Anda di halaman 1dari 7

Mata Kuliah

Tugas No.
Topik
Nama
Prodi
NIM
Tanggal Selesai

PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT (PBM)


#2
Teknologi Anaerobic Baffle Reactor (ABR)
Muhammad Rizki Syabani
Pengelolaan Infrastruktur Air Bersih dan Sanitasi (PIAS)
25714003
3 September 2014

A. PENDAHULUAN
Saat ini, kualitas air permukaan di Indonesia mulai mendapat perhatian dari berbagai pihak,
khususnya pemerintah Kabupaten/kota. Sudah banyak sumber air yang tercemar oleh
limbah rumah tangga (Blackwater dan Greywater). Berbagai upaya telah dilakukan untuk
mengatasi pencemaran tersebut diantaranya ialah dengan menerapkan program sanitasi
berbasis masyarakat di daerah-daerah yang berpotensi sebagai sumber pencemar, misalnya
kawasan rumah tangga. Ini dilakukan salah satunya ialah dengan mengolah limbah cair MCK
secara Onsite atau yang biasa dikenal dengan program MCK Plus Plus. Teknologi yang
murah, tepat dan handal pun menjadi sangat dibutuhkan.
Sebagai bentuk partisipasi dalam mengatasi masalah pencemaran sumber air, LPTP
(Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan) melakukan riset dan uji coba untuk
mengembangkan sistem pengolahan limbah rumah tangga yang dapat diandalkan, tepat
guna dan dengan biaya terjangkau. Untuk keperluan tersebut, LPTP menjalin kerjasama
dengan Bremen Overseas Research and Development Association (BORDA), satu ORNOP
Jerman yang pembiayaannya didukung oleh Badan Kerjasama Pembangunan Internasional
(BMZ) pemerintah Jerman yang selama ini aktif melakukan berbagai rekayasa dan uji coba
sistem pengolahan limbah.
Pada tahun 1999, bersama BORDA, LPTP mengembangkan teknologi pengolahan limbah
industri kecil-menengah dan limbah domestik dengan sistem DEWATS (Desentralized Waste
Water Treatment System). Sistem ini berbiaya murah namun efektif menyelesaikan masalah
limbah cair, khususnya limbah rumah tangga. Di Indonesia, pengolahan limbah dengan
metode DEWATS ini telah banyak dilakukan, khususnya dalam implementasi program MCK
Plus Plus. Pembangunan sarana MCK yang dibarengi dengan fasilitas pengolahan limbah
onsite, sehingga limbah yang dihasilkan dapat secara aman di buang langsung ke badan air
setelah melalui pengolahan. Salah satu teknologi yang digagas oleh LPTP-BORDA melalui
sistem

DEWATS

ialah

Anaerobic Baffled Reactor (ABR) yang mana merupakan

perkembangan dari sistem tangki septik. Dalam bahasan kali ini, penulis akan menjelaskan
tentang bagaimana teknologi Anaerobic Baffled Reactor (ABR) ini dioperasikan serta apa
saja keuntungan dan kekurangannya.

B. ANAEROBIC BAFFLED REACTOR (ABR)

Anaerobic Baffled Reactor (ABR) adalah perkembangan dari tangki septik yang memiliki
tahapan baffle dimana air limbah dipaksa untuk mengalir. Waktu kontak yang bertambah
dengan biomassa aktif (lumpur) menghasilkan peningkatan pengolahan.

Gambar 1. Sistem Anaerobic Baffled Reactor (ABR)

Anaerobic Baffled Reactor (ABR) digambarkan sebagai rangkaian dari upflow anaerobic
sludge blanket reactors (UASBS) karena terbagi menjadi beberapa kompartemen. Tipikal
ABR terdiri dari rangkaian baffles vertical yang mengarahkan air limbah kebawah dan keatas
baffles saat melewati inlet sampai outlet.

Gambar 2. Skematik proses pengolahan di Anaerobic Baffled Reactor (ABR)

Pada proses anaeerobic baffled reactor, baffles digunakan untuk mengarahkan aliran air
limbah dalam mode upflow melalui serangkaian sludge blanket reactors. Lumpur di dalam
reaktor naik dan turun dengan produksi gas dan aliran, tetapi bergerak melalui reaktor pada
tingkat yang lambat. Aliran yang mengalir ke atas dan bawah mengurangi bakteri yang
hanyut, yang memungkinkan ABR untuk mempertahankan massa biologis aktif (active

biological mass) tanpa menggunakan media tetap. Konfigurasi ini memberikan kontak yang
lebih intim antara biomassa anaerobik dan air limbah, yang meningkatkan kinerja
pengolahan.
Bakteri yang berada di antara reaktor cenderung meningkat dan menetap dengan produksi
gas dalam setiap kompartemen, tapi mereka bergerak ke bawah reaktor secara horizontal
pada tingkat lambat, memberi peningkatan pada waktu tinggal padatan (Solid Retention

Time) 100 hari pada waktu tinggal hidrolik 20 jam. Pergerakan lambat secara horizontal
memungkinkan air limbah untuk datang ke dalam hubungan yang erat (intim) dengan
biomassa aktif saat melalui ABR dengan waktu tinggal hidrolik (Hidraulic Retention Time)
yang singkat (620 jam).
Proses yang terjadi di dalam anaerobic baffled reactor (ABR) adalah berbagai ragam
kombinasi proses anaerobic hingga hasil akhirnya lebih baik, prosesproses tersebut adalah:
1. Sedimentasi padatan
2. Proses dekomposisi anaerobic larutan dan padatan melalui kontak dengan
lumpur/sludge
3. Proses dekomposisi anaerobic (fermentasi) lumpur/sludge bagian bawah
4. Sedimentasi bahan mineral (stabilisasi)
Pada baffle reactor, proses yag terjadi adalah proses penguraian karena kontak antara
limbah dengan akumulasi mikroorganisme. Baffle reactor yang baik memiliki minimum 4
ruang/bak. Kecepatan aliran uplift tidak boleh lebih dari 2m/jam, bila terlampau cepat maka
proses penguraian tidak terjadi dengan semestinya dan bangunan yang kita buat tidak
berguna. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap permulaan penerapan baffle reactor
adalah efisiensi pengolahan tergantung pada perkembangbiakan bakteri aktif. Pencampuran
limbah baru dengan lumpur lama dari air limbah mempercepat pencapaian kinerja
pengolahan yang optimal. Hal tersebut akan memberi kesempatan yang cukup bagi bakteri
untuk berkembang biak sebelum padatan tersuspensi keluar.

Teknologi ABR ini mudah beradaptasi dan dapat digunakan di tingkat rumah tangga atau
lingkungan kecil yang menggunakan jumlah air yang cukup banyak untuk mencuci pakaian,
mandi, dan penggelontoran toilet atau biasa disebut grey water. Teknologi ini cocok jika
penggunaan air dan penyuplaian air limbah relatif konstan. Teknologi ini juga cocok untuk
daerah yang lahannya sempit karena tangki dipasang di bawah tanah dan membutuhkan
area yang kecil. Teknologi ini tidak boleh dipasang di daerah dengan muka air tanah yang
tinggi karena infiltrasi akan memengaruhi efisiensi pengolahan dan mengkontaminasi air
tanah. Inflow tipikal untuk pembuatan ABR antara 2000 20.000 L/hari.
ABR tidak akan beroperasi pada kapasitas penuh untuk beberapa bulan setelah pemasangan
karena waktu start up yang lama dibutuhkan untuk proses anaerobik digestion dari lumpur.
Oleh karena itu, teknologi ABR tidak dapat digunakan saat sistem pengolahan harus segera
dilakukan. Agar ABR dapat mulai bekerja dengan cepat, dapat ditambah media, misalnya
lumpur aktif dapat dipakai sehingga bakteri aktif dapat mulai bekerja dan berkembang biak
dengan segera. Karena tangki ABR harus dikuras secara reguler, maka lokasi ABR harus
dapat dimasuki oleh truk penyedot lumpur. ABR dapat dipasang di berbagai iklim walaupun
efisiensinya dapat berubah di iklim yang lebih dingin.
Keuntungan dari penggunaan proses ABR pada pengolahan limbah adalah sebagai berikut :

Sederhana, karena tidak ada pengemasan material, tidak memerlukan metode


pemisahan gas khusus, tidak ada bagian (alat pengolah) yang bergerak, tidak ada
pencampuran mekanik

Waktu tinggal padatan (SRT) yang lama dimungkinkan dengan waktu tinggal hidrolik
(HRT) yang rendah

Tidak diperlukan karakteristik biomassa yang khusus

Air limbah dengan berbagai karakteristik konstituen dapat diolah

Operasi yang bertahap untuk meningkatkan kinetik

Stabil untuk beban kejutan (shock loads)

Kekurangan dari penggunaan teknologi ABR, antara lain :

Membutuhkan debit air limbah yang konstan

Effluent membutuhkan pengolahan sekunder

Pengurangan patogen yang rendah

Membutuhkan ahli desain dan konstruksi

Membutuhkan pretreatment untuk mencegah clogging

Teknologi ini banyak digunakan di daerah yang mendapat program SANIMAS, seperti di kota
Yogyakarta dan Surabaya.

Gambar 3. IPAL Embun Netes Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta

Gambar 4. Pembangunan konstruksi ABR di kota Surabaya

C. KESIMPULAN
Pada dasarnya MCK bukan merupakan teknologi melainkan suatu fasilitas, yaitu fasilitas
umum untuk Mandi, Cuci dan Kakus di lingkungan. Namun dalam penyediaan fasilitas ini,
diperlukan pula teknologi pengolahan limbah secara on-site di dalamnya. Hal ini akan sangat
membantu dalam mengatasi masalah pencemaran air, karena hasil keluaran dari MCK
berupa limbah cair dari tinja akan aman untuk dibuang ke perairan.

Anaerobic baffle reactor (ABR) sebagaimana dipromosikan oleh proyek LPTP-BORDA melalui
program DEWATS merupakan salah satu solusi teknologi yang bisa digunakan, karena
melihat efisiensi dan adaptasi penggunaannya yang mudah dan efisien. Namun, dalam
kenyataannya pula, teknologi ini tidak hanya memiliki keuntungan saja, tapi juga masih
memiliki beberapa kekurangan seperti memerlukan ahli desain dan konstruksi dalam
pengerjaannya, serta pelaku operasional yang handal.
Namun, dibalik keuntungan dan kekurangan yang ada dalam penerapan teknologi ABR
tersebut, permasalahan basic needs yang ada pada daerah sasaran program Sanitasi
berbasis masyarakat merupakan satu hal yang selalu menjadi tantangan bagi pelaku sanitasi
maupun fasilitator didalamnya. Harus dilakukan pengkajian kembali terhadap apa, siapa,
dan dimana kita akan melaksanakan program sanitasi tersebut agar dapat berjalan efektif.
Pengkajian dilakukan agar dapat menentukan teknologi apa yang sebenarnya atau lebih
tepat digunakan pada daerah sasaran.
Kehadiran teknologi juga tentunya harus didampingi dengan pelaku sanitasi yang
memahami serta mengerti dalam pengoperasiannya, dalam hal ini sebagai Fasilitator
sanitasi maupun partisipasi masyarakat langsung. Pada bahasan kedua, penulis akan
membahas tentang apa itu fasilitator sanitasi, bagaimana peran serta karakteristik seorang
fasilitator sanitasi.

D. REFERENSI
1. BORDA Blitz. 2011. Edisi 7. Berita Seputar BORDA dan Pertner Indonesia. BORDA :
South East Asia
2. Braakman, Lydia, dkk. 2008. Seni Membangun Kemampuan Fasilitasi. Buku Panduan
Pelatihan : RECOFTC Indonesia Office
3. Huong Nguyen, Scott Turgeon, and Joshua Matte. The Anaerobic Baffled Reactor : A
Study of The Wastewater Treatment Process Using The Anaerobic Baffled Reactor.
Worcester PolytechnicInstitute. 5 March 2010.
4. Sekretariat Pokja AMPL. 2010. Rencana Induk Investasi Air Limbah Paket I Bogor.
Pokja AMPL. Diakses melalui www.academia.edu

Anda mungkin juga menyukai