Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ILMU KEBUMIAN


MENGUJI UDARA

Disusun oleh :
NAMA
NIM
KELAS

:
:
:

NOVITA DWI UTAMI


14312244016
P. IPA A

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015

A. JUDUL
MENGUJI UDARA

B. TUJUAN
Mempelajari bagaimana tanah dan air menyerap dan melepaskan energi dari
matahari.
C. HIPOTESIS
Jika matahari memancarkan energi maka suhu udara di atas permukaan tanah dan di
bawah permukaan tanah akan lebih cepat menyerap panas dan juga lebih cepat
melepas panas dibanding diatas permukaan dan dibawah permukaan air.
D. DASAR TEORI
a. Radiasi Matahari
Radiasi matahari adalah sumber energi yang memanasi permukaan bumi,
energi matahari melakukan jalannya ke bumi dengan mekanisme perpindahan energi
yang dinamakan radiasi. Radiasi Matahari sangat berguna bagi keseimbangan panas
Bumi. Bumi dan atmosfer secara tetap menyerap radiasi Matahari dan mengemisikan
kembali radiasinya ke angkasa hingga sistem bumi-atmosfer berada dalam
keseimbangan radiatif dengan Matahari.
Energi yang dipindahkan dengan radiasi berjalan keluar dari sumbernya dalam
segala arah. Matahari memancarkan cahaya dan panas maupun cahaya UV yang
menyebabkan warna kuning coklat karena terbakar panas sinar matahari. Cahaya,
panas dan cahaya UV adalah hanya bagian dari deretan besar energi yang dinamakan
radiasi elektrromagnetik atau radiasi

tidak sepenuhnya. Walaupun radiasi

elektromagnetik dibagi menjadi beberapa kategori, pada dasarnya adalah sama ketika
setiap bentuk radiasi diserap oleh suatu obyek , hasilnya adalah kenaikan suhu.
Seluruh panjang gelombang berpindah menembus angkasa pada kecepatan 300.000
km (186.000mil) per detik.

Hukum dasar lain yang berkaitan dengan radiasi

menegaskan bahwa obyek yang merupakan absorber radiasi yang baik, seperti
permukaan bumi juga merupakan emiter yang baik. Permukaan bumi dan matahari
menyerap dan meradiasikan dengan efisiensi hampir 100% untuk masing-masing
suhunya.
Pancaran panas matahari masuk ke bumi melalui atmosfer kemudian sampai ke
permukaan bumi. Panas yang dipancarkan matahari tidak sepenuhnya diterima oleh
permukaan bumi. Ada panas yang dipantulkan kembali oleh zat di atmosfer keluar

angkasa. Proses pemanasan permukaan bumi melalui beberapa cara

yaitu secara

langsung dan tidak langsung. Proses pemanasan secara langsung diantaranya melalui
proses absorbsi, refleksi dan difusi.
1. Absorpsi adalah penyerapan panas matahari oleh unsur-unsur di atmosfer yang
menyerap radiasi seperti oksigen, nitrogen, ozon, hidrogen, dan debu.
2. Refleksi adalah pemanasan matahari oleh udara/ atmosfer kemudian dipantulkan
kembali ke angkasa oleh butir-butir air di atmosfer.
3. Difusi adalah proses penyebaran sinar/ panas matahari

kesegala

arah oleh

atmosfer. Sinar gelombang pendek warna biru merupakan gelombang

yang

dihamburkan paling baik oleh lapisan udara sehingga langit akan berwarna biru
pada siang hari.
Sedangkan proses pemanasan secara tidak langsung terjadi melalui beberapa
proses juga seperti konduksi, konveksi, adveksi, dan turbulensi
Konduksi adalah perambatan panas matahari pada lapisan udara bawah
kemudian mengalir ke lapisan udara disekitrnya.

Udara dingin

Molekul udara saling


beersinggungan.

Udara dingin
Udara dingin
Udara panas

Permukaan bumi

Konveksi adalah perambatan panas oleh gerakan udara secara vertikal.


Udara dingin

Udara dingin

Udara panas

Alira
n
pana
s

Adveksi adalah perambatan panas oleh gerakan udara secara horizontal.

Aliran panas

Turbulensi

adalah perambatan panas

oleh udara yang tidak teratur atau

berputar-putar keatas .

Diperkirakan bahwa 35 % dari radiasi matahari yang diterima pada batas atas
atmosfer bumi dikembalikan kembali ke ruang angkasa dalam bentuk gelombang
pendek oleh proses hamburan, dan pemantulan-pemantulan oleh awan, oleh partikelpartikel debu, oleh molekul-molekul udara, dan oleh permukaan bumi, dengan
perincian; 2 % dipantulkan oleh permukaan bumi, 6 % dipantulkan atau dihamburkan
oleh atmosfer, dan 27 % dipantulkan oleh awan. Sisanya sebesar 65 % diserap oleh
atmosfer bumi dan permukaan bumi. Atmosfer menyerap sebesar 14 % radiasi
matahari dan permukaan bumi menyerap sebesar 51 % radiasi. Radiasi yang diserap
permukaan bumi dipergunakan untuk memanasi atmosfer dari bawah. Dari 51 %
radiasi yang diserap permukaan bumi, 34 % berasal dari radiasi matahari langsung,
dan 17 % lagi dari radiasi difus atau radiasi langit (sky radiation). Dengan demikian
hanya 65 % dari radiasi matahari yang dapat digunakan untuk memanaskan atmosfer
bumi, yaitu sebesar 14 % langsung diserap oleh atmosfer, dan 51 % yang diserap
permukaan bumi. Gambar 9.1 menunjukkan keseimbangan radiasi matahari dan
Gambar 9.2 menunjukkan keseimbangan radiasi bumi (Tjasyono, 2006).

Karena temperatur rata-rata tahunan bumi secara keseluruhan konstan, artinya


bumi tidak bertambah panas atau bertambah dingin, maka 65 % dari radiasi matahari
yang diserap atmosfer dan permukaan bumi harus dipancarkan kembali ke ruang
angkasa dalam bentuk radiasi gelombang panjang. Tidak boleh ada radiasi yang
menumpuk di bumi. Bentuk dan kuantitas pancaran radiasi sistem atmosfer bumi
adalah (Gambar 9.2) : 14 % hilang ke ruang angkasa dan tidak memanasi atmosfer,
6% radiasi bumi diserap atmosfer yang disebut radiasi efektif, 9 % diterima atmosfer
melalui panas yang dibawa oleh arus turbulensi dan konveksi, 19 % diterima atmosfer
melalui kondensasi dari uap air, dimana panas laten kondensasi dilepaskan.

Diserap bumi

Diserap bumi
Gambar 9.1. Keseimbangan radiasi Matahari

Jadi jumlah radiasi yang dipancarkan ke ruang angkasa oleh atmosfer sama
dengan 14 + 6 + 9 + 19 = 48 %, dan jumlah yang dipancarkan langsung oleh
permukaan Bumi ke ruang angkasa adalah 17 %. Sehingga jumlah total radiasi yang
pancarkan kembali oleh sistem atmosfer-bumi ke rung angkasa adalah 48 + 17 = 65 %.
Jumlah ini tepat seimbang dengan radiasi matahari yang diserap oleh sistem atmosferbumi, yaitu 65 % (Tjasyono, 2006).

Gambar 9.2. Keseimbangan radiasi Bumi

b. Suhu dan Penyebaran Suhu


Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan
alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat, untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba.
Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk
mengukur suhu dengan valid.
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas tentang konsep suhu dan kalor,
baik saat di daratan maupun saat di laut. Apa yang kita rasakan panas dinginnya suatu
keadaan, di situlah kita merasakan adanya penyebaran suhu ke bumi.
1. Suhu udara
Suhu udara dipermukaan bumi adalah relative, tergantung pada faktor-faktor
yang mempengaruhinya seperti misalnya lamanya penyinaran matahari. Hal itu dapat
berdampak langsung akan adanya perubahan suhu di udara.
Suhu udara bervariasi menurut tempat dan dari waktu ke waktu di permukaan
bumi. Menurut tempat, suhu udara bervariasi secara vertical dan horizontal dan
menurut waktu dari jam ke jam dalam sehari, dan menurut bulanan dalam setahun.
(Wisnubroto,S,S.S.L Aminah, dan Nitisapto,M. 1982)

Beberapa unsur yang mempengaruhi suhu secara horizontal di permukaan


bumi antara lain :
a. Letak lintang suatu tempat.
Suhu udara di atmosfer bervariasi menurut letak ketinggian tempat. Hingga
ketinggian tertentu. Suhu udara dapat menurun, tetapi menurut ketinggian yang
lainnya meningkat. Pada lapisan Troposfer (lapisan bawah atmosfer) suhu udara
menurun menurut letak ketinggian tempat hingga ketinggian 10 km dengan
gradein penurunan suhu 5,0-6,5oC per 1000 m diatas permukaan laut. Menurunnya
suhu menurut letak ketinggian tempat ini dimungkinkan karena beberapa hal
antara lain :

Pengaruh keadaan suhu dekat permukaan bumi.

Pengaruh lautan.

Pengaruh kerapatan udara.

Pengaruh angin secara tidak langsung.

Pengaruh panas laten.

Penutup tanah.

Tipe tanah.

Pengaruh sudut datang sinar matahari.

b. Pengaruh arus laut.


c. Distribusi antara daratan dan lautan.
-

Penyebaran suhu udara menurut waktu dapat dikaji dalam dua pola :
Pola suhu diurnal (suhu udara setiap jam selama 24 jam)

Pola

suhu

udara

rata-rata

harian

menurut

bulanan

dan

tahunan.

(Dasar-dasar Klimatologi, 2000)


Penyebaran suhu
a. Penyebaran suhu vertikal
Pada lapisan troposfer, secara umum suhu makin rendah menurut
ketinggian. Udara merupakan penyimpan panas terburuk, sehingga suhu udara
sangat dipengaruhi oleh permukaan bumi tempat bersentuhan antara udara

dengan daratan dan lautan. Permukaan bumi tersebut merupakan pemasok panas
utama untuk pemanasan udara.
Lautan mempunyai luas dan kapasitas panas yang lebih besar daripada
daratan, sehingga meskipun daratan merupakan penyimpanan panas yang lebih
buruk tetapi karena udara bercampur secara dinamis , maka pengaruh permukaan
lautan secara vertikal akan lebih dominan. Akibatnya suhu akan turun menurut
ketinggian baik diatas daratan maupun lautan
b. Penyebaran suhu dipermukaan bumi
Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang
seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada penyebaran
suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber pemanasan sehingga
makin tinggi tempat makin rendah suhu. Sedangkan pada penyebaran suhu
menurut letak lintang sumber energi utama berasal dari daerah tropika yang
merupakan penerima energi radiasi surya terbanyak. Sebagian energi tersebut
dipindahkan ke daerah lintang tinggi untuk menjaga keseimbangan energi secara
global.
Daratan tidak mempunyai kapasitas yang sama seperti air dalam
kemampuannya menyimpan panas. Akibatnya, daratan akan lebih cepat bereaksi
untuk menjadi panas ketika menerima radiasi matahari daripada lautan.
Sebaliknya, daratan akan lebih cepat pula menjadi dingin daripada lautan pada
waktu tidak ada insulation (pemanasan sinar matahari yang diterima oleh
permukaan bumi). Akibatnya, di daratan terdapat perbedaan suhu yang amat
besar dibandingkan dengan yang terjadi di lautan. Perpindahan panas juga terjadi
antara udara dengan lautan / tanah yang ada dibawahnya akan dapat memberikan
suatu kenaikan tekanan atmosfer pada daerah-daerah di sekitarnya.
c. Tanah dan Air
a. Tanah
Tanah menurut Braja M. Das didefinisikan sebagai material yang terdiri
dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara
kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang
berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang
kosong di antara partikel-partikel padat tersebut. Tanah terdiri dari tiga fase elemen
yaitu: butiran padat (solid), air dan udara.

Tanah dibentuk sebagai suatu hasil interaksi beberapa variable, di


antaranya yang terpenting oleh iklim, bahan induk (batuan induk/geologi),
topografi (relief permukaan tanah), organisme dan waktu. Sedangkan bahan
mineral tanah adalah komponen bahan anorganik yang berasal dari batuan induk
yang telah mengalami pelapukan. Bahan induk ini pecah menjadi fragmenfragmen kecil yang bervariasi dalam ukuran. Ukuran partikel-partikel tanah ini
dinamakan tekstur tanah.
Tanah terdiri dari berbagai macam tekstur , mulai dari tekstur tanah liat
sampai ke butir-butir pasir yang kasar, yang bergabung bersama-sama bahan
organik. Berdasarkan teksturnya tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Klasifikasi tekstur tanah

Ukuran/ diameter (mm)

Kerikil

>2,0

Pasir kasar

2,0 0,2

Pasir halus

0,2 0,02

Lumpur (silt)

0,02 0,002

Liat (clay)

<0,002

Air

Udara

Arah panah menunjukkan


kemampuan mengikat semakin
besar

Tanah terdiri dari partikel-partikel yang di antaranya terdapat ronggarongga yang dapat diisi oleh udara. Kandungan udaranya bervariasi tergantung
dengan tekstur tanahnya. Udara tanah sangat penting bagi tumbuhan dan
organisme lainnya. Kandungan udara tanah berbeda dengan atmosfer, karena
dipengaruhi hasil metabolisme dalam ruang yang sempit. Kandungan Oksigen
lebih sedikit (0,04%) dibanding dengan kandungan CO2 (10%).
Temperatur tanah utamanya sangat tergantung oleh jumlah radiasi yang
diterima dari matahari. Kuantitas dari panas yang didapat dari permukaan bumi
oleh konduksi dari bumi atau berasal dari unsur kimia dan proses biologi yang
kecil memberikan efek temperature (Baver,1960). Suhu tanah bervariasi secara
berkelanjutan. Di permukaan tanah, pada malam hari panas yang telah hilang
menghasilkan suhu yang menurun mencapai titik minimum dan ketika ada

matahari suhu tanah yang minimum tersebut meningkat. Dengan bantuan sinar
matahari, tanah memulai menyimpan energi yang kemudian menghilang,
disebabkan suhu meningkat. Proses tersebut akan terus berkelanjutan hingga sore
hari atau intensitas radiasi yang mengalami kemunduran disebabkan karena
jumlah energi yang diterima menurun hingga hilang sama sekali dari permukaan
tanah (Hausenbuiller,1982).
Suhu tanah beraneka ragam dengan cara khas pada perhitungan harian dan
musiman. Fluktuasi terbesar dipermukaan tanah dan akan berkurang dengan
bertambahnya kedalaman tanah. Kelembaban waktu musiman yang jelas terjadi,
karena suhu tanah musiman lambat bentuk fluktasi suhu pada peralihan suhu di
udara atau di bawah tanah yang lebih besar. Suhu total untuk semalam tanaman
mungkin terjadi pada tengah hari. Dibawah 6 inch atau 15 inch terdapat variasi
harian pada suhu tanah (Sostrodarsono, 2006)
b. Air
Panas jenis air jauh lebih besar dari pada panas jenis zat lain. Sebagai
contoh, panas jenis air sepuluh kali lebih besar dari pada panas jenis aluminium.
Karena kapasitas panasnya yang sangat besar, air adalah bahan yang baik sekali
untuk menyimpan energi termis, seperti misalnya dalam sistem pemanasan solar/
matahari. Air juga merupakan pendingin yang baik. Air dalam jumlah banyak,
seperti danau atau lautan, cenderung membuat variasi temperatur tidak berlebihan
di dekatnya karena air dapat menyerap atau melepas energi termis dalam jumlah
yang besar sementara mengalami perubahan temperatur sangat kecil. Karena panas
jenis air praktis konstan meliputi jangkauan temperatur yang lebar, panas jenis
sebuah benda dengan mudah dapat diukur dengan memanaskan benda sampai
suatu temperatur tertentu yang mudah diukur, dengan menempatkannya dalam
bejana air yang massa dan temperaturnya diketahui, dan dengan mengukur
temperatur kesetimbangan akhir. Jika seluruh sistem terisolasi dari sekitarnya
maka panas yang keluar dari benda sama dengan panas yang masuk ke air dan
wadahnya. Prosedur ini dinamakan kalorimetri, dan wadah air yang terisolasi
dinamakan kalorimeter (Tipler, 2004).
Tidak ada usaha dikerjakan oleh sistem atau lingkungan. Sebagai akibatnya
perubahan suhu lingkungan (air) hanyalah karena kalor yang dipertukarkan antara
air dan sistem. Perubahan suhu ini diukur dengan sebuah termometer, dan kalor
yang dipertukarkan dihitung dari massa dan kalor jenis air yang diketahui. Dari

kekekalan tenaga, kalor yang diperoleh oleh sistem adalah harga negatif dari kalor
yang hilang dari lingkungan dan sebaliknya. Dengan demikian kalorimeter
mengukur kalor yang dipertukarkan oleh sistem di bawah syarat-syarat tertentu
(Cromer, 2001).
d. Proses Pemindahan Energi
Proses pemindahan panas terjadi dari tempat/ benda yang mempunyai tingkat
energi lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Perpindahan panas mempunyai tiga
jenis, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
a. Konduksi
Koduksi adalah perpindahan panas melalui zat perantara, namun zat
tersebut tidak ikut berpindah ataupun bergerak (Suhartini D, dkk. 2008). Contohnya
yaitu pemindahan panas pada tanah. Tanah merupakan konduktor yang terbaik bila
dibandingkan dengan air dan udara.
Pada proses ini, sebagian energi kinetik molekul benda/ medium yang
bersuhu lebih tinggi dipindahkan ke molekul benda bersuhu lebih rendah melalui
tumbukan molekul-molekul tersebut. Energi panas seolah-olah merambat melalui
medium tersebut. Jumlah aliran panas persatuan waktu dan luas tergantung dari
sifat fisik medium yang dicerminkan oleh konduktivitas panas medium tersebut.
Sedangkan udara merupakan konduktor terburuk diantara air dan tanah.
Oleh karena itu, proses konduksi hanya efektif untuk pemanasan tanah dan tidak
efektif untuk pemanasan udara. Di udara, proses pemindahan panas secara
konduksi terjadi pada lapisan udara yang sangat tipis dekat permukaan (beberapa
milimeter) dikenal dengan konduksi semu karena tidak sepenuhnya merupakan
proses pemindahan panas secara konduksi.
b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas yang disertai dengan perpindahan zat
perantaranya. Perpindahan panas secara konveksi terjadi melalui aliran zat
(Suhartini D, dkk. 2008). Yaitu terjadi pada fluida yang berupa cairan dan gas.
Ada dua jenis konveksi, yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Pada
konveksi alamiah, pergerakan fluida terjadi akibat perbedaan massa jenis. Bagian
fluida yang menerima kalor memuai dan massa jenisnya menjadi lebih kecil,
sehingga bergerak ke atas. Tempatnya digantikan oleh bagian fluida dingin yang
jatuh ke bawah karena massa jenisnya lebih besar. Konveksi paksa adalah
perpindahan panas yang mana dialirannya tersebut berasal dari luar, seperti dari

blower atau kran dan pompa. Pada konveksi paksa, fluida yang telah dipanasi
langsung diarahkan ke tujuannya oleh sebuah peniup atau pompa.
Jika pada proses konduksi medium dari aliran panas berada dalam keadaan
diam, pada proses konveksi panas dipindahkan bersama-sama fluida bergerak.
Proses ini dapat terjadi melalui konveksi paksa (forced convection) atau turbulensi
dan konveksi bebas (free convection). Pada konveksi paksa, udara bergerak melalui
lapisan pembatas pada permukaan yang kasar sehingga timbul gerak edi yang acak.
Pengaruh angin sangat nyata pada proses ini terutama dekat permukaan. Sedangkan
pada konveksi bebas, udara dipanaskan oleh permukaan bumi akibat penerimaan
radiasi surya, sehingga udara akan mengembang dan naik menuju tekanan yang
lebih rendah. Proses pemanasan udara melalui konveksi lebih efektif dibandingkan
c.

dengan konduksi dan radiasi.


Radiasi
Radiasi merupakan perpindahan panas tanpa melalui perantara (Suhartini D,
dkk. 2008). Radiasi yang dipancarkan oleh suatu permukaan berbanding lurus
dengan pangkat empat suhu mutlak permukaan. Energi radiasi gelombang panjang
yang dipancarkan permukaan bumi sebagian diserap atmosfer dan sisanya akan
keluar dari sistem atmosfer bumi. Adanya awan pada malam hari dapat menahan
jumlah radiasi bumi yang dipancarkan ke angkasa, sehingga akan mengurangi
perubahan suhu udara ekstrim.

E. METODE PRAKTIKUM
1. Tempat dan Waktu
Tempat
: Laboraturium IPA 2 FMIPA UNY
Waktu
: Kamis, 5 November 2015 pukul 07.00 - 09.20 WIB
2. Alat dan bahan
a. Alat
1. Gelas Beker
2. Termometer batang
3. Statif
4. Stopwatch
5. Alat tulis
3. Langkah Kerja
Sketsa Percobaan

b. Bahan
1. Air
2. Tanah
3. Cairan pewarna

4. Tabel Hasil Pengamatan


No

t (menit)

1
2
3
4

0
10
20
30

Suhu di atas permukaan


Air
Tanah
29
30
30
33
32
34
35
38

Suhu di bawah permukaan


Air
Tanah
29
30
30
32
30
35
32
39

5
6

40
50

35
36

39
40

33
33

42
43

F. ANALISIS DATA
Dari data hasil percobaan di atas, dapat dibuat grafik hubungan waktu dengan suhu,
baik suhu tanah, suhu air, suhu udara di atas tanah, dan suhu udara di atas air. Dimana
waktu dijadikan sebagai variabel bebas, sehingga dalam grafik waktu terletak di
sumbu-x. Sedangkan suhu sebagai variabel yang akan dicari, terletak di sumbu-y.
1. Grafik perbandingan suhu di atas den di bawah permukaan air dengan
waktu

2. Grafik perbandingan suhu di atas den di bawah permukaan tanah dengan


waktu

3. Grafik perbandingan keseluruhan

G. PEMBAHASAN

Percobaan dengan judul ARUS AIR yang dilakuan pada tanggal 22 Oktober
2015 ini bertujuan untuk untuk mempelajari bagaimana tanah dan air menyerap dan
melepaskan energi dari matahari. Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini,
antara lain adalah sebagai berikut : Gelas ukur 250 mL (2 buah), statif, tanah, air,
termometer (4 buah), alat tulis, dan kamera. Langkah-langkah kerja yang praktikan
lakukan adalah, mengisi beaker glass satu dengan tanah kurang lebih setengah volumenya
dan mengisi beaker glass yang satu lagi dengan tanah kurang lebih setengah volumenya.
Kemudian, memasang pada masing-masing botol 2 termometer. Dimana termometer 1
berada di bawah permukaan tanah/ air dan termometer 2 berada di atas permukaan
tanah/air dengan cara digantungan di statif. Dalam praktikum ini, praktikan menggunakan
statif untuk menggantungkan termometer yang letaknya di atas permukaan tanah/ air,
agar praktikan lebih mudah dalam mengamati dan membaca skala yang ditunjukkan oleh
termometer tersebut.
Selanjutnya, meletakkan dua botol kaca yang sudah dipasang termometer tersebut
dalam ruang yang terkena sinar matahari, hal ini dilakukan agar suhu yang terdapat pada
tanah/ air sudah terasa relatif panas/ hangat supaya nantinya dalam pengkuran suhu sudah
dapat terbaca skala kenaikan/ penurunan suhunya. Setelah itu, membaca dan mencatat
suhu pada masing-masing termometer setiap 10 menit. Pembacaan suhu ini dilakukan
setiap 5 menit sekali sampai mendapatkan 5 data percobaan. Langkah terakhir yang
dilakukan oleh praktikan adalah membuat grafik perbandingan waktu (menit) dengan a)
suhu tanah; b) suhu air; c) suhu udara di atas tanah; dan d) suhu udara di atas air.
Hasil dari percobaan yang dilakukan oleh praktikan adalah sebagi berikut:
1. Suhu pada tanah
Dalam percobaan menguju udara dengan media tanah, praktikan melakukan 2 kegiatan
percobaan yaitu mengukur suhu di atas permukaan tanah dan di bawah permukaan air
setiap 10 menit sebanyak 5 kali dengan termometer. Berikut adalah hasil
percobaannya :
a. Suhu di atas permukaan tanah
Dalam pengukuran suhu di atas permukaan tanah diperoleh suhu awal sebesar
300C, pada sepuluh menit pertama suhu mengalami kenaikan menjadi 330C, pada
sepuluh menit kedua suhu mengalami kenaikan menjadi 340C, pada sepuluh menit

ketiga suhu mengalami kenaikan yang cukup besar menjadi 38 0C, pada sepuluh
menit ketiga suhu menjadi 390C dan pada sepuluh menit terakhir suhu mengalami
kenaikan menjadi 400C.
Dari hasil tersebut dapat terlihat bahwa suhu di atas permukaan tanah terus
mengalami kenaikan. Menurut literatur yang diperoleh praktikan, tanah merupakan
konduktor yang terbaik bila dibandingkan dengan air dan udara. Pada proses ini,
sebagian energi kinetik molekul benda/ medium yang bersuhu lebih tinggi
dipindahkan ke molekul benda bersuhu lebih rendah melalui tumbukan molekulmolekul tersebut. Energi panas seolah-olah merambat melalui medium tersebut.
Jumlah aliran panas persatuan waktu dan luas tergantung dari sifat fisik medium
yang dicerminkan oleh konduktivitas panas medium tersebut.
Menurut literatur faktor-faktor yang mempengaruhi suhu dipermukaan tanah
adalah udara, tinggi rendahnya suatu tempat, semakin tinggi kedudukan suatu
tempat maka temperatur udara di tempat tersebut akan semakin rendah begitu juga
sebaliknya
b. Suhu di bawah permukaan tanah
Dalam pengukuran suhu di atas permukaan tanah diperoleh suhu awal sebesar
300C, pada sepuluh menit pertama suhu mengalami kenaikan menjadi 320C, pada
sepuluh menit kedua suhu mengalami kenaikan menjadi 350C, pada sepuluh menit
ketiga suhu mengalami kenaikan yang cukup besar menjadi 39 0C, pada sepuluh
menit ketiga suhu menjadi 420C dan pada sepuluh menit terakhir suhu mengalami
kenaikan menjadi 430C.
Dari hasil tersebut dapat terlihat bahwa suhu di atas permukaan tanah terus
mengalami kenaikan. Menurut literatur yang diperoleh praktikan, tanah
merupakan konduktor yang terbaik bila dibandingkan dengan air dan udara. Pada
proses ini, sebagian energi kinetik molekul benda/ medium yang bersuhu lebih
tinggi dipindahkan ke molekul benda bersuhu lebih rendah melalui tumbukan
molekul-molekul tersebut. Energi panas seolah-olah merambat melalui medium
tersebut. Jumlah aliran panas persatuan waktu dan luas tergantung dari sifat fisik
medium yang dicerminkan oleh konduktivitas panas medium tersebut.
Sehingga, berdasarkan literatur tersebut hasil percobaan yang telah dilakukan
telah sesuai. Menurut Baver, 1960 temperatur tanah utamanya sangat tergantung

oleh jumlah radiasi yang diterima dari matahari. Kuantitas dari panas yang
didapat dari permukaan bumi oleh konduksi dari bumi atau berasal dari unsur
kimia dan proses biologi yang kecil memberikan efek temperatur. Suhu tanah
bervariasi secara berkelanjutan. Di permukaan tanah, pada malam hari panas yang
telah hilang menghasilkan suhu yang menurun mencapai titik minimum dan
ketika ada matahari suhu tanah yang minimum tersebut meningkat. Dengan
bantuan sinar matahari, tanah memulai menyimpan energi yang kemudian
menghilang, disebabkan suhu meningkat. Proses tersebut akan terus berkelanjutan
hingga sore hari atau intensitas radiasi yang mengalami kemunduran disebabkan
karena jumlah energi yang diterima menurun hingga hilang sama sekali dari
permukaan tanah (Hausenbuiller,1982).
Dari kedua data suhu di atas dan di bawah permukaan tanah tersebut dapat
dibuat grafik sebagai berikut

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa kenaikan suhu di bawah permukaan
tanah lebih besar dibandingkan kenaikan suhu di atas permukaan tanah. Hal
tersebut dikarenakan tanah cepat dalam menyerap panas namun lebih cepat pula
dalam melepas panas karena kapasitas penyimpanan panasnya terbatas. Sehingga
suhu akan disebarkan dalam tanah secara cepat yang menyebabkan kenaikan suhu
tanah atau di dalam permukaan tanah lebih besar.
2. Suhu pada air
a. Suhu di atas permukaan air

Dalam pengukuran suhu di atas permukaan air diperoleh suhu awal


sebesar 290C, pada sepuluh menit pertama suhu mengalami kenaikan menjadi
300C, pada sepuluh menit kedua suhu mengalami kenaikan menjadi 320C, pada
sepuluh menit ketiga suhu mengalami kenaikan yang cukup besar menjadi
350C, pada sepuluh menit ketiga suhu menjadi 350C dan pada sepuluh menit
terakhir suhu mengalami kenaikan menjadi 360C.
Dari data yang didapatkan praktikan suhu di atas permukaan air
cenderung mengalami kenaikan. Namun kenaikan suhunya tidak begitu
signifikan, hal ini telah sesuai dengan literature.
Partikel-partikel air mempunyai susunan yang kurang rapat, sehingga
sulit mengalami konduksi panas. Dengan kata lain dapat diketahui bahwa air
sulit menerima panas dan juga sulit melepaskan panas. Sehingga seharusnya
pada percobaan dapat dilihat bahwa setelah mengalami kenaikan suhu, udara di
sekitar air cenderung tetap dibandingkan di sekitar tanah. Hal ini dikarenakan
panas jenis air jauh lebih besar dari pada panas jenis zat lain. Oleh sebab itu
panas jenis air praktis konstan meliputi jangkauan temperatur yang lebar
(Tipler, 2004). Selain itu udara juga merupakan konduktor yang sangat buruk
bila dibandingkan dengan air dan tanah. Sehingga hal tersebut menyebabkan
suhu udara realtif konstan. Pada dasarnya proses konduksi hanya efektif untuk
pemanasan tanah dan tidak efektif untuk pemanasan udara. Di udara, proses
pemindahan panas secara konduksi terjadi pada lapisan udara yang sangat tipis
dekat permukaan (beberapa milimeter) dikenal dengan konduksi semu karena
tidak sepenuhnya merupakan proses pemindahan panas secara konduksi.
b. Suhu di bawah permukaan air
Dalam pengukuran suhu di bawah permukaan air diperoleh suhu awal sebesar
290C, pada sepuluh menit pertama suhu mengalami kenaikan menjadi 300C,
pada sepuluh menit kedua suhu mengalami kenaikan menjadi 300C, pada
sepuluh menit ketiga suhu mengalami kenaikan yang cukup besar menjadi
320C, pada sepuluh menit ketiga suhu menjadi 330C dan pada sepuluh menit
terakhir suhu mengalami kenaikan menjadi 330C.

Berdasarkan data yang diperoleh praktikan dapat dilihat bahwa


kenaikan suhu yang terjadi di bawah permukaan air lambat. Kenaikan pada
setiap menitnya tidak signifikan.
Menurut Effendi (2007 : 22) salah satu karakteristik air adalah
perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpanan panas yang sangat baik. Perubahan suhu air yang lambat
mencegah terjadinya strees pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu
yang medadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup.
Selain literatur di atas, disebutkan juga bahwa panas jenis air jauh lebih
besar dari pada panas jenis zat lain. Karena kapasitas panasnya yang sangat
besar, air adalah bahan yang baik sekali untuk menyimpan energi termis. Air
juga merupakan pendingin yang baik. Air dalam jumlah banyak, seperti danau
atau lautan, cenderung membuat variasi temperatur tidak berlebihan di
dekatnya karena air dapat menyerap atau melepas energi termis dalam jumlah
yang besar sementara mengalami perubahan temperatur sangat kecil (Tipler,
2004).
Pada air, partikel-partikelnya tersusun kurang rapat sehingga sulit mengalami
konduksi panas. Air memiliki indeks panas khusus yang tinggi. Ini berarti
bahwa air dapat menyerap banyak panas, sebelum air itu mulai menjadi panas.
Namun demikian, setelah menyerap panas, zat cair tidak lekas melepas panas.
Hal ini berkaitan dengan air yang memiliki ketegangan permukaan yang sangat
tinggi.
Bedasarkan data yang diperoleh antara suhu di atas dan di bawah permukaan
air dapat dibuat grafik hubungan sebagai berikut :

Dari grafik tersebut diketahui bahwa kenaikan suhu di atas permukaan


air lebih besar daripada kenaikan suhu di bawah permukaan air. hal tersebut
dikarenakan kapasitas panas air yang sangat besar, air adalah bahan yang baik
sekali untuk menyimpan energi termis. Air juga merupakan pendingin yang
baik. Air dalam jumlah banyak, seperti danau atau lautan, cenderung membuat
variasi temperatur tidak berlebihan di dekatnya karena air dapat menyerap atau
melepas energi termis dalam jumlah yang besar sementara mengalami
perubahan temperatur sangat kecil (Tipler, 2004).
Jadi suhu di atas permukaan air lebih cepat tinggi dikarenakan air akan
menyebarkan panas di lingkungan sekitar sehingga dalam menyimpan suhu
atau energinya dalam jumlah yang besar, hal ini mengakibatkan kenaikan suhu
di bawah permukaan air lambat..
Dari data-data perhitungan suhu di atas permukaan tanah dan air serta di
bawah permukaan tanah dan air dapat dibuat grafik sebagai berikut :

Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa kenaikan suhu lebih cepat terjadi
di bawah permukaan tanah, kemudian di atas permukaan air, di atas permukaan
air dan yang terkecil adalah di bawah permukaan air. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa kenaikan terbesar dan tercepat terjadi pada suhu tanah
dibandingkan pada suhu air.
Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa air akan
mengalami kenaikan suhu yang relatif lambat dibandingkan tanah. Menurut
Effendi (2007 : 22-23 pada http://repository.usu.ac.id) salah satu karakteristik
air adalah perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat
sebagai penyimpanan panas yang sangat baik. Hal ini dikarenakan pada air,
partikel-partikelnya tersusun kurang rapat sehingga sulit mengalami konduksi
panas. Sehingga suhu akan naik dengan lambat.
Sedangkan menurut Tipler (2004), panas jenis air jauh lebih besar dari
pada panas jenis zat lain. Karena kapasitas panasnya yang sangat besar, air
adalah bahan yang baik untuk menyimpan energi termis. Air juga merupakan
pendingin yang baik. Air dalam jumlah banyak, seperti danau atau lautan,
cenderung membuat variasi temperatur tidak berlebihan di dekatnya karena air
dapat menyerap atau melepas energi termis dalam jumlah yang besar
sementara mengalami perubahan temperatur sangat kecil.
Dari uraian penjelasan di atas, penyebaran suhu di bumi ini bergantung pada
radiasi matahari yang sampai di bumi. Kemudian panas yang diterima
permukaan tanah atau air ditransfer ke dalam lapisan tanah atau air yang lebih

dalam melalui proses konduksi. Panas yang dijalarkan akan memerlukan


waktu. Semakin lama pemanasan permukaan tanah atau air maka semakin
dalam pula suhu permukaan akan terasa ke lapisan yang lebih dalam. Suhu
tanah atau suhu umumnya rata-rata lebih besar dari pada suhu di atmosfer
sekelilingnya. Hal ini disebabkan oleh penyimpanan panas di tanah atau di air
lebih lama daripada di udara.
Dari keadaan awal suhu udara hingga mulai dikenai panas, udara di sekitar
permukaan tanah dengan cepat mengalami kenaikan suhu saat terdapat sinar
matahari. Hal ini dikarenakan tanah merupakan zat padat. Zat padat memiliki
ciri partikel yang tersusun rapat sehingga ketika sinar matahari mengenainya,
sinar akan secara cepat mengalami konduksi sehingga menaikkan suhu udara
di sekitarnnya. Sedangkan pada air, partikel-partikelnya tersusun kurang rapat
sehingga sulit mengalami konduksi panas. Namun demikian, setelah menyerap
panas, zat cair tidak lekas melepas panas. Dengan kata lain, air sulit menerima
panas dan juga sulit melepaskan panas. Hal inilah yang menyebabkan air
sebagai penyimpan energi yang baik.
Adanya perbedaan suhu di tanah yang mewakili daratan dan air yang
mewakili lautan mengakibatkan terjadinya angin darat dan angin laut. Angin
laut terjadi pergerakan angina dari laut ke darat hal tersebut disebabkan karena
daratan lebih panas sehingga udara panas di darat diganti dengan udara dingin
dari laut sehingga terjadi alira udar dari laut ke darat. Angin laut terjadi pada
siang hari. Sedangkan pada angin darat terjadi pergerakan angin dari darat ke
laut. Hal tersebut dikarenakan daratan yang tidak terkena matahari menjadi
dingin , suhu daratan lebih kecil daripada lautan sehingga suhu panas dari laut
terdorong naik, tekanan udara diatas laut rendah sehingga udara dingin
mengalir ke laut. Angin darat terjadi pada malam hari.
Dari percobaan yang dilakukan praktikan, adanya kesesuaian antara
hipotesis praktikan dengan literatur, bahwa daratan tidak mempunyai kapasitas
yang sama seperti air dalam kemampuannya menyimpan panas. Akibatnya,
daratan akan lebih cepat bereaksi untuk menjadi panas ketika menerima radiasi
matahari daripada lautan. Sebaliknya, daratan akan lebih cepat pula menjadi
dingin daripada lautan pada waktu tidak ada insulation (pemanasan sinar

matahari yang diterima oleh permukaan bumi). Di daratan terdapat perbedaan


suhu yang cukup besar dibandingkan dengan yang terjadi di lautan.
Perpindahan panas juga terjadi antara udara dengan lautan atau daratan yang
ada dibawahnya akan dapat memberikan suatu kenaikan tekanan atmosfer pada
daerah-daerah di sekitarnya. Sehingga dari fenomena penggunaan bahan tanah
dan air dari percobaan ini, menunjukkan bahwa tanah memiliki kemampuan
menyerap panas lebih cepat, tetapi cepat pula dalam melepaskan panas.
Sedangkan air lebih sulit menerima panas dan lebih lambat dalam melepas
panas. Dengan kata lain, air memiliki sifat penyimpan panas yang lebih baik
dari tanah, namun memerlukan waktu yang lebih lama dalam menerima panas.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
Bekerglas yang berisi tanah dengan perlakuan penempatan termometer di atas maupun
di bawah tanah akan mengalami kenaikan suhu yang lebih cepat dibandingkan dengan
bekerglass yang berisi air dengan perlakuan penempatan termometer berada di atas
maupun di bawah air. Sebab perambatan panas di tanah lebih cepat daripada
perambatan panas di air. Hal ini berkaitan dengan partikel-partikel penyusun tanah
yang lebih rapat dan teratur dibandingkan dengan partikel-partikel penyusun air yang
lebih renggang dan tidak teratur.
I. DAFTAR PUSTAKA
Baver, L.D., (1740). Soil Physics. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Cromer. (2001). Pemanasan Benda. Bandung: Cipta Karya.
Hausenbuiller, R.L., (1982). Soil Science. Lowa: Wm. C. Brown Company.
Sosrodorsono. (2006). Variasi Tanah. Bogor: Rineka Jaya.
Suhartini D, dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: PT Macanan Jaya
Cemerlang.
Tipler. (2004). Suhu dan Kalor. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tjasyono, Bayong. 2006. Meteorologi Indonesia I dan II : Karakteristik dan Sirkulasi
Atmosfer. Jakarta: Penerbit BMG.

Wishnubroto, S,S.S.L Aminah, dan Nitisapto, M. 1982. Asas-asas Meteorologi


Pertanian. Departemen Ilmu-ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, UGM. Jakarta:
Yogyakarta, dan Ghalia Indonesia.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28755/4/Chapter%20II.pdf.

Diakses

pada tanggal 8 Oktober 2015 pukul 16:00 WIB.


http://tekim.undip.ac.id/images/download/PERPINDAHAN_PANAS.pdf diunduh
pada 8 November 2015 pukul 17.00 WIB
JAWABAN PERTANYAAN
1. Wadah manakah yang suhunya naik lebih cepat? Mengapa?
Jawab : Tanah, karena tanah merupakan zat padat. Zat padat memiliki partikel
yang tersusun rapat sehingga ketika sinar matahari mengenainya, sinar akan secara
cepat mengalami konduksi sehingga menaikkan suhu udara di sekitarnnya.
Sedangkan pada air, partikel-partikelnya tersusun kurang rapat sehingga sulit
mengalami konduksi panas. Namun demikian, setelah menyerap panas, zat cair
tidak lekas melepas panas. Dengan kata lain, air sulit menerima panas dan juga sulit
melepaskan panas.
2. Bagaimana tanah dan air dapat mempengaruhi suhu udara di atasnya?
Jawab : Tanah mempengaruhi suhu udara di atasnya dengan cara melepaskan
energi yang dikandungnya setelah menyerap energi matahari dengan cepat sehingga
udara diatasnya tetap panas. Sedangkan pada air mempengaruhi suhu udara di
atasnya dengan cara menyimpan energi yang dikandungnya setelah menyerap
energi matahari dengan lambat. Sehingga udara di atas air akan konstan dan relatif
lama untuk melepaskan energi lagi.
3. Bagaimana permukaan tanah yang luas (daratan) mempengaruhi suhu udara di
bumi?
Jawab : Daratan tidak mempunyai kapasitas yang sama seperti air dalam
kemampuannya menyimpan panas. Akibatnya, daratan akan lebih cepat bereaksi
untuk menjadi panas ketika menerima radiasi matahari daripada lautan. Jadi,
semakin luas daratan tersebut maka akan semakin banyak pula radiasi sinar dari
sinar matahari yang diserap atau lebih mudah menyerap panas. Tanah yang
mempunyai tekstur kasar dan berwarna hitam/gelap membuat penyerapan panas
dari sinar matahari akan berjalan dengan baik. Dengan tekstur dan warna yang
seperti itu, membuat tanah mampu dengan cepat menyerap panas dan juga mampu
dengan cepat melepakannya lagi. Sebaliknya, daratan akan lebih cepat menjadi
dingin dari pada lautan pada waktu tidak ada insulation (pemanasan sinar matahari

yang diterima oleh permukaan bumi). Akibatnya, di daratan terdapat perbedaan


suhu yang amat besar dibandingkan dengan yang terjadi di lautan. Perpindahan
panas juga terjadi antara udara dengan lautan atau tanah yang ada dibawahnya akan
dapat memberikan suatu kenaikan tekanan atmosfer pada daerah-daerah di
sekitarnya.
4. Bagaimana permukaan air yang luas mempengaruhi suhu udara di bumi?
Jawab : Lautan mempunyai luas dan kapasitas panas lebih besar dari pada daratan,
sehingga meskipun daratan merupakan penyimpanan panas yang lebih buruk tetapi
karena udara bercampur secara dinamis, maka pengaruh permukaan lautan secara
vertikal akan lebih dominan. Akibatnya suhu akan turun menurut ketinggian baik di
atas daratan maupun lautan. Radiasi sinar matahari yang dipancarkan akan masuk
ke dalam lautan, kemudian air laut akan menyerap panas dan menguap. Sehingga,
semakin luas permukaan lautan maka semakin cepat pula penguapan terjadi, maka
menyebabkan suhu udara naik. Semakin naik penguapan air hingga menuju tempat
tertinggi, akan merubah uap air menjadi titik-titik hujan. Titik-titk tersebut akan
turun pada daerah yang beriklim dingin singga turun hujan yang menyebabkan suhu
udara mejadi dingin.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai