Palpasi
simetris
Fremitus
simetris
Fremitus
simetris
Fremitus
simetris
Fremitus taktil
taktil
Perkusi
Auskult
asi
= taktil = kiri
kanan
Sonor
Bronkovesik
uler
Ronkhi
basah halus
(+)
Wheezing
(-)
taktil
= = kiri
kanan
Sonor
Sonor
Bronkovesik Bronkovesik
uler
uler
Ronkhi
Ronkhi
basah halus basah halus
(+)
(+)
Wheezing
Wheezing
(-)
Sonor
Bronkovesikul
er
Ronkhi basah
halus (+)
Wheezing (-)
(-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultas
i
Abdomen
- Inspeksi
: Datar, simetris
- Palpasi
- Perkusi
: Timpani.
Bawa
h
Umum:
-Akral: Hangat, kering, merah
-Tidak didapat deformitas
-Eritema Palmaris: tidak didapat
Sendi: tidak didapat kelainan
Kuku: tidak didapat kelainan, CRT<2
Umum:
-Akral: Hangat, kering, merah
-Tidak didapat deformitas
Edema: -, CRT<2
Genitalia
Perempuan, tidak ada kelainan
ASESSMENT
Bronkopneumonia
PLAN
Diagnosis :
Pemeriksaan laboratorium: DL
Pemeriksaan radiologis
: Foto Thorax AP
Pengobatan :
Non Farmakologis
- Bed Rest
Farmakologis
1 Pasang O2 3 liter per menit
Konsultasi :
Konsul dokter spesialis anak
Kontrol :
Klinis : keadaan umum dan keluhan sesak
Vital sign: GCS, nadi, RR, temp
sebagian
dari
salah
satu
atau
kedua
paru.
Sedangkan
dan
Haemophilus
influenzae.
Anak
dengan
daya
tahan
dipikirkan
adanya
kelainan
pada
paru-paru,
jantung,
kelainan
metabolic seperti asidosis dan uremia serta adanya kelainan di otak. Dari
heteroanamesis tidak didapatkan keluhan BAK sehingga kemungkinan
kelainan
metabolic
dapat
disingkirkan.
Dari
pemeriksaan
fisik
tidak
didapatkan
penurunan
kesadaran
sehingga
kelainan
disentral
dapat
heteroanamesa
didapatkan
pasien
mengalami
batuk
serta
demam, sehingga dapat dipikirkan adanya suatu penyakit infeksi. Selain itu,
didapatkan ronki basah halus nyaring dan frekuensi pernapasan meningkat
yang
khas
untuk
gejala
bronkopneumonia,
sehingga
diagnosis
Plan
Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium: DL
Pemeriksaan radiologis : Foto thorax AP
Terapi
Non Farmakologis
- Bed Rest
Farmakologis
1 Pasang O2 3 liter per menit
2 Nebulizer ampul combivent ( 1,2 cc )
Konsultasi :
Konsul dokter spesialis Anak
Kontrol :
Klinis : keadaan umum dan keluhan sesak
Vital sign: GCS, Tensi darah, nadi, RR, temp
(dr. Mahrus)
2
3
4
5
6
7
8
Diagnosis / Gambaran Klinis : Oxyuriasis, gatal pada anus sejak 7 hari yang lalu, terutama
pada malam hari, ibu pasien pernah melihat cacing kecil berwarna putih keluar dari anus
pasien. Pasien rewel dan nafsu makannya menurun.
Riwayat Pengobatan : Sudah mendapatkan Pirantel Pamoat 1 1/5 tablet, tetapi belum ada
perbaikan.
Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya.
Riwayat Keluarga : Anak kedua dari 2 orang bersaudara, tinggal bersama orang tua. Kakak
pasien menderita sakit seperti ini 3 minggu sebelum pasien.
Riwayat Pekerjaan : Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tinggal bersama orang tua dan 1 orang kakak, rumah
semi permanen, ventilasi kurang baik, hygiene dan sanitasi kurang baik, jarak rumah dengan
rumah tetangga dekat.
Riwayat Imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus) : lengkap.
Lain-lain : -
Daftar Pustaka :
1
Buku Parasitologi Kedokteran FKUI.
2
Buku Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2008.
Hasil Pembelajaran :
1 Diagnosis Oxyuriasis.
2 Edukasi mengenai faktor resiko yang menyebabkan terjadinya penyakit Oxyuriasis.
3 Tata laksana pasien Oxyuriasis.
4 Pencegahan penyakit Oxyuriasis dari segi lingkungan.
5 Edukasi pada orangtua tentang Oxyuriasis.
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1 Subjektif :
Gatal pada anus sejak 7 hari yang lalu. Gatal terutama dirasakan pada malam hari.
Ibu pasien pernah melihat cacing keluar dari anus pasien saat pasien mengeluhkan
gatal pada malam hari. Cacing berukuran kecil, tipis, dan berwarna putih. Ibu
kemudian membawa pasien berobat ke Poskeskel dekat rumah pasien. Pasien
mendapat obat Pyrantel Pamoat 2 tablet. Pasien disuruh memakan 1 1/5 tablet,
tetapi pasien hanya makan 1 tablet. Karena keluhan masih dirasakan pasien, ibu
pasien membawa pasien berobat ke puskesmas.
Tidur kurang sejak 7 hari yang lalu.
Pasien menjadi lebih rewel dan kurang nafsu makan.
Demam tidak ada.
Batuk tidak ada.
b. Pemeriksaan sistemik
Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis.
Kepala : Bentuk normal, rambut hitam, tidak mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter
2 mm, refleks cahaya +/+ Normal.
THT : Tidak ada kelainan.
Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah.
Plan :
Diagnosis klinis : Oxyuriasis.
Diagnosis sosial : Kurangnya kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Pengobatan :
a. Promotif :
Diberikan penyuluhan mengenai seluk beluk penyakit cacing kremi ini, Mulai
dari pengertian, penyebab, gejala penyakit, penularan, pengobatan, komplikasi
dan prognosis.
Seluruh anggota keluarga dianjurkan untuk berobat ke puskesmas.
b. Preventif :
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum makan, setelah bermain,
dan BAB.
Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku.
Menghilangkan kebiasaan menggigit kuku.
Mencuci sprei minimal 2x / minggu.
Membersihkan jamban setiap hari.
Menghindari penggarukan pada anus karena akan mencemari jari-jari tangan
dan dapat menyebabkan terjadinya luka pada kulit tersebut.
c. Kuratif :
Pyrantel Pamoat 1 x 150 mg ( 1 1/5 tablet ) dosis tunggal. Kepada ibu pasien
diterangkan agar datang kembali ke puskesmas 2 minggu kemudian.
CTM 3 x tablet.
Pendidikan :
Kepada orangtua dijelaskan mengenai penyakit ini dan cara mencegahnya. Apabila
ada anggota keluarga yang menunjukkan gejala penyakit ini segera bawa berobat ke
puskesmas atau ke RS terdekat. Pencegahan pada penyakit ini sangat penting karena
faktor resiko penyakit ini adalah faktor hygiene dan lingkungan yang kurang baik.
Konsultasi :
Perlu dilakukan konsultasi kepada spesialis anak apabila terdapat komplikasi dari
penyakit ini, seperti gangguan pertumbuhan atau gangguan gizi.
Kasus
Topik: Kejang Demam
Tanggal (kasus): 30 Mei
Persenter: dr. Ni Putu Andina Kluniari, S.Ked
2012
Tangal presentasi: 4 Juli
Pendamping: dr. Putu Kusumawati
2012
Tempat presentasi: RS Tk IV Singaraja
Obyektif presentasi:
Keilmuan
Diagnostik
Neonatus
Keterampilan
Penyegaran
Manajemen
Bayi
Tinjauan Pustaka
Masalah
Istimewa
Remaja
Anak
Lan
Dewasa
Tinjauan
Pustaka
Diskusi
Riset
Presentasi dan
diskusi
Data pasien:
Nama: LM
Nama klinik:
Telp:-
Kasus
Email
Nomor Regist
Terdaftar sejak: 31
2. Riwayat pengobatan:
Pasien sempat dibawa ke Sp.A 1 hari sebelumnya, diberi obat dalam bentuk puyer
4 Riwayat keluarga:
keluarga pasien tidak ada yang pernah menderita kejang dengan panas dan kejang
5 Riwayat pekerjaan:
Pasien tidak bekerja
Daftar Pustaka:
a. Moe P.G., Seay A.R. Neurologic & Muscular Disorder. In: Current Pediatric Diagnosis &
Hay W.W et al. eds 16th. 2003. USA. Lange Medical Books/McGrow-Hill. p 717-45.
Johnston M.V. Seizures in Childhood. In: Nelson Textbook of Pediatrics. Editor: Behrma
b.
Eds 17th. 2004. Pensylvania. Saunder. p 1993-2011
c. Gascon G.G., Mikati M.A. Seizures and Epilepsy. In: Textbook of Clinical Pediatrics. Edi
Hanfi HA, Nazer H. 2001. Philadephia. William & Wilkins. p 1414-24.
d. Behrman R.E., Kliegman R.M. Nelson Essentials of Pediatrics. eds 4 th. 2002. Pennsylva
Company. p 793-800
e. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. 2002. Ja
Infomedika. hal 847-55.
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis kejang demam
2. Mekanisme terjadinya kejang pada kejang demam
4. Menggali faktor risiko yang mungkin dari kejang demam
5. Medika mentosa penatalaksanaan kejang demam ditinjau dari fungsi dan kinerja oba
6. Edukasi mengenai penatalaksaan non medikamentosa
7. Edukasi untuk pencegahan terjadinya kejang demam
1 Subyektif: Pasien datang diantar oleh ibunya dalam keadaan tidak sadar, deng
atas. Sebelumnya pasien dikatakan kejang dimana kaki dan tangan pasien meng
berbuih. Lama kejang sekitar 10 menit.
Sebelumnya pasien dikeluhkan panas tinggi mendadak sejak 2 hari yang lalu
dengan penurun panas.
Pasien juga dikeluhkan muntah 1 kali tadi pagi sebelum masuk Rumah Sakit. Mak
setelah sakit. BAK (+) normal, BAK terakhir kurang lebih jam SMRS.
Satu hari sebelumnya pasien sempat berobat ke dokter spesias ana, diberi obat d
Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat kejang dengan panas. keluarga pas
pernah menderita kejang dengan panas dan kejang. Pasien lahir spontan ditolong
badan lahir 3800 gram, langsung menangis, tidak terdapat kelainan. Riwayat imun
umur.
2 Objektif:
Status present pada pasien didapatkan temperature axial 38,5 0 C, GCS E1V1M3.
pasien ini dalam batas normal. Pada pemeriksaan status neurologi didapatkan
ditemukan tanda-tanda perangsangan meningeal. Kernig sign (-), Brudzinsky I/II :
normal.
3 Assessment:
Pasien didiagnosis kejang demam karena pasien mengalami kejang disertai dengan
anamnesis didapatkan pasien mengalami kejang, tangan dan kaki menghentak, m
sejak 10 menit sebelum masuk rumah sakit dan demam sejak 2 hari yang lalu. R
demam sebelumnya disangkal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien kejang, GC
axial 38,30C. Pada kasus ini pasien memenuhi kriteria kejang demam sederhana, ya
bersifat umum, tonik klonik dan berlangsung kurang dari 15 menit dimana p
berlangsung 10 menit. Tidak ada kelainan yang permanen atau sebelumnya tidak m
tanpa panas. Kejang ini biasanya terjadi pada umur penderita 6 bulan sampai 5 ta
berumur 7 bulan. Demam dan atau kejang tidak disebabkan oleh meningitis, ense
yang mempengaruhi otak.
4 Plan:
Diagnosis: untuk mengetahui penyebab demam dilakukan pemeriksaan darah leng
menyingkirkan kemungkinan pasien mengalami epilepsy disarankan melakukan peme
Pengobatan:
Pada pasien diberikan diazepam rektal pada saat kejang denga
umur pasien dibawah 3 tahun. Diberikan penurun panas berupa pamol supositoria d
Pasien diberikan antibiotic berupa biocef, karena dicurigai penyebab demam adalah in
Pendidikan: Dilakukan pada orang tua pasien, pengobatan yang diberikan pada s
Topik: VARICELLA
Tanggal (kasus): 28 Januari
2013
Tanggal presentasi : 09 Maret
2013
Tempat presentasi: Ruang Aula Pertemuan Puskesmas Seririt 1
Obyektif presentasi:
Keilmuan
Diagnostik
Neonatus
Keterampilan
Penyegaran
Manajemen
Tinjauan Pustaka
Masalah
Bayi
Istimewa
Remaja
Anak
Lan
Dewasa
Nama RS/PUSKESMAS
Tinjauan
Pustaka
Diskusi
Riset
Presentasi dan
Kasus
Email
diskusi
Nama: Putu Ariani
Puskesmas Seririt 1
Nomor Regist
Dari pemeriksaan fisik didapatkan gambaran vesikel soliter dengan dasar kulit yang
garukan dan beberapa bekas vesikel yang sudah mengering.
2. Riwayat Pengobatan:
Pasien belum pernah mendapatkan pengobatan untuk mengurangi keluhan saat ini.
6 Riwayat Kesehatan/ Penyakit:
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
7 Riwayat Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
8 Riwayat Pekerjaan:
Pasien masih sekolah di SD 1 Patemon dan duduk di kelas 1.
9 Lain-lain :
Daftar Pustaka:
1.Djuanda Adhi . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 7. Fakultas Kedokteran Universita
2. Lab/SMF. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit K
3. Mansjoer Arif, Suprohaita, Ika Wahyu, Setiowulan Wiwiek. Kapita Selekta Kedokteran
4. Dumasari Lubis, Ramona. Varicella dan Herpez Zooster. Departemen Ilmu Kesehatan
Hasil pembelajaran:
1. Mengetahui gejala klinis varicella.