PENDAHULUAN
Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan
dan kematian pada manusia. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab
kematian nomor 1. Diperkirakan, kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta
per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara berkembang. Jumlah
penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya ditemukan
di negara berkembang.1,2
Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap
100.000 penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun ke
tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta perubahan pola
penyakit. Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidensi relatif
tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru
yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di
negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang. Di Amerika
Serikat, keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan di AS
175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari
semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita
kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal
setiap tahunnya. American Cancer Society memperkirakan kanker payudara di
Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara 19902000.1,3
Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher
rahim di Indonesia. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita
kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut. Gejala permulaan kanker payudara
sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh penderita sehingga banyak
penderita yang berobat dalam keadaan lanjut. Hal inilah yang menyebabkan tingginya
angka kematian kanker tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker
masih dapat dicegah. Bila penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium dini,
angka harapan hidupnya (life expectancy) tinggi, berkisar antara 85 sampai dengan
95%. Namun, dikatakan pula bahwa 70-90% penderita datang ke rumah sakit setelah
penyakit parah, yaitu setelah masuk dalam stadium lanjut.3,4
Pengobatan kanker pada stadium lanjut sangat sukar dan hasilnya sangat tidak
memuaskan. Pengobatan kuratif untuk kanker umumnya operasi dan atau radiasi.
Pengobatan pada stadium dini untuk kanker payudara menghasilkan kesembuhan
75%.
Pengobatan
ketrampilan, dan
pada
penderita
kanker
memerlukan
teknologi
canggih,
yang
cukup
kepada
masyarakat
tentang
kanker
payudara
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI PAYUDARA
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot
penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada bagian lateral
atas kelenjar payudara, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila,
disebut penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20
lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mamae, yang
disebut duktus lactiferous. Di antara kelenjar susu dan fasia pectoralis, juga di antara
kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobules
tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi rangka
untuk payudara.1
mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi
aksila, saraf ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di
daerah tersebut. Saraf n.pektoralis yang mengurus m.pektoralis mayor dan minor, n.
torakodorsalis yang menguurus m.latisimus dorsi, dan n.torakalis longus yang
mengurus m.serratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi
dengan diseksi aksila. Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila,
sebagian lagi ke kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial
dan ada pula penyaliran yang ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat ratarata 50 (berkisar dari 10-90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang
arteri dan vena brakialis.1
Gambar 2. Aliran pembuluh darah pada payudara, aksila, dan dinding dada
(Sumber: Schwartzs principle of surgery, 9th edition)
Saluran limfe dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior aksila,
kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang
v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam fosa
supraklavikuler. Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain
menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila
kontralateral, ke m.rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati,
pleura, dan payudara kontralateral.1
KANKER PAYUDARA
Definisi
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat
dan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit
neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Karsinoma merupakan keganasan
pada payudara yang paling umum terjadi dan kanker payudara merupakan jenis
kanker non kulit yang paling sering terjadi pada wanita.2
Insidensi dan Epidemiologi
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini
menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada
wanita. Kanker payudara merupakan penyebab kematian tertinggi pada wanita usia
20-59.3 Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di
Eropa dan kurang lebih 175.000 di Amerika Serikat. Tahun 2001, sebanyak 240.000
wanita terdiagnosis kanker payudara, dan lebih dari 40.000 diantaranya meninggal
akibat penyakit tersebut. Diperkirakan sepertiga dari jumlah tersebut akan bertambah
dalam 20 tahun kedepan. Insidensi kanker payudara meningkat terutama pada wanita
5
usia tua, namun tidak ditemukan hubungan antara kejadian kanker payudara dengan
lingkungan. Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang
terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking
pertama di antara kanker lainnya pada wanita.2
Faktor Resiko
. Beberapa faktor risiko yang memegang peranan penting di dalam proses
kejadian kanker payudara berhasil diidentifikasi melalui penelitian epidemiologi 1
a. Usia
Kanker payudara jarang dijumpai pada wanita berusia < 25 tahun. Insidensi
meningkat seiring meningkatnya usia, tujuh puluh tujuh persen kasus terjadi pada
usia > 50 tahun. rata-rata usia terdiagnosis kanker payudara adalah 64 tahun.
b. Usia saat menarche
Wanita dengan usia saat menarche kurang dari 11 tahun memiliki resiko terkena
kanker payudara sebesar 20% dibandingkan dengan wanita yang menarche saat
usia 14 tahun keatas. Menopause yang lebih lama juga meningkatkan resiko
namun besarnya resiko belum berhasil teridentifikasi
c. Usia saat pertama kali melahirkan
wanita yang hamil dan melahirkan pada usia < 20 tahun memiliki resiko terkena
kanker payudara dua kali lebih tinggi dibandingkan nullipara atau wanita yang
hamil pertama kali di usia lebih dari 35 tahun.
d. Faktor keturunan
Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang memiliki ibu, saudara
perempuan, atau anak perempuan dengan riwayat mengidap kanker.
e. Riwayat biopsi payudara sebelumnya, hal ini terjadi pada wanita dengan riwayat
biopsi sebelumnya dengan hasil hiperplasia atipikal.
f. Ras
Insidensi kanker payudara lebih rendah pada keturunan Afrika-Amerika. Faktor
sosial seperti kurangnya akses ke fasilitas kesehatan dan masih kurangnya
penggunaan mammografi, dan faktor genetik juga berpengaruh. Wanita kulit hitam
yang berusia < 40 tahun lebih sering mengalami kanker payudara dibandingkan
wanita kulit putih. Wanita Kaukasoid memiliki rating tertinggi dalam terjadinya
kanker payudara, angka kejadiannya pada usia > 50 tahun adalah 1 diantara 15
wanita, sedangkan pada wanita afrika adalah 1 diantara 20, 1 diantara 26 pada
wanita Asia Pasifik, dan 1 diantara 27 pada wanita Hispanik.
Patofisiologi
Faktor resiko utama yang berhubungan dengan perkembangan kanker
payudara adalah faktor hormonal dan genetik (riwayat keluarga). Kanker payudara
juga bisa terjadi secara sporadis, berkaitan dengan paparan hormonal, kasus herediter,
dan riwayat mutasi germ sel pada keluarga. Dari faktor genetik, berkaitan dengan
mutasi gen BRCA 1 pada kromosom nomor 17q21 dan BRCA 2 pada kromosom
nomor 13q12. Adanya mutasi pada gen BRCA1 akan menyebabkan penurunan atau
terhentinya produksi dari protein BRCA1. Mutasi BRCA1 sangat erat kaitannya
dengan kejadian kanker payudara herediter dan sindrom kanker ovarium. Secara
umum, ditemukannya gen BRCA1 akan menyebabkan peningkatan resiko terjadinya
kanker payudara sebesar 83% dan resiko terjadinya kanker ovarium sebesar 63%
pada usia lebih dari 70 tahun. sedangkan gen BRCA2 berhubungan dengan kanker
payudara pada laki-laki dan memiliki resiko terkena kanker ovarium sebesar 10%.
Pada suatu penelitian di Negeri Belanda, mutasi gen BRCA1 terdapat pada 10.000
dari setiap 4 juta wanita Belanda yang berumur 25-55 tahun
4,5
ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker
payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang
lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya
kanker payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang bersifat
eksogen.1
Gejala Klinis
Karsinoma payudara biasanya mempunyai gambaran klinis sebagai berikut : 2
a. Terdapat benjolan keras yang lebih melekat atau terfiksir.
b. Tarikan pada kulit di atas tumor.
c. Ulserasi atau koreng.
d. Peaud orange.
e. Discharge dari puting susu.
f. Asimetri payudara.
g. Retraksi puting susu.
To
Tis
: Karsinoma in situ.
Tis(DCIS)
Tis(LCIS)
Tis(Pagets)
T1mic
T1a
T1b
T1c
T2
T3
T4
T4a
T4b
T4c
T4d
: inflammatory carcinoma.
N0
N1
N2
N2a
N2b
N3
N3a
N3b
N3c
Catatan: Terdeteksi secara klinis; terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau secara
imaging (di luar limfoscintigrafi).
M = metastasis jauh
Mx
M0
M1
Stage IIIB
Stage IIIC
Stage IV
Tis
T1
T0
T1
T2
T2
T3
T0
T1
T2
T3
T3
T4
T4
T4
T (semua)
T (semua)
10
N0
N0
N1
N1
N0
N1
N0
N2
N2
N2
N1
N2
N0
N1
N2
N3
N (semua)
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1
11
kemerahan pada kulit payudara, benjolan pada ketiak, dan nyeri pada otot sekitar
payudara. Nyeri adalah fisiologis kalau timbul sebelum atau sewaktu haid dan
dirasakan pada kedua payudara. Tumor-tumor jinak, seperti kista retensi atau tumor
jinak lain, hampir tidak menimbulkan nyeri. Kanker payudara dalam taraf permulaan
pun tidak menimbulkan rasa nyeri. Nyeri baru terasa kalau infiltrasi ke sekitar sudah
mulai 7.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan secara halus, tidak boleh kasar dan
keras. Tidak jarang palpasi yang keras menimbulkan perdarahan atau nyeri yang
hebat dari penderita, tumor ganas tidak boleh dilakukan pemeriksaan fisik yang
berulang-ulang karena kemungkinan dapat
mempercepat penyebaran.
1) Inspeksi
Pada inspeksi dapat dilihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit
akibat pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah kulit. Edema kulit harus
diperthatikan pada tumor yang terletak tidak jauh di bawah kulit. Edema kulit
dapat tampak seperti gambaran kulit jeruk (peau doranges) pada kander
payudara. Selain itu, dapat dilihat puting susu tertarik ke dalam, eksem pada
puting susu, edema, ulserasi, atau nodul pada axilla.6,7
2) Palpasi
Pemeriksaan dilakukan dengan tangan pasien di samping dan sesudah itu tangan
di atas dengan posisi pasien duduk. Palpasi harus meliputi seluruh payudara, dari
parasternal kearah garis aksila ke belakang, dari subklavikular ke arah paling
distal. Palpasi harus meliputi seluruh payudara, mulai dari parasternal ke arah
garis aksila ke belakang dan dari subklavikular ke arah paling distal. Palpasi
dilakukan dengan memakai 3-4 jari yang dirapatkan, palpasi payudara di antara
dua jari harus dihindarkan karena dengan cara ini kelenjar payudara normalpun
teraba seperti massa tumor. Palpasi dimulai dari bagian perifer sampai areola
mammae dan papilla mammae, apabila terdapat massa maka perlu dievaluasi
tentang :
12
Besar atau diameter serta letak dan batas tumor dengan jaringan sekitarnya
Hubungan kulit dengan tumor apakah masih bebas atau ada perlengketan
Hubungan tumor dengan jaringan di bawahnya apakah bebas atau ada
perlengketan,
Kelenjar limfe di aksila, infraklavikular, dan supraklavikular.
Adanya tumor satelit 6,7
Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksan sitologi dapat diperoleh sediaan dari pungsi jarum halus serta dapat
menentukan apakah akan segera disiapkan pembedahan dengan sediaan beku atau
akan dilakukan pemeriksaan yang lain atau akan langsung dilakukan ekstirpasi. Hasil
positif pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah radikal sebab hasil
negatif palsu sering terjadi 3. Dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa kanker
payudara melalui tiga cara :
untuk diagnosis berbagai tumor payudara. Biopsi dilakukan dengan anestesi lokal
ataupun umum tergantung pada kondisi pasien. Apabila pemeriksaan histopatologi
positif karsinoma, maka pada pasien kembali ke kamar bedah untuk tindakan bedah
terapetik. 6
USG (Ultrasonografi)
USG ini sangat menguntungkan karena memiliki keuntungan yaitu tidak
mempergunakan sinar pengion sehingga tidak ada bahaya radiasi dan pemeriksaan
bersifat non invasif, relatif mudah dikerjakan, serta dapat dipakai berulang-ulang.
USG biasanya dapat untuk membedakan tumor padat dan kiste pada payudara serta
untuk menentukan metastasis di hati. USG ini berperan terutama untuk payudara
yang padat pada wanita muda, jenis payudara ini kadang-kadang sulit dinilai dengan
mammografi.6
13
Mammografi
Mammografi adalah foto roentgen payudara yang menggunakan peralatan
khusus yang tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak memerlukan bahan kontras serta
dapat menemukan benjolan yang kecil sekalipun 2. Pemeriksaan mammografi adalah
pemeriksaan terpenting dalam diagnosa kelainan payudara. Mammografi sampai saat
ini masih menjadi pemeriksaan dasar dalam program deteksi dini kanker payudara.
Telah banyak penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan mammografi sebagai
alat penapisan telah mampu menurunkan mortalitas akibat kanker payudara pada
wanita yang berusia lebih dari 50 tahun, dan banyak penelitian terbaru didapatkan
secara statistik terdapat keuntungan yang signifikan pada wanita dengan usia 40-49
tahun.5
Mammografi harus dibuat dengan proyeksi cranio-caudal dan mediolateral atau
oblique medio-lateral, dengan pesawat khusus mammografi dengan target dari
Molybdenum. Tanda-tanda malignitas yang dapat dideteksi dengan mamografi
adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
Adanya massa berstruktur stellate (massa dengan tepi tidak rata, radial, seperti isi
kedondong).
Mikrokalsifikasi, yang terdapat pada massa stellate atau hanya mikrokalsifikasi
saja. Tipe kalsifikasi dapat tersebar (cluster type)
Adanya retraksi papilla yang terlihat pada mammografi
Adanya infiltrasi pada subkutan, atau infiltrasi tumor pada kulit
Pembesaran limfonodi di daerah aksilla 4
Penatalaksanaan
Terapi Operatif
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium III
disebut kanker mammae operable. Pola operasi yang sering dipakai adalah sebagai
berikut :
1) Mastektomi radikal
Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan memopulerkan operasi radikal
kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari
14
dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat mengangkat kelenjar limfe sentinel,
dibiopsi, bila patologik negative maka operasi dihentikan, bila positif maka dilakukan
diseksi kelenjar limfe aksilar. Untuk terapi kanker mammae terdapat banyak pilihan
pola operasi, yang mana yang terbaik masih kontroversial. Secara umum dikatakan
harus berdasarkan stadium penyakit dengan syarat dapat mereseksi tuntas tumor,
kemudian baru memikirkan sedapat mungkin konservasi
mammae.6
Terapi Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker
yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Pada saat ini, radiasi post mastektomi
15
(postmastectomy radiation) dilakukan pada wanita dengan tumor primer T3 atau T4,
serta telah mengenai 4 atau lebih limfonodi . Efek pengobatan ini tubuh menjadi
lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta
Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi. 5,6
Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil
cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya
sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah
pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan
yang diberikan pada saat kemoterapi 6. Kemoterapi menurunkan angka kekambuhan
dan meningkatkan harapan hidup pada semua kelompok (penurunan angka rekurensi
= 23.5% 2% dan penurunan mortalitas = 15.3% 2%). Hal tersebut sangat
menonjol pada wanita premenopausal dan pada reseptor esterogen negatif. Kemajuan
terapi akan tampak pada 5 tahun pertama dan 5 tahun kedua. Penurunan rekurensi dan
mortalitas tampak sama pada wanita pre maupun post menopause dan pada metastase
limfonodi positif maupun yang negatif. Kemoterapi yang diberikan setelah dilakukan
terapi operatif dikenal sebagi kemoterapi ajuvan (adjuvant chemotherapy).
Kemoterapi ajuvan berfungsi membunuh atau menghambat mikrometastasis
carcinoma mamma setelah operasi primer. Pemberian kemoterapi ajuvan dengan atau
tanpa pemberian terapi hormonal telah diketahui meningkatkan angka harapan hidup
pada penderita. Kemoterapi ajuvan dapat meningkatkan harapan hidup 10 tahun
penderita berkisar antara 7%-11% baik pada wanita premenopausal dengan stadium
dini dan sebesar 2%-3% pada wanita lebih dari 50 tahun 10.
Pilihan Kemoterapi Lini Pertama:
Anthracycline-based.
Taxanes.
Cyclophosphamide, methotrexate and 5-fluorouracil (CMF)
Pilihan Kemoterapi Lini Kedua:
16
Jika obat lini pertama menggunakan anthracycline-based atau CMF, obat lini
keduanya adalah taxane.
Jika lini pertama menggunakan taxane, maka obat lini keduanya adalah
anthracycline-based atau CMF.
Regimen capecitabine, 5-fluorouracil
(via
infusion),
vinorelbine,
dan
mitoxantrone.
Kegagalan penggunaan dua atau tiga regimen kemoterapi menurut Eastern
Cooperative Oncology Group merupakan indikasi untuk pemberian terapi suportif
saja. 10
Pada pasien dengan tumor yang mengekspresikan
HER2/neu, dapat
17
Prognosis
Karakteristik dari beberapa tumor sangat penting untuk dikenali karena dapat
menentukan prognosis secara signifikan dan dapat dipertimbangkan sebagai
acuan dalam penentuan strategi terapi pada tiap individu penderita.
stadium I
100%,
stadium IIa
92%
stadium IIb
81%
stadium IIIa
67%
stadium IIIb
54%
stadium IV
20%
18
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. J.M.T.
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 61 Tahun
Alamat
Kebangsaan
: Indonesia
Suku Bangsa
: Minahasa
Agama
: Kristen Protestan
Pekerjaaan
MRS
: 06 Juli 2015
ANAMNESIS
Keluahan Utama
19
Kesadaran
: Kompos Mentis
Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 88x/menit
Respirasi
: 20x/menit
Suhu
: 36,8oC
Berat Badan
: 57 kg
Tinggi Badan
: 166 cm
Kepala
Mata
- Konjungtiva : Anemis -/- Sklera
: Ikterik -/- Pupil
: Bulat isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Auskultasi
Palpasi
: Lemas, nyeri tekan tidak ada, hepar & lien tidak teraba, massa (-)
21
Perkusi
: 5725
Eritrosit
: 3,85
Hemoglobin
: 12,2
Hematokrit
: 35,4
Trombosit
: 396.000
MCH
: 32
MCHC
: 34
MCV
: 92
SGOT
: 20
SGPT
: 20
Ureum
: 13
Creatinin
: 0,5
Natrium
: 141
Kalium
Chlorida
: 3,96
: 102,8
22
23
DIAGNOSIS KERJA
Ca Mammae Dextra (T4N0M0) St. IIIB
TATA LAKSANA
Direncanakan MRM Elektif
LAPORAN OPERASI
Tangal Operasi
: 09 Juli 2015
: 10.00
: 13.00
Lama Operasi
: 3 Jam
Jenis Anestesi
: Genaral Anestesi
Laporan Operasi
IVFD RL = 14 gtt/m
Ceftriaxone inj 2x1 IV
Ketorolac inj 3x1 IV
Ranitidin 2x1 inj IV
Cek DL post op
Puasa sampai pasien sadar penuh
24
: 16.100
Eritrosit
: 3,36
Hemoglobin
: 10,7
Hematokrit
: 31,4
Trombosit
: 167.000
MCH
: 32
MCHC
: 34
MCV
: 93
FOLLOW UP
10 Juli 2015 (Perawatan hari ke-1)
S
: - IVFD RL 20 gtt/m
- Ceftriaxone inj 2x1 IV (Hari ke 2)
- Ketorolac 3x1 IV
- Ranitidin 2x1 IV
- Diet bebas
- Aff kateter
- Rawat luka
: - IVFD RL 20 gtt/m
- Ceftriaxone inj 2x1 IV (Hari ke 3)
- Ketorolac 3x1 IV
- Ranitidin 2x1 IV
- Diet bebas
- Rawat luka
- Mobilisasi
: - IVFD RL 20 gtt/m
- Ceftriaxone inj 2x1 IV (Hari ke 4)
- Ketorolac 3x1 IV
- Ranitidin 2x1 IV
- Diet bebas
- Rawat luka
- Mobilisasi
: - IVFD RL 20 gtt/m
- Ceftriaxone inj 2x1 IV (Hari ke 5)
- Ketorolac 3x1 IV (jika nyeri)
- Ranitidin 2x1 IV
- Diet bebas
- Rawat luka
26
- Mobilisasi
14 Juli 2015 (Perawatan hari ke-5)
S
: (-)
: - IVFD RL 20 gtt/m
- Ceftriaxone inj 2x1 IV (Hari ke 6)
- Ketorolac 3x1 IV (jika nyeri)
- Ranitidin 2x1 IV
- Diet bebas
- Rawat luka
: (-)
: - Aff infus
- Aff drain
- Cefixime 2x100mg Tab
- Ranitidin 2x1 Tab
- Asam Mefenamat 3x1 Tab
- Rawat luka
- Rawat jalan
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Diagnosis ca mammae dextra pada kasus di atas ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis, didapatkan seorang perempuan, usia 61 tahun datang dengan
keluhan utama muncul benjolan di payudara sebelah kiri sejak 3 tahun sebelum
masuk rumah sakit. Awalnya benjolan hanya berukuran sebesar biji jagung, lama
kelamaan benjolan membesar sebesar bola pingpong. Sejak 1 bulan yang lalu, pada
benjolan payudara tersebut timbul luka yang mengeluarkan darah. Nafsu makan
menurun, mual muntah (-), demam (-), pusing (-), sakit kepala (-), BAB/BAK biasa.
Riwayat ASI (+), Riwayat KB (+), Pasien juga telah menjalani kemoterapi sejak 6
tahun yang lalu. Saat ini pasien sudah kemoterapi yang ketiga. Pada pemeriksaan
status lokalis Regio Mammae Dextra teraba benjolan, ukuran 5cm x 5cm, fixed,
batas tegas, konsistensi keras, permukaan tidak rata, peau dorange (-), ulkus (+)
ukuran 3cm x 2cm x 3cm, darah (+), pus (-). Menurut kepustakaan sebanyak 33%
pasien dengan kanker payudara mengeluh terdapat benjolan pada payudaranya. Tanda
dan gejala lainnya meliputi, pembesaran payudara yang tidak simetris, perubahan
28
puting susu, retraksi, atau mengeluarkan sekret, ulkus atau kemerahan pada kulit
payudara, benjolan pada ketiak, dan nyeri pada otot sekitar payudara. 7 Pada inspeksi
dapat dilihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit akibat pembesaran
tumor jinak atau ganas dibawah kulit. Edema kulit harus diperthatikan pada tumor
yang terletak tidak jauh di bawah kulit. Edema kulit dapat tampak seperti gambaran
kulit jeruk (peau doranges) pada kanker payudara. Selain itu, Dapat dilihat Puting
susu tertarik ke dalam, eksem pada puting susu, edema, ulserasi, satelit tumor di kulit,
atau nodul pada axilla.6,7
Beberapa faktor risiko yang memegang peranan penting di dalam proses
kejadian kanker payudara berhasil diidentifikasi melalui penelitian epidemiologi
seperti: 1
a. Usia.
Kanker payudara jarang dijumpai pada wanita berusia < 25 tahun. Insidensi
meningkat seiring meningkatnya usia, tujuh puluh tujuh persen kasus terjadi pada
usia > 50 tahun. Rata-rata usia terdiagnosis kanker payudara adalah 64 tahun.
b. Usia saat menarche.
Wanita dengan usia saat menarche kurang dari 11 tahun memiliki resiko terkena
kanker payudara sebesar 20% dibandingkan dengan wanita yang menarche saat
usia 14 tahun keatas. Menopause yang lebih lama juga meningkatkan resiko
namun besarnya resiko belum berhasil teridentifikasi
c. Usia saat pertama kali melahirkan
wanita yang hamil dan melahirkan pada usia < 20 tahun memiliki resiko terkena
kanker payudara dua kali lebih tinggi dibandingkan nullipara atau wanita yang
hamil pertama kali di usia lebih dari 35 tahun.
d. Faktor keturunan
Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang memiliki ibu, saudara
perempuan, atau anak perempuan dengan riwayat mengidap kanker.
e. Riwayat biopsi payudara sebelumnya, hal ini terjadi pada wanita dengan riwayat
biopsi sebelumnya dengan hasil hiperplasia atipikal.
f. Ras
Insidensi kanker payudara lebih rendah pada keturunan Afrika-Amerika. Faktor
sosial seperti kurangnya akses ke fasilitas kesehatan dan masih kurangnya
29
penggunaan mammografi, dan faktor genetik juga berpengaruh. Wanita kulit hitam
yang berusia < 40 tahun lebih sering mengalami kanker payudara dibandingkan
wanita kulit putih. Wanita Kaukasoid memiliki rating tertinggi dalam terjadinya
kanker payudara, angka kejadiannya pada usia > 50 tahun adalah 1 diantara 15
wanita, sedangkan pada wanita afrika adalah 1 diantara 20, 1 diantara 26 pada
wanita Asia Pasifik, dan 1 diantara 27 pada wanita Hispanik.
Pada kasus ini didapatkan faktor resiko usia > 50, yaitu usia pasien ini 61 tahun.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah tindakan operatif mastektomi radikal.
Berdasarkan penelitian, untuk ca mammae stadium lanjut penatalaksanaan yang
sering dilakukan yaitu dengan mastektomi radikal.1
BAB V
KESIMPULAN
Telah dilaporkan sebuah laporan kasus ca mammae dextra. Diagnosis ca
mammae dextra pada kasus di atas ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini juga telah dilakukan Modified
Radical Mastectomi (MRM).
Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan dengan cara anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan patologi anatomi. Tingkat
pertumbuhan atau stadium kanker payudara ditentukan oleh tumor itu sendiri,
penyebaran pada kelenjar getah bening didaerah ketiak ataupun supraklavikuler dan
organ lain misalnya paru, hati dan tulang. Semakin kecil tumor, kemungkinan
penyebaran tumor semakin kecil dan tindakan bedah kuratif dapat diharapkan
walaupun sifatnya sulit diramalkan karena kemungkinan mikrometastasis tidak dapat
diabaikan. Oleh sebab itu penanggulangan kanker payudara dewasa ini diprioritaskan
pada upaya menemukan kanker pada ukuran sekecil mungkin.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Lester SC. The Breast. In : Robins and Cotran Pathologic Basis of Disease, Seventh
Edition, W.B. Saunders Company. 2005. p.1129-1152
2. Sjamsuhidajat R, de Jong W (Editor). Payudara. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi kedua. Jakarta : EGC, 2004. Hal. 388-402
3. Brunicardi CF. Schwartzs principles of surgery. Ninth edition. USA : McGraw-Hills,
2010.
4. Tjokronagoro, M. Radioterapi pada carcinoma mammae. Buku ajar kuliah radiasi
onkologi volume II. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
2001. Hal. 4-5
5. Pass HA. Disease of the Breast. In : Norton JA (Editor). Essential practice of surgery:
basic science and clinical evidence. New York : Springer, 2009. p. 655-68
6. Ashar I. Carcinoma mammae. 2010. Available from : http/:www.fkumy.ac.id/.
Accesses July 16th, 2015.
7. Wiknjosastro H. Kelainan pada payudara. Dalam : Ilmu kandungan sarwono
prawirihardjo. Edisi kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prwirohardjo,
2005. Hal. 477-81.
8. Lea R. Use of hormonal replacement therapy after treatment of breast cancer. J Obstet
9.
31
10. WHO-Regional Office for the Eastern Mediterranean. Treatment policy. In:
Guidelines for management of breast cancer. Egypt : EMRO Technical Publications
Series 31, 2006. p. 16-25.
11. Colantuoni G, Rossi A, Ferrara C, Nicolella D et al. (Review article) Chemotherapy
in elderly patients with advanced breast cancer. Cancer Therapy 2003; 1: 71-79.
12. Ryan PD, Goss PE. Adjuvant hormonal therapy in peri- and postmenopausal breast
cancer. The oncologist 2006; 11:718-731
13. American Cancer Society. 2011. Breast cancer survival rates by stage. Available
from:
http://www.cancer.org/Cancer/BreastCancer/DetailedGuide/breast-cancer-
32
LAMPIRAN
33
34