Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Dewasa
Bayi Anak
Remaja
Lansia
Bumil
Deskripsi : Laki-laki, 52 tahun datang dengan penurunan kesadaran (pukul 21.50). Hal
ini dialami pasien 3 jam SMRS. Pada pukul 19.00 pasien mengeluhkan lemah lengan
dan tungkai kiri secara tiba-tiba saat sedang makan malam. Pasien juga mengeluhkan
nyeri kepala dan muntah, isi apa yang dimakan dan diminum. Pada pukul 21.00 pasien
ke kamar mandi dan terjatuh lalu dibawa ke RS. BAB (+) Normal BAK (+) Normal.
Riwayat kejang (-) bicara celat (-) mulut merot (-). Riwayat hipertensi (+) sejak 5 tahun
yang lalu dengan pengobatan tidak teratur. Riwayat DM (-), penyakit jantung (-),
kolesterol (-), stroke sebelumnya (-), riwayat demam (-), riwayat trauma (-).
Tujuan : Mendiagnosis dan memberikan tatalasana yang tepat sesuai dengan penyakit
yang dialami pasien
Bahan
Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
Bahasan
Pustaka
Cara
Diskusi
Presentasi dan Email
Pos
Membahas
diskusi
Data Pasien
1. Subjektif :
Deskripsi : Laki-laki, 52 tahun datang dengan penurunan kesadaran (pukul 21.50). Hal
ini dialami pasien 3 jam SMRS. Pada pukul 19.00 pasien mengeluhkan lemah lengan
dan tungkai kiri secara tiba-tiba saat sedang makan malam. Pasien juga mengeluhkan
nyeri kepala dan muntah, isi apa yang dimakan dan diminum. Pada pukul 21.00 pasien
ke kamar mandi dan terjatuh lalu dibawa ke RS. BAB (+) Normal BAK (+) Normal.
Riwayat kejang (-) bicara celat (-) mulut merot (-). Riwayat hipertensi (+) sejak 5 tahun
yang lalu dengan pengobatan tidak teratur. Riwayat DM (-), penyakit jantung (-),
kolesterol (-), stroke sebelumnya (-), riwayat demam (-), riwayat trauma (-). Riwayat
pengobatan sebelumnya (-).
2. Objektif :
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Sopel, Hepar dan Lien tidak teraba
Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Kaku kuduk (-), Kerniq (-). Tanda Brudzkinski I (-), Tanda Brudzinski II (-)
Pemeriksaan Nervus Kranialis:
N I: Sulit dinilai
N II, III: Refleks cahaya +/+, pupil isokor 3mm
N III,IV,VI: Sulit dinilai
N V: Reflex kornea (+)
N VII: Sudut mulut jatuh ke kiri
N VIII: Sulit dinilai
N IX, X: Uvula medial, Refleks muntah (+)
N X: Sulit dinilai
N XII: Lidah istirahat medial
Nervus I
Normosmia
Anosmia
Parosmia
Hiposmia
:
:
:
:
Nervus II
Visus
Lapangan pandang
Oculi sinistra
sdn
- Normal :
- Menyempit
- Hemianopsia
- Scotoma :
Reflex ancaman :
Fundus okuli
Oculi dextra
sdn
sdn
:
:
sdn
s dn
sdn
:
- Warna
- Batas
- Ekskavasio
- Arteri
- Vena
s dn
sdn
sdn
(+)
Nervus III IV VI
Gerakan bola mata
Nistagmus
Pupil
sdn
(+)
: tdp
: tdp
: tdp
: tdp
: tdp
:
:
Oculi dextra
sdn
sdn
Oculi sinistra
sdn
sdn
- Lebar
isokor, 3 mm
isokor,
3mm
-
Bentuk
:
ulat
- Reflex cahaya langsung:
- Reflex cahaya tidak langsung :
- Rima palpebra
:
mm
- Deviasi conjugate
:
Fenomena
(+)
- Strabismus
:
bulat
(+)
(+)
(+)
7 mm
7
(-)
dolls
(+)
eye
(-)
Kiri
:
sdn
masseter
&
sdn
gigitan
sdn
sdn
Kekuatan
sdn
(-)
Kanan
(+)
(-)
Nervus V
Motorik
- Membuka dan menutup mulut
Palpasi
otot
s dn
temporalis :
:
Sensorik
- Kulit
- Selaput lendir
Reflex kornea
Reflex masseter
Reflex bersin
: sdn
: sdn
: (+)
: sdn
: sdn
Nervus VII
Motorik
Kanan
-
Mimik
kiri
Kiri
s udut mulut
jatuh
ke
Kerut
sdn
kening
mata
sdn
Menutup
sdn
sdn
Meniup
sekuatnya
sdn
sdn
Memperlihatkan
gigi
sdn
- Tertawa
sdn
:
sdn
sdn
depan
lidah
Sensorik
Pengecapan
s dn
- Produksi kelenjar ludah
2/3
sdn
:
(+)
s dn
- Refleks stapedial
(+)
Hiperakusis
sdn
Nervus VIII
Auditorius
tdp
tdp
Kanan
Kiri
Pendengaran
sdn
sdn
Tes
sdn
- Tes weber
- Tes schwabach
Vestibularis
rinne
sdn
:
sdn
sdn
sdn
sdn
s dn
- Reaksi kalori
- Vertigo
:
sdn
Nistagmus
sdn
tdp
Tinnitus
sdn
sdn
Nervus IX, X
Pallatum molle
: sdn
Uvula
Disfagia
Disartria
Disfonia
Reflex muntah
Pengecapan 1/3 belakang lidah
:
tdp
sdn
: sdn
: tdp
: tdp
: tdp
: (+)
: sdn
Nervus XI
Mengangkat bahu
Fungsi otot sternocleidomastoideus
kanan
sdn
s dn
:
:
kiri
sdn
sdn
Nervus XII
Lidah
- Tremor
- Atrofi
- Fasikulasi
: sdn
: sdn
: sdn
: medial
: sdn
Sistem Motorik
Trofi
Tonus otot
Kekuatan otot
Sikap (duduk-berdiri-berbaring)
Gerakan spontan abnormal
- Tremor
- Khorea
- Ballismus
- Mioklonus
- Atetosis
- Distonia
- Spasme
- Tic
- Dan lain-lain
: Eutrofi
: Normotonus
: sdn la
ESD: sdn
ESS: sdn
EID: sdn
IS: sdn
E
: berbaring
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
Test Sensibilitas
Eksteroseptif
: sdn
Proprioseptif
: sdn
Fungsi kortikal untuk sensibilitas
- Stereognosis
Refleks
Reflex fisiologis
kanan
-
++
: sdn
: sdn
: sdn
kiri
Biceps
++
- Triceps
-
++
++
:
Radioperiost
++
APR
++
KPR
++
++
-
++
-
++
- Strumple
- Babinski
- Oppenheim
- Chaddock
- Gordon
:
- Schaefer
- Hoffman-trommer
- Klonus lutut
- Klonus kaki
- Reflex primitive
:
:
Refleks Patologis
:
:
Vertebra
Bentuk
: (+)
: (-)
: (-)
Pergerakan
- Leher
- Pinggang
: (+)
: (+)
: sdn
: (+)
: tdp
- Normal
- Scoliosis
- Hiperlordosis
:
:
: sdn
: sdn
Koordinasi
Lenggang
: tdp
Bicara
: tdp
Menulis
: tdp
Percobaan Apraksia
: tdp
Mimik
: simetris
Tes telunjuk-telunjuk
: tdp
Tes telunjuk-hidung
: tdp
Diadokhinesia
: tdp
Tes tumit-lutut
: tdp
Tes Romberg
: tdp
Vegetatif
Vasomotorik
Sudomotorik
Pilo-erektor
Miksi dan defekasi
Potens dan libido
Dan lain-lain
: (-)
Gejala-gejala ekstrapiramidal
Tremor
: (-)
Rigiditas
: sdn
Bradikinesia
: sdn
Dan lain-lain
: (-)
Fungsi luhur
Kesadaran kualitatif
: Apatis
Ingatan baru
: sdn
Ingatan lama
: sdn
Orientasi
- Diri
: sdn
- Tempat
: sdn
- Waktu
: sdn
- Situasi
: sdn
Intelegensia
: sdn
Daya pertimbangan
: sdn
Reaksi emosi
: sdn
Afasia
- Ekspresif
: sdn
- Reseptif
: sdn
Apraksia
: sdn
Agnosia
- Agnosia visual
: sdn
- Agnosia jari-jari
: sdn
- Akalkulia
: sdn
- Disorientasi kanan-kiri: sdn
Pemeriksaan Refleks Fisiologis:
Kanan
++/++
++/++
Biceps/Triceps
APR/KPR
Kiri
++/++
++/++
Hoffman/Tromner
Babinski
Kanan
-/-
Kiri
-/ -
Kekuatan Motorik:
Hasil
Normal
Darah Rutin:
Leukosit
Eritrosit
10/mm3 5,32
3,8-5,8
Hemoglobin (Hb)
gr %
14,8
12-16
Hematokrit
46,2
35-50
Trombosit
PCT
0,200
0,100-0,500
MCV
Fl
87,0
80-97
MCH
Pg
27,8
26,5-33,5
MCHC
32,0
31,5-35,5
RDW
13,0
10,0-15,0
MPV
nm3
8,7
6,5-11,0
PDW
14,7
10,0-18,0
194
200
L: < 31
P: < 35
L: < 35
P: < 45
Kimia Klinik:
Glukosa Ad Random mg/dL
Faal Hati:
SGOT (AST)
U/L
33
SGPT (ALT)
U/L
29
Faal Ginjal:
Ureum
mg/dL
47
17-43
Kreatinin
mg/dL
1,5
L: 0,9-1,3
P: 0,6-1,1
Profil Lipid:
Cholesterol
mg/dL
175
200
Profil Arthritis:
Uric Acid
mg/dL
10,1
L: 3,5-7,2
P: 2,6-6,0
D. Pemeriksaan EKG:
Kesan:
Irama: Sinus Ritme
Axis Normal
Heart Rate 75x/i
Gel. P Normal
PR Interval Normal
QRS Kompleks: I, II, III, avF, aVR normal , QS kompleks pada V1-V3, Gelombang
RS pada V4
Segmen ST Normal
Gelombang T Normal
3. Diagnosis
5. Tinjauan Pustaka
STROKE HEMORAGIK
Definisi
Stroke adalah suatu sindroma yang ditandai dengan gangguan fungsi otak, fokal atau
global, yang timbul mendadak berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian
tanpa penyebab yang jelas selain vaskuler. Klasifikasi utama stroke dibagi menjadi 2 kategori
berdasarkan penyebab, yaitu iskemia-infark dan hemoragik. Stroke hemoragik sendiri dibagi
lagi menjadi perdarahan intraserebral dan perdarahan subarakhnoid.
Stroke akibat perdarahan intraserebral adalah gejala disfungsi neurologis yang
berkembang cepat akibat kumpulan darah di dalam parenkim otak atau sistem ventrikel yang
tidak disebabkan oleh trauma. Sedangkan stroke akibat perdarahan subarakhnoid adalah
gejala disfungsi neurologis dan/atau nyeri kepala akibat perdarahan di dalam ruang
subarakhnoid yang tidak disebabkan oleh trauma.
Epidemiologi
Setiap tahun sebanyak 15 juta jiwa di seluruh dunia menderita stroke dengan 5 juta di
antaranya meninggal dunia, dan 5 juta lainnya menderita cacat permanen. Penyakit tekanan
darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia. Perdarahan
intraserebral merupakan penyebab morbiditas dan kematian pada 10%-15% pada kasus
stroke pada ras kaukasia dan 30% pada ras Afrika dan Asia. Lokasi perdarahan paling sering
adalah putamen (40%), lobus serebral (22%), thalamus (15%), pons (8%), serebelum (8%),
6
dan kaudatus (7%) . Insidensi perdarahan subarakhnoid bervariasi dari 6-16 per 100.000
populasi, insidensi tertinggi terdapat di Finlandia dan Jepang.
Gambar 1. Potongan horizontal serebrum (atas) dan potongan sagittal batang otak
(bawah). Gambar di atas menunjukkan lokasi paling sering perdarahan intraserebral.
Etiologi
Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa risiko stroke hemoragik lebih tinggi
pada jenis kelamin laki-laki, hipertensi, dan tingginya konsumsi alkohol. Tingginya level
LDL berhubungan dengan penurunan resiko stroke hemoragik, sedangkan level HDL yang
tinggi berhubungan dengan risiko perdarahan intraserebral. Gaya hidup yang sehat dapat
menurunkan faktor resiko stroke baik stroke iskemik maupun stroke hemoragik.
Patofisiologi
Perdarahan Intraserebral
Perdarahan terbartas pada ketahanan jaringan otak. Hematoma yang luas dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dengan gejala nyeri kepala, muntah, dan
penurunan kesadaran. Perluasan hematoma juga dapat menyebabkan edema otak dan
herniasi.
Perdarahan Sub Arakhnoid
85% penyebab perdarahan subarachnoid disebabkan oleh aneurisma yang ruptur.
Aneurisma dapat terberntuk akibat kombinasi kongenital dengan perubahan degeneratif.
Aneurisma biasanya terbentuk pada percabangan arteri besar sirkulus Willis.
Lokasi
Thalamus
Contralateral
hemisensory loss
Lobus
Frontal
Lemah tungkai
kontralateral
Gerakan Mata
Pupil
Ipsilateral
conjugate
Normal
deviation
Kecil,
Down and in
bereaksi
upgaze palsy
lambat
Ipsilateral
Normal
conjugate gaze
Temporal
None
None
Occipital
None
None
Parietal
Slight contralateral
hemiparesis and
hemisensory loss
Kaudatus
None or slight
contralateral
hemiparesis
Putamen
Motorik/Sensorik
Hemiparesis
kontralateral dan
hemisensory loss
Pons
Tetraparesis
Cerebellar
None
Tanda Lain
Kiri: afasia
Kanan: left sided neglect
Somnolen, penurunan
kewaspadaan; kiri: afasia
Abulia
Hemianopia
Left: aphasia
Hemianopia
Hemianopia; Kiri: afasia;
Kanan: left neglect;
gangguan
menggambardan meniru
Normal
Bilateral
horizontal gaze Kecil;
paresis, ocular reaktif
bobbing
Ipsilateral gaze
atau paresis
Kecil
nervus VI
Koma
Muntah, kesulitan
berjalan, miring saat
duduk.
Perdarahan Subarakhnoid
Ketika aneurisma ruptur, darah menyebar menuju subarachnoid dan menyebar ke
cairan serebrospinal. Hal ini berkembang menjadi peningkatan tekanan intrakranial dan iritasi
meningen yang menyebabkan nyeri kepala yang hebat dan tiba-tiba, penurunan aktivitas fisik
dan intelektual, muntah, dan penurunan kesadaran. Mengantuk, gelisah dan agitasi juga
cukup sering dijumpai. Tanda neurologis fokal seperti hemiplegi dan hemianopia tidak
dijumpai pada saat onset, kecuali jika aneurisma juga mendarahi otak. PSA pada umumnya
menyertai berbagai komplikasi, seperti perdarahan berulang, hidrosefalus akut, dan iskemik
otak global karena vasospasme.
Penegakan Diagnostik
Ketika pasien datang, perlu ditentukan apakah stroke yang dihadapi adalah stroke
iskemik atau stroke hemoragik. Setelah dilakukan stabilisasi pada pasien stroke, dilakukan
anamnesis kepada pasien atau aloanamnesis kepada pendamping pasien. Pada stroke
hemoragik, serangan biasanya mendadak, terjadi saat sedang beraktivitas, dan terdapat nyeri
kepala sebelum serangan. Ditanyakan juga apakah pasien juga mengalami mual, muntah, dan
kejang. Riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan jantung serta riwayat pengunaan
obat-obatan juga perlu ditanyakan.
Setelah dilakukan anamnesis, dilakukan pemeriksaan fisik dan neurologis rutin. Pada
pemeriksaan neurologis pada penderita stroke, pemeriksaan neuro-vascular juga harus
diperhatikan. Pemeriksaan tersebut antara lain:
a. Palpasi dan auskultasi arteri atau cabang arteri karotis yang terletak
dekat permukaan.
b. Mendengar dan mencari bruit cranial atau servikal
c. mengukur tekanan darah pada kedua lengan.
d. Mengukur tekanan arteria oftalmika
e. Melihat dengan optalmoskop ke retina terutama ke pembuluh darahnya.
Semua pasien dengan suspek stroke akut harus dilakukan beberapa pemeriksaan
sebagai berikut:
1. Elektrokardiogram (EKG)
2. Pencitraan otak: CT tanpa kontras atau MRI dengan perfusi dan
difusi
3. Pemeriksaan laboratorium darah seperti, hematologi rutin, gula
Diagnosis Banding
Diagnosis banding stroke hemoragik antara lain sebagai berikut:
a. Stroke Iskemik
b. Ensefalitis
c. Hipoglikemia
d. Meningitis
e. Neoplasma
Penatalaksanaan
Penatalaksanaa Perdarahan Intraserebral
1. Diagnosis penilaian gawat darurat pada
perdarahan intrakranial dan penyebabnya
a. Pemeriksaan pencitraan
yang cepat dengan CT atau MRI
direkomendasikan untuk membedakan stroke
iskemik dengan perdarahan intrakranial.
b. Angiografi CT dan CT
dengan kontras dapat dipertimbangkan untuk
membantu mengidentifikasi pasien dengan
Vitamin K 10 mg IV diberikan
pada
penderita
dengan
peningkatan
INR
dan
diberikan dalam waktu yang
sama dengan terapi yang lain
karena efek akan timbul 6 jam
kemudian.
Kecepatan
pemberian <1mg/menit untuk
meminimalkan
risiko
anafilaksis.
FFP
2-6 unit diberikan untuk
mengoreksi defisiensi faktor
pembekuan
darah
bila
ditemukan sehingga dengan
cepat memperbaiki INR atau
aPTT. Terapi FFP ini untuk
mengganti pada kehilangan
faktor koagulasi.
d. Faktor VIIa rekombinan
tidak mengganti semua faktor pembekuan, dan
walaupun INR menurun, pembekuan bisa jadi
tidak membaik. Oleh karena itu, Faktor VIIa
rekombinan
tidak
secara
rutin
direkomendasikan sebagai agen tunggal untuk
mengganti antikoagulan oral pada perdarahan
intrakranial.
Walaupun
Faktor
VIIa
rekombinan dapat membatasi perluasan
hematoma pada pasien ICH tapa koagulopati,
Lakukan penatalaksanaan
ABC
sesuai
dengan
protokol pasien di ruang
gawat darurat.
Pertimbangkan
intubasi
endotrakheal
untuk
mencegak aspirasi dan
menjalin
jalan
nafas
terutama
pada
pasien
dengan peninggian tekanan
intrakranial.
Pencegahan vasospasme
Nimodipin 60 mg
peroral 4 kali sehari
NaCl 3% intravena
50ml 3 kali sehari
Menjaga
keseimbangan
elektrolit
Delayed vasospasm
Stop
nimodipin,
antihipertensi
dan
diuretika
Berikan 5% albumin
250 ml intravena
Bila memungkinkan
lakukan pemasangan
Swan-ganz,
dan
usahakan
wedge
pressure
12-14
mmHg
Tylanol
dengan kodein
Menghindari
asetosal
c. Pasien yang sangat gelisah
dapat diberikan
Haloperidol
im 1-10mg setiap 6 jam
Petidin im
50-100 mg atau morfin sc atau iv 510 mg/4-6jam
Midazolam
0,06-1,1mg/kg/jam
Propofol 3-
1mg/kg/jam
Prognosis
Perdarahan intraserebral
Bergantung lokasi, ukuran, dan perkembangan hematoma. Pasien dengan hematoma
yang kecil tetapi berada pada strukturmidline, dapat berkembang menjadi herniasi sekunder
yang menyebabkan kematian. Sebagian besar pasien bertahan dengan defisit neurologis.
Perdarahan intraserebral berulang sekitar 2% per tahun.
Perdarahan subarakhnoid
Jika perdarahan terbatas, pasien dapat bertahan tetapi dengan resiko perdarahan
kembali dalam beberapa minggu setelah onset PSA. Pada kejadian anneurisma yang ruptur,
terdapat 3%-4% perdarahan kembali dalam 24 jam.
1