Anggota
Ayu Amalia
1141420016
1141420020
1141420034
I.
Definisi Kaca
Kaca atau gelas adalah salah satu alat rumah tangga yang bahan utama
penyusunnya adalah SiO2 dengan suhu pelelehan 2000C. Kaca atau gelas
merupakan bahan pejal sekata, biasanya terbentuk apabila bahan cair tidak
berkristal disejukkan dengan cepat, dengan itu tidak memberikan cukup masa
untuk jaringan kekisi kristal biasa terbentuk. Kaca atau gelas termasuk kelompok
vitroida atau termogel, yang merupakan senyawa kimia dengan susunan yang
kompleks. Senyawa tersebut diperoleh dengan membekukan lelehan yang lewat
dingin. Kaca atau gelas ialah produk yang amorf dan bening dengan kekerasan
dan elastisitas yang cukup, tetapi sangat rapuh. Seperti yang telah dijelaskan di
bab sebelumnya bahwa kaca atau gelas apabila dipandang dari segi fisika
merupakan zat cair yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikelpartikel penyusunnya yang saling berjauhan seperti dalam zat cair namun dia
sendiri berwujud padat. Ini terjadi akibat proses pendinginan (cooling) yang
sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak sempat menyusun diri secara
teratur. Dari segi kimia, kaca atau adalah gabungan dari berbagai oksida anorganik
yang tidak mudah menguap , yang dihasilkan dari dekomposisi dan peleburan
senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun lainnya.
Kaca atau gelas biasanya dicampur dengan bahan lain untuk mengubah
cirinya. Misalnya seperti kaca atau gelas bertimah hitam yang menyebabkan kaca
atau gelas menjadi lebih berkilauan, hal ini karena adanya peningkatan index
pantulannya, sementara boron ditambahkan untuk mengubah ciri termal dan
elektriknya, seperti Pyrex. Penambahan barium juga dapat meningkatkan indeks
pantulannya, dan seriumditambahkan untuk kaca atau gelas yang menyerap tenaga
infra.
Beberapa sifat kaca atau gelas yang sangat umum adalah sebagai berikut :
Gelas merupakan bahan yang dapat ditembus oleh cahaya tampak dan
sinar infra merah
II.
Pasir yang di gunakan haruslah kuarsa yang hampir murni, oleh karena
itu, lokasi pabrik kaca biasanya di tentukan oleh lokasi endapan pasir kaca,
kandungan besinya tidak boleh melebihi 0,45 % untuk barang gelas pecah
belah atau 0,015 % untuk kaca optik, sebab kandungan besi ini bersifat
merusak warna kaca pada umumnya. Material pasir diklasifikasikan
berdasarkan ukuran butir 0,1 0,6 mm.
Soda (Na2O)
2.
Soda terutama di dapat soda abu padat Na2 CO3. Sumber lainnya adalah
bikarbonat, kerak garam, dan natrium nitrat yang tersebut terakhir ini sangat
berguna untuk mengoksidasi besi dan untuk mempercepat pencairan.
3. Kaca Soda Gamping (soda lime glass)
Bahan Tambahan
Sebagai fluks dari silika, di pakai soda abu, kerak garam, batu gamping
dan gamping. Di samping itu, banyak pula digunakan oksida timbal, abu
mutiara (kalsium karbonat), salpeter, boraks, asam borat, asam trioksida,
feldspar, dan fluorspar bersama berbagai oksida, karbonat serta garam-garam
logam lain untuk membuata kaca berwarna.
Dalam operasi penyelesaian, banyak pula di pakai berbagai produk lain
seperti abrasif dan asam fluorida.
1. Feldspar
Borax
Borax adalah perawis tambahan yang menambahkan Na2O dan boron
oksida kepada kaca. Walaupun jarang di pakai dalam kaca jendela atau kaca
lembaran, boraks sekarang banyak di gunakan di dalam berbagai jenis kaca
pengemas.
3. Kerak Garam ( salt cake )
Sudah lama digunakan dalm perawis tambahan pada pembuatan kaca,
demikian pula beberapa sulfat lain amonium sulfat dan barium sulfat, dan
sering di tentukan pada. Kerak garam ini di perkirakan dapat membersihkan
buih yang mengganggu pada tanur tangki. Sulfat ini harus di pakai bersama
karbon agar tereduksi menjadi sulfit.
4. Arsen Trioksida (AsO)
Digunakan pada berbagai jenis kaca meja, kaca dekorasi dan kaca optik.
7. Kulet (Cullet)
Adalah kaca hancuran yang di kumpulkan dari barang-barang rusak,
pecahan kaca beling dan berbagai kaca limbah. Bahan ini dapat di pakai 10%
atau bahkan sampai 80% dari muatan bahan baku.
8. Blok Refraktori
Zirkon, alumina, zirkonia alumina elektrokast banyak di gunakan sebagai
refraktor pada tanki kaca.
9. Bahan Stabilizer
Bahan stabilizer merupakan bahan yang mampu menurunkan kelarutan di
dalam air, tahan terhadap serangan bahan kimia lain termasuk materi-materi
4
lain yang terdapat di atmosfer. Contoh bahan stabiliser yang biasa dipakai di
industri gelas adalah :
a. Kalsium Karbonat atau Limestone, membuat produk akhir menjadi tidak
larut di dalam air.
b. Barium Karbonat, meningkatkan berat spesifik dan indeks bias.
c. Timbal Oksida, membuat produk menjadi transparan, mengkilat, dan
memiliki indeks bias yang tinggi.
d. Seng Oksida, membuat gelas tahan terhadap panas yang mendadak,
memperbaiki sifat-sifat fisik dan mekanik, dan meningkatkan indeks bias.
e. Aluminium oksida
Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan
oksigen, dengan rumus kimia Al2O3 dan nama mineralnya adalah alumina.
Disini alumunium oksida berfungsi untuk meningkatkan viskositas gelas,
kekuatan fisik dan ketahanan terhadap bahan kimia.
10. Komponen sekunder
a. Refining agent,
Menghilangkan gelembung-gelembung gas pada saat pelelehan bahan
baku. Bahan yang biasa digunakan sebagai refining agent pada industri gelas
adalah sodium nitrat dan sodium sulfat atau arsen oksida (As2O3).
b. Penghilang warna (decolorant),
Menghilangkan warna yang biasanya diakibatkan oleh kehadiran senyawa
besi oksida yang masuk bersama bahan baku. Bahan penghilang warna yang
digunakan adalah mangan dioksida (MnO2), logam selenium (Se), atau nikel
oksida (NiO).
c. Pewarna (colorant),
Digunakan untuk membuat gelas khusus sesuai dengan warna yang
dikehendaki.
d. Opacifiers.
Bahan yang digunakan sebagai opacifier adalah fluorite (CaF2),
kriolit (Na3AlF6), sodium fluorosilika (Na2SiF6), timah phospat, seng phospat
(Zn3(PO4)2), dan kalsium phospat (Ca3(PO4)2). Opacifiers adalah zat yang
ditambahkan untuk membuat kaca atau gelas bersifat buram atau tidak dapat
ditembus gelombang elektromagnetik, walaupun kaca atau gelas tersebut
transparan.
II.3
Bahan Bakar
5
Pada proses peleburan kaca, bahan bakar yang di gunakan adalah api yang
sangat panas untuk memanaskan tungku pemanas agar kaca dapat melebur
sesuai dengan suhu yang di inginkan atau tergantung pada jenis bahan yang di
kehendaki.
III.
Product
SiO2
Na2O
CaO
Al2O3
MgO
71
14
13
Window glass
72
15
Container glass
72
13
10
73
17
Laboratory glass
96
-Vycor
81
K2O
PbO
B2O3
lain
13
-Pyrex
E-glass (fibers)
54
S-glass (fibers)
64
Optical glasses
67
12
46
Crown
17
15
26
10
45
12
glass
- Flint glass
Hal yang menarik dari komposisi kaca bohlam yaitu pada pembuatan
lampu bohlam dapat ditambahkan warna yang bervariasi. Warna pada kaca
bohlam membuat telihat lebih indah, elegant, dan menambah harga jualnya.
6
ZnO
IV.
Proses pembuatan kaca secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu fusion
of raw materials, working with molten mass dan annealing.
1. Fusion of raw materials (Pencampuran bahan baku)
Adalah proses pencampuran semua bahan baku (utama dan tambahan)
dengan komposisi bahan tertentu sesuai produk yang ingin dihasilkan. Proses ini
dilakukan di dalam suatu reaktor suhu tinggi (1500 0C-1600 0C), karena disini
7
pada kualitas blok konstruksi. Karena itu, perhatian biasanya ditujukan pada
refraktori tanur kaca. Tanur tangki kecil disebut tangki harian (day tank) dan berisi
persediaan kaca cair untuk satu hari sebanyak 1 ton sampai 10 ton. Tangki ini
dipanasi secara elektrotermal atau dengan gas.
Tanur-tanur yang
tanur regenarasi
(regenerative furnace) dan beroperasi dalam dua siklus dengan dua perangkat
ruang berisi susunan bata rongga. Gas nyala setelah memberikan sebagian
kalornya pada waktu melalui tanur berisi kaca cair, mengalir ke bawah melalui
satu perangkat ruang yang diisi penuh dengan pasangan batu terbuka atau batu
rongga (checkerwork). Sebagian besar dari kandungan kalor sensibel gas keluar
dari situ, dan isian itu mencapai suhu yang berkisar antar 1500C didekat tanur
dan 650C di dekat pintu keluar. Bersamaan dengan itu, udara dipanaskan dengan
mengalihkannya melalui lubang regenerasi yang telah dipanaskan sebelumnya dan
dicampur dengan gas bahan bakar yang terbakar, sehingga suhu nyalanya menjadi
menjadi lebih tinggi lagi (dibandingkan dengan jika udara tidak dipanaskan
terlebih dahulu). Pada selang waktu yang teratur, yaitu antara 20 sampai 30 menit,
aliran campuran udara bahan bakar, atau siklus itu dibalik, dan sekarang masuk
tanur dari ujung yang berlawanan melalui isian yang telah mendapat pemanasan
sebelumnya, kemudian melalui isian semula, dan mencapai suhu yang lebih
tinggi.
Suatu Kaca mencair jenis tungku Day Tank dipanaskan gas metan dengan melalui
burner udara panas, datang dari recuperator pemanasan baja. Tungku ini
dilengkapi dengan sistem pembakaran otomatis. Nyala pembakar bekerja
bersinggungan dengan dinding melingkar dari tungku, dan berjalan pada
permukaan kaca. Draft cerobong asap ditempatkan pada posisi lateral. Siklus kerja
setiap hari.
Jenis tungku yang berbeda dan desain yang ada, tergantung pada kuantitas
kaca yang akan diproduksi, jenis produksi kaca, ditambah ekonomi
(dan logistik) faktor
Jenis utama dari tungku meliputi:
9
Bahan baku yang sudah homogen, diayak dahulu sebelum dimasukkan ke dalam
tungku (furnace) bersuhu sekitar 1500oC sehingga campuran akan mencair.
Selama proses pencairan, masing-masing bahan baku akan saling berinteraksi
membentuk reaksi-reaksi kimia berikut :
12
Na2SO3 Na2O
CO2
2.
CaCO3
CO2
3.
Na2SO4 Na2O
4.
CaO
Na2CO3 +
aSiO2
SO2
Na2O.aSiO2 + CO2.
bSiO2
CaO.bSiO2
+ CO2
a2CO3
Na2Ca(CO3)2
nSiO2
NaO.nSiO2
+ SO2 + 0.5O2
8. Reaksi utama
aSiO2 + bNa2O + cCaO + dMgO aSiO2.bNa2O.cCaO.dMgO
b. Pencetakan
b.1
a.
Bahan cair dialirkan secara vertikal ke atas melalui sebuah bagian yang
dinamakan debiteuse. Bagian ini terapung di permukaan kaca cair dengan celah
sesuai dengan ketebalan kaca yang diinginkan. Di atas debiteuse terdapat bagian
sirkulasi air pendingin yang akan mendinginkan kaca hingga 650 670 oC. Pada
13
suhu tersebut kaca berubah menjadi pelat padat dan akan bergerak dengan
didukung oleh roda pemutar (roller) yang menarik kaca tersebut ke atas. Gambar
di bawah ini melukiskan skema proses Fourcault.
b.
Jika proses Fourcault , gerakan kaca berlangsung secara vertikal, maka pada
proses Colburn kaca akan bergerak secara vertical kemudian diikuti gerakan
horizontal setelah melewati roda-roda penjepit yang membentuk leburan gelas
menjadi lembaran-lembaran.
c.
Bahan cair dialirkan ke dalam sebuah kolam berisi cairan timah (Sn) panas.
Kecepatan aliran bahan cair ini merupakan pengatur tebal tipisnya kaca lembaran
yang akan diproses. Kaca akan mengapung di atas cairan timah karena perbedaan
densitas di antara keduanya. Kaca ini tetap berupa cairan dengan pasokan panas
yang berasal dari pembakar di bagian atas kolam. Pengendalian temperatur di
dalam kolam dilakukan agar kaca tetap rata di kedua sisinya serta pararel. Bahan
yang biaanya digunakan untuk keperluan ini adalah gas nitrogen murni.
Selanjutnya, aliran kaca melewati daerah pendinginan (masih di dalam kolam) dan
keluar dalam bentuk kaca lembaran bersuhu 600oC.
b.2 Proses pencetakan bohlam
Peniupan bola lampu yang tipis berbeda dengan pembuatan botol, karena
bentuk dan ukuran bola lampu pada mulanya di tentukan oleh tiupan itu sendiri,
dan bukan oleh cetakannya. Kaca cair mengalir melalui bukaan berbentuk anulus
pada tanur dan turun ke bawah melalui dua rol yang didinginkan dengan air. Salah
satu rol mempunyai lekkukan sehingga menyebabkan pita kaca mempunyai
bagian yang menggelembung yang bertepatan dengan lubang bundar pada
konveyer rantai horizontal tempat pita itu berpindah selanjutnya. Kaca itu
melengkung melalui lubang itu karena beratnya sendiri. Di bawah setiap lubang
itu terdapat cetakan putar, nozel udar jatuh ke permukaan pita, masing-masing
sebuah di atas setiap gelembungan kaca atau lubnag konveyer. Pada waktu pita itu
bergerak, nozel melepaskan suatu hembusann udara yang kemudian menyebabkan
14
terbentuknya gelembung bola pada pita. Cetakan yang berputar itu sekarang naik
dan sebuah lagi hembusan udara, yang bertekanan jauh lebih rendah dari
hembusan pertama membentuk gelembung bola itu ke dalam cetakan menjadi
bentuk bola lampu. Cetakan itu lalu terbuka, sebuah palu kecil memukul bola
lampu itu lepas dari pita. Bola lampu jatuh ke atas sabuk yang membawanya ke
rak lehr, dimana leher lampu di masukan ke dalam, diantara dua bilah vertikal
yang menopangnya pada waktu disangai. Waktu total unutk ke seluruhan operasi
yang di sebutkan di atas, termasuk penyangaian kira-kira 8 menit.
Mesin ini ada yang mencapi kecepatan 2000 bola lampu per menit
Berikut diagram proses pencetakan kaca bohlam :
15
16
c. Penyangaian
Untuk mengurangi regangan-regangan dalam kaca, semua barang kaca harus
disangai (anneal), baik barang kaca yang di buat dengan mesin maupun yang di
buat dengan tangan. Secara singkat, penyangaina menyangkut dua macam operasi
yaitu :
a.
Menahan kaca itu pada suatu suhu di atas suhu kritis tertentu selama
beberapa waktu yang cukup lama sehingga mengurangi regangan-regangan
dalam denagn jalan pengaliran plastik sehingga regangannya kurang dari
sustu maksimum yang di tentukan.
b.
Mendinginkan masa kaca itu sampai suhu kamar secara cukup perlahan
sehingga regangan itu selalu berada di bawah batas maksimum lehr atau
17
dari struktur tanah ataupun air, tetapi ini tidak langsung terjadi sangat cepat
tetapi secara berlahan-lahan.
VI Kesimpulan
Proses produksi kaca/gelas sepeti : LCD, kaca berwarna, kaca
antipeluru, fiberglass, kaca keramik, kaca antigores, lampu bohlam, alat-alat
laboratorium, plat kaca, kaca jendala, dan lain sebagainya memiliki
komposisi bahan dan tahapan proses yang berbeda. Secara umum proses
pembuatan kaca meliputi :
a. Persiapan alat dan bahan
b. Penimbangan bahan baku,
c.
d.
e.
f.
pengayakan,
penggilingan
dan
permunian
Peleburan
Pembentukan/pencetakan
Penyangaian / Annealing
Penyelesaian : Penggosokan, Pemolesan, Pemotongan, Gosoksemprot dengan pasir, Pemasangan email klasifikasi kualitas,
Pengukuran
DAFTAR PUSTAKA
Austin GT. 2005. Shreve's Chemical Process Industries, 5th ed. New York:
McGraw-Hill Book Co.
Badan Standar Indonesia (BSN). 2005. Kaca Lembaran SNI 15-0047-2005.
Jakarta(ID): BSN.
Indonesian Commercial Letter. 2010. Industri Kaca lembaran September 2010
[terhubung berkala] http://www.datacon.co.id/index1ind.html. diakses pada 19
Oktober 2015.
Keenan, Charles W., dkk. 1984. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
19
20