Disusun oleh :
NAMA
NIM
KELAS
:
:
:
A. JUDUL
MENGUJI UDARA
B. TUJUAN
Mempelajari bagaimana tanah dan air menyerap dan melepaskan energi dari
matahari.
C. HIPOTESIS
Jika matahari memancarkan energi maka suhu udara di atas permukaan tanah dan di
bawah permukaan tanah akan lebih cepat menyerap panas dan juga lebih cepat
melepas panas dibanding diatas permukaan dan dibawah permukaan air.
D. DASAR TEORI
a. Radiasi Matahari
Radiasi matahari adalah sumber energi yang memanasi permukaan bumi,
energi matahari melakukan jalannya ke bumi dengan mekanisme perpindahan energi
yang dinamakan radiasi. Radiasi Matahari sangat berguna bagi keseimbangan panas
Bumi. Bumi dan atmosfer secara tetap menyerap radiasi Matahari dan mengemisikan
kembali radiasinya ke angkasa hingga sistem bumi-atmosfer berada dalam
keseimbangan radiatif dengan Matahari.
Energi yang dipindahkan dengan radiasi berjalan keluar dari sumbernya dalam
segala arah. Matahari memancarkan cahaya dan panas maupun cahaya UV yang
menyebabkan warna kuning coklat karena terbakar panas sinar matahari. Cahaya,
panas dan cahaya UV adalah hanya bagian dari deretan besar energi yang dinamakan
radiasi elektrromagnetik atau radiasi
elektromagnetik dibagi menjadi beberapa kategori, pada dasarnya adalah sama ketika
setiap bentuk radiasi diserap oleh suatu obyek , hasilnya adalah kenaikan suhu.
Seluruh panjang gelombang berpindah menembus angkasa pada kecepatan 300.000
km (186.000mil) per detik.
menegaskan bahwa obyek yang merupakan absorber radiasi yang baik, seperti
permukaan bumi juga merupakan emiter yang baik. Permukaan bumi dan matahari
menyerap dan meradiasikan dengan efisiensi hampir 100% untuk masing-masing
suhunya.
Pancaran panas matahari masuk ke bumi melalui atmosfer kemudian sampai ke
permukaan bumi. Panas yang dipancarkan matahari tidak sepenuhnya diterima oleh
permukaan bumi. Ada panas yang dipantulkan kembali oleh zat di atmosfer keluar
yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Proses pemanasan secara langsung diantaranya melalui
proses absorbsi, refleksi dan difusi.
1. Absorpsi adalah penyerapan panas matahari oleh unsur-unsur di atmosfer yang
menyerap radiasi seperti oksigen, nitrogen, ozon, hidrogen, dan debu.
2. Refleksi adalah pemanasan matahari oleh udara/ atmosfer kemudian dipantulkan
kembali ke angkasa oleh butir-butir air di atmosfer.
3. Difusi adalah proses penyebaran sinar/ panas matahari
kesegala
arah oleh
yang
dihamburkan paling baik oleh lapisan udara sehingga langit akan berwarna biru
pada siang hari.
Sedangkan proses pemanasan secara tidak langsung terjadi melalui beberapa
proses juga seperti konduksi, konveksi, adveksi, dan turbulensi
Konduksi adalah perambatan panas matahari pada lapisan udara bawah
kemudian mengalir ke lapisan udara disekitrnya.
Udara dingin
Udara dingin
Udara dingin
Udara panas
Permukaan bumi
Udara dingin
Udara panas
Alira
n
pana
s
Aliran panas
Turbulensi
berputar-putar keatas .
Diperkirakan bahwa 35 % dari radiasi matahari yang diterima pada batas atas
atmosfer bumi dikembalikan kembali ke ruang angkasa dalam bentuk gelombang
pendek oleh proses hamburan, dan pemantulan-pemantulan oleh awan, oleh partikelpartikel debu, oleh molekul-molekul udara, dan oleh permukaan bumi, dengan
perincian; 2 % dipantulkan oleh permukaan bumi, 6 % dipantulkan atau dihamburkan
oleh atmosfer, dan 27 % dipantulkan oleh awan. Sisanya sebesar 65 % diserap oleh
atmosfer bumi dan permukaan bumi. Atmosfer menyerap sebesar 14 % radiasi
matahari dan permukaan bumi menyerap sebesar 51 % radiasi. Radiasi yang diserap
permukaan bumi dipergunakan untuk memanasi atmosfer dari bawah. Dari 51 %
radiasi yang diserap permukaan bumi, 34 % berasal dari radiasi matahari langsung,
dan 17 % lagi dari radiasi difus atau radiasi langit (sky radiation). Dengan demikian
hanya 65 % dari radiasi matahari yang dapat digunakan untuk memanaskan atmosfer
bumi, yaitu sebesar 14 % langsung diserap oleh atmosfer, dan 51 % yang diserap
permukaan bumi. Gambar 9.1 menunjukkan keseimbangan radiasi matahari dan
Gambar 9.2 menunjukkan keseimbangan radiasi bumi (Tjasyono, 2006).
Diserap bumi
Diserap bumi
Gambar 9.1. Keseimbangan radiasi Matahari
Jadi jumlah radiasi yang dipancarkan ke ruang angkasa oleh atmosfer sama
dengan 14 + 6 + 9 + 19 = 48 %, dan jumlah yang dipancarkan langsung oleh
permukaan Bumi ke ruang angkasa adalah 17 %. Sehingga jumlah total radiasi yang
pancarkan kembali oleh sistem atmosfer-bumi ke rung angkasa adalah 48 + 17 = 65 %.
Jumlah ini tepat seimbang dengan radiasi matahari yang diserap oleh sistem atmosferbumi, yaitu 65 % (Tjasyono, 2006).
Pengaruh lautan.
Penutup tanah.
Tipe tanah.
Penyebaran suhu udara menurut waktu dapat dikaji dalam dua pola :
Pola suhu diurnal (suhu udara setiap jam selama 24 jam)
Pola
suhu
udara
rata-rata
harian
menurut
bulanan
dan
tahunan.
dengan daratan dan lautan. Permukaan bumi tersebut merupakan pemasok panas
utama untuk pemanasan udara.
Lautan mempunyai luas dan kapasitas panas yang lebih besar daripada
daratan, sehingga meskipun daratan merupakan penyimpanan panas yang lebih
buruk tetapi karena udara bercampur secara dinamis , maka pengaruh permukaan
lautan secara vertikal akan lebih dominan. Akibatnya suhu akan turun menurut
ketinggian baik diatas daratan maupun lautan
b. Penyebaran suhu dipermukaan bumi
Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang
seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada penyebaran
suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber pemanasan sehingga
makin tinggi tempat makin rendah suhu. Sedangkan pada penyebaran suhu
menurut letak lintang sumber energi utama berasal dari daerah tropika yang
merupakan penerima energi radiasi surya terbanyak. Sebagian energi tersebut
dipindahkan ke daerah lintang tinggi untuk menjaga keseimbangan energi secara
global.
Daratan tidak mempunyai kapasitas yang sama seperti air dalam
kemampuannya menyimpan panas. Akibatnya, daratan akan lebih cepat bereaksi
untuk menjadi panas ketika menerima radiasi matahari daripada lautan.
Sebaliknya, daratan akan lebih cepat pula menjadi dingin daripada lautan pada
waktu tidak ada insulation (pemanasan sinar matahari yang diterima oleh
permukaan bumi). Akibatnya, di daratan terdapat perbedaan suhu yang amat
besar dibandingkan dengan yang terjadi di lautan. Perpindahan panas juga terjadi
antara udara dengan lautan / tanah yang ada dibawahnya akan dapat memberikan
suatu kenaikan tekanan atmosfer pada daerah-daerah di sekitarnya.
c. Tanah dan Air
a. Tanah
Tanah menurut Braja M. Das didefinisikan sebagai material yang terdiri
dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara
kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang
berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang
kosong di antara partikel-partikel padat tersebut. Tanah terdiri dari tiga fase elemen
yaitu: butiran padat (solid), air dan udara.
Kerikil
>2,0
Pasir kasar
2,0 0,2
Pasir halus
0,2 0,02
Lumpur (silt)
0,02 0,002
Liat (clay)
<0,002
Air
Udara
Tanah terdiri dari partikel-partikel yang di antaranya terdapat ronggarongga yang dapat diisi oleh udara. Kandungan udaranya bervariasi tergantung
dengan tekstur tanahnya. Udara tanah sangat penting bagi tumbuhan dan
organisme lainnya. Kandungan udara tanah berbeda dengan atmosfer, karena
dipengaruhi hasil metabolisme dalam ruang yang sempit. Kandungan Oksigen
lebih sedikit (0,04%) dibanding dengan kandungan CO2 (10%).
Temperatur tanah utamanya sangat tergantung oleh jumlah radiasi yang
diterima dari matahari. Kuantitas dari panas yang didapat dari permukaan bumi
oleh konduksi dari bumi atau berasal dari unsur kimia dan proses biologi yang
kecil memberikan efek temperature (Baver,1960). Suhu tanah bervariasi secara
berkelanjutan. Di permukaan tanah, pada malam hari panas yang telah hilang
menghasilkan suhu yang menurun mencapai titik minimum dan ketika ada
matahari suhu tanah yang minimum tersebut meningkat. Dengan bantuan sinar
matahari, tanah memulai menyimpan energi yang kemudian menghilang,
disebabkan suhu meningkat. Proses tersebut akan terus berkelanjutan hingga sore
hari atau intensitas radiasi yang mengalami kemunduran disebabkan karena
jumlah energi yang diterima menurun hingga hilang sama sekali dari permukaan
tanah (Hausenbuiller,1982).
Suhu tanah beraneka ragam dengan cara khas pada perhitungan harian dan
musiman. Fluktuasi terbesar dipermukaan tanah dan akan berkurang dengan
bertambahnya kedalaman tanah. Kelembaban waktu musiman yang jelas terjadi,
karena suhu tanah musiman lambat bentuk fluktasi suhu pada peralihan suhu di
udara atau di bawah tanah yang lebih besar. Suhu total untuk semalam tanaman
mungkin terjadi pada tengah hari. Dibawah 6 inch atau 15 inch terdapat variasi
harian pada suhu tanah (Sostrodarsono, 2006)
b. Air
Panas jenis air jauh lebih besar dari pada panas jenis zat lain. Sebagai
contoh, panas jenis air sepuluh kali lebih besar dari pada panas jenis aluminium.
Karena kapasitas panasnya yang sangat besar, air adalah bahan yang baik sekali
untuk menyimpan energi termis, seperti misalnya dalam sistem pemanasan solar/
matahari. Air juga merupakan pendingin yang baik. Air dalam jumlah banyak,
seperti danau atau lautan, cenderung membuat variasi temperatur tidak berlebihan
di dekatnya karena air dapat menyerap atau melepas energi termis dalam jumlah
yang besar sementara mengalami perubahan temperatur sangat kecil. Karena panas
jenis air praktis konstan meliputi jangkauan temperatur yang lebar, panas jenis
sebuah benda dengan mudah dapat diukur dengan memanaskan benda sampai
suatu temperatur tertentu yang mudah diukur, dengan menempatkannya dalam
bejana air yang massa dan temperaturnya diketahui, dan dengan mengukur
temperatur kesetimbangan akhir. Jika seluruh sistem terisolasi dari sekitarnya
maka panas yang keluar dari benda sama dengan panas yang masuk ke air dan
wadahnya. Prosedur ini dinamakan kalorimetri, dan wadah air yang terisolasi
dinamakan kalorimeter (Tipler, 2004).
Tidak ada usaha dikerjakan oleh sistem atau lingkungan. Sebagai akibatnya
perubahan suhu lingkungan (air) hanyalah karena kalor yang dipertukarkan antara
air dan sistem. Perubahan suhu ini diukur dengan sebuah termometer, dan kalor
yang dipertukarkan dihitung dari massa dan kalor jenis air yang diketahui. Dari
kekekalan tenaga, kalor yang diperoleh oleh sistem adalah harga negatif dari kalor
yang hilang dari lingkungan dan sebaliknya. Dengan demikian kalorimeter
mengukur kalor yang dipertukarkan oleh sistem di bawah syarat-syarat tertentu
(Cromer, 2001).
d. Proses Pemindahan Energi
Proses pemindahan panas terjadi dari tempat/ benda yang mempunyai tingkat
energi lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Perpindahan panas mempunyai tiga
jenis, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
a. Konduksi
Koduksi adalah perpindahan panas melalui zat perantara, namun zat
tersebut tidak ikut berpindah ataupun bergerak (Suhartini D, dkk. 2008). Contohnya
yaitu pemindahan panas pada tanah. Tanah merupakan konduktor yang terbaik bila
dibandingkan dengan air dan udara.
Pada proses ini, sebagian energi kinetik molekul benda/ medium yang
bersuhu lebih tinggi dipindahkan ke molekul benda bersuhu lebih rendah melalui
tumbukan molekul-molekul tersebut. Energi panas seolah-olah merambat melalui
medium tersebut. Jumlah aliran panas persatuan waktu dan luas tergantung dari
sifat fisik medium yang dicerminkan oleh konduktivitas panas medium tersebut.
Sedangkan udara merupakan konduktor terburuk diantara air dan tanah.
Oleh karena itu, proses konduksi hanya efektif untuk pemanasan tanah dan tidak
efektif untuk pemanasan udara. Di udara, proses pemindahan panas secara
konduksi terjadi pada lapisan udara yang sangat tipis dekat permukaan (beberapa
milimeter) dikenal dengan konduksi semu karena tidak sepenuhnya merupakan
proses pemindahan panas secara konduksi.
b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas yang disertai dengan perpindahan zat
perantaranya. Perpindahan panas secara konveksi terjadi melalui aliran zat
(Suhartini D, dkk. 2008). Yaitu terjadi pada fluida yang berupa cairan dan gas.
Ada dua jenis konveksi, yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Pada
konveksi alamiah, pergerakan fluida terjadi akibat perbedaan massa jenis. Bagian
fluida yang menerima kalor memuai dan massa jenisnya menjadi lebih kecil,
sehingga bergerak ke atas. Tempatnya digantikan oleh bagian fluida dingin yang
jatuh ke bawah karena massa jenisnya lebih besar. Konveksi paksa adalah
perpindahan panas yang mana dialirannya tersebut berasal dari luar, seperti dari
blower atau kran dan pompa. Pada konveksi paksa, fluida yang telah dipanasi
langsung diarahkan ke tujuannya oleh sebuah peniup atau pompa.
Jika pada proses konduksi medium dari aliran panas berada dalam keadaan
diam, pada proses konveksi panas dipindahkan bersama-sama fluida bergerak.
Proses ini dapat terjadi melalui konveksi paksa (forced convection) atau turbulensi
dan konveksi bebas (free convection). Pada konveksi paksa, udara bergerak melalui
lapisan pembatas pada permukaan yang kasar sehingga timbul gerak edi yang acak.
Pengaruh angin sangat nyata pada proses ini terutama dekat permukaan. Sedangkan
pada konveksi bebas, udara dipanaskan oleh permukaan bumi akibat penerimaan
radiasi surya, sehingga udara akan mengembang dan naik menuju tekanan yang
lebih rendah. Proses pemanasan udara melalui konveksi lebih efektif dibandingkan
c.
E. METODE PRAKTIKUM
1. Tempat dan Waktu
Tempat
: Laboraturium IPA 2 FMIPA UNY
Waktu
: Kamis, 5 November 2015 pukul 07.00 - 09.20 WIB
2. Alat dan bahan
a. Alat
1. Gelas Beker
2. Termometer batang
3. Statif
4. Stopwatch
5. Alat tulis
3. Langkah Kerja
Sketsa Percobaan
b. Bahan
1. Air
2. Tanah
3. Cairan pewarna
t (menit)
1
2
3
4
0
10
20
30
5
6
40
50
35
36
39
40
33
33
42
43
F. ANALISIS DATA
Dari data hasil percobaan di atas, dapat dibuat grafik hubungan waktu dengan suhu,
baik suhu tanah, suhu air, suhu udara di atas tanah, dan suhu udara di atas air. Dimana
waktu dijadikan sebagai variabel bebas, sehingga dalam grafik waktu terletak di
sumbu-x. Sedangkan suhu sebagai variabel yang akan dicari, terletak di sumbu-y.
1. Grafik perbandingan suhu di atas den di bawah permukaan air dengan
waktu
G. PEMBAHASAN
Percobaan dengan judul ARUS AIR yang dilakuan pada tanggal 22 Oktober
2015 ini bertujuan untuk untuk mempelajari bagaimana tanah dan air menyerap dan
melepaskan energi dari matahari. Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini,
antara lain adalah sebagai berikut : Gelas ukur 250 mL (2 buah), statif, tanah, air,
termometer (4 buah), alat tulis, dan kamera. Langkah-langkah kerja yang praktikan
lakukan adalah, mengisi beaker glass satu dengan tanah kurang lebih setengah volumenya
dan mengisi beaker glass yang satu lagi dengan tanah kurang lebih setengah volumenya.
Kemudian, memasang pada masing-masing botol 2 termometer. Dimana termometer 1
berada di bawah permukaan tanah/ air dan termometer 2 berada di atas permukaan
tanah/air dengan cara digantungan di statif. Dalam praktikum ini, praktikan menggunakan
statif untuk menggantungkan termometer yang letaknya di atas permukaan tanah/ air,
agar praktikan lebih mudah dalam mengamati dan membaca skala yang ditunjukkan oleh
termometer tersebut.
Selanjutnya, meletakkan dua botol kaca yang sudah dipasang termometer tersebut
dalam ruang yang terkena sinar matahari, hal ini dilakukan agar suhu yang terdapat pada
tanah/ air sudah terasa relatif panas/ hangat supaya nantinya dalam pengkuran suhu sudah
dapat terbaca skala kenaikan/ penurunan suhunya. Setelah itu, membaca dan mencatat
suhu pada masing-masing termometer setiap 10 menit. Pembacaan suhu ini dilakukan
setiap 5 menit sekali sampai mendapatkan 5 data percobaan. Langkah terakhir yang
dilakukan oleh praktikan adalah membuat grafik perbandingan waktu (menit) dengan a)
suhu tanah; b) suhu air; c) suhu udara di atas tanah; dan d) suhu udara di atas air.
Hasil dari percobaan yang dilakukan oleh praktikan adalah sebagi berikut:
1. Suhu pada tanah
Dalam percobaan menguju udara dengan media tanah, praktikan melakukan 2 kegiatan
percobaan yaitu mengukur suhu di atas permukaan tanah dan di bawah permukaan air
setiap 10 menit sebanyak 5 kali dengan termometer. Berikut adalah hasil
percobaannya :
a. Suhu di atas permukaan tanah
Dalam pengukuran suhu di atas permukaan tanah diperoleh suhu awal sebesar
300C, pada sepuluh menit pertama suhu mengalami kenaikan menjadi 330C, pada
sepuluh menit kedua suhu mengalami kenaikan menjadi 340C, pada sepuluh menit
ketiga suhu mengalami kenaikan yang cukup besar menjadi 38 0C, pada sepuluh
menit ketiga suhu menjadi 390C dan pada sepuluh menit terakhir suhu mengalami
kenaikan menjadi 400C.
Dari hasil tersebut dapat terlihat bahwa suhu di atas permukaan tanah terus
mengalami kenaikan. Menurut literatur yang diperoleh praktikan, tanah merupakan
konduktor yang terbaik bila dibandingkan dengan air dan udara. Pada proses ini,
sebagian energi kinetik molekul benda/ medium yang bersuhu lebih tinggi
dipindahkan ke molekul benda bersuhu lebih rendah melalui tumbukan molekulmolekul tersebut. Energi panas seolah-olah merambat melalui medium tersebut.
Jumlah aliran panas persatuan waktu dan luas tergantung dari sifat fisik medium
yang dicerminkan oleh konduktivitas panas medium tersebut.
Menurut literatur faktor-faktor yang mempengaruhi suhu dipermukaan tanah
adalah udara, tinggi rendahnya suatu tempat, semakin tinggi kedudukan suatu
tempat maka temperatur udara di tempat tersebut akan semakin rendah begitu juga
sebaliknya
b. Suhu di bawah permukaan tanah
Dalam pengukuran suhu di atas permukaan tanah diperoleh suhu awal sebesar
300C, pada sepuluh menit pertama suhu mengalami kenaikan menjadi 320C, pada
sepuluh menit kedua suhu mengalami kenaikan menjadi 350C, pada sepuluh menit
ketiga suhu mengalami kenaikan yang cukup besar menjadi 39 0C, pada sepuluh
menit ketiga suhu menjadi 420C dan pada sepuluh menit terakhir suhu mengalami
kenaikan menjadi 430C.
Dari hasil tersebut dapat terlihat bahwa suhu di atas permukaan tanah terus
mengalami kenaikan. Menurut literatur yang diperoleh praktikan, tanah
merupakan konduktor yang terbaik bila dibandingkan dengan air dan udara. Pada
proses ini, sebagian energi kinetik molekul benda/ medium yang bersuhu lebih
tinggi dipindahkan ke molekul benda bersuhu lebih rendah melalui tumbukan
molekul-molekul tersebut. Energi panas seolah-olah merambat melalui medium
tersebut. Jumlah aliran panas persatuan waktu dan luas tergantung dari sifat fisik
medium yang dicerminkan oleh konduktivitas panas medium tersebut.
Sehingga, berdasarkan literatur tersebut hasil percobaan yang telah dilakukan
telah sesuai. Menurut Baver, 1960 temperatur tanah utamanya sangat tergantung
oleh jumlah radiasi yang diterima dari matahari. Kuantitas dari panas yang
didapat dari permukaan bumi oleh konduksi dari bumi atau berasal dari unsur
kimia dan proses biologi yang kecil memberikan efek temperatur. Suhu tanah
bervariasi secara berkelanjutan. Di permukaan tanah, pada malam hari panas yang
telah hilang menghasilkan suhu yang menurun mencapai titik minimum dan
ketika ada matahari suhu tanah yang minimum tersebut meningkat. Dengan
bantuan sinar matahari, tanah memulai menyimpan energi yang kemudian
menghilang, disebabkan suhu meningkat. Proses tersebut akan terus berkelanjutan
hingga sore hari atau intensitas radiasi yang mengalami kemunduran disebabkan
karena jumlah energi yang diterima menurun hingga hilang sama sekali dari
permukaan tanah (Hausenbuiller,1982).
Dari kedua data suhu di atas dan di bawah permukaan tanah tersebut dapat
dibuat grafik sebagai berikut
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa kenaikan suhu di bawah permukaan
tanah lebih besar dibandingkan kenaikan suhu di atas permukaan tanah. Hal
tersebut dikarenakan tanah cepat dalam menyerap panas namun lebih cepat pula
dalam melepas panas karena kapasitas penyimpanan panasnya terbatas. Sehingga
suhu akan disebarkan dalam tanah secara cepat yang menyebabkan kenaikan suhu
tanah atau di dalam permukaan tanah lebih besar.
2. Suhu pada air
a. Suhu di atas permukaan air
Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa kenaikan suhu lebih cepat terjadi
di bawah permukaan tanah, kemudian di atas permukaan air, di atas permukaan
air dan yang terkecil adalah di bawah permukaan air. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa kenaikan terbesar dan tercepat terjadi pada suhu tanah
dibandingkan pada suhu air.
Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa air akan
mengalami kenaikan suhu yang relatif lambat dibandingkan tanah. Menurut
Effendi (2007 : 22-23 pada http://repository.usu.ac.id) salah satu karakteristik
air adalah perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat
sebagai penyimpanan panas yang sangat baik. Hal ini dikarenakan pada air,
partikel-partikelnya tersusun kurang rapat sehingga sulit mengalami konduksi
panas. Sehingga suhu akan naik dengan lambat.
Sedangkan menurut Tipler (2004), panas jenis air jauh lebih besar dari
pada panas jenis zat lain. Karena kapasitas panasnya yang sangat besar, air
adalah bahan yang baik untuk menyimpan energi termis. Air juga merupakan
pendingin yang baik. Air dalam jumlah banyak, seperti danau atau lautan,
cenderung membuat variasi temperatur tidak berlebihan di dekatnya karena air
dapat menyerap atau melepas energi termis dalam jumlah yang besar
sementara mengalami perubahan temperatur sangat kecil.
Dari uraian penjelasan di atas, penyebaran suhu di bumi ini bergantung pada
radiasi matahari yang sampai di bumi. Kemudian panas yang diterima
permukaan tanah atau air ditransfer ke dalam lapisan tanah atau air yang lebih
H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
Bekerglas yang berisi tanah dengan perlakuan penempatan termometer di atas maupun
di bawah tanah akan mengalami kenaikan suhu yang lebih cepat dibandingkan dengan
bekerglass yang berisi air dengan perlakuan penempatan termometer berada di atas
maupun di bawah air. Sebab perambatan panas di tanah lebih cepat daripada
perambatan panas di air. Hal ini berkaitan dengan partikel-partikel penyusun tanah
yang lebih rapat dan teratur dibandingkan dengan partikel-partikel penyusun air yang
lebih renggang dan tidak teratur.
I. DAFTAR PUSTAKA
Baver, L.D., (1740). Soil Physics. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Cromer. (2001). Pemanasan Benda. Bandung: Cipta Karya.
Hausenbuiller, R.L., (1982). Soil Science. Lowa: Wm. C. Brown Company.
Sosrodorsono. (2006). Variasi Tanah. Bogor: Rineka Jaya.
Suhartini D, dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: PT Macanan Jaya
Cemerlang.
Tipler. (2004). Suhu dan Kalor. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tjasyono, Bayong. 2006. Meteorologi Indonesia I dan II : Karakteristik dan Sirkulasi
Atmosfer. Jakarta: Penerbit BMG.
Diakses
LAMPIRAN