Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
serta karunia-nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang UJI PUNTIR ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Ir.
Riski Elpari Siregar,MT selaku Dosen mata kuliah Pengujian Bahan di UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai dasar-dasar dan pengertian dari uji puntir dan contoh
pengujian bahan dengan melakukan uji puntir. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penyusun
PENGUJIAN BAHAN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
LATAR BELAKANG
TUJUAN
BATASAN MASALAH
SISTEMATIKA PENULISAN
3
3
4
4
BAB II
PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
PENGERTIAN
JENIS-JENIS TUMPUAN
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN PADA UJI PUNTIR
ISTILAH-ISTILAH
JENIS-JENIS TEGANGAN
PENGARUH TEGANGAN GESER PADA SIKAP MEKANIK
KURVA TEGANGAN-REGANGAN
HUBUNGAN TEGANGAN-REGANGAN
CONTOH PERCOBAAN
5
21
22
23
23
29
30
37
38
BAB III
1. KESIMPULAN
2. KESIMPULAN DARI CONTOH PERCOBAAN
47
47
DAFTAR PUSTAKA
48
BAB I
PENDAHULUAN
PENGUJIAN BAHAN
A. LATAR BELAKANG
Tegangan geser terjadi pada bidang material, berbeda dengan tegangan normal
yang tegak lurus dengan
melakukan geseran secara langsung (Direct Shear) dan tegangan puntir (torsional
Stress). Fenomena geseran secara langsung dapat dilihat pada saat kita menancapkan
paku ke balok kayu. Pada setiap permukaan di paku dan kayu yang bersinggungan
langsung dengan paku akan mengalami geseran secara langsung. Sedangkan
fenomena tegangan puntiran, dapat terjadi apabila suatu specimen mengalami torsi.
Uji puntir pada suatu spesimen dilakukan untuk menentukan elastisitas suatu
material. Specimen yang digunakan pada pengujian puntir adalah batang dengan
penampang lingkaran karena bentuk penampang ini sederhana sehingga mudah
diukur. Spesimen tersebut hanya dikenai beban puntiran pada salah satu ujungnya
karena dua pembebanan akan memberikan ketidakkonstanan sudut puntir yang
diperoleh dari pengukuran.
B. TUJUAN
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
a. Mengetahui standard dan prosedur Uji puntir
b. Mengetahui pengaruh tegangan geser terhadap sifat mekanik
material
c. Mampu menghitung besaran- besaran sifat mekanik material dari
uji punter
d. Memahami
mekanisme
terbentuknya
patahan
material
oleh
tegangan geser.
Selain itu makalah ini juga dibuat untuk melengkapi tugas dari mata kuliah
PENGUJIAN BAHAN yang dibawakan oleh bapak Ir. Riski Elpari Siregar, MT.
C. BATASAN MASALAH
PENGUJIAN BAHAN
Batasan pada makalah ini adalah sampai pada penjelasan tentang apa itu Uji
Puntir, diagram alir, dan alat-alat pada Uji Puntir.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan pada makalah ini terbagi menjadi 3 bab, yaitu
PENDAHULUAN, PEMBAHASAN, dan PENUTUP. BAB I menjelaskan tentang
Latar Belakang,Tujuan, Batasan Masalah, dan Sistematika Penulisan. BAB II
menjelaskan tentang pembahasan Uji Puntir, dan BAB III Penutup.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGUJIAN BAHAN | PENGUJIAN PUNTIR
PENGUJIAN BAHAN
A. PENGERTIAN
1. TEORI
PENGUJIAN BAHAN
Dari kuva MT n yang kita dapatkan melalui percobaan, dapat diolah menjadi
kurva MT -
'
gesernya kita dapatkan kurva tegangan regangan geser. Penentuan gradien pada
beberapa titik ini perlu dilakukan untuk didapatkan hasil yang merepresentasikan
tegangan regangan gesernya. Setelah itu, kita dapat membuat kurva tegangan
regangan sebenarnya dengan metode Tresca dan metode von Misces. Sesungguhya
konversi-konversi grafik yang kita lakukan adalah untuk meminimalisir kesalahn
akibat geometri specimen.
Tujuan dari pembuatan kurva tegangan regangan sebenarnya dengan metode
Tresca dan von Misces sesungguhnya sama yaitu untuk menunjukkan kapan tepatnya
suatu material terdeformasi plastis. Hanya saja peninjauannya yang berbeda. Menurut
Tresca, suatu material tepat terdeformasi plastis ketika tegangan gesernya sama
dengan tegangan geser maksimumnya. Sedangkan menurut von Misces, suatu
material tepat terdeformasi plastis ketika energi maksimum yang bekerja pada benda
sama dengan energi distorsi maksimumnya. Dari pengertian dan kurva yang diperoleh
kita ketahui bahwa kurva yang akan menggambarkan lebih dahulu suatu material
terdeformasi plastis adalah kurva von Misces. Hal ini disebabkan karena von Misces
meninjau dari tiga energi yang bekerja pada benda tersebut sedangkan Tresca hanya
meninjau dari tegangan pada bendanya.
Setelah kita mendapatkan kurva alir (flow curve) melalui metode Tresca dan
Von Misces kita dapat menentukan koefisien tegangan dan koefisien strain hardening
material uji dengan membuatnya kedalam persamaan logaritma natural. Dari
perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai koefisien tegangan dan koefisien
strain hardening yang sedikit berbeda dengan data literatur. Hal ini bisa disebabkan
karena adanya perubahan ukuran geometri (panjang dan diameter) akibat gaya yang
bekerja tidak murni gaya puntir saja. Selain itu sulitnya membuat gradien tegangan
dan regangan gesernya membuat kurva yang didapat kurang tepat.
Uji puntir pada suatu spesimen dilakukan untuk menentukan elastisitas suatu
material. Specimen yang digunakan pada pengujian puntir adalah batang dengan
penampang lingkaran karena bentuk penampang ini sederhana sehingga mudah
diukur. Spesimen tersebut hanya dikenai beban puntiran pada salah satu ujungnya
karena dua pembebanan akan memberikan ketidakkonstanan sudut puntir yang
diperoleh dari pengukuran.
PENGUJIAN BAHAN
Tc
Ip
r
L
1
4
32 D
Pengukuran yang dilakukan pada uji puntir adalh momen puntir dan sudut
puntir. Pengukuran ini kemudian dikonversikan menjadi sebuah grafik momen puntir
terhadap sudut puntir (dalam putaran).
2. DIAGRAM TEGANGAN-REGANGAN
Kekuatan bahan bukanlah kriteria satu-satunya yang harus diperhitungkan
dalam perencanaan struktur. Kekakuan bahan selalu sama pentingnya. Dengan derajat
lebih kecil, sifat seperti kekerasan, ketangguhan, dan keliatan menetapkan pemilihan
bahan sifat ini ditetapkan dengan membuat pengujian bahan dan membandingkan
hasilnya dengan standar yang telah ada.
Gaya luar (eksternal) yang diberikan pada suatu benda harus diimbangi oleh
gaya penentang yang ada di dalam bahan. Bahan yang mempunyai gaya internal tadi
dikatakan berada dalam keadaan tegang. Untuk lebih mengerti hakekat gaya internal
ini, marilah kita perhatikan apa yang terjadi bila suatu benda diberi beban. Mula-mula
harus ditegaskan bahwa dalam praktek, semua beban bekerja sedikit demi sedikit.
PENGUJIAN BAHAN
Proses pembebanan ini dapat diselesaikan dalam selang waktu yang sangat singkat,
namun tak akan pernah sesaat.
Bila gaya dikenakan pada suatu benda, maka bentuk benda akan berubah dan
molekul-molekulnya
bergeser
sedikit
dari
posisi
awalnya.
Pergeseran
ini
PENGUJIAN BAHAN
batang, yaitu regangan normal. Intensitas regangan (biasanya disebut regangan saja)
untuk regangan normal, didefinisikan sebagai perbandingan perubahan ukuran
terhadap ukuran semula.
3. TEGANGAN
Kekuatan bahan bukanlah kriteria satu- satunya yang harus diperhitungkan
dalam perencanaan struktur. Kekakuan bahan selalu sama pentingnya. Dengan derajat
lebih kecil, sifat seperti kekerasan, ketangguhan, dan keliatan menetapkan pemilihan
bahan sifat ini ditetapkan dengan membuat pengujian bahan dan membandingkan
hasilnya dengan standar yang telah ada.
Gaya luar (eksternal) yang diberikan pada suatu benda harus diimbangi oleh
gaya penentang yang ada di dalam bahan. Bahan yang mempunyai gaya internal tadi
dikatakan berada dalam keadaan tegang. Untuk lebih mengerti hakekat gaya internal
ini, marilah kita perhatikan apa yang terjadi bila suatu benda diberi beban. Mula-mula
harus ditegaskan bahwa dalam praktek, semua beban bekerja sedikit demi sedikit.
Proses pembebanan ini dapat diselesaikan dalam selang waktu yang sangat singkat,
namun tak akan pernah sesaat.
Bila gaya dikenakan pada suatu benda, maka bentuk benda akan berubah dan
molekul-molekulnya
bergeser
sedikit
dari
posisi
awalnya.
Pergeseran
ini
PENGUJIAN BAHAN
mengakibatkan timbulnya gaya-gaya antar molekul, yang tergabung untuk menentang
gaya yang ditimbulkan oleh beban tadi. Bila beban bertambah, perubahan bentuk
benda makin besar dan gaya-gaya antar molekul juga bertambah sampai pembebanan
mencapai harga akhirnya.
Gaya-gaya di dalam benda mengadakan reaksi yang sama dan berlawanan,
sehingga keadaan setimbang tercapai. Bahan sekarang dalam keadaan tegang dan
terenggang. Dapat dilihat nanti bahwa kedua keadaan ini pasti berhubungan, tegangan
dalam bahan harus didampingi regangan dan sebaliknya. Untuk menyederhanakan
perhitungan, seringkali lebih mudah bila diperhatikan benda tegar, namun ini hanya
merupakan suatu konsep karena ada bahan yang tegar sempurna, dan tidak ada benda
nyata yang dapat menahan beban, tanpa sebelumnya mengalami perubahan bentuk.
Bila benda berbeban yang disebutkan diatas dibagi menjadi dua oleh suatu
bidang khayal, maka tiap bagian harus berada dalam keadaan setimbang karena
pengaruh gaya luar yang bekerja padanya dan gaya-gaya internal (yaitu gaya antar
molekul) yang bekerja pada bidang khayal ini. Intensitas tegangan (untuk mudahnya
biasanya disebut tegangan) di suatu titik pada bidang, didefinisikan sebagai gaya
internal per satuan luas.
Tegangan dibedakan menjadi dua jenis. Bila gaya internal tegak lurus pada
bidang yang diamati, maka didapat tegangan normal atau langsung, dan sesuai dengan
arah gaya, dapat bersifat tarik (tensile) atau mampat (compressive). Bila gaya internal
sejajar dengan bidang yang diamati, didapat tegangan tangensial atau geser. Seringkali
resultan gaya pada elemen luasan membentuk sudut dengan bidang luasnya. Dalam
keadaan semacam itu, gaya tersebut diuraikan menjadi komponen normal dan
tangensial, serta menghasilkan kombinasi tegangan-regangan normal geser.
4. REGANGAN
Perubahan bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut regangan.
Ada dua macam regangan. Bahan dapat membesar atau mengecil dan menghasilkan
regangan normal atau lapisan-lapisan bahan dapat bergeser yang satu terhadap yang
lain dan menghasilkan regangan geser. Untuk batang dalam keadaan tarik atau
komprensi sederhana, akibat yang paling jelas terlihat adalah perubahan panjang
batang, yaitu regangan normal. Intensitas regangan (biasanya disebut regangan saja)
PENGUJIAN BAHAN | PENGUJIAN PUNTIR
10
PENGUJIAN BAHAN
untuk regangan normal, didefinisikan sebagai perbandingan perubahan ukuran
terhadap ukuran semula.
11
PENGUJIAN BAHAN
Untuk mencari hubungan antara momen puntir dalam dengan tegangan pada
penampang batang bulat, perlu dibuatkan asumsi sbb:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
1
4
32 D
Tc
Ip
Dimana :
t = tegangan geser
I p = Momen inersia polar penampang luas.
c = jari-jari lingkaran
PENGUJIAN BAHAN | PENGUJIAN PUNTIR
12
PENGUJIAN BAHAN
13
PENGUJIAN BAHAN
F = Gaya
L = Jarak
d.
e.
Sudut Puntir /angle of twist () adalah suatu poros dengan panjang L dikenai
momen puntir T secara konstan dikeseluruhan panjang poros.
8. HAL-HAL
YANG
MEMPENGARUHI
KEKUATAN
MATERIAL
TERHADAP PUNTIRAN
a.
Panjang batang, semakin panjang batang yang dikenai beban puntir maka
puntiran akan semakin besar.
b.
Sifat-sifat material antara lain modulus geser, struktur material, dan jenis
material.
c.
d.
e.
9. SIFAT-SIFAT KIMIA
a. Kelarutan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau menentukan kelarutan yaitu:
1) Temperatur larutan: Umumnya kalau temperatur naik kelarutan meningkat.
2) Berat molekul, Struktur molekul: Berat molekul besar maka kelarutan kecil.
3) Kristalinitas: Menyangkut derajat kristalinitas. Bahan yang memiliki
kristalinitas tinggi seperti polietilen dan polipropilen mempunyai kelarutan
yang kurang, tetapi polimer berkristal yang biasa larut.
4) Kepolaran: Bahan polimer mudah sekali larut dalam pelarut polar.
5) Pelarut campuran: Klau ke dalam suatu pelarut dimana polimer bisa larut
dibubuhkan pelarut lain, kadang-kadang kelarutannya meningkat.
b. Tahanan Kimia
14
PENGUJIAN BAHAN
Ketahanan kimia berada di daerah luas mulai dari bahan yang sukar diserang
oleh setiap bahan kimia seperti politetraflouroetilen sampai ke bahan mudah larut
dalam pelarut organik seperti dalam asetat dan alkohol, umpamanya polivinil asetat.
Sifat-sifat ini sampai sejauh tertentu dapat dianggap ditentukan oleh struktur
molekul bahan polimer.
Polimer mempunyai kelompok eter, ester dan amida mudah terhidrolisa oleh asa.
Selulosa, poliester, poliamid, dan polimetil akrilat mempunyai kecenderungan
tersebut. Apabila polietilen bersentuhan dengan asam belerang pekat atau asam nitrat,
akan diserang dan terurai menerima akibat dari sulfunasi, nitrasi dan oksidasi pada
cinin bensin. Resin urea, resin melami dan resin epoksi menjadi lemah didalam asam
kuat. Terutama resin fenol dan resin metil metakrilat menerima akibat pengoksidasian
asam, sedangkan resin fenol, resin urea, resin melamin dan banyak resin kondensasi
formalin lain sangat dipengaruhi oleh alkali kuat.
10. KARAKTERISTIK MATERIAL
Disini material yang akan dibahas karakteristiknya adalah material BAJA dan
material KUNINGAN.
a. Karakteritik Baja
Baja karbon merupakan unsur pengeras besi yang efektif dan murah oleh
karena itu umumnya sebagian besar baja komersial hanya mengandung karbon
dengan sedikit paduan lain. Baja karbon rendah (C < 0,3%) memiliki kekuatan
sedang dengan keuletan yang sangat baik dan digunakan dalam kondisi anil atau
normalisasi untuk keperluan konstruksi jembatan, bangunan, kendaraan, dan kapal
laut.
Baja karbon (0,3 < C < 0,7 %) sedang dapat dicelup untuk membentuk
martensit disusul dengan penemperan untuk meningkatkan ketangguhan
disamping kekuatan yang telah dimilikinya.
Baja karbon tinggi (0,7 < C < 1,7 %) biasanya dicelup agar keras disusul
dengan penemperan pada 250 derajat celcius sehingga dapat dicapai kekuatan
yang memadai dengan keuletan yang memenuhi persyaratan untuk per,die dan
perkakas potong.
Modulus Elastisitas baja :
6
2
E = 2,01 x 10 kg/ c m
b. Karakteristik Kuningan
PENGUJIAN BAHAN | PENGUJIAN PUNTIR
15
PENGUJIAN BAHAN
Berbeda dengan baja karbon kuningan adalah logam tahan karat, selain itu
juga kuningan memiliki keuletan yang lebih baik dibandingkan dengan baja.
Tetapi tingkat kekerasan dan ketangguhan kuningan lebih rendah dibandingkan
dengan baja. Sedangkan untuk konduktivitas listrik kuningan lebih baik daripada
baja.
Modulus Elastisitas Kuningan
5
2
E = 9.17x 10 kg/ c m
16
PENGUJIAN BAHAN
17
PENGUJIAN BAHAN
Karena merupakan hasil bagi dari dua besaran yang berdimensi sama, maka
regangan tidak memiliki satuan.
2. Tegangan
Tegangan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya tarik (F) yang
dikerjakan pada benda dengan luas penampangnya (A).
atau Pascal.
18
PENGUJIAN BAHAN
Jenis
Modulus
Zat
Young (N/m2)
Tungsten
35 x 1010
Steel
20 x 1010
Copper
11 x 1010
Brass
9,1 x 1010
Aluminium
7,0 x 1010
Kaca
Kuarsa
5,6 x 1010
Lebih ringan
Lebih tahan terhadap sentkan
Operasi yang tenang walaupun pada kecepatan operasi yang tinggi
Keandalan operasi yang lebih tinggi
b = 130 sampai 200 Tali baja terbuat dari kawat baja dengan kekuatan 130-200
kg/mm2. dimana dalam proses pembuatannya kawat baja diberi perlakuan panas
tertentu dan digabung dengan penarikan dingin, sehingga menghasilkan sifat mekanis
kawat baja yang tinggi.
Salah satu hal yang dapat menyebabkan puntiran pada kawat baja yaitu proses
pembuatan yang dilakukan dengan pemintalan (penganyaman) yang akan
menyebabkan timbulnya gaya internal pada kawat baja. Hal lain yang dapat
menyebabkan puntiran adalah kawat diberi pembebanan maka pintalan tadi cenderung
akan mengecil sehingga juga akan menyebabkan puntiran pada kawat.
19
PENGUJIAN BAHAN
Pada saat tali ditekuk maka akan timbul gaya-gaya yang rumit pada kawat
yang terdiri dari tarikan, tekanan dan puntiran, oleh karena itu sangatlah sulit untuk
mendeteksi gaya-gaya yang terjadi.
14. Tali Baja Anti Puntir
Perkembangan terakhir pada pembuatan tali baja menghasilkan jenis tali baja
yang anti puntir. Tali yang demikian diproduksi oleh The Odessa Rope Works. Pada
tali ini sebelum dipintal setiap kawat dan untaian dibentuk sesuai dengan
kedudukannya di dalam tali. Akibatnya tali yang tidak dibebani tidak akan mengalami
tegangan internal.
Tali ini mempunyai kecenderungan untuk terurai walaupun ujung tali ini tidak
disimpul. Sifat ini akan mempermudah penyambungan anyaman tali. Diantara
keunggulan tali ini dibandingkan tali biasa yaitu :
a. Distribusi beban yang merata pada setiap kawat sehingga tegangan internal yang
terjadi minimal.
b. Lebih fleksibel
B. JENIS-JENIS TUMPUAN
1. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanyadapat menerima gaya reaksi yang tegak lurus
dengan tumpuanl. Alat ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang
spesifik.
Penghubung yang terlihat pada gambar dibawah ini dapat melawan gaya hanya
dalam arah tegak lurus dengan tumpuan. Pada gambar dibawah hanya dapat melawan
beban yang tegak lurus dengan tumpuan. Sedang rol-rol hanya dapat melawan suatu
tegak lurus pada tumpuan.
20
PENGUJIAN BAHAN
Gambar 9. Tumpuan Rol dan DBB
2. Engsel
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal dan
gaya reaksi horisontal. Tumpuan yang berpasak mampu melawan gaya yang bekerja
dalam setiap arah dari bidang.
Jadi pada umumnya reaksi pada suatu tumpuan seperti ini mempunyai dua
komponen yang satu dalam arah horisontal dan yang lainnya dalam arah vertikal.
Tidak seperti pada perbandingan tumpuan rol atau penghubung,maka perbandingan
antara komponen-komponen reaksi pada tumpuan yang terpasak tidaklah tetap. Untuk
menentukan kedua komponen ini, dua buah komponen statika harus digunakan.
21
PENGUJIAN BAHAN
TQ-STR6 Torsional
Torsion Testing Machine (30Nm) (SM1001)
PNW-1400 Computer Controlled Light Wheel Torsion Fatigue Testing Machine
NJS-02 Digital Display Torsion Testing Machine
TNS-DW Series Micro Computer Controlled Torsion Testing Machine
D. ISTILAH-ISTILAH
Puntir adalah peristiwa yang terjadi pada suatu material yang diberikan torsi
dengan arah yang berlawanan dan memiliki jarak tertentu.
Gaya adalah aksi yang diberikan pada suatu benda.sehingga benda mengalami
perpindahan, kecepatan, dan percepatan.
Gaya dalam adalah gaya reaksi yang terjadi di dalam benda akibat pembebanan
yang diberikan.
Gaya luar adalah gaya yang ada diluar benda sebagai aksi reaksi dari sebuah
benda.
Momen adalah benda yang diberi beban dalam jarak tertentu sehingga benda
tersebut berputar terhadap satu titik.
PENGUJIAN BAHAN | PENGUJIAN PUNTIR
22
PENGUJIAN BAHAN
Torsi adalah benda yang diberi beban dalam jarak tertentu sehingga benda tersebut
berputar terhadap sumbunya.
Tegangan adalah kemampuan suatu luas benda untuk menahan gaya yang
diberikan.
Regangan adalah perbandingan antara perubahan panjang (L) dengan panjang
awalnya (Lo).
Momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi pada
porosnya
Kopel adalah suatu peristiwa yang terjadi pada material akibat gaya yang sejajar ,
berlawanan arah , dan memiliki besar yang sama.
a. Tegangan Normal
Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada benda. Jika gaya
dalam diukur dalam N, sedangkan luas penampang dalam m2, maka satuan tegangan
adalah N/m2 atau dyne/cm2.
23
PENGUJIAN BAHAN
Adalah tegangan yang di akibatkan oleh beban akibat beban dengan arah
aksial.beberapa contoh Tegangan normal akibat beban aksial
Tegangan Tarik
Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai, tali, paku keling, dan
lain-lain. Rantai yang diberi beban W akan mengalami tegangan tarik
yang besarnya tergantung pada beratnya.
Tegangan Tekan
Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya F yang saling
berlawanan dan terletak dalam satu garis gaya. Misalnya, terjadi pada
tiang bangunan yang belum mengalami tekukan, porok sepeda, dan batang
torak. Tegangan tekan dapat ditulis:
24
PENGUJIAN BAHAN
yang
mendukung
momen
lentur
dinyatakan
dengan
persamaan:
fy
M. y
I
dengan :
fy
tegangan lentur
25
PENGUJIAN BAHAN
C
h
C1
C2
4
y0
3
2
h
3
C
1
h
2
T2
T1
b
(a) balok segiempat
(b) elastis
(c) elastis-plastis
(d) plastis
b. Tegangan Geser
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang berlawanan
arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada penampangnya tidak
terjadi momen. Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi. Misalnya: sambungan
keling, gunting, dan sambungan baut.
26
PENGUJIAN BAHAN
Tegangan Lentur
27
PENGUJIAN BAHAN
2. Kekerasan (hardness)
Kemampuan bahan untuk tahan terhadap penggoresan, pengikisan (abrasi), indentasi atau
penetrasi. Sifat ini berkaitan dengan sifat tahan aus (wear resistance). Kekerasan juga berkorelasi
dengan kekuatan.
3. Kekenyalan (elastisitas)
Kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan terjadinya perubahan
bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan.
28
PENGUJIAN BAHAN
4. Kekakuan (stiffness)
Kemampuan bahan untuk menerima tegangan / beban tanpa mengakibatkan terjadinya
perubahan bentuk(deformasi/defleksi
5. Plastisitas (plasticity)
Kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi plastis tanpa mengakibatkan
terjadinya kerusakan
6. Ketangguhan (toughness)
Kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah energy tanpa mengakibatkan terjadinya
kerusakan.
7. Kelelahan (fatique)
Kecenderungan dari logam untuk patah bila menerima beban yang berulang/dynamic yang
besarnya masih jauh dibawah batas kekuatan
elastiknya.
8. Creep (merangkak)
Kecenderuangan suatu logam untuk mengalami deformasi plastic yang besarnya merupakan
fungsi waktu.
29
PENGUJIAN BAHAN
Gambar 19. Gambaran singkat uji tarik dan datanya
Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan
tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut Ultimate Tensile
Strength disingkat dengan UTS, dalam bahasa Indonesia disebut tegangan tarik
maksimum.
Strain: = L/L
30
PENGUJIAN BAHAN
Elastisitas atau Young Modulus. Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan
stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).
31
PENGUJIAN BAHAN
Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain gage)
yang ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada Gbr.21. Bila pengukur
regangan ini mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai
hambatan listrik yang dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan
regangan.
2. Detail profil uji tarik dan sifat mekanik logam
Sekarang akan kita bahas profil data dari tensile test secara lebih detail. Untuk
keperluan kebanyakan analisa teknik, data yang didapatkan dari uji tarik dapat
digeneralisasi seperti pada Gbr.22.
32
PENGUJIAN BAHAN
kondisi semula (tepatnya hampir kembali ke kondisi semula) yaitu regangan nol pada
titik O (lihat inset dalam Gbr 22). Tetapi bila beban ditarik sampai melewati titik A,
hukum Hooke tidak lagi berlaku dan terdapat perubahan permanen dari bahan. Terdapat
konvensi batas regangan permamen (permanent strain) sehingga masih disebut
perubahan elastis yaitu kurang dari 0.03%, tetapi sebagian referensi menyebutkan
0.005% . Tidak ada standarisasi yang universal mengenai nilai ini. [1]
Batas proporsional p (proportional limit)
Titik sampai di mana penerapan hukum Hook masih bisa ditolerir. Tidak ada
standarisasi tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama dengan
batas elastis.
Deformasi plastis (plastic deformation)
Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gbr.22 yaitu
bila bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing.
Tegangan luluh atas uy (upper yield stress)
Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan
deformasi elastis ke plastis.
Tegangan luluh bawah ly (lower yield stress)
Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi
plastis. Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud adalah
tegangan ini.
Regangan luluh y (yield strain)
Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.
Regangan elastis e (elastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan
regangan ini akan kembali ke posisi semula.
PENGUJIAN BAHAN | PENGUJIAN PUNTIR
33
PENGUJIAN BAHAN
34
PENGUJIAN BAHAN
Gambar 23. Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah linier
Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa (Pascal, N/m2)
dan strain adalah besaran tanpa satuan.
3. Istilah lain
Selanjutnya akan kita bahas beberapa istilah lain yang penting seputar interpretasi hasil
uji tarik.
Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis yang
terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile)
bila regangan plastis yang terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu
bahan disebut getas (brittle).
Derajat kelentingan (resilience)
Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan menyerap energi
dalam fase perubahan elastis. Sering disebut dengan Modulus Kelentingan (Modulus of
Resilience), dengan satuan strain energy per unit volume (Joule/m3 atau Pa). Dalam
Gbr.19, modulus kelentingan ditunjukkan oleh luas daerah yang diarsir.
Derajat ketangguhan (toughness)
Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan tersebut
putus. Sering disebut dengan Modulus Ketangguhan (modulus of toughness). Dalam
Gbr.5, modulus ketangguhan sama dengan luas daerah dibawah kurva OABCD.
Pengerasan regang (strain hardening)
Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai tegangan berbanding
regangan setelah memasuki fase plastis.
35
PENGUJIAN BAHAN
36
PENGUJIAN BAHAN
Plot tegangan sejati vs regangan disebut kurva tegangan-regangan sejati. Kurva-kurva
seperti itu jarang digunakan dalam praktek.
Secara eksperimen diterangkan bahwa diagram tegangan-regangan sangat
berbeda untuk bahan-bahan yang berbeda. Untuk bahan yang sama diagram ini berbeda
pula, tergantung pada suhu pengujian yang dilakukan, kecepatan pengujian dan beberapa
variabel lainnya. Tetapi, umumnya ada dua jenis diagram yang dikenal. Yang satu jenis
untuk baja tuang, bahan ulet yang banyak digunakan dalam kontruksi. Jenis yang lainnya
bermacam - macam bahan seperti baja perkakas, beton, tembaga, dan seterusnya
mempunyai kurva jenis ini, meskipun mempunyai harga ekstrim dari regangan dimana
bahan-bahan ini dapat bertahan.
I. CONTOH PERCOBAAN
1. INSTALASI PERCOBAAN
37
PENGUJIAN BAHAN
5. Letakan kedua ujung spesimen pada chuck yang ada dialat pengujian dengan
ukuran yang sudah ditentukan. Lalu kunci kedua chuck tersebut.
6. Beri pembebanan sesuai gaya atau sudut yang ditentukan. Lalu lihat hasil pada
digital force display (gaya) dan protactor scale (sudut).
7. Masukan data yang akan diambil pada table pengamatan.
8. Pengolahan data.
PROSEDUR PERCOBAAN
DIAGRAM ALIR
38
PENGUJIAN BAHAN
Pilih beban momen puntir skala penuh pada mesin uji puntir
Letakkan specimen pada mesin uji punter, dan pastikan specimen terpasang dengan
Perhatikan perubahan yang terjadi pada pena dan kertas perekam data
: st-37
PENGUJIAN BAHAN | PENGUJIAN PUNTIR
39
PENGUJIAN BAHAN
Kekerasan awal
Kekerasan akhir
panjang spesimen
diameter spesimen
kecepatan putar mesin
jumlah putaran spesimen
diameter spesimen di tempat yang patah
mesin uji yang digunakan
: 37.5 HRA
: 46 HRA
: 66 mm
: 6.85 mm
: 16 rpm
: 5.6
: 5.3 mm
: Tarno Grocki
39.92
35
30
25
Momen Puntir (Nm) 20
15
10
5
0
0
Putaran (n)
PENGOLAHAN DATA
Dengan persamaan
2 n
vs MT sebagai
berikut:
PENGUJIAN BAHAN | PENGUJIAN PUNTIR
40
PENGUJIAN BAHAN
vs MT
50
40
30
20
10
0
0.00
-10
20.00
40.00
60.00
Untuk menentukan batas luluh geser material uji kita dapat melihat kelinearan
kurva. Selain itu kita dapat menentukan batas luluh gesernya dengan cara offset yaitu
'
0,04 rad/m dari gage length. Dengan persamaan
gage length. Maka didapat kurva
'
vs MT sebagai berikut:
' vs MT
50
40
30
MT
20
10
0
0
-10
'
41
PENGUJIAN BAHAN
Untuk memperoleh kurva tegangan regangan geser, dilakukan perhitungan
dengan :
=Momen
puntir
MT
=
momen tahanan
J
300
200
100
0
0
-100
(rad)
Dengan persamaan:
2
dan
Tresca curve ( vs )
1500
1000
933.79
500
0
0
-500
Dengan persamaan:
42
PENGUJIAN BAHAN
3
dan
von miscesh
400
350
300
250
200
150
100
50
0
0
-50
Von Miscesh
600
Tresca
400
200
0
0
-200
43
PENGUJIAN BAHAN
tresca
7.6
ln
7.1
6.6
-8.5
-8
-7.5
-7
-6.5
-6
ln
t Ke n
ln t ln K n ln e
dengan cara regresi lineardidapat persamaan garis: y = 0.224x + 8.721
jadi:
= 0,224
ln K
= 8.721
= 6130 MPa
44
PENGUJIAN BAHAN
von miscesh
6.4
6.2
6
ln
5.8
5.6
5.4
5.2
5
-8.5
-8
-7.5
-7
-6.5
-6
ln
= 0.224
= 7.446
ln K
K
= 1713 MPa
ANALISA
Terjadi perbedaan antara hasil percobaan dan hasil perhitungan di hampir
semua perhitungan.
Adanya perbedaan antara pada baja dan pada kuningan , dikarenakan
45
PENGUJIAN BAHAN
kuningan.
pada pengukuran lebih besar dari pada perhitungan , kemungkinan
dikarenakan setting nol yang tidak benar.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Uji puntir dilakukan untuk menentukan tegangan alir (flow stress) dari material,
menentukan batas luluh geser, dan menentukan modulus elastisitas geser dari material. Flow
stress adalah ketahanan material terhadap perubahan bentuk. Jadi pada kurva , flow stress
dimulai dari batas luluhnya hingga titik fracture-nya.
Pada uji puntir ini digunakan penampang berbentuk lingkaran karena merupakan
geometri paling sederhana untuk perhitungan tegangan. Ketika material diberi beban puntir
didapat diameter dan panjang spesimen yang berubah. Seharusnya pengujian yang kita
lakukan tidak merubah dimensi geometris dari spesimen karena beban yang kita berikan
hanya beban puntir dan tidak ada beban tarik ataupun tekan. Perubahan dimensi ini dapat
diakibatkan karena mesin uji puntir dan spesimen tidak tepat sesumbu. Hal ini terlihat dari
spesimen hasil uji yang bengkok sehingga ada kemungkinan terjadi beban bending ataupun
beban lainnya pada spesimen tersebut.
= 466.89 MPa
= 0.224
46
PENGUJIAN BAHAN
2. Hasil percobaan jika dibandingkan dengan data literature sesuai bahan uji menunjukkan
nilai yang relative sama.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. http://www.alatuji.com/detail/155/499/njs-02-digital-display-torsion-testing-
machine#.UWqmGSxPGcI
47