PENDOKUMENTASIAN
SKETSA GUA DAN DOKUMENTASI KEGIATAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menjadi anggota penuh
MAPALA STTG
Oleh
Rifki Muhamad Ramdan
NIA. AM. 004 WA
LEMBAR PENGESAHAN
PENGEMBARAAN
Telah disahkan Laporan Pengembaraan Pengembangan Data Pemetaan Gua
Cukang Lemah dan Pembuatan Film Dokumenter yang dilaksanakan di Kawasan
Karst Kp. Cisarongge, Desa Wakap, Kecamatan Bantar Kalong, Kabupaten
Tasikmalaya.
Disahkan pada:
_________________
Pembimbing administrasi
Pembimbing Lapangan
Sopian Sumardi
NIA. M. 047 BC
Mengetahui,
Ketua MAPALA STTG
Divisi Pendidikan
Sopian Sumardi
NIA. M.047BC
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmatnya penulis
diberi kesehatan walafiat sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan kegitan pengembaraan
yang menjadi tugas penulis sebagai salah satu syarat menjadi aggota penuh MAPALA STTG .
Penulis menyadari, terwujudnya kegiatan ini tiada lain berkat doa, bimbingan saran,
motivasi, bantuan dari berbagai pihak Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1.
Allah SWT yang selalu memberikan berkah, rahmat, dan kasih kepada Penulis,
sehingga Pengembaraan serta Laporan ini dapat terselesaikan;
2.
Orang Tua tercinta, yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta
doa yang tidak pernah putus;
3.
Roni Kadar Ginanjar, S.Pd, dan Sopian Sumardi sebagai pendamping/ pembimbing
lapangan yang selalu mengingatkan, memotivasi, dan memberikan pencerahan
selama kegiatan ini dilaksanakan;
4.
Hani Haviani Nurasiah, A.Md dan Ahmad Timbul Sholeh, ST sebagai pendamping
administrasi yang terus mengontrol masalah administrasi sampai laporan ini
terselesaikan;
5.
6.
Seluruh Anggota MAPALA STTG, yang turut memberikan dorongan, motivasi, serta
bimbingan;
7.
8.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang1
1.2.
Identifikasi Masalah 1
1.3.
1.4.
Rumusan Masalah
1.5.
Batasan Masalah
1.6.
1.7.
Metode Penelitian
1.8.
Sistematika Penulisan 2
Pengertian Gua
2
4
4
2.3
2.4
2.5
2.4.1Personal Equipment(pribadi)..............................................................................7
2.4.2Team Equipment(peralatan tim).........................................................................8
Klasifikasi Tingkat Pemetaan Gua 11
2.6
Definisi Peta 11
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
2.12
12
12
13
14
ii
2.13
Dokumentasi 16
2.14
Peralatan Dokumentasi
17
18
3.1
Berita Acara 18
3.2
Peserta Pengembaraan
18
3.3
Pembimbing Lapangan
20
3.4
Pembimbing Administrasi
20
3.5
Deskripsi kegiatan
21
3.5.1Pekerjaan Dokumentasi....................................................................................21
3.5.2Pekerjaan Descriptor........................................................................................21
3.6
Metode Eksplorasi
22
3.7
3.8
Pengolahan Data
3.9
3.10
3.11
3.12
Operasional
3.13
3.14
Perlengkapan 33
30
33
33
33
33
BAB IV PENUTUP 34
4.1
Kesimpulan
4.2
Saran 34
DAFTAR PUSTAKA
34
35
iii
33
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
goardam
14
Gambar 2.2 Flaowstone
15
15
16
16
30
31
32
32
Gambar 3.6 Klik Extend pada file format survex process data
33
Gambar 3.6 Klik Extend pada file format survex process data
33
iv
32
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Data pemetaan gua cukang lemah
15
16
17
17
Table 3.2 Data pemetaan gua cukang lemah hasil eksplorasi (sambungan)
18
Table 3.2 Data pemetaan gua cukang lemah hasil eksplorasi (sambungan)
19
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Berita acara
Lampiran 2 Daftar peralatan
Lampiran 3 Sketsa dan peta gua cukang lemah
Lampiran 4 Brackdown pembuatan Film Dokumenter
Lampiran 5 Dokumentasi
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Gua merupakan suatu lorong bentukan alamiah di bawah tanah yang bisa dilalui oleh
manusia.Gua bermanfaat sebagai fasilitas penyangga mikro ekosistem yang sangat peka dan vital
bagi kehidupan makro ekosistem di luar gua. Maka, perlu adanya eksplorasi untuk membuat
sebuah peta sebagai acuan dasar untuk mendokumentasikannya.
Peta gua didukung dengan data yang akurat dan penggambaran sketsa yang baik.
Berdasarkan data yang telah ada dari hasil pengembaraan salah satu anggota MAPALA STTG
yakni Nur Asiah, Hani Siti Haviani (2012) yang belum ditindak lanjuti menjadi sebuah peta,
maka perlu penyusuran kembali untuk membuat sketsa gua agar memudahkan untuk membuat
peta mengingat pentingnya peta gua.
Mengingat belum adanya video dokumenter eksplorasi gua Cukang Lemah, maka perlu
adanya informasi secara visual untuk memperkuat gambaran tentang kondisi dan karakter gua
yang sebenarnya. Dalam Pengembaraan ini penulis bertugas sebagai tim pendokumentasian baik
sketsa gua itu sendiri maupun video dari pemetaan gua cukang lemah. Oleh karena itu,
berdasarkan uraian diatas maka laporan pengembaraan ini berjudul PENDOKUMENTASIAN
SKETSA GUA DAN DOKUMENTASI KEGIATAN
1.2.
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah pada laporan ini adakah sebagai berikut:
1.
2.
1.3.
dengan sasaran :
1.
2.
1.4.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1
1.
2.
1.5.
Batasan Masalah
Batasan kegiatan ini adalah sebaga berikut
1.
2.
1.6.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan mengacu pada pengembaraan pemetaan gua oleh anggota
MAPALA STTG angkatan Apis Dorsata. Dimana pada pengambaraan tesebut dibuat sebuah
manajemen secara garis besar dengan tiga tahap (ASC,89:2013), yaitu sebagai berikut:
1.
2.
3.
1.8.
Pra pelaksanaan;
Pelaksanaan;
Pasca pelaksanaan.
Sistematika Penulisan
Dalam laporan pengembaraan ini terdapat sistematika penulisan yang digunakan dapat
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang dari pembuatan laporan ini. Lingkup permasalahan
yang menerangkan masalah yang terjadi pada obyek penelitian, tujuan penelitian yang
membahas tentang hasil akhir yang ingin dicapai, batasan masalah untuk memudahkan dalam
pembuatan perangkat lunak. Metodologi penelitian
yang
digunakan
serta sistematika
berfungsi
untuk
orang lain dan untuk mengkontekstualisasikan penelitiannya. Ada dua macam pustaka yang
harus dikaji. Pertama, pustaka konseptual yang ditulis oleh otoritas dalam bidang yang diteliti,
2
yang menawarkan gagasan atau pendapat, teori atau pengalaman, yang diterbitkan dalam bentuk
buku, makalah, atau artikel. Kedua, pustaka penelitian yang memberikan hasil penelitian dan
pembahasannya yang telah dilakukan dalam bidang yang diteliti, dan disampaikan dalam bentuk
makalah dan laporan penelitian. Dua, pustaka tersebut harus meliputi dua jenis pustaka, yakni
pustaka yang berkaitan dengan metodologi / methodological literature dan pustaka yang
berkaitan dengan topik / topic literature. Dengan demikian tinjauan pustaka ini harus menujukan
posisi penelitian terhadap penelitian lainnya, menunjukan pemahaman terhadap topik penelitian,
dan menunjukan metodologi berikut metode yang sesuai dengan topik penelitian, atau yang
dapat menjawab pertanyaan penelitian, menghantarkan kepada tujuan penelitian, dan
menyelesaikan masalah penelitian;
1.8.3
kepada apa yang terjadi sebagai konsekuensi dari apa yang dilakukan atau prosedur penelitian
yang digunakan, dan pembahasan menerangkan arti data yang diperoleh. Dalam pembahasan
juga harus ditunjukan signifikansi data, berdasarkan hubungan satu tahap dengan tahap
lainnya serta hubungannya dengan tujuan penelitian dan batasan masalahnya. Bab ini dapat
disusun mengikuti tahap-tahap dalam kerangka kerja konseptual;
1.8.4
pernyataan tentang apa yang ditemukan dalam penelitian sebagai respon atas tujuan yang
dinyatakan dalam bab Pendahuluan, serta kontribusi atau konsolidasi dengan penelitian
sebelumnya. Sementara saran berisi rekomendasi penelitian berikutnya untuk menindaklanjuti
temuan dan atau kelemahan yang ada;
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Gua
Menurut situs (https://rumahradhen.wordpress.com) [1] bahwa gua adalah Gua adalah
suatu lubang di tanah, atau di batuan, atau di gunung yang terbentuk secara alamiah. Jadi
bentukan-bentukan seperti gua yang dibuat manusia sebenarnya tidak dapat dikelompokan
sebagai gua, tapi lebih tepat sebagai suatu terowongan.
Gua adalah suatu bentukan alam yang umumnya terjadi akibat adanya suatu proses alam
yang melubangi batuan. Bisa berbentuk suatu lorong yang panjang, gelap dan berkelok-kelok,
tetapi dapat pula sebagai suatu ceruk dalam. Secara umum dikenal terjadi pada dua batuan yang
jauh berbeda, yaitu pada batu gamping yang sangat intensif dan luas kejadiannya, dan pada
kasus-kasus khusus di aliran lava basalt, tetapi dapat pula terjadi pada semua jenis batuan yang
mengalami tingkat abrasi / erosi yang kuat melewati struktur-struktur tertentu.
2.1.1
karena penggalian yang disebabkan oleh kekuatan hempasan ombak terhadap dinding batu
karang yang terus menerus. Sebagian lagi dari gua-gua itu berada di bawah lapisan permukaan
bumi. Gua-gua semacam ini biasanya adalah bekas aliran sungai di bawah tanah yang berhasil
mengikis hanyut lapisan batu-batuan yang empuk seperti batu kapur. Yang lainnya lagi terbentuk
oleh goncangan gempa gunung berapi yang menggeser lapisan permukaan batu-batuan kulit
bumi, atau oleh letusan yang disebabkan lahar panas.
Jenis gua yang paling lain di Amerika Serikat ialah yang terbentuk dengan cara terkikis
hanyutnya lapisan batu kapur yang tebal. Proses pengikisan ini dikerjakan oleh aliran air yang
mengandung zat karbon dioksida di Indiana, Kentucky, dan Tennessee, dimana terdapat landasan
batu-batu kapur yang luas dengan tebal rata-rata 175 kaki, maka bentuk gua di situ adalah sangat
besar dan dalam. Pada sejumlah gua ditemukan lubang atau pintu pada dinding atapnya. Lubang
semacam Ini disebut dengan istilah lubang seng. Caranya lubang itu berbentuk mula-mula
disebabkan oleh karena permukaan tanah itu menampung sejumlah air. Tetapi air itu lama
kelamaan meresap ke bawah sehingga membentuk lubang yang dalam. Beberapa gua mempunyai
bentuk serambi bertingkat dengan tiang-tiang penunjang atau balok-balok karang dalam keadaan
satu menindih yang lainnya. atau balok-balok karang dalam keadaan satu menindih yang lainnya.
4
Tetapi pada banyak gua, setelah gua itu terbentuk, sungai-sungai di bawah tanah itu mengalir
terus sampai mendapatkan tingkat lapisan yang lebih rendah, sehingga gua itu ditinggalkan begitu
saja oleh aliran sungai itu dalam keadaan kering.
Sering kali terjadi bahwa tetesan air yang jatuh dari atas atap gua itu mengandung sedikit
zat kapur atau bahan mineral lainnya. Apabila sebagian dari air itu menguap lenyap, maka
sebagian dari pada bahan mineral itu akan tertinggal. Lambat laun bahan-bahan yang mengendap
ini membentuk stalagtite, yakni sejenis tiang kapur yang menyerupai batu-batuan es berujung
tajam, yang menggelantung dari atas permukaan atap gua itu. Air yang jatuh menetes dari
stalagtite itu ke atas dasar gua lalu membentuk tiang-tiang batu yang disebut STALAGMITE
2.2
Susur Gua 'Caving' yakni Caving berasal dari kata Cave (Gua). Sedangkan orang yang
menelusuri gua disebut caver. Jadi caving bisa diartikan sebagai kegiatan penelusuran gua yang
mana merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Speleologi. Sedangkan Speleologi secara
morfologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Spalion yaitu Gua dan Logos berarti ilmu. Jadi,
secara harfiah Speleologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang gua, tetapi karena perkembangan
speleologi itu sendiri, spleologi juga mempelajari tentang lingkungan disekitar gua.
Ada Beberapa Pengertian Susur Gua "Caving' menurut para ahli yaitu
1.
2.
Menurut R.K.T.ko (Speleologiawan) : Setiap ruang bawah tanah baik terang maupun
gelap, luas maupun sempit, yang terbentuk melalui system percelahan, rekahan atau aliran
sungai yang membentuk suatu lintasan aliran sungai dibawah tanah.
2.3
memiliki motto keselamatan SEDIA PAYUNG SEBELUM MENDUNG sehingga tidak cukup
bersiaga dikala ada gejala bahaya namun justru harus jauh sebelum itu. Maka estimasi perubahan
situasi harus senantisa diperhatikan. Tingginya jam terbang, pengetahuan, keterampilan dan
senioritas tidak cukup dijadikan patokan keamanan karena apa yang bakal dihadapi didalam gua
tidak seorangpun dapat memastikan. Oleh karena itu terdapat beberapa pencegahan kecelakaan
sebagai berikut:
5
1)
Tidak memaksakan kondisi badan untuk menelusuri gua bila badan kurang sehat;
2)
3)
Peralatan tidak lengkap, kurang terawatt dan sudah uzur (kelayakan peralatan;
4)
5)
6)
7)
Jangan masuk gua di musim hujan,seorang penelusur gua pada masa ini biasanya cuti
kegiatan dan hanya diisi dengan latihan ringan atau memperdalam pengetahuan maupun
skill;
8)
minta ijin kepada orang tua, aparat daerah setempat dan instansi terkait sekaligus
berpamitan dengan sejujurnya tentang tujuan dan lokasi kegiatan, perhatikan dengan
cermat sertapatuhi segala wejangan atau nasihat mereka;
9)
2.
3.
4.
5.
6.
Kapan mulai masuk gua pukul berapa, dan rencana keluar pukul berapa;
7.
Formulir diberikan kepada pejabat dan instansi berwenang setempat dan di temple
di kaca mobil;
8.
LURAH,
POLISI
DAN
MEMINTA
BANTUAN
DENGAN
MENGHUBUNGI:
NAMA, ALAMAT, NOMOR TELEPON SEGALA BIAYA/UANG YANG
DIPERLUKAN UNTUK MENERUSKAN BERITA INI AKAN DIGANTI DUA
KALI LIPAT.
2.4
Personal Equipment(pribadi)
Peralatan pribadi yang digunakanterdiri dari:
1.
Helm Speleo
Helm yang digunakan dirancang untuk mampu menahan benturan maupun jatuhan batu.
Helm ini dirancang mampu menahan jatuhan batu dari berbagai sisi tertentu dan ketinggian
tertentu. Mempunyai bagian yang berupa pita yang adjustable digunakan untuk mengikatkan
helm pada kepala kita. Pada bagian depan terpasang peralatan tambahan yang berfungsi sebagai
alat penerangan.
2.
bagian, tabung alas berguna untuk menampung air, yang dilengkapi dengan regulator saluran gas
dan lubang tempat pengisian air. Tabung bawah digunakan untuk mengisi karbit.
3.
4.
Cover All
Adalah sebuah pakaian khusus untuk penelusuran gua. Pakaian ini berfungsi untuk
melindungi tubuh kita dari gesekan dan menahan panas tubuh kita pada gua yang berair.
5.
Sepatu
Sepatu yang biasa digunakan adalah sepatu karet dan scpatu yang biasa digunakan militer.
Sarung tangan
Berfungsi untuk melindungi tangan dari panas karena gesekan tali ataupun melindungi
tangan dari gesekan dengan dinding gua yang tajam dan kasar.
7.
Pelampung
Peralatan ini biasa digunakan di gua yang memiliki kedalaman air tanah yang cukup
dalam, pelampung digunakan untuk menghindari atau menyelamatkan dari kondisi tenggelam.
8.
SRT set.
Peralatan ini menjadi peralatan pribadi untuk efisiensi tenaga dan efektifitas penelusuran,
karena beberapa peralatan yang ada disesuaikan dengan ukuran tubuh pemakai. Dalam satu set
SRT tcrdiri dari:
1) Seat Harness digunakan untuk mengikat tubuh yang dipasang pada pingggang dan
paha;
2) Ascender, peralatan ini digunakan untuk naik atau memanjat lintasan (tali), ascender
dibedakan menjadi hand ascender digunakan untuk dipegang ditangan dan chest
ascender, digunakan dengan diikatkan di dada;
3) Descender, digunakan untuk memuat lintasan atau tali;
4) Chest Harness, digunakan unhik mengikatkan sit harness dengan dada.
5) Cows tail, dibuat dengan tali dinamik yang disimpul dengan salah satunya tali lebih
pendek. Tali yang pendek digunakan sebagai pengaman/tambatan pengaman. Tali
yang panjang digunakan untuk menghubungkan Hand ascender dengan tubuh.
Dikedua ujung cowstail tersebut dipasang 2 karabiner delta non screw;
6) Foot loop, digunakan untuk pijakan kaki dan dihubungkan dengan ascender. Ada
beberapa macam bentuk foot loop yang biasa digunakan.
2.4.2
1.
Tali
Tali yang digunakan harus benar-benar mempunyai kwalitas yang baik dan memerlukan
Ladders
Ladders atau tangga tali biasanya terbuat dari kawat baja atau dari tali dengan diameter
tertentu (lebih kecil dari diameter tali yang digunakan untuk verticalCaving). Ladders sangat
efektif untuk digunakan pada pitch pendek, dengan bentuk lintasan overhang.
3.
alam, deviasi, maupun bentuk tambatan lainnya. Lebar webbing yang dianjurkan untuk
digunakan lebih besar atau sama dengan 30 mm. Ukuran 25 mm jangan sekali-kali digunakan.
Dengan simpul tertentu kedua ujung webbing ini disambungkan untuk kemudian dijadikan
penambat.
8
4.
Padding
Padding adalah pelindung tali dari gesekan. Biasanya dibuat bahan kaltun terpal yang
dengan kegunaan dan fungsinya. Tiap produk Carabiner yang ada telah mengalami uji kekuatan
dari pabriknya untuk tarikan vertical maupun horizontal.
6.
Pengaman Sisip
Pengaman Sisip adalah peralalan tambahan untuk membuat tambatan. Penggunaan
pengaman sisip sangat tergantung pada bentuk bawaan batuannya. Pemasangan yang bagus dan
tepat sangat menentukan kekuatannya, tetapi perlu diperhatikan pada waktu akan dilewati jangan
sampai terangkat kearah luar. Pengaman sisip yang talinya menggunakan nylon harus Iebih
mendapat perhatian, karena lebih tidak tahan jika melucur gesekan dibandingkan dengan yang
mengggunakan kawat baja.Pengamanan atau pemasangan pengaman sisip harus selalu dilatih
untuk mengetahui/ mendapatkan instink pemasangan yang benar dan aman, mengetahui bentuk
berbagai bentuk celah yang disesuaikan dengan bentuk pengaman sisip yang digunakan.
7.
Paku Pitton
Adalah salah satu bentuk pengaman tambahan yang berbentuk seperti palm, yang
ditanamkan pada celah vertical maupun horizontal. Pittonakan sangat berguna pada beberpa jenis
batuan, dart dengan pengalaman yang cukup untuk penelusuran gua vertical.Penempatan pitton
harus dengan cermat dan hati-hati, penempatan yang baik adalah tegak lurus dengan bidangnya
pemilihan jenis pitton harus sesuai dengan bentuk celahnya (verticalhorizontal). Pitton dipasang
dengan dipukul menggunakan hammer speleo, bunyi benturan pada saat dipukul antara pitton
dengan batuannnya bisa dipakai untuk menentukan kekuatan pemasangan pitton tersebut.
8.
Bolts
Pada penelusuran gua vertical jika kita tidak bisa menemukan natural anchor, maupun
pemasangan pengaman sisip lainnya, maka satu- satunya pilihan adalah pemasangan bolts (bor
tebing). Dengan bolts maka penelusur gua bisa menempatkan titik tambatan di tempat yang
diinginkan.Ukuran yang digunakan biasanya disesuaikan dengan jenis batuan yang akan dibor
maupun beban yang akan diterima, ukuran standard yang biasa digunakan adalah 3 mm.
9.
Hanger
Peralatan ini adalah pasangan dari bolts. Hanger ini digunakan untuk menambatkan tali.
9
10.
Driver
Digunakan untuk mengebor dinding/tebing
11.
Hammer
Digunakan untuk mengetes batuan yang akan digunakan untuk anchor, maupun untuk
mengebor tebing.
12.
Tackle Bag
Tas khusus untuk penelusuran gua, terbuat dari bahan terpal yang tahan gesekan.
13.
Pulley
Berbentuk kerekan, yang prinsip kerjanya untuk memperingan penarikan beban. Biasanya
Alat Bantu
Adapula alat bantu yang dapat digunakan, antara lain:
1)
Roll module;
2)
Bombement Deviatur.
2.5
1.
Grade 2
Peta dibuat didalam gua tanpa skala yang benar tanpa menggunakan alat ukur apapun
Grade 3
Sketsa dibuat dalam gua dengan bantuan kompas dan tali yang ditandai tiap-tiap
meternya, memiliki ketelitian pengukuran satuan 2, 5, posisi stasiun 5 meter, dilakuan jika waktu
sangat terbatas, penggunaan clino meter sangat diperlukan.
4.
Grade 4
Pengukuran telah menggunakan kompas, clino meter, topofil atau meteran dari bahan lain.
10
5.
Grade 5
Pengukuran dengan kkompas prismatik dan clino meter dengan kesalahan ukur 0,5 0, pita
ukur fiberglas dengan kesalahan ukur kurang dari 10 meter. Instrumen dikalibrasikan terlebih
dahulu. Center lain diajukan disurvey, menggunakan leap frog methode. Peralatan dianjurkan
memakai Kompas Sunto type KB14/360R dan Clino meter Sunto type PM5/360PC.
2.6
Definisi Peta
Menurut (HIKESPI, 2009: 68) [5] definisi peta yaitu:
1.
Merupakan suatu gambaran 2 dimensi dengan sekala lebih kecil dari suatu bidang 3
dimensi yang mempunyai batas batas tertentu.;
2.
Suatu gambaran proyeksi dengan sekala lebih kecil dari medan sebenarnya.
2.7
1.
2.
2.8
1.
2.
3.
4.
Merupakan bukti otentik bagi penelusur gua, sebagai penulusuran yang pertama kal
menelusuri goa tersebut;
2.
Membantu para ahli dalam mempelajari Biospeologi, Hidrologi, Arkeologi ataupun ilmuilmu lainnya yang berkaitan dengan Speleologi;
3.
Untuk mencari korelasi dengan goa-goa disekitarnya atau System Perguaan yang ada
disekitarnya;
4.
5.
Sebagai data rekaman keadaan gua saat itu ( biasanya dilampiri foto );
6.
11
2.9
1.
Top to Bottom
Adalah pengukuran dimulai dari Etrance gua dan berakhir pada ujung lorong gua
Bottom to Top,
Adalah kebalikan dari Top to Bottom yaitu pengukuran dimulai dari ujung lorong sampai
1.
Forward Methode
Dimana pembaca alat dan pencatat berada pada stasiun 1 (pertama) dan pointer (target)
berada pada stasiun 2 (kedua), setelah pembacaan alat selesai pointer maju ke stasiun selanjutnya
yang telah ditentukan oleh leader dan pembaca alat maju tepat pada posisi pointer tanpa merubah
titik stasiun tempat berdiri pointer sebelumnya, begitu seterusnya.
2.
pertama, setelah pembacaan alat selesai pointer maju langsung menuju stasiun ketiga sedang
pembaca alat tetap pada stasiun kedua dan melakukan pembacaan alat lagi, setelah pembacaan
selesai pembaca alat langsung menuju stasiun keempat dan melakukan pembacaan alat lagi
dengan sasaran stasiun tiga, begitu seterusnya.
2.11 Klasifikasi Pemetaan Gua
Peta Gua ada beberapa jenis sesuai dengan metode penggambaran yang kita gunakan. Jenis
jenis
peta
gua
merupakan
faktor
pendukung
untuk
memudahkan
pembaca dalam
adalah bentukan arah lorong gua jika dilihat dari atas sesuai hasil pengukuran dari Kompas.
2.
Extended Section,
12
Yaitu Peta Gua digambarkan dalam bentuk tampak samping gambar gua digambarkan
dalam bentuk memanjang tanpa proyeksi, yang terlihat hanya perubahan sudut Elevasi Gua/
Sudut Kemiringan/Keterjalan Lorong sesuai hasil pengukuran Klinometer.
3.
Cross Section
Yaitu Gambar Peta Gua yang digambar dalam bentuk tampak depan. Cross Section
detailnya mengunakan sumbu X, Y, dan Z. sumbu X dan Y, untuk menentukan koordinat stasiun
pada bidang datar. Sumbu Z untuk menentukan posisi stasiun berdasarkan elevasinya terhadap
titrik 0.
2.12
dapat ditemukan di dalam gua adalah bentukan batuan atau biasa disebut dengan ornamen gua.
Ornamen tersebut dapat terbentuk ribuan bahkan jutaan tahun. Berikut ini adalah beberapa jenis
ornamen yang terdapat di dalam gua.
1.
Gourdam, bentuknya seperti petak - petak sawah dan biasanya terdapat di lantai gua dan
Flaowstone, mempunyai bentuk yang menyerupai lilin dan menempel pada dinding gua,
3.
mengatung.
4.
Pearls / mutiara gua, yaitu ornamen yang bentuknya mirip mutiara, pearl ini merupakan
kumpulan batu kalsit yang berkembang didalam kolam. Butiran-butirannya terdiri dari ion-ion
putih yang warnanya bersinar.
.
5.
6.
14
7.
masih muda.
8.
9.
10.
Moonmilk,yaitu batuan yang menempel pada langit-langit gua seperti stalaktit namun
11.
15
2.13 Dokumentasi
Menurut situs (http//Wikipedia.com) [7] Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan
untuk menyediakan dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan
sumber-sumber informasi khusus dari karangan/ tulisan, wasiat, buku, undang-undang dan
sebagainya. Dalam artian umum dokumentasi merupakan sebuah pencarian, penyelidikan,
pengumpulan, pengawetan,penguasaan, pemakaian dan penyediaan dokumen. Dokumentasi ini
digunajan untuk mendapatkan keterangan dan pengetahuan penerangan dari bukti.
2.14
Peralatan Dokumentasi
Peralatan dokumentasi yaitu peralatan yang mempermudah dalam mendokumentasi kan
2.
Charger, merupakan piranti yang digunakan untuk mengisi energi kedalam baterai (isi
ulang) dengan memasukan arus listrik melaluinya. Arus listrik yang dimasukan
tergantung pada teknologi dan kapasitas baterai yang diisi ulang tersebut.
3.
Tripod, merupakan alat stan untuk membantu agar badan kamera bisa berdiri dengan
tegak dan tegar. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kelelahan fotografer dalam
mengambil gambar dan mengurangi noise yang ditimbulkan oleh guncangan tangan
fotografer.
16
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Berita Acara
Berita acara untuk pemberangkatan pengembaraan dengan judul Pengembangan Data Gua
Cukang Lemah dan Pembuatan Film Dokumenter dengan jumlah peserta 7 (tujuh) orang ini
diumumkan oleh Ketua MAPALA STTG pada tanggal 7 Desember 2014 pukul 18.15 WIB
bertempat di sekretariat. Dengan diumumkannya berita acara tersebut, maka tim yang
mengajukan pengembaraan kepada penguruh telah diizinkan untuk berangkat ke lapangan.
3.2
Peserta Pengembaraan
Peserta pengembaraan ini berjumlah 7 (tujuh) orang, yaitu 1 (satu) orang dari angkatan
2.
Jurusan
No. Hp
: 08996000181
3.
4.
Garut.
: Teknik Sipil angkatan tahun 2011
: 08992789833
TTL
No. Anggota
Alamat
Jurusan
No. Hp
5.
6.
Kab. Garut.
: Teknik Industri angkatan tahun 2012
: 082317337617
7.
3.3
Pembimbing Lapangan
Pengembaraan ini team dibimbing dan didamping oleh Sopian Sumardi yang merupakan
Anggota MAPALA STTG angkatan Bara Caldera. Adapun informasi contact Pembimbing
Lapangan Penulis adalah sebagai berikut:
Nama
TTL
No. Anggota
Alamat
:
:
:
:
Sopian Sumardi
Garut, 27 Maret 1993
M. 047 BC
Jl. Otista BLK No. 260 Kp. Babakanloa RT/RW 05/08 Ds.
No. Hp
18
3.4
Pembimbing Administrasi
Pada pengembaraan ini, pembimbing administrasi adalah Ahmad Timbul Sholeh, ST yang
merupakan anggota MAPALA STTG angkatan Gunung Kabut. Adapun informasi contact
Pembimbing Administrasi adalah sebagai berikut:
Nama
: Ahmad Timbul Sholeh, ST
TTL
: Garut, 27 Maret 1991
No. Anggota : M. 43 GK
Alamat
: Jl. Pasir Pogor, RT/RW 01/05, Kel/Des paminggir, Kab. Garut
No. Hp
: 085720322123
3.5
Deskripsi Kegiatan
Berdasarkan kesepakatan
deskriptor selaku divisi dokumentasi dan descriptor, penulis harus membuat daftar peralatan yang
dibutuhkan untuk dokumentasi dan memahami tentang descriptor.
3.5.1
Pekerjaan Dokumentasi
kebutuhan
untuk
pendokumentasian,
adapun
alat-alat
yang
dibutuhkan
oleh
pendokumentasi yaitu:
No
1
2
3
3.5.1.2 Pelaksanaan
Pada waktu pelaksanaannya pendokumentasian dimulai dari persiapan pemberangkatan
sampai dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh tim, foto terlampir.
3.5.1.3 Pasca pelaksanaan
Pada waktu pasca pelaksanaan dalam pendokumentasian penulis bertugas memilih foto
dan video yang berkualitas baik, foto terlampir.
19
3.5.2
Pekerjaan Descriptor
2.
Perlengkapan pribadi
1)
Helm;
2)
Headlamp;
3)
Sepatu boots;
4)
Perlengkapan tim
Sebagai seorang descriptor perlengkapan yang dibutuhkan yaitu:
1) Kertas kalkir;
2) Pensil;
3) Papan dada;
4) Penghapus;
5) Data gua yang didapat dari dalam laporan pengembaraan salah satu anggota
MAPALA STTG yakni Nur Asiah, Hani Siti Haviani (2012).
3.5.2.2 Pelaksanaan
Pada waktu pelaksanaan descriptor bertugas untuk membuat sketsa gua per stasioner dan
menginformasikan arah bidikan dan jarak antara shooter dan stasioner.
Ketika pelaksanaan penulis mengalami kesulitan dikarnakan kurang pengetahuannya
mengenai menggambar sketsa guayang berdampak menyita waktu tim dan sedikit membuat
kepanikan tim, maka penulis menerima keputusan untuk diambil alih dari posisi sebagai
descriptor dan mengganti tugas menjadi leader. Terdapat beberapa pertimbangan dalam
perganttian posisi tersebut yaitu untuk efektifitas waktu, karena descriptor paling krusial dalam
hal peta dan masalah waktu.
3.5.2.3 Pasca Pelaksanaan
20
Pada waktu pasca pelaksanaan penulis merapihkan data sebelum di olah, sketsa gua
terlampir.
3.6
Metode Eksplorasi
Dalam Eksplorasi Gua Cukang Lemah, tim melakukan pengembangan data pengembaraan
angkatan Apis Dorsata MAPALA STTG, dimana data tersebut belum dikembangkan menjadi
sebuah peta. Pada pengembaraan ini, tim melakukan eksplorasi untuk menggambarkan peta dari
data tersebut sehingga diperlukan eksplorasi kembali untuk memastikan stasiun dan sketsa gua.
Adapun metode yang digunakan adalah Forward method, dimana surveyor dan pencatat
berjalan secara berurutan sampai stasiun terakhir (sesuai data) dengan arah survey Top to bottom
yaitu dari mulut gua sampai ujung gua/ akhir stasiun. Karena berdasarkan data yang ada, arah
surveynya Top to bottom.
Dalam kegiatan ini, tim membawa data pemetaan pengembaraan angkatan Apis Dorsata
MAPALA STTG yang belum diwujudkan menjadi peta. Adapun data tersebut adalah sebagai
berikut:
Tanggal Survey :
18 Maret 2012
Kompas
Clino
34
315
330
304
285
307
240
300
290
52
260
315
500
316
345
-30
-30
-15
-20
-20
-20
-15
-20
-10
25
-14
-4
20
-14
-28
21
Pembidik Percatatan
Dinding
Tinggi
Kiri
kanan
Langit
Langit
Langit
Langit
17
17
17
200
20
600
200
200
25
165
400
13
14
15
15
16
17
17
18
19
19
19
20
21
22
23
24
24
14
15
15a
16
17
17a
18
19
19a
19b
20
21
22
23
24
24a
25
672
435
584
362
387
400
464
462
230
275
256
257
440
170
263
185
96
295
47
145
340
323
314
347
325
344
22
343
326
326
265
260
350
243
-2
-47
3
10
-15
11
-19
-8
3
-7
2
-9
-9
8
-35
80
-11
250
Pembidik Percatatan
Nama Gua : Cukang Lemah
Lokasi
:Tasikmalaya
Sasiun
jarak
25
26
160
26
27
473
27
28
474
28
29
612
29
29a
347
29
30
185
30
31
309
31
32
430
32
33
180
33
34
109
34
34a
555
34
34b
225
34
35
337
35
36
153
36
37
200
37
37a
80
Tanggal Survey :
18 Maret 2012
Kompas
292
285
239
258
306
237
279
285
266
227
285
284
317
295
270
350
22
Clino
2
-6
5
-9
19
-8
1
8
-25
-8
-5
13
-17
-32
6
30
Tinggi
Dinding
Kiri
kanan
37
37
37
38
39
39
40
41
42
42
43
44
44
45
46
47
47
48
37b
37c
38
39
39a
40
41
42
42a
43
44
44a
45
46
47
47a
48
49
400
210
180
127
223
300
487
368
252
163
376
402
300
473
885
297
190
410
220
226
286
340
220
244
266
168
350
273
214
97
246
318
309
275
326
280
37
4
-24
19
7
-12
-7
-16
-20
-7
-8
32
-12
-7
-3
-24
-8
5
Ketika eksplorasi sedang dilaksanakan, tim mengalami keganjalan data yaitu pada stasiun
48 ke 49 dan seterusnya, dimana data tersebut tidak sesuai dengan kondisi gua tersebut yaitu
mengenai jarak, tinggi, kompas dan clino. Maka, dengan kondisi tersebut Penulis selaku
Koordinator membuat keputusan untuk membuat data baru yang sesuai dengan kondisi gua
tersebut yaitu melakukan pengambilan data kembali dari stasiun 48 ke 49 dan seterusnya hingga
ujung gua (ditandai dengan kolom warna kuning dan font/ tulisan yang dibold/ ditebalkan). Maka
data pemetaan tersebut menjadi sebagai berikut:
Table 3.2 Data pemetaan gua cukang lemah hasil eksplorasi
Nama gua
Lokasi
Tanggal Ekplorasi
Sasiun
Dari
ke
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
24a
24
25
Cukang Lemah
Kp. Csarongge, Ds. Wakap, Kec. Bantarkalong, Kab.
Tasikmalaya
07-08 November 2014
Dinding
Jarak Kompas Clino Tinggi
Kiri
kanan
256
343
2
200
50
38
257
326
-9
80
80
84
440
326
-9
93
28
74
170
265
8
107
83
51
263
260
-35
250
45
156
185
350
80
114
65
35
96
243
-11
250
124
94
23
25
26
27
28
29
29
30
31
32
33
34
34
34
35
36
37
37
37
37
38
39
39
40
41
42
42
43
44
44
45
26
27
28
29
29a
30
31
32
33
34
34a
34b
35
36
37
37a
37b
37c
38
39
39a
40
41
42
42a
43
44
44a
45
46
Nama gua
Lokasi
Tanggal Ekplorasi
Sasiun
Dari
ke
46
47
47
47a
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
52a
160
473
474
612
347
185
309
430
180
109
555
225
337
153
200
80
400
210
180
127
223
300
487
368
252
163
376
402
300
473
292
285
239
258
306
237
279
285
266
227
285
284
317
295
270
350
220
226
286
340
220
244
266
168
350
273
214
97
246
318
2
-6
5
-9
19
-8
1
8
-25
-8
-5
13
-17
-32
6
30
37
4
-24
19
7
-12
-7
-16
-20
-7
-8
32
-12
-7
105
101
104
47
47
88
83
110
177
154
160
35
110
55
77
30
300
91
150
300
70
300
66
130
100
230
500
270
200
180
161
47
94
50
64
223
85
49
111
177
42
30
77
50
105
15
150
31
132
400
250
120
100
200
100
165
194
150
142
65
45
145
62
90
120
25
42
59
38
75
92
35
57
70
200
20
8
68
34
500
180
340
52
0
70
100
125
50
15
43
Cukang Lemah
Kp. Csarongge, Ds. Wakap, Kec. Bantarkalong, Kab.
Tasikmalaya
07-08 November 2014
Dinding
Jarak Kompas Clino
Tinggi
Kiri
kanan
885
309
-3
200
98
104
297
275
-24
80
20
50
190
326
-8
84
34
50
410
280
5
50
75
153
200
315
10
50
14
150
280
230
2
500
43
52
220
220
10
500
237
257
208
175
1
400
0
0
24
52
52
52
53
54
55
56
57
58
59
3.7
52b
52c
53
54
55
56
57
58
59
60
400
327
120
300
250
380
950
390
540
900
270
70
250
220
240
275
20
85
140
110
30
40
-2
25
20
5
5
25
8
3
350
300
520
133
130
233
320
200
200
110
0
0
25
153
27
0
172
79
185
45
0
0
26
27
25
205
173
224
310
120
Tasikmalaya dengan koordinat mulu gua 070 31 47,8 LS dan 1080 04 46,1 BT. Gua ini
merupakan gua horizontal dengan lebar mulut gua 298 cm dan tinggi mulut gua 17 m. untuk
memasuki gua tersebut tidak diperlukan peralatan khusus sebagaimana gua vertical, akan tetapi
cukup dengan menggunakan peralatan pribadi dan webbing, karena untuk menuju mulut gua
tersebut harus menuruni tebing yang tidak terlalu curam yaitu dengan kemiringan -30 (clino).
Jarak dari home stay (Rumah Bapak Memed) menuju gua tersebut adalah 500 m dengan waktu 30
menit melewati pesawahan warga.
Gua Cukang Lemah merupakan gua memiliki karakteristik gua yang berair. Mulut gua ini
ditutupi oleh semak-semak, disekitar gua terdapat pohon-pohon yang ditanam warga untuk
kepentingan kelangsungan hidup warga. Didalam gua tersebut dihuni oleh jenis-jenis hewan
seperti kelelawar, laba-laba dan jenis serangga lainnya.
3.8.1 Sejarah Singkat Gua Cukang Lemah
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Dusun Setempat/ Ketua RT Setempat,
nama Cukang Lemah diambil berdasarkan bentukan mulut gua itu sendiri dimana terdapat
dua batu besar yang saling berhimpit dan membentuk sebuah cukang dan ditutupi oleh
tanah, masyarakat dahulu menghawatirkan tanah tersebut lemah dan bisa saja terperosok
jika dilalui/ diinjak. Maka, dinamakanlah gua tersebut dengan nama Gua Cukang Lemah.
3.8.2 Manfaat Gua Cukang Lemah
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Dusun Setempat/ Ketua RT Setempat.
Masyarakat Kp. Cisarongge memanfaatkan gua Cukang Lemah sebagai sumber air bersih,
pengaran sawah warga, dan keperluan lain.
25
3.8
Pengolahan Data
Pengolahan data pemetaan menggunakan software yang bernama Survex. Survex
Gambar 3.6 Klik Extend pada file format survex process data
27
Gambar 3.6 Klik Extend pada file format survex process data
3.9
28
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1.
Dari tugas dokumentasi, dalam pengambilan foto kegiatan yang diambil hanya kegiatankegiatan
tertentu
seperti
pemberangkan,
pengambilan
data
gua
karna
dalam
pendokumentasian sendiri itu sudah ada tim dokementer yang terus siap dalam
mendokentasikan kegiatan.
2.
sketsa gua per stasioner dan menginformasikan arah bidikan dan jarak antara shooter dan
stasioner.
Ketika pelaksanaan penulis mengalami kesulitan dikarnakan kurang pengetahuannya
mengenai menggambar sketsa guayang berdampak menyita waktu tim dan sedikit membuat
kepanikan tim, maka penulis menerima keputusan untuk diambil alih dari posisi sebagai
descriptor dan mengganti tugas menjadi leader. Terdapat beberapa pertimbangan dalam
perganttian posisi tersebut yaitu untuk efektifitas waktu, karena descriptor paling krusial dalam
hal peta dan masalah waktu.
4.2
Saran
Berdasarkan penyusunan laporan dan kesimpulan diatas, hal-hal dibawah ini dapat
Dokumentasi, untuk pendokumentasian apabila ada 2 divisi yang bekerjanya sama seperti
dokumentasi dan documenter lebih baik hanya ada satu divisi dilihat dari tujuan kegiatan
tersebut.
2.
Descriptor, dari tugas descriptor lebih baik diisi oleh orang yang mengerti dalam
pembuatan sketsa karena descriptor dapat menentukan cepat atau lamanya waktu
pemetaan.
29
DAFTAR PUSTAKA
1.
Pengetian gua. Diakses dari https://rumahradhen.wordpress.com, pada tanggal 10-032015 pukul 13.30 WIB.
2.
Pengertian susur gua. Diakses dari http://irmadwii.blogspot.com, pada tanggal 18-052014 pukul 16.57 WIB.
3.
4.
Pengenalan
Peralatan
Penelusuran
Gua
Caving.
http://dewabejo.wordpress.com/2011/02/10/pengenalan-peralatan
2010
Diakses
penelusuran
dari
-gua-
6.
Jenis-jenis ornamen gua. Diakses dari http://mapalaunisi.org/macam-macam -ornamengua/, pada tanggal 03-03-2015 pada pukul 12.00 WIB.
7.
Pengertian pendokumentasian. Diakses dari http://Wikipedia.com/ 2012/03/01/pengertiandokumtasi/, pada tanggal 03-03-2015 pada pukul 12.00 WIB.
8.
Nur Asiah, Hani Siti Haviani. Laporan Pengembaraan Penelusuran Gua Cukang Lemah.
2012. Garut
30