Anda di halaman 1dari 4

Kondisi sumber daya alam

1. Sumber daya lahan


Sebagian besar penggunaan lahan adalah untuk pertanian, perkebunan, kehutanan
dan kawasan lindung. Sehingga kegiatan budidaya dan usaha berbasis pertanian
sangat sesuai dikembangkan di Kabupaten Bondowoso. Selain kesuburan tanahnya,
juga secara agroklimat sangat sesuai untuk berbagai komoditas pertanian dan
perkebunan. Jenis penggunaan lahan yang sangat potensi dikembangkan adalah
pengembangan perumahan (permukiman). Kawasan permukiman di Kabupaten
Bondowoso umumnya berpola menyebar dan berkelompok. Pengembangan
perumahan hendaknya mempertimbangkan keseimbangan lingkungan, termasuk
prioritas untuk memanfaatkan lahan-lahan kering dan bukan sawah irigasi teknis.
Budidaya pertanian juga perlu mengendalikan penggunaan bahan kimia dalam
pengolahan tanah, agar kandungan organik tanah tetap terjaga seimbang dan tidak
terjadi kerusakan lahan atau penurunan kesuburan tanah. Budidaya perkebunan dan
kehutanan secara bijak juga akan mencegah dan menekan luasan lahan
kritis.
2. Sumber daya pertanian

Bondowoso merupakan daerah agraris dengan luas lahan pendukung keanekaragaman


hayati mencapai 90,04% dari luas wilayah yang terdiri dari persawahan, tanah kering,
kebun campur, perkebunan dan hutan. Potensi lahan tersebut merupakan peluang
untuk mewujudkan ketahanan pangan. Selain itu, Pengembangan usaha pertanian
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pada tahun 2013 produksi hasil pertanian beberapa komoditas mengalami kenaikan
adalah padi dan jagung. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan produksi
dari tahun sebelumnya antara lain kedele, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi
jalar, bawang merah, dan dan tomat. Penurunan produksi ini terjadi sebagai dampak
anomali cuaca, serangan hama, dan alih komoditas.
Kondisi sumber daya manusia
1. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Bondowoso secara umum
relatif masih rendah. Proporsi terbesar adalah kelompok belum tamat SD
sebesar 55,9%, Tamat SD sebesar 31,2%, sedangkan untuk tamat SLTP
hingga perguruan tinggi tidak lebih dari 10%. Tingkat pendidikan
masyarakat yang rata-rata pendidikan dasar dan menengah merupakan
potensi penyediaan tenaga kerja pelaksana (operator) bagi usaha industri,
perdagangan dan jasa. Demikian halnya pada sektor pertanian yang
merupakan mata pencaharian utama, masih dapat berlangsung dan
menyerap tenaga kerja dengan tingkat pendidikan rendah, karena faktor
kultur agraris yang sudah melekat (membudaya). Rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat (SDM) merupakan permasalahan serius bagi
pembangunan daerah di masa mendatang. Hal ini terlihat dari
kecenderungan perkembangan ekonomi wilayah Kabupaten Bondowoso
yang mulai mengarah pada perkembangan perdagangan dan jasa serta

industri pengolahan. Terus berkembangnya sektor tersebut tentunya akan


membutuhkan tenaga kerja yang memadai (tingkat pendidikan dan
ketrampilan yang lebih baik). Demikian halnya sektor pertanian, juga perlu
didukung pelaku pertanian yang terampil dan terdidik. Tantangan
globalisasi menunut semua pelaku ekonomi untuk semakin profesonal di
bidangnya, dengan pengembangan SDM melalui pendidikan dan
ketrampilan. Terkait dengan terus berkembangnya industri, perdagangan
dan jasa di Kabupaten Bondowoso maka lapangan pekerjaan juga akan
semakin luas dan menuntut spesialisasi. Kebutuhan penyediaan sarana
dan prasarana pendidikan merupakan prospek pengembangan investasi
SDM. Semakin lengkapnya lembaga pendidikan (formal dan non formal) di
Kabupaten Bondowoso akan menghasilkan tenaga kerja yang lebih siap,
dan menjadi prospek penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan industri,
perdagangan dan jasa di Kabupaten Bondowoso.
2. Mata pencaharian
Sektor ekonomi basis Kabupaten Bondowoso adalah sektor pertanian. Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya masyarakat yang bermata pencaharian sebagai
petani dan buruh tani, serta luasnya lahan pertanian di Kabupaten Bondowoso.
Sektor pertanian telah memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten
Bondowoso, bahkan cenderung bertambah meskipun tingkat pertumbuhannya relatif
kecil dan cenderung stagnan. Berdasarkan analisis terhadap data penduduk menurut
mata pencaharian dan kelompok umur, dapat diindikasikan bahwa jumlah petani di
Kabupaten Bondowoso cenderung berkurang dari waktu ke waktu. Disamping itu,
petani yang ada sekarang cenderung berada pada kelompok umur 35 tahun ke atas.
Ini berarti bahwa para petani yang ada di Kabupaten Bondowoso cenderung pada
kelompok dewasa-tua. Ada kecenderungan hilangnya budaya pertanian pada
kelompok usia muda. Hal ini dikarenakan pandangan bahwa bekerja di bidang
industri, perdagangan dan jasa lebih menjanjikan dibanding bertani, sehingga
angkatan muda ini lebih tertarik bekerja ke luar wilayah (kota besar, dsb).
Penerapan teknologi pertanian modern di Kabupaten Bondowoso menjadi
salah satu alternatif stategi pembangunan pertanian, misalnya teknologi pengolahan
tanah, pengembangan varietas, dsb, termasuk konsep agribisnis. Dengan demikian,
meskipun terdapat ancaman kecenderungan menurunnya jumlah petani, minat
investasi di sektor pertanian dapat terus berkembang. Hal ini sejalan dengan predikat
Kabupaten Bondowoso sebagai salah satu kawasan strategis pengembangan
pertanian dan daerah penyangga pangan regional.
Kondisi ekonomi

1.Industri
Jumlah perusahaan industri dibedakan menjadi industri besar, industri menengah dan industri
kecil baik formal atau non formal. Jumlah industri besar dan menengah tetap seperti tahun
sebelumnya yaitu berjumlah 22 dan 28 unit. Sedangkan jumlah industri kecil baik formal dan
non formal meningkat menjadi 402 dan 17.760 unit. Penyerapan tenaga kerja meningkat ratarata 2,26 %. Nilai investasi meningkat rata-rata 5,55% sebesar Rp. 81.635.736.400.- dengan
nilai produksinya sebesar Rp. 168.896.897.650,- atau naik 6,02 %.

2.Perdagangan

Pembangunan sektor perdagangan tahun 2007 mengalami perkembangan signifikan. Ini


ditandai dengan meningkatnya penerbitan/ pembaharuan pendaftaran perusahaan secara
keseluruhan sebesar 7,69%. Penerbitan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) juga meningkat
7,75% dari tahun sebelumnya sebanyak 5.700 buah untuk SIUP kecil, menengah dan besar.
Sarana perdagangan bagi masyarakat sampai tahun 2008 masih didominasi oleh toko/ ruko.
Pasar induk terdapat di seputaran Jalan Teuku Umar dan Jalan Wadid Hasyim. Sedangkan
swalayan di Kabupaten Bondowoso berjumlah 25 buah. Di Bondowoso belum terdapat plaza/
mall. Terdapat juga beberapa pasar hewan yang tersebar di beberapa kecamatan. Kawasan
jalan RE. Martadinata dan Alun-alun Bondowoso setiap sore sampai malam hari digunakan
Pedagang Kaki Lima untuk menjajakan dagangannya. Pedagang buah-buahan disediakan
tempat di Jalan Veteran.
Potensi pengembangan sumber daya pertanian

Pertanian menjadi sektor yang paling berpengaruh terhadap PDRB Kabupaten


Bondowoso. Usaha pertanian masyarakat tidak hanya tanaman pangan berupa padi,
jagung, ubi kayu dan kedelai, tetapi juga tanaman hortikultura dan rempah. Areal
pertanaman Padi di Kabupaten Bondowoso seluas 54.473 ha yang tersebar di 21 dari 23
kecamatan dengan produksi sebesar 306.984,52 ton/tahun. Areal pertanaman Jagung di
Kabupaten Bondowoso seluas 37.100 ha yang tersebar di 23 dari 23 kecamatan dengan
produksi sebesar 141.075,12 ton/tahun. Areal pertanaman Ubikayu di Kabupaten
Bondowoso seluas 6.552 ha yang tersebar di 21 dari 23 kecamatan dengan produksi
sebesar 121.076,10 ton/tahun. Areal pertanaman Kedelai di Kabupaten Bondowoso seluas
824 ha yang tersebar di 14 dari 23 kecamatan, diantaranya di Kecamatan Cermee,
Tamanan, Tenggarang, Tlogosari dan Wonosari, dengan produksi sebesar 1.089,68
ton/tahun. Pengembangan lahan pertanian sawah disesuaikan dengan ketersediaan
jaringan irigasi yang relatif merata pada seluruh kecamatan, kecuali Kecamatan Sempol.
Karena kondisi maka Kabupaten Bondowoso ditetapkan sebagai salah satu lumbung padi
Propinsi Jawa Timur dan Nasional. Dalam pengembangan hortikultura, terdapat beberapa
produk unggulan yang telah dikenal yaitu dari jenis sayuran lombok, bawang merah, tomat,
kentang, dan dari jenis buah mangga, rambutan, pisang, durian, alpukat, manggis dan
sebagainya. Areal pertanaman Lombok di Kabupaten Bondowoso seluas 977 ha yang
tersebar di 19 dari 23 kecamatan, diantaranya di Kecamatan Tamanan, Grujugan,
Bondowoso, Taman Krocok dan Klabang, dengan produksi sebesar 7.490,20 ton/tahun.
Areal pertanaman Bawang Merah di Kabupaten Bondowoso seluas 415 ha yang tersebar di
7 dari 23 kecamatan, diantaranya di Kecamatan Grujugan, Sumberwringin, Tlogosari dan
Sukosari, dengan produksi sebesar 3.944 ton/tahun. Areal pertanaman Tomat di Kabupaten
Bondowoso seluas 106 ha yang hanya dijumpai di 15 dari 23 kecamatan, diantaranya di
Kecamatan Wonosari, Tamanan dan Jambesari Darussholah, dengan produksi sebesar
855,40 ton/tahun. Areal pertanaman Kentang di Kabupaten Bondowoso seluas 24 ha yang
hanya dijumpai di 2 dari 23 kecamatan, yaitu Kecamatan Maesan dan Sumberwringin,
dengan produksi sebesar 360 ton/tahun.
Areal pertanaman Mangga di Kabupaten Bondowoso seluas 3.019 ha yang tersebar di 23
dari 23 kecamatan dengan produksi sebesar 24.389,3 ton/tahun. Areal pertanaman
Rambutan di Kabupaten Bondowoso seluas 1.705 ha yang tersebar di 23 dari 23 kecamatan
dengan produksi sebesar 22.773 ton/tahun. Areal pertanaman Pisang di Kabupaten
Bondowoso seluas 1.978 ha yang tersebar di 23 dari 23 kecamatan dengan produksi
sebesar 11.754,80 ton/tahun. Areal pertanaman Durian di Kabupaten Bondowoso seluas
520 ha yang tersebar di 23 dari 23 kecamatan dengan produksi sebesar 5.393 ton/tahun.
Lahan pertanian (sawah dan ladang) mulai terkonversi (beralih fungsi) menjadi non
pertanian, terutama di sekitar Perkotaan Bondowoso dan kota kecamatan lainnya. Konversi
tersebut terutama untuk permukiman/perumahan, perdagangan dan jasa, maupun
perkantoran. Hal ini akan sangat mengancam kemampuan produksi pertanian.
Berkurangnya air irigasi juga memicu peralihan fungsi lahan pertanian, di sisi lain upaya
pencetakan sawah baru pada kawasan potensial dihadapkan pada kendala penyediaan

jaringan irigasi. Luasnya lahan pertanian, kesuburan tanah, kondisi hidrologi dan iklim mikro
wilayah Kabupaten Bondowoso masih memungkinkan bagi optimalisasi sektor pertanian.
Revitalisasi sektor pertanian diperlukan agar konversi lahan, dsb, tidak berpengaruh
signifikan pada kontribusi pertanian terhadap PDRB. Pembangunan pertanian juga dapat
dilakukan melalui peningkatan kelas lahan lahan kering/pekarangan menjadi lahan pertanian
produktif. Pengembangan sentra produksi komoditas tertentu perlu didorong pada tiap-tiap
kecamatan. Penyuluhan, pembinaan, dan penegakan aturan alih fungsi lahan pertanian
diperlukan untuk menekan hilangnya lahan pertanian produktif.
Potensi pengembangan ekonomi kreatif

Industri di Kabupaten Bondowoso terdiri dari industri menengah dan industri


kecil/kerajinan rumah tangga. Sampai dengan tahun 2013 industri menengah
berjumlah 25 buah unit usaha dengan nilai produksi Rp. 486.276.557,00. Industri
kecil dan kerajinan rumah tangga terbagi menjadi industri kecil formal dan non
formal.
Untuk mendorong petumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Bondowoso, maka perlu
dipertimbangkan pengembangan kawasan industri. Kabupaten Bondowoso memiliki peluang
yang besar untuk mengembangkan industri yang berbasis agro yaitu industri yang
menggunakan bahan baku dari hasil pertanian. Selain itu juga industri pengolahan hasil
perkebunan dan kehutanan, serta industri logam, berupa kerajinan kuningan, dan
pertambangan. Lokasi industri yang telah ada dapat dikembangkan dan ditata sebagai
kawasan industri, sehingga membuka kesempatan bagi investor. Sektor industri yang
berpotensi untuk dikembangkan adalah industri pengolahan, industri mebel, industri tekstil,
industri rokok dan industri pertambangan.
Kecenderungan perkembangan industri yang terjadi di Kabupaten Bondowoso
adalah industri kecil dan menengah. Makin mahalnya harga tanah, dan belum tersedianya
sarana prasarana/ infrastruktur yang memadai di area pengembangan industri, serta iklim
investasi yang masih kurang kondusif, menurunkan nilai comparative advantage Kabupaten
Bondowoso jika dibandingkan beberapa kabupaten lain. Terlebih lagi bila dikaitkan dengan
faktor aksesibilitas. Pengembangan industri di Kabupaten Bondowoso sangat prospektif
mengingat melimpahnya bahan baku yang potensial untuk diolah. Kawasan industri yang
ditawarkan harus memiliki aksesibilitas regional yang mudah, yaitu pada jalur regional antar
kabupaten (Jember-Bondowoso-Situbondo). Sedangkan industri kecil dan kerajinan masih
dapat berkembang di tengah-tengah permukiman dengan syarat limbah yang dihasilkan
relatif mudah dinetralisir dan disertai penataan lingkungan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai