Anda di halaman 1dari 3

Pekerjaan yang sudah mereka lakukan selama

November masih belum dihargai dengan upah yang


selayaknya, hingga Selasa (30/12/2014). Pengurus
PUK PT GKT dari Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia (SPSI), Deny Koswara menyebutkan
bahwa
seharusnya perusahaan
membayarkan
gajimereka pada tanggal 5 setiap bulannya.

Ini masalah perut, perusahaan itu selalu


menjanjikan. Seharusnya, kan, 5 Desember, tapi
perusahaan bilang gajinya dikasih 24 Desember,
setelah order pengiriman barang beres. Akan
tetapi, ternyata tidak jadi. Kemudian, dikatakan
lagi 30 November, lagi-lagi buktinya meleset, ujar
Deny, dikutip dari Pikiran-rakyat.com.
Sementara, sekitar 250 buruh yang statusnya masih dikontrak, belum jelas kapan akan dilunasi
upahnya. Tak hanya itu, 150 buruh yang kini kontraknya sudah berakhir yang dulunya sudah
dijanjikan upahnya akan dibayar, tapi sampai sekarang upahnya belum juga dibayar.
Dadan mengatakan, menurut ketentuan Upah Minimum Kabupaten (UMK), seharusnya buruh di
sektor garmen menerima sebesar Rp. 1,7 juta.
Memang sudah ada pembayaran pada 17 Desember, tapi cuma Rp. 800 ribu. Selama
Desember ini, kami terus bekerja meskipun masih ada sisa gaji yang belum dibayarkan,
ucapnya.
Ia juga menyebutkan bahwa perusahaan selalu terlambat membayarkan upah buruhnya sudah
selama hampir dua tahun.
Kalau sesuai kontrak, kan, tanggal 5, tapi kami kasih toleransi sampai tanggal 8.
Makin ke sini ternyata makin parah, gaji sebulan bisa diangsur sampai lima kali. Alasan
perusahaan, pekerjaan yang dilakukan itu tidak sesuai target, ujarnya.

HRD PT GKT, Guntur Wijanarko mengakui pihaknya terlambat membayarkan upah.


Rencananya perusahaan akan membayarkan upah untuk pekerjaan pada bulan November dengan
cara diangsur pada tanggal 5 dan 12 Januari.
Kami upayakan pelunasannya pada tanggal tersebut. Sementara untuk pekerjaan pada
Desember, kami akan bayarkan pada 26 Januari. Kami juga mengerti, karena para
pegawai mau merayakan tahun baru, tetapi kami juga sedang tidak berdaya, katanya.
Manager HRD beralasan, bahwa keterlambatan pembayaran dari pihak pemesan yang
menyebabkan gaji karyawan mengalami keterlambatan juga. Karena berbagai faktor penyebab,
pembayaran dari pihak pemesan, macet.
Pihak perusahaan sangat menyesali keterlambatan gaji ini. Namun, kondisi
perusahaan sedang kolaps, uang yang berada di luar tidak bisa diambil. Kami sedang
berusaha, tapi Natal dan Tahun Baru ini mereka sedang keluar, jadi uangnya tidak bisa
ditarik, sebutnya.
Kepala Seksi Perselisihan dan Pesyaratan Kerja pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi KBB, Yayat Saefulhayat dan beberapa stafnya mendatangi pabrik untuk mencari
solusinya atas permasalahan tersebut. Namun demikian, Yayat malah kebingungan menemui
pemilik perusahaan.
Pemiliknya tidak jelas, managemen pun kebingungan menjawabnya. Dari akta
kepemilikan perusahaan, ada nama yang duduk sebagai komisaris, tapi dia sudah
keluar, ungkapnya.

Kasus keterlambatan pembayaran gaji semacam ini kerap terjadi di berbagai perusahaan,
khususnya sektor garmen. Pihak perusahaan selalu beralasan sedang merugi tanpa menunjukkan
bukti sesuai dengan pembukuan perusahaan. Sementara, pihak Disnaker selaku pengawas
membiarkan pabrik-pabrik kecil yang sebenarnya tidak cukup modal untuk mengoperasikan
dengan standar kelayakan kesejahteraan buruhnya

Anda mungkin juga menyukai