Pendahuluan TB Paru
Pendahuluan TB Paru
PENDAHULUAN
maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Apakah ada hubungan
pengetahuan penderita Tuberkulosis Paru dengan perilaku kepatuhan minum obat
di Puskesmas Binjai Kota.
mengetahui
adanya
hubunganpengetahuan
penderita
Untuk
mengetahui
hubungan
pengetahuan
penderita
Untuk
mengetahui
hubungan
pengetahuan
penderita
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1; Pengetahuan
2.1.1; Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indramanusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
menghubungkan
bagian-bagian
di
dalam
suatu
bentuk
pengetahuan
terhadap
hubungan
universal
dan
hakiki.
2.2; Perilaku
2.2.1 Pengertian
Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti
10
11
3; Sumber-sumber daya
Yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga
kerja, ketrampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap
perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.
4; Kebudayaan
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di
dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang
disebut kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari
kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang
dalam terhadap perilaku.
Dari uraian tersebut diatas dapat dilihat bahwa, alasan seseorang
berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang
dapat berbeda-beda penyebab atau latar belakangnya. Perilaku yang optimal
akan memberi dampak pada status kesehatan yang optimal juga. Perilaku
yang optimal adalah seluruh pola kekuatan, kebiasaan pribadi atau
masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dari masalah kesehatan. Perilaku
dapat dibatasi sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya.5
2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan
Menurut L.W.Green,di dalam Notoatmodjo ( 2003 ) faktor penyebab
masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor
perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor,
yaitu :5
1; Faktor-faktor Predisposisi ( Predisposing Factors)
Adalah faktor yang terwujud dalam kepercayaan, kayakinan, niali-nilai
dan juga variasi demografi, seperti : status ekonomi, umur, jenis kelamin
12
dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu
tersebut.
a; Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sngat penting
untuk terbentuknya perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
b; Keyakinan
Keyakinan adalah pendirian bahwa suatu fenomena atau objek
benar atau nyata. Kebenaran adalah kata-kata yang sering
digunakan untuk mengungkapkan atau menyiratkan keyakinan agar
terjadi perubahan perilaku.
1; Seseorang harus yakin bahwa kesehatannya terancam
2; Orang tersebut harus merasakan potensi keseriusan kondisi itu
dalam bentuk nyeri atau ketidaknyamanan, kehilangan waktu
untuk bekerja, kesulitan ekonomi.
3; Dalam mengukur keadaan tersebut, orang yang bersangkutan
harus yakin bahwa manfaat yang berasal dari perilaku sehat
melebihi pengeluaran yang harus dibayarkan dan sangat
mungkin
dilaksanakan
serta
berada
dalam
kapasitas
jangkauannya.
4; Harus ada isyarat kunci yang bertindak atau suatu kekuatan
pencetus yang membuat orang itu merasa perlu mengambil
tindakan.
c; Nilai
Secara langsung bahwa nilai-nilai perseorangan tidak dapat
dipisahkan dari pilihan perilaku. Konflik dalam hal nilai yang
menyangkut kesehatan merupakan satu dari delema dan tantangan
13
14
perilaku,
tetapi
merupakan
kecenderungan
untuk
2.3; Kepatuhan
15
perjanjian dan dikatakan Droup Out jika lebih dari 2 bulan berturut-turut
tidak datang berobta setelah dikunjungi petugas kesehatan.3
Kepatuhan penderita dapat dibedakan menjadi:8
1; Kepatuhan penuh (Total compliance)
Pada keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur sesuai
batas waktu yang ditetapkan melainkan juga patuh memakai obat
secara teratur sesuai petunjuk.
2; Penderita yang sama sekali tidak patuh (Non compliance)
Yaitu penderita yang putus berobat atau tidak menggunakan obat sama
sekali.
Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan8
1; Faktor komunikasi
Berbagai
aspek
komunikasi
antara
pasien
dengan
dokter
16
Motivasi
individu
ingin
tetap
mempertahankan
17
penting.
Begitu
juga mereka
dapat
2.4; Tuberkulosis
2.4.1; Definisi
18
A. Tuberkulosis Paru2
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura.
1.
19
positif
dan
kelainan
radiologi
menunjukkan
gambaran
tuberkulosis aktif.
3; Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA
gambaran
klinis
dan
kelainan
radiologi
menunjukkan
tuberkulosis aktif.
2; Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan
biakan M. Tuberculosis.
2.
20
keganasan dll).
2; TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
d. Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau akhir pengobatan.
e. Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan
pengawasan yang baik.
f. Kasus Bekas TB:
1; Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada)
21
22
23
24
4; nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala
yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat
medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.2
B; Gejala sistemik
1; Demam
2; Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun
C; Gejala tuberkulosis ekstraparu
25
2.4.6; Diagnosis
26
positif.
2; Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif.
-
27
kelenjar yang membesar dan menekan bronkus. Pada anak besar gejalanya
dapat seperti pada orang dewasa, misalnya batuk dengan reak dan dapat
juga terjadi hemoptisis.2
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan
BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat
digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan
indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan
pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan
gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas
penyakit.2
28
dapat
dinyatakan
sbb(terutama
pada
kasus
BTA
spinosus
dari
vertebra
torakalis
atau
korpus
29
1;
2;
3;
4;
yang ditemukan.
3; Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+).
4; Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+).
5; Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+).
3; Pemeriksaan Biakan
ganda.
2.4.8; Penatalaksanaan
30
berat.
c; Penderita TBC Ekstra Paru berat.
2; Kategori-2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
31
a; Pasien kambuh
b; Pasien gagal
c; Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
32
Kategori
Kasus
Paduan
obat
yang Keterangan
diajurkan
I
II
- Kambuh
-Gagal
pengobatan
*2RHZE / 4R3H3
II
streptomisin
33
klinis,
bakteriologi
dan
1RHZE
5R3H3E3
III
-TB
paru
6 RHE atau
*2RHZE /4 R3H3
IV
- Kronik
IV
- MDR TB
34
a; Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin
keluhan lain.
2; Pasien rawat inap
Indikasi rawat inap :
TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb:
- Batuk darah masif.
- Keadaan umum buruk.
- Pneumotoraks.
- Empiema.
- Efusi pleura masif / bilateral.
- Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura).
TB di luar paru yang mengancam jiwa :
-
TB paru milier.
Meningitis TB.
setiap 1 bulan
2; Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada
tidaknya komplikasi penyakit
3; Evaluasi klinis meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisis.
4; Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9 bulan pengobatan)
35
diminum / tidaknya obat tersebut. Dalam hal ini maka sangat penting
penyuluhan atau pendidikan mengenai penyakit dan keteraturan berobat.
Penyuluhan atau pendidikan dapat diberikan kepada pasien, keluarga dan
lingkungannya.
b; Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi.
Kriteria Sembuh
1; BTA mikroskopis negatif dua kali (pada akhir fase intensifdan akhir
36
Mikroskopis BTA dahak 3,6,12 dan 24 bulan (sesuai indikasi / bila ada
gejala)setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi foto toraks 6, 12, 24 bulan setelah
dinyatakan sembuh (bila ada kecurigaan TB kambuh).1
Paduan obat TB
Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 2 macam obat dan
diberikan dalam waktu relatif lama (6-12 bulan). Pengobatan TB dibagi
dalam 2 fase yaitu fase intensif (2 bulan pertama) dan sisanya sebagai fase
lanjutan. Pemberian paduan obat ini ditujukan untuk mencegah terjadinya
resistensi obat dan untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler.
Sedangkan pemberian obat jangka panjang selain untuk membunuh kuman,
juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya relaps. OAT pada anak
diberikan setiap hari, bukan 2 atau 3 kali dalam seminggu. Hal ini bertujuan
mengurangi ketidak teraturan minum obat yang lebih sering terjadi jika
obat tidak diminum setiap hari. Obat-obat baku untuk seagian besar kasus
TB pada anak adalah paduan rifampisin, INH dan pirazinamid.1
Pada fase intensif diberikan rifampisin, INH, dan pirazinamid,
sedangkan fase lanjutan hanya diberikan rifampisin dan INH. Pada keadaan
TB berat baik pulmonal maupun ekstrapulmonal seperti TB milier,
meningitis TB, TB tulang, dan lain-lain pada fase intensif diberikan
minimal 4 macam obat (rifampisin, INH, PZA, EMB, atau streptomisin)
37
endobronkial,
meningitis
TB,
dan
peritonitis
TB
diberikan
38
1; Pendekatan DOTS
karena
pengobatan TB
memerlukan
kesinambungan
39
2.5;
Kerangka Teori
Kerangka Teori
Ketidakpatuhan:
1; Patuh
2; Tidak patuh
40
2.7;
Hipotesa
H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan penderita Tuberkulosis paru dengan
perilaku kepatuhan minum obat di Puskesmas Binjai Kota.
H1 : Ada hubungan pengetahuan penderita Tuberkulosis paru dengan
perilaku kepatuhan minum obat di Puskesmas Binjai Kota.