Anda di halaman 1dari 9

EVALUASI KINERJA SALURAN JARINGAN IRIGASI JEURAM KABUPATEN

NAGAN RAYA
Fahrol Ramadhan1 dan Ahmad Perwira Mulia Tarigan2
1

Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan
Email: chc.ramadhan@yahoo.com
2
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan
Email: a.perwira@usu.ac.id

ABSTRAK
Irigasi merupakan salah satu sarana pemanfaatan sumber daya air yang berfungsi sebagai penyedia, pengatur dan
penyalur air untuk menunjang lahan pertanian. Sistem pengelolaan irigasi yang efisien dan efektif sangat
mempengaruhi hasil produksi pertanian yang maksimal dalam rangka ketahanan pangan nasional. Pengevaluasian
kinerja jaringan saluran irigasi Jeuram Kabupaten Nagan Raya dilakukan mengingat faktor usia saluran dan
kurangnya pemeliharaan. Dalam studi ini, kinerja jaringan saluran irigasi ditinjau dari tingkat efisiensi dan
efektifitas saluran sekunder Jeuram. Analisa tingkat efisiensi ditinjau dari evaluasi debit aliran di pangkal dan di
ujung saluran. Sebagai sampel diambil 4 saluran yaitu pada saluran BJr 3 - BJr 4, BJr 5 - BJr 6, BJr 9 - BJr 10 dan
BJr 14 - BJr 15. Tingkat efisiensi pada saluran sekunder Jeuram tersebut sebesar 88,75% dengan tingkat efektifitas
saluran sebesar 98,11%. Analisa debit andalan pada DAS Krueng Seunagan dengan menggunakan Metode F.J.
Mock menunjukkan bahwa debit andalan (80%) tertinggi terjadi pada bulan April yaitu 18,66 m3/detik dan yang
terendah pada bulan Februari yaitu 7,41 m3/detik, sedangkan debit yang disalurkan untuk irigasi adalah 12,00 m3/s.
Untuk itu debit 7,00 m3/detik merupakan debit yang lebih terjamin untuk bisa disalurkan ke lahan irigasi.
Kata kunci: Kinerja irigasi, Efisiensi saluran, Efektifitas saluran.

ABSTRACT
Irrigation is a way to utilize a water resources that can be funtioned as a provider, regulator and water supplier to
support an agriculture land. An effective and efficiency water management system has greatly affect to the crop
intensity in order to national food security. Evaluating the performance of the Jeuram Nagan Raya irrigation channel
is done by considering of the age and lack of maintenance. In this study, the permormance of irrigation channel is
reviewed by the effeciency level and the effectivity of the Jeuram secondary channel. Analysis of the efficiency
level is reviewed by evaluating the discharge flow at the beginning of the channel to the end. As a sample, it takes 4
channels, which is BJr 3 BJr 4, BJr 5 BJr 6, BJr 9 BJr 10 and BJr 14 BJr 15. Jeuram secondary channel
efficiency level is 88,75% with effectivity level at 98,11%. The analysis of depenable discharge at Krueng Seunagan
catchment area is done by using the F.J. Mock method has shown that the maximum depenable discharge (80%)
happened in April which is 18,66 m3/s and the lowest happened in February which is 7,41 m3/s, where as the
discharge that channeled for irrigation is 12,00 m3/s. As for it the 7,00 m3/s discharge is a more guaranteed discharge
that can be flowed to the irrigation fields.
Keywords: Irrigation performance, channel efficiency, channel effectivity.

1.

PENDAHULUAN

Dalam pengelolaan jaringan irigasi, terdapat tiga kegiatan utama yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
Pengelolaan jaringan irigasi yang efektif dan efisien sangat mempengaruhi hasil produksi pertanian. Peningkatan
efisiensi penggunaan air akan sangat besar manfaatnya bagi kepentingan lain terutama pada kondisi iklim yang
sangat kering. Salah satu Daerah Irigasi yang merupakan irigasi teknis, dimana efisiensi sangat di utamakan adalah
Daerah Irigasi Jeuram yang mempunyai luas areal 12.658 ha, Daerah Irigasi Jeuram merupakan jaringan irigasi
teknis dimana bangunan pengambilan dan bagi/sadap dilengkapi dengan alat pengatur pembagian air dan alat ukur,
sehingga air irigasi yang dapat dialirkan ke petak tersier dapat diatur dan diukur.
Daerah Irigasi Jeuram menggunakan sistem bendung sebagai metode untuk mendapatkan debit air dari sungai
dengan membendung Krueng Seunagan. Pada umumnya daerah sepanjang kiri dan kanan Krueng Seunagan

terutama di Kecamatan Seunagan merupakan daerah pertanian dan perkebunan yang sangat potensial dan produktif,
yang banyak menghasilkan pendapatan daerah (Gambar 1).
Mengingat begitu pentingnya irigasi bagi pertanian maka perlu diadakan pengkajian tentang irigasi. Selain itu umur
bangunan yang sudah tua mengakibatkan banyak kerusakan di sana sini sehingga kinerja jaringan menjadi
berkurang. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu cara untuk mengatur cara pemberian air yang
lebih efisien agar kinerja saluran jaringan irigasi efektif.

Gambar 1. Irigasi Jeuram hasil pencitraan Google Earth

2.

EFISIENSI SALURAN IRIGASI

Efisiensi irigasi didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik di saluran maupun di
petak sawah. Kehilangan air yang diperhitungkan untuk operasi irigasi meliputi kehilangan air di tingkat tersier,
sekunder dan primer. Besarnya masing-masing kehilangan air tersebut dipengaruhi oleh panjang saluran, luas
permukaan saluran, keliling basah saluran dan kedudukan air tanah. (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).
Pengelolaan irigasi yang tepat (efisiensi) adalah suatu daya upaya pemakaian yang benar-benar sesuai bagi
keperluan budidaya tanaman dengan jumlah debit air yang tersedia atau dialirkan sampai ke lahan-lahan
pertanaman, sehingga pertumbuhan tanaman dapat terjamin dengan baik, dengan mencukupkan air pengairan yang
tersedia itu.

Efisiensi air pengairan ditunjukkan dengan terpenuhi angka persentase air pengairan yang telah ditentukan untuk
sampai di areal pertanian dari air yang dialirkan ke saluran pengairan. Hal ini sudah termasuk memperhitungkan
kehilangan-kehilangan selama penyaluran.
Rumus kehilangan air pada saat penyaluran dinyatakan sebagai berikut:
B =

debit inflow - debit outflow


x 100 %
debit outflow

(1)

di mana B = kehilangan air pada saat penyaluran, debit inflow = jumlah air yang masuk, dan debit outflow = jumlah
air yang keluar.
Sehingga, rumus efisiensi dinyatakan sebagai berikut:
Ec = 100% - B

(2)

di mana Ec = efisiensi penyaluran air irigasi dan B = kehilangan air pada saat penyaluran.

3.

DEBIT AIR

Untuk memenuhi kebutuhan air irigasi bagi lahan-lahan pertanian, debit air di daerah bendung harus lebih cukup
untuk disalurkan ke saluran-saluran (induk-sekunder-tersier) yang telah disiapkan di lahan-lahan pertanaman. Agar
penyaluran air pengairan ke suatu areal lahan pertanaman dapat diatur dengan sebaik-baiknya (dalam arti tidak
berlebihan atau agar dapat dimanfaatkan seefisien mungkin, dengan mengingat kepentingan areal lahan pertanaman
lainnya) maka dalam pelaksanaanya perlu dilakukan pengukuran debit air. Dengan distribusi yang terkendali, dan
bantuan pengukuran-pengukuran tersebut, maka masalah kebutuhan air pengairan selalu dapat diatasi tanpa
menimbulkan gejolak dimasyarakat petani sebagai pemakai air pengairan.
Debit adalah suatu koefisien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir dari suatu sumber persatu-satuan
waktu, biasanya diukur dalam satuan m3/detik. Debit aliran dihitung dari rumus:
Q = V x A

(3)

di mana V = kecepatang aliran, dan A = luas penampang.


Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur kecepatan aliran, diukur pula luas
penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan tergantung
pada:
Bentuk saluran
Kekasaran saluran dan
Kondisi kelurusan saluran
Kecepatan aliran (V) dihitung menggunakan rumus:
V =

. R

2/3

. S

1/2

(4)

di mana V = kecepatan aliran (m/s), n = koefisien Manning, R = jari-jari hidraulik (m), S = kemiringan dasar saluran.
Tabel 1. Koefisien Manning
Bahan
n
Kaca, plastik, kuningan
0,010
Kayu
0,011-0,014
Besi tuang
0,013
Plesteran semen
0,011
Pipa pembuangan
0,013
Beton
0,012-0,017
Pasangan batu
0,017-0,025
Batu pecah
0,035-0,040
Batu bata
0,014

Tabel 1 mentabulasi nilai koefesien Manning untuk saluran bertepi kukuh (Raju, K.R., 1986). Sementara dalam
studi ini salurannya adalah beton sehingga dipakai n = 0,015.

4.

EFEKTIFITAS SALURAN IRIGASI

Efektifitas pengelolaan jaringan irigasi ditunjukkan oleh perbandingan antara luas areal terairi terhadap luas
rancangan. Dalam hal ini semakin tinggi perbandingan tersebut maka semakin efektif pengelolaan jaringan irigasi.
Terjadinya peningkatan indeks luas areal (IA) selain karena adanya penambahan luas sawah baru, juga dapat
diartikan bahwa irigasi yang dikelola secara efektif mampu mengairi areal sawah sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam hal ini tingkat efektifitas ditunjukkan oleh indeks luas areal (IA).
IA =

Luas Areal Terairi


x100 %
Luas Rancangan

(5)

Dalam hal ini, semakin tinggi nilai IA menunjukkan semakin efektif pengelolaan jaringan irigasi.

5.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Daerah Irigasi Jeuram yang terletak di Desa Ulee Jalan, Kecamatan Beutong, Kabupaten
Nagan Raya, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Lokasinya berjarak sekitar 287 km atau 8 jam perjalanan dari
Banda Aceh.
Berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 2002 (tanggal 2 Juli 2002) Kabupaten Nagan Raya berdiri sebagai hasil
pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Kabupaten Nagan Raya secara geografis terletak pada 03 o 40 - 04o 38 LU
dan 96o 11 - 96o 48 BT dengan luas wilayah 3.363.72 km2.
Alur pengerjaannya lebih jelas tergambar pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan Alir Metodologi Pengerjaan Tugas Akhir

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:


a. Data Lapangan
Data lapangan diperoleh dengan mengadakan kunjungan langsung ke lokasi penelitian untuk mengamati kondisi
eksisting saluran irigasi. Pengumpulan data lapangan ini dilakukan dengan mengukur langsung (observasi) debit
inflow pada pangkal saluran dan debit outflow pada ujung saluran dan wawancara kepada masyarakat dan badan
instansi yang berkaitan dengan irigasi Jeuram.
b. Data Laporan
Data laporan yang dipakai dalam penelitian ini bersumber dari literatur yang berkaitan dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan studi ini.
Data yang telah diperoleh kemudian diolah dan dianalisis agar dapat diketahui kinerja saluran sekunder Jeuram pada
irigasi tersebut. Adapun cara analisis dalam penelitian ini adalah dengan menghitung curah hujan efektif dan debit
andalan dengan menggunakan Metode F.J. Mock sebagai perbandingan dengan debit yang terpakai dilapangan serta
menghitung variabel-variabel penting berkenaan dengan kecepatan dan debit, serta kondisi saluran.

6.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Hidrologi
Pada penelitian ini digunakan data curah hujan selama 10 tahun yang tercatat mulai tahun 2002 sampai dengan
tahun 2011 pada stasiun penakar hujan Meulaboh.
Dari hasil data yang diperoleh dipilih data yang tertinggi setiap tahun. Data hujan yang terpilih setiap tahun
merupakan hujan bulanan DAS Krueng Seuangan untuk tahun yang bersangkutan, (Tabel 2).
Tabel 2. Curah Hujan Bulanan DAS Krueng Seunagan dalam mm
Feb
Maret April
Mei
Juni
Juli
Agust
Sep
Okt

Tahun

Jan

Nov

Des

2002

232,0

197,6

321,8

542,7

292,3

252,3

475,3

227,9

379,0

380,0

365,8

451,9

2003

283,5

237,9

215,3

517,8

264,0

125,7

377,9

253,8

274,2

303,7

487,9

362,0

2004

376,4

165,3

250,0

378,9

302,3

206,8

298,6

209,6

588,6

456,8

322,3

440,3

2005

261,7

224,2

328,5

535,6

282,7

180,1

342,0

201,7

308,3

328,1

416,9

370,4

2006

316,8

239,1

405,2

409,2

264,8

296,9

386,6

301,9

297,3

579,8

338,6

419,8

2007

289,5

254,3

241,0

56,1

218,5

377,4

229,7

173,7

337,2

606,7

452,4

366,6

2008

479,3

184,9

637,2

368,0

116,9

581,5

392,4

402,1

139,5

547,0

442,5

428,1

2009

203,1

98,8

235,8

261,9

337,4

104,8

185,2

397,4

267,0

97,9

679,4

263,6

2010

529,3

280,9

537,2

596,5

393,6

367,3

284,0

125,7

705,9

542,4

499,0

162,0

2011

268,8

197,1

327,8

583,2

347,3

287,4

398,1

226,3

542,9

558,0

535,1

394,9

Rata-

324,0

208,0

350,0

425,0

282,0

278,0

337,0

252,0

384,0

440,0

454,0

366,0

rata
Sumber: Stasiun Klimatologi Meulaboh
Curah Hujan Efektif
Curah hujan efektif merupakan curah hujan yang jatuh pada suatu daerah dan dapat digunakan tanaman untuk
pertumbuhannya. Curah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk memenuhi kehilangan air akibat
evapotranspirasi tanaman, perkolasi dan lain-lain. Besarnya curah hujan efektif dengan probabilitas 80% dari curah
hujan tengah bulan.
Untuk menghitung curah hujan efektif diperoleh dengan mengurutkan data curah hujan bulanan dari yang terbesar
hingga terkecil. Besarnya probabilitas diperoleh dari nomor urut sampel yang telah diurutkan dari terbesar hingga
terkecil (Tabel 3).

Rekapitulasi hasil perhitungan curah hujan efektif dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi Curah Hujan Efektif
Curah Hujan Efektif
No.
Bulan
1
Januari
12,21
2
Februari
10,46
3
Maret
15,33
4
April
24,99
5
Mei
13,19
6
Juni
8,40
7
Juli
15,96
8
Agustus
9,41
9
September
14,39
10 Oktober
15,31
11 November
19,46
12 Desember
17,29
Sumber : Analisa Curah Hujan Efektif
Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah kebutuhan dasar bagi tanaman yang harus dipenuhi oleh sistem irigasi yang bersangkutan
untuk menjamin suatu tingkat produksi yang diharapkan. Evapotranspirasi sebagai salah satu proses yang rumit
sangat dipengauhi oleh keadaan iklim.
Untuk menghitung besarnya evapotranpirasi, dibutuhkan data-data klimatologi yang meliputi :
Temperatur
Sinar Matahari
Kelembapan
Kecepatan angin.
Tabel 4 menunjukkan rekapitulasi evapotranspirasi DAS Seunagan.
Tabel 4. Rekapitulasi Evapotranspirasi
No.

Bulan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agust
Sept
Okt
Nov
Des

Evapotranspirasi
(mm/hari)
5,03
5,57
4,92
4,02
2,77
3,61
3,87
3,97
4,28
4,08
3,49
2,83

mm/bulan
80,45
83,57
78,66
60,26
44,32
54,15
61,99
63,44
64,14
65,31
52,33
45,28

Analisis Debit Andalan


Analisis debit andalan digunakan sebagai perbandingan dengan debit yang terpakai dilapangan. Dalam menentukan
ketersediaan air atau debit andalan pada DAS Krueng Seunagan, digunakan Metode F.J. Mock.
Data yang menjadi parameter dalam menentukan debit andalan antara lain:
Data curah hujan bulanan rata-rata
Data evapotranspirasi potensial
Data jumlah harian hujan

Adapun langkah perhitungan ketersediaan air atau debit andalan pada DAS Krueng Seunagan dengan metode
F.J.Mock dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock
No.
URAIAN
SAT
KET
I Data Meteorologi
1 Hujan Bulanan
mm/bln Data
2 Hari Hujan (n)
Hari
Data
II Evaporasi Aktual (Ea)
3 Evapotranspirasi Potensial (Eto)
mm/bln Data
4 Permukaan Lahan yang terbuka (m)
%
Asumsi
5 (ETo/Ea)=m/20 x (18-n)
%
hitung
6 Ee=Eto x (m20) x (18-n)
mm/bln
3x5
7 Ea=Eto-Ee
mm/bln
3-6
III Keseimbangan Air
8 s=R-Ea
mm/bln
1-7
9 Limpasan Badai (PF= 5%)
PF x R
10 Kandungan Air Tanah (SS)
mm/bln
8-9
11 Kapasitas Kelembapan Tanah
mm/bln
12 Kelebihan Air (Ws)
mm/bln
8-10
IV Limpasan dan Penyimpanan Air Tanah
13 Infiltrasi (I)
mm/bln
12xi
14 Vol. Air Tanah, G=0.5(1+k).I
15 L = k.(Vn-1)
16 Volume Penyimpanan (Vn)
14+15
17 Vn = Vn-Vn-1
18 Aliran Dasar (BF)
mm/bln 13-17
19 Limpasan Langsung (DR)
mm/bln 9+12-13
20 Total Limpasan (TRo)
mm/bln 18+19
m3/s
21 Debit Bulanan
20xA
Jumlah hari

Jan

Feb

Mar

Apr

May

BULAN
Jun
Jul

261,7 224,2 328,5 535,6 282,7 180,1


18
20
21
19
17
21

Agt

342
16

Sep

Oct

Nov

Des

201,7 308,3 328,1 416,9 370,4


16
17
16
23
15

80,45 83,57 78,66 60,26 44,32 54,15 61,99 63,44 64,16 65,31 52,33 45,28
20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00
0,00 -2,00 -3,00 -1,00
1,00 -3,00
2,00
2,00
1,00
2,00 -5,00
3,00
0,00 -1,67 -2,36 -0,60
0,44 -1,62
1,24
1,27
0,64
1,31 -2,62
1,36
80,45 85,24 81,02 60,86 43,88 55,77 60,75 62,17 63,52 64,00 54,95 43,92
181,25 138,96 247,48 474,74 238,82 124,33 281,25 139,53 244,78 264,10 361,95 326,48
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00 200,00
181,25 138,96 247,48 474,74 238,82 124,33 281,25 139,53 244,78 264,10 361,95 326,48
72,50 55,58 98,99 189,89
58,00 44,47 79,19 151,92
60,00 70,80 69,16 89,01
118,00 115,27 148,35 240,93
18,00 -2,73 33,09 92,57
54,50 58,32 65,91 97,32
108,75 83,38 148,49 284,84
163,25 141,69 214,39 382,16
7,72
31

7,41
28

10,13
31

18,66
30

95,53 49,73 112,50 55,81 97,91 105,64 144,78


76,42 39,78 90,00 44,65 78,33 84,51 115,83
144,56 132,59 103,42 116,05 96,42 104,85 113,62
220,98 172,37 193,42 160,70 174,75 189,36 229,44
-19,95 -48,61 21,05 -32,72 14,05 14,61 40,08
115,48 98,34 91,45 88,53 83,86 91,03 104,70
143,29 74,60 168,75 83,72 146,87 158,46 217,17
258,77 172,93 260,20 172,25 230,73 249,49 321,87
12,23
31

8,45
30

12,30
31

8,14
31

Perbandingan debit andalan dengan debit kebutuhan di irigasi Jeuram ditunjukkan oleh Gambar 3.

Gambar 3. Perbandingan Debit Andalan dengan Debit Kebutuhan

11,27
30

11,79
31

15,72
30

130,59
104,47
137,67
242,14
12,70
117,90
195,89
313,78
14,83
31

Analisis Tingkat Efisiensi Saluran


Tingkat efisiensi untuk saluran irigasi pada kondisi normal adalah sekitar 65%.
Tabel 6. Efisiensi saluran irigasi pada kondisi normal
Jaringan

Efisiensi

Saluran Primer

90 %

Saluran Sekunder

90 %

Saluran Tersier

80 %

Sumber : Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan


Bagian Jaringan Irigasi (KP-01)
Berdasarkan hasil perhitungan maka didapat debit aliran di saluran sekunder Jeuram sebagai berikut (Tabel 7) :
Tabel 7. Efisiensi pada Saluran Sekunder Jeuram
Saluran

Debit
Ujung
(m3/dtk)
11,466

Kehilangan
air (%)

B.Jr.3 - B.Jr.4

Debit
Pangkal
(m3/dtk)
12,069

Efisiensi
(%)

4,996

Panjang
saluran
(m)
2161

B.Jr.5 - B.Jr.6

9,143

8,123

11,156

2059

88,84

B.Jr.9 - B.Jr.10

6,396

5,561

13,055

951

86,94

B.Jr.14 - B.Jr.15

3,751

3,459

7,785

687

92.22

95,00

88,75
Dari Tabel 7 diperoleh sebesar 88,75% efisiensi penyaluran air di saluran sekunder Jeuram. Kehilangan air di
sepanjang saluran sekunder Jeuram sebesar 1,25% dari efisiensi pada kondisi normal saluran sekunder (90%).
Jika dibandingankan dengan kondisi normal efisiensi untuk saluran sekunder yaitu 90% maka irigasi ini tergolong
masih efisien penyalurannya.
Faktor yang mempengaruhi kehilangan air pada saluran sekunder ini adalah evaporasi, rembesan dan karena dasar
saluran yang dilapisi bahan kedap air sudah rusak. Kondisi saluran juga mempengaruhi kehilangan air dimana
semakin panjang saluran maka semakin besar pula kehilangan airnya, begitu juga dengan lebar saluran. Di sekitar
saluran sekunder juga ditemukan tumbuh-tumbuhan, dan bahkan memasuki permukaan air pada saluran.
Analisis Tingkat Efektifitas
Efektifitas pengelolaan jaringan irigasi ditunjukkan oleh perbandingan antara luas areal terairi terhadap luas
rancangan. Dalam hal ini semakin tinggi perbandingan tersebut semakin efektif pengelolaan jaringan irigasi.
Tingkat efektifitas akan diukur dari nilai Indek Luas Areal (IA), dengan rumusan berikut :
IA = Luas Areal Terairi X 100 % = 5.825 Ha X 100 % = 98,11%.
5.937 Ha
Luas Rancangan
Di lapangan diidentifikasi rasio atau perbandingan luas areal terairi terhadap rancangan luas areal mencapai 98,11%
(0,98). Artinya dari seluruh target areal yang akan diairi hanya ada sekitar 2% saja yang tidak terairi.

7.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pengamatan dan evaluasi terhadap kinerja jaringan irigasi Jeuram Kabupaten Nagan Raya, maka dapat
disampaikan beberapa poin kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari Tabel 4.9 diperoleh tingkat efisiensi saluran sekunder Jeuram sebesar 88,75%, terjadi kehilangan air
disepanjang saluran sebesar 1,25%. Jika dibandingankan dengan kondisi normal efisiensi untuk saluran sekunder
yaitu 90% maka irigasi ini tergolong masih efisien penyalurannya.
2. Dari hasil perhitungan tingkat efektivitas saluran sebesar 98,11%, yang berarti bahwa saluran sekunder irigasi
Jeuram masih dalam keadaan baik.
3. Dari hasil perhitungan debit andalan diperoleh debit terendah untuk DAS Krueng Seunagan sebesar 7,14
m3/detik sedangkan debit yang disalurkan untuk irigasi sekitar 12 m3/detik. Oleh karena itu, debit 7,00 m3/detik
merupakan debit yang lebih terjamin untuk bisa disalurkan ke lahan irigasi.
Saran yang diajukan berdasarkan hasil studi dapat disampaikan dalam beberapa poin di bawah:
1. Untuk memudahkan dalam pembagian air sebaiknya diperbaiki pintu air yang rusak dan dibersihkan dari
sampah-sampah yang menutupinya.
2. Untuk meningkatkan efisiensi pada Daerah Irigasi Jeuram ini sebaiknya dilakukan perbaikan dan pemeliharaan
pada saluran.
3. Perlu dilakukan pengerukan endapan yang terdapat di atas bangunan sadap.
4. Untuk pemeliharaan saluran sebaiknya pemerintah bekerjasama dengan masyarakat dengan melakukan
penyuluhan kepada kelompok tani yang sudah kurang berfungsi.
DAFTAR PUSTAKA
Diktorat Jendral Pengairan, 1986. Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi (KP01). Departemen Pekerjaan Umum, CV. Galang Persada, Bandung.
Hendayana, Rachmat. Kajian Efisiensi dan Efektivitas Operasional Jaringan Irigasi Mendukung Produktivitas
Usaha Tani Padi Sawah. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor.
Indra, Herryza. 2011. Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi di Daerah Irigasi Jeuram Kabupaten Nagan
Raya, Fakultas Pertanian, Teknik Pertanian, UNSYIAH. Banda Aceh.
Kuntara MP, Widi. 2011. Evaluasi Efisiensi dan Efektifitas Jaringan Irigasi Dalam Rangka Peningkatan Produksi
Pertanian di Namu Sira-sira. Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil, USU. Medan.
Pasandaran, Efendi, (Editor). 1991. Irigasi di Indonesia Strategi dan Pengembangan. LP3ES, Jakarta.
Raju, K.R., 1986. Aliran Melalui Saluran Terbuka. Erlangga, Jakarta.
Soedibyo, 2003. Teknik Bendungan, Pradnya Paramita, Jakarta.
Soemarto, C.D., 1995. Hidrologi Teknik. Erlangga, Jakarta.
Sosrodarsono, Suyono. 1993. Hidrologi Untuk Pengairan, Pradnya Paramita, Jakarta.
Triatmodjo, Bambang. 1993. Hidraulika II. BETA OFFSET. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai