Anda di halaman 1dari 10

Al-Munkar dan An-Nakir Dalam Akidah Salaf

Kategori: Majalah AsySyariah Edisi 051

(ditulis oleh: Al-Ustadz Muhammad Rijal, Lc.)

Rasulullah n bersabda:
-- : -
: :
- - - . - : .
. - : .- : .- :
:

. - : .

- . :



Jika mayit atau salah seorang dari kalian telah dikubur, datang dua malaikat, hitam (tubuhnya), biru (kedua
matanya), satu dari keduanya bernama Al-Munkar dan yang lain An-Nakir.1 Kedua malaikat bertanya kepada
mayit: Apa yang dulu kamu katakan tentang lelaki ini (yakni Rasulullah n)? Dia pun menyatakan apa yang dulu
dia katakan: Lelaki itu adalah hamba Allah l dan Rasul-Nya, Asyhadu allailahaillallah wa anna Muhammadar
rasulullah. Kedua malaikat menimpali: Sungguh kami telah mengetahui bahwa engkau mengatakan demikian.
Lalu diluaskan kubur untuknya 70 dzira (hasta) kali 70 dzira, dan diterangi, kemudian dikatakan padanya:
Tidurlah engkau. Berkatalah mayit: Kembalikanlah aku pada keluargaku agar aku kabarkan kepada mereka.
Keduanya berkata: Tidurlah engkau sebagaimana tidurnya pengantin, tidak ada yang membangunkan kecuali
orang yang paling dicintainya. Hingga nanti Allah l bangkitkan dari pembaringannya.
Adapun jika mayit adalah seorang munafik, dia akan akan menjawab: Dahulu aku mendengar manusia
mengatakan sesuatu, aku pun mengatakannya aku tidak tahu. Keduanya berkata: Sungguh kami telah
mengetahui bahwa engkau akan berkata demikian. Maka dikatakan pada bumi: Himpitlah dia! Bumi pun
mengimpit mayit hingga tulang-tulang rusuknya bertautan. Terus-menerus azab ditimpakan hingga Allah l
bangkitkan ia dari kuburnya.
Takhrij Hadits
Hadits dengan lafadz di atas diriwayatkan At-Tirmidzi t dalam As-Sunan, Kitab Al-Janaiz bab Ma Jaa fi Azabil
Qabri (Kitab Jenazah bab Azab kubur) (3/163, no. 1071), dari jalan Abdurrahman bin Ishaq, dari Said bin Abi
Said Al-Maqburi, dari Abu Hurairah z.
Melalui jalan ini pula, Al-Imam Ahmad t meriwayatkan dalam Al-Musnad (4/287, 295, 296), demikian pula Ibnu
Hibban t dalam Shahih-nya (7/386, no. 3117), Ibnu Abi Ashim t dalam As-Sunnah (no. 864), dan Abu Bakr AlAjurri t dalam Asy-Syariah (hal. 365).
Semuanya perawi tsiqah, tergolong perawi Al-Imam Muslim t dalam Ash-Shahih, kecuali Abdurrahman bin Ishaq.
Dia adalah Abdurrahman bin Ishaq bin Abdilah bin Al-Harits bin Kinanah Al-Amiri Al-Madani. Ada pembicaraan
pada rawi ini,2 tetapi tidak menurunkannya dari derajat hasan, insya Allah, sebagaimana disimpulkan Al-Hafizh t
dalam At-Taqrib.3
Hadits ini hasan, demikian At-Tirmidzi dan Al-Baghawi memberikan hukum atasnya.
At-Tirmidzi t mengatakan: Haditsun hasanun gharib (Hadits ini hasan gharib). (As-Sunan 3/163)
Al-Baghawi t mengatakan: Haditsun hasanun (Hadits ini hasan). (Syarhus Sunnah, 5/416)
Asy-Syaikh Al-Albani t menghasankannya dalam Takhrij Misykatul Mashabih (1/131). Beliau berkata: Sanad
hadits ini hasan sesuai syarat Muslim.4
Penamaan Al-Munkar dan An-Nakir dikuatkan dengan beberapa syawahid (pendukung). Di antaranya:
Pertama: Hadits Muadz bin Jabal z sebagaimana dalam riwayat Al-Bazzar dalam Al-Musnad (7/97).

Kedua: Hadits Bara bin Azib z diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Syuabul Iman(1/358) dan Ath-Thabarani
dalam Tahdzib Al-Atsar (2/500).
Ketiga: Riwayat mauquf dari Abud Darda z, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf
(3/53).
Faedah: Penamaan malaikat Al-Munkar dan An-Nakir termaktub dalam kitab-kitab aqidah salaf. Ini memberikan
isyarat sekaligus menguatkan bahwasanya salaf memandang keabsahan hadits Abu Hurairah z, dan kuatnya
penyandaran hadits tersebut kepada Rasulullah n. Allahu taala alam.

Kedudukan dan Makna Iman Kepada Malaikat


Iman kepada malaikat adalah bagian dari rukun iman. Mereka yang tidak mengimaninya dihukumi kafir dan
berada dalam kesesatan yang nyata. Allah l berfirman:
Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari
kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (An-Nisa: 136)
Malaikat adalah makhluk Allah l dan utusan-utusan-Nya. Allah l berfirman:
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk
mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat.
Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu. (Fathir:1)
Hadits Abu Hurairah z adalah bagian dari sabda Rasulullah n tentang malaikat-malaikat Allah l, sekaligus berita
tentang apa yang menimpa mayit di alam barzakh sebagai bagian dari iman kepada hari akhir.
Apa sesungguhnya hakikat iman kepada malaikat Allah l? Ketahuilah, sesungguhnya iman kepada malaikat Allah
l bukan sekadar pernyataan percaya adanya malaikat, tetapi keimanan tersebut meliputi beberapa perkara.
Al-Imam Al-Baihaqi t berkata: Iman kepada malaikat-malaikat Allah l mencakup makna yang banyak:
Pertama: Meyakini keberadaan (wujud) mereka.
Kedua: Menempatkan malaikat sesuai kedudukan-kedudukannya, (yaitu) meyakini bahwa malaikat hanyalah
hamba-hamba Allah l yang Dia ciptakan sebagaimana manusia dan jin, mendapatkan perintah Allah l, dan sama
sekali tidak memiliki kemampuan kecuali apa yang Allah l berikan kepada mereka. Juga (meyakini bahwasanya)
kematian atas malaikat adalah sesuatu yang mungkin, hanya saja Allah l beri mereka usia panjang. Tidaklah
Allah l mematikan kecuali jika datang ajalnya. Malaikat tidak boleh disifati dengan sifat-sifat yang mengantarkan
pada penyekutuan dengan Allah l. Mereka tidak diibadahi sebagai sesembahan sebagaimana orang-orang
terdahulu (menjadikan malaikat sebagai sesembahan selain Allah l).
Ketiga: Meyakini bahwa di antara mereka ada rasul-rasul yang Allah l utus kepada siapa yang Allah l kehendaki
baik kepada manusia atau malaikat. Juga meyakini bahwa di antara malaikat ada yang (bertugas) membawa
Arsy, ada yang bershaf-shaf, ada penjaga jannah, penjaga neraka, pencatat amalan-amalan, dan ada yang
menggiring awan. Sungguh, semua ini atau sebagian besarnya telah dikabarkan dalam Al-Quran. (Syuabul
Iman)
Iman kepada malaikat adalah: Mengimani segala perkara yang Allah l kabarkan dalam Al-Quran dan Rasulullah
n beritakan dalam As-Sunnah tentang malaikat mengenai empat perkara, pertama: nama-nama mereka; kedua:
sifat-sifat mereka; ketiga: tugas-tugas mereka; dan keempat: jumlah mereka; baik secara global maupun
terperinci.5

Apa Yang Harus Diyakini Tentang Munkar dan Nakir?

Saudaraku, semoga Allah l merahmati kita. Satu pokok yang wajib kita yakini, bahwasanya agama dibangun di
atas Al-Kitab dan As-Sunnah dengan pemahaman salaful ummah, bukan hasil rekayasa pikiran, dorongan hawa
nafsu, atau luapan perasaan. Termasuk iman pada malaikat-malaikat Allah l, tidak boleh kita bertutur dan
meyakini kecuali harus dibangun di atas dalil.
Di atas pokok inilah kita beragama. Termasuk dalam permasalahan Al-Munkar dan An-Nakir, tidak boleh kita
meyakini tentang keduanya kecuali apa yang ditunjukkan dalil Al-Kitab dan As-Sunnah. Demikian pula
sebaliknya, tidak boleh bagi kita mengingkari apa yang telah dinyatakan dalam dalil meskipun terkadang berat
bagi akal sebagian orang untuk menerimanya.
Al-Munkar dan An-Nakir, bagaimana akidah salaf, Ahlus Sunnah wal Jamaah, tentang keduanya? Berikut
beberapa rincian pembahasannya. Wa billahi at-taufiq.

Penamaan Munkar dan Nakir berdasar Hadits yang Tsabit (Tetap) dari Rasulullah n
Hadits Abu Hurairah z adalah hadits hasan sebagaimana telah berlalu pada pembahasan takhrij hadits maka
penamaan kedua malaikat dengan Munkar dan Nakir ditetapkan dengan hadits yang tsabit dari Rasulullah n.
Hadits ini sekaligus menggugurkan perkataan semua kelompok yang meragukan penamaan Munkar dan Nakir
atau bahkan mengingkari keberadaan keduanya, semisal kelompok Jahmiyah, Mutazilah, dan seluruh pengekor
hawa nafsu di masa lalu, sekarang ataupun masa yang akan datang.
Al-Imam Al-Albani t berkata: Dalam hadits ini ada bantahan bagi orang-orang pada masa ini yang mengingkari
penamaan Munkar dan Nakir. (Takhrij Al-Aqidah Ath-Thahawiyah hal. 399 cet. Al-Maktab Al-Islami)
Orang-orang Jahmiyah misalnya, mereka menganggap bahwasanya iman itu sekadar marifat (mengenal) Allah l.
Oleh karena itu, disebutkan dari Jahm bin Shafwan6 bahwasanya iman manusia sama seperti iman Jibril dan
malaikat-malaikat. Cukup dengan marifah, seseorang telah mencapai kesempurnaan iman. Demikian mereka
sangka.
Meskipun mereka meyakini wujud (keberadaan) malaikat, namun mereka ingkari kebanyakan dari amalanamalan malaikat. Jahm mengingkari malaikat pencatat amal, mengingkari malaikat maut pencabut arwah,
mengingkari azab kubur dan nikmatnya sekaligus malaikat yang mendapatkan tugas ini, juga mengingkari
pertanyaan di alam kubur dan dua malaikat yang mendapatkan tugas ini yaitu malaikat Munkar dan Nakir .7
Adapun Ahlus Sunnah wal Jamaah, maka aqidah mereka adalah akidah yang bersih dan menyucikan jiwa,
karena dibangun di atas wahyu Allah l, Al-Quran dan As-Sunnah.

Penamaan Mungkar dan Nakir dalam kitab-kitab Aqidah Salaf


Berpijak pada hadits Abu Hurairah z, ulama memasukkan dua nama ini dalam kitab-kitab aqidah salaf (Ahlus
Sunnah wal Jamaah). Berikut beberapa nukilan dari kitab-kitab aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah tersebut.
Abu Muhammad Abdurrahman bin Abi Hatim Ar-Razi t (240-327 H) berkata: Aku bertanya pada bapakku (Abu
Hatim Ar-Razi [277 H], pen.) dan Abu Zurah (264 H) semoga Allah l meridhai keduanya tentang keyakinan
Ahlus Sunnah dalam pokok-pokok agama dan keyakinan ulama di seluruh negeri, yang keduanya menjumpai
mereka berada di atas keyakinan tersebut, dan apa yang diyakini keduanya. Maka (Abu Hatim dan Abu Zurah)
berkata: Kami telah jumpai ulama-ulama di seluruh penjuru negeri, baik dari Hijaz (Makkah, Madinah, Thaif, dan
sekitarnya, pen.), Irak, Mesir, Syam, atau Yaman, maka (kami dapatkan) bahwa di antara madzhab mereka
adalah: Meyakini bahwa azab kubur adalah haq (benar), Munkar dan Nakir adalah haq (benar) (Ashlus
Sunnah Wa Itiqadud Din riwayat Ibnu Abi Hatim dari bapaknya dan Abu Zurah hal. 15-18)
Ibnu Abi Dawud t (230-316 H) berkata dalam Manzhumah Haiyah-nya:


*

Janganlah engkau ingkari Nakir dan Munkar karena kejahilan * Jangan pula kau ingkari telaga dan timbangan,
sungguh engkau mendapat nasihat.
Abu Jafar Ath-Thahawi t (239-321 H)8 berkata: Dan (kita mengimani) pertanyaan Munkar dan Nakir dalam
kubur seorang tentang Rabbnya, agamanya, dan nabinya, berdasarkan hadits-hadits dari Rasulullah n dan para
sahabat beliau g. (Al-Aqidah Ath-Thahawiyah hal. 397 dengan syarah Ibnu Abil Izz Al-Hanafi t)
Al-Imam Al-Barbahari t (329 H)9 berkata: Dan beriman dengan azab kubur serta Munkar dan Nakir. (Syarhus
Sunnah)
Al-Imam Abdul Ghani Al-Maqdisi t (600 H) berkata: Mengimani azab kubur adalah perkara yang benar, wajib,
dan fardhu . Demikian pula iman kepada pertanyaan Mungkar dan Nakir. (Aqidah Al-Hafizh Taqiyuddin Abdul
Ghani Al-Maqdisi hal. 88)
Al-Imam Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Qudamah Al-Maqdisi t (541-620 H) berkata: Pertanyaan
Mungkar dan Nakir adalah benar, kebangkitan setelah kematian adalah benar, yaitu ketika Israfil q meniup
sangkakala, (sebagaimana Allah l firmankan:)
Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb
mereka. (Yasin: 51) [Lumatul Itiqad hal. 51]10
Apa yang dinukil dari ucapan ulama dalam kitab-kitab aqidah salaf, menunjukkan bahwa penamaan Munkar dan
Nakir adalah bagian yang tidak terlepas dari itiqad (keyakinan) Ahlus Sunnah wal Jamaah baik dari kalangan
sahabat atau generasi sesudahnya, sebagaimana diucapkan Al-Imam Abu Jafar Ath-Thahawi t dalam Aqidahnya bahwasanya penetapan azab kubur termasuk penamaan malaikat Munkar dan Nakir adalah:
berdasarkan hadits-hadits dari Rasulullah n dan dari para sahabat g.11

Menjawab Keraguan Penamaan Al-Munkar Dan An-Nakir


Munkar dan Nakir, penamaan ini diragukan sebagian orang. Keraguan tersebut setidaknya bersandar pada dua
alasan.
Pertama: Anggapan bahwa hadits yang menetapkan dua nama ini dhaif (lemah).
Kedua: Persangkaan adanya nakarah (keganjilan) makna dalam nama Munkar dan Nakir. Mereka berkata:
Bagaimana mungkin dua malaikat ini bernama Munkar dan Nakir yang bermakna sesuatu yang diingkari atau
asing? atau Mungkinkah keduanya diingkari dan asing padahal Allah l telah mensifati malaikat-malaikat-Nya
dengan sifat-sifat terpuji?
Sebagai jawaban atas keraguan pertama, kita katakan: Hadits yang menetapkan penamaan Munkar dan Nakir,
termasuk hadits hasan. Bahkan dikuatkan dengan penyebutan salaf dalam kitab-kitab aqidah sebagaimana telah
lalu pembahasannya. Maka tidak diragukan kebenaran dua nama ini.
Adapun alasan kedua, tentang keganjilan makna, sebenarnya tidak perlu dibicarakan jika dalil telah shahih.
Karena kewajiban kita adalah menerima dan membenarkan kabar Rasulullah n yang semuanya adalah wahyu
sebagaimana Allah l berfirman:
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (An-Najm: 3-4)
Akan tetapi ulama jazahumullahu khairan tetap tidak luput untuk menjawab syubhat persangkaan
ketidaklayakan makna Munkar dan Nakir.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin t mengatakan: Mereka disebut Munkar (asing, pen.) karena
mayit (merasa asing) tidak mengenali keduanya dan tidak mengetahui sebelum itu. Sebagaimana Nabi Ibrahim q

berkata pada tamunya (mensifati dengan kemungkaran/keasingan) padahal ternyata mereka dari kalangan
malaikat. Allah l berfirman:
Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah)
ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: Salaaman, Ibrahim menjawab: Salaamun (kamu)
adalah orang-orang yang tidak dikenal. (Adz-Dzariyat: 24-25) [Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyyah]
Perhatikan ayat ini, Nabi Ibrahim q mensifati malaikat yang bertamu kepadanya dengan ucapan beliau ( ) . Yang
maknanya (Kalian adalah) kaum yang munkar (tidak dikenal). Sifat ini sama sekali tidak menunjukkan celaan
kepada malaikat-malaikat Allah l, tamu Ibrahim. Maka teranglah bahwa penamaan Munkar atau Nakir bukan
sesuatu yang merendahkan malaikat, terlebih penamaan ini shahih dari sabda Rasulullah n.
Ibnul Arabi t mengatakan: Dinamai Munkar dan Nakir yang bermakna umum (karena cobaan keduanya)
mengenai semua mayit yang ditanya, baik kafir atau mukmin (semua tidak luput dari pertanyaan dua malaikat ini,
pen.)12; dan (dinamai Munkar dan Nakir) karena semua orang yang melihat keduanya akan mengingkari
keduanya, karena apa yang ada pada keduanya berupa pemandangan yang menyeramkan, bentuk yang
menakutkan, pembicaraan yang kasar, maqami (alat pukul) yang ada pada tangan-tangan keduanya yang
sangat mengerikan dan menyeramkan. (Aridhatul Ahwadzi, 4/292)

Sifat Malaikat Munkar dan Nakir


Munkar dan Nakir seperti malaikat-malaikat yang lain dari sisi materi penciptaan. Keduanya diciptakan dari
cahaya, berdasarkan hadits yang diriwayatkan Al-Imam Muslim t dalam Ash-Shahih dari Aisyah Ummul
Mukminin x, Rasulullah n bersabda :
-

Malaikat diciptakan dari cahaya, Jin diciptakan dari api, dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan bagi
kalian.13
Demikian pula mereka disifati dengan ketaatan yang penuh terhadap perintah Allah l. Sebagaimana dalam
firman Allah l:
Tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan. (At-Tahrim: 6)
Di antara sifat Munkar dan Nakir yang tersebut dalam hadits ini adalah sabda Rasulullah n:

Keduanya hitam dan biru.
Al-Mubarakfuri t mengatakan: Maksudnya, biru kedua matanya. (Tuhfatul Ahwadzi, 3/520, cet. Darul Hadits)
Allahu alam bish-shawab.
Keduanya disifati membawa alat pukul dari besi untuk memukul siapa saja yang tidak menjawab pertanyaan
keduanya. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari t dalam Shahih-nya:
-




Kemudian dia (mayyit yang durhaka kepada Allah) dipukul dengan palu dari besi dengan pukulan di
wajahnya, hingga dia menjerit dengan jeritan yang didengar siapa yang di sekitarnya kecuali jin dan manusia.14
Demikian beberapa sifat malaikat Munkar dan Nakir berdasar Al-Kitab dan As-Sunnah. Allahu alam bishshawab.

Tugas Malaikat Munkar-Nakir dan Adanya Fitnah Kubur


Dalam hadits ini Rasulullah n mengabarkan tugas malaikat Munkar dan Nakir, yaitu menanyakan kepada mayit
tentang Rabbnya, agamanya, dan nabinya.
Pertanyaan dua malaikat inilah yang dimaksud dengan fitnah kubur, yaitu ujian yang menentukan nasib
seseorang, akankah mendapatkan nikmat kubur atau sebaliknya mendapatkan azab kubur.
Manusia ketika itu terbagi menjadi dua golongan: golongan yang Allah l selamatkan dari fitnah kubur dan
golongan lain yang tidak Allah l beri keselamatan, sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah z di atas.
Golongan Pertama: Mereka adalah orang-orang beriman yang Allah l beri tsabat (keteguhan) dalam menghadapi
fitnah. Allah l berfirman:
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia
dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.
(Ibrahim : 27)
Mereka menjawab semua pertanyaan Munkar dan Nakir. Kuburnya pun diluaskan dan diberi cahaya. Rasulullah
n bersabda:
- -
..Lalu diluaskan kubur untuknya 70 dzira (hasta) kali 70 dzira, dan diterangi..
Hadits menunjukkan bahwa kubur seorang mukmin secara hakiki diluaskan panjang dan lebarnya sepanjang
70 dzira (hasta). Demikian diterangkan Al-Mubarakfuri t. Atau makna dari perkataan Rasulullah n tersebut adalah
bahwa kubur akan diluaskan dengan sangat luasnya. Ath-Thibi t berkata sebagaimana dinukilkan Al-Mubarakfuri:
Peluasan kubur disandarkan kepada 70 sebagai bentuk mubalaghah (sangat) atas luasnya kubur. (lihat
Tuhfatul Ahwadzi 3/521)
Wal ilmu indallah.
Berkenaan nasib seorang mukmin, Rasulullah n bersabda dalam hadits shahih dari shahabat Bara bin Azib c:
Maka datanglah dua malaikat kepada mayit, keduanya mendudukkan mayit kemudian bertanya kepadanya:
Siapa Rabbmu? Dia menjawab: Rabbku adalah Allah. Apa agamamu? Dia menjawab: Agamaku Islam.
Siapa orang yang diutus kepada kalian? Dia menjawab: Rasulullah n. Apa amalanmu? Dia menjawab: Aku
membaca Al-Quran dan aku mengamalkan serta membenarkannya. Maka terdengarlah seruan dari langit:
Hamba-Ku benar, hamparkanlah untuknya dari jannah, berilah pakaian dari jannah, dan bukakanlah untuknya
pintu menuju jannah. Lalu datanglah seseorang yang sangat indah wajah dan bajunya, sangat harum aromanya
seraya berkata: Bergembiralah dengan apa yang membahagiakanmu. Inilah hari yang dahulu engkau
dijanjikan. Berkatalah mayit: Siapakah kamu? Wajahmu tampak datang dengan kebaikan. Dia menjawab: Aku
adalah amalan shalihmu. Berkatalah mayit: Ya Rabb, tegakkanlah hari kiamat agar aku kembali kepada
keluarga dan hartaku.15
Demikianlah keadaan kaum mukminin di alam kubur. Kita meminta kepada Allah l semoga Allah l matikan kita
dalam keadaan beriman dan mendapatkan nikmat kubur.
Golongan kedua: orang-orang kafir dan munafik. Mereka mendapatkan kehinaan dengan fitnah ini. Mulut mereka
tidak mampu sediakan pun menimpa mereka sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah z di atas.
Pembaca rahimakumullah, demikian beberapa pembahasan terkait dengan dua malaikat Munkar dan Nakir, sifat
dan tugas mereka. Mengimani keduanya adalah bagian dari iman kepada malaikat, yang telah diimani oleh
salaful ummah baik dari kalangan sahabat, tabiin, dan orang-orang yang berjalan di atas jalan mereka.
Ibnu Abil Izzi Al-Hanafi t (792 H) mengatakan: Telah mutawatir16 berita-berita dari Rasulullah n tentang adanya
azab dan nikmat kubur bagi orang yang pantas mendapatkannya. Demikian pula pertanyaan dua malaikat. Maka
wajib (bagi kita) beritiqad dan meyakini adanya hal itu.17

Semoga Allah l melindungi kita dan kaum muslimin dari neraka jahannam, fitnah kubur, serta segala kejelekan di
dunia dan akhirat.
Walhamdulillahi rabbil alamin.

1 Demikian dengan menggunakan alif dan lam: Al-Munkar dan An-Nakir. Dalam sebagian riwayat disebutkan
namanya tanpa menggunakan alif dan lam, Munkar dan Nakir.
2 Al-Imam Ahmad berkata: Shalihul hadits (Haditsnya baik). (Al-Ilal wa Marifatur Rijal, 1/130)
Ibnu Hibban menyebutkan Abdurrahman bin Ishaq dalam Ats-Tsiqat (7/86).
Al-Ijli berkata: Yuktabu haditsuhu wa laisa bil qawi (Haditsnya ditulis, namun dia bukan orang yang kuat).
(Tarikh Ats-Tsiqat)
Abu Hatim berkata: Yuktabu haditsuhu wa laa yuhtaju bihi (Ditulis haditsnya, dan dia tidak dijadikan hujjah). (AlJarh wat Tadil, 5/212. Lihat Tahdzib At-Tahdzib, 6/125-126)
3 Beliau berkata: Shaduq, rumiya bil qadar (Dia seorang yang shaduq/haditsnya hasan, dituduh berpaham
Qadariyah).
4 Lihat juga takhrij beliau atas Syarah Al-Aqidah Ath-Thahawiyah (hal. 399) dan Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah
(3/379-380, no. 1391)
5 Definisi ini termasuk definisi yang mencakup seluruh permasalahan iman kepada malaikat-malaikat Allah l, baik
terkait dengan sumber keyakinan yaitu Al-Kitab dan As-Sunnah, atau hal-hal yang harus diyakini tentang
malaikat. Demikian Asy-Syaikh Dr. Abdur Razaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad hafizhahullah menjelaskan dalam
beberapa muhadharah (ceramah).
6 Adz-Dzahabi mengatakan: Jahm bin Shafwan Abu Mahraz As-Samarqandi, seorang sesat, mubtadi, pemuka
Jahmiyah. Dia binasa di zaman shigar tabiin (tabiin kecil). Aku tidak tahu dia meriwayatkan sesuatu, tetapi dia
telah menebarkan benih kesesatan yang sangat besar. (Mizanul Itidal, 1/426)
Di antara pemikiran Jahm adalah meniadakan sifat Allah l. Keyakinan ini diambilnya dari Jad bin Dirham yang
disembelih oleh Khalid bin Abdilah Al-Qasri di Wasith. Jahm sendiri dibunuh di Khurasan oleh Salm bin Ahwaz
pada tahun 128 H.
7 Mutaqad Firaqul Muslimin wal Yahud wan Nashara wal Falasifah wal Watsaniyin fil Malaikah Al-Muqarrabin
karya Asy-Syaikh Dr. Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Aqil (hal. 242-243).
8 Beliau adalah Al-Imam Abu Jafar Ahmad bin Salamah bin Abdul Malik bin Salamah bin Sulaiman Al-Azdi AthThahawi.
9 Beliau adalah Al-Imam Al-Hafizh Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali bin Khalaf Al-Barbahari Al-Hanbali.
10 Dengan syarah Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
11 Juga perkataan Abu Hatim dan Abu Zurah: Kami telah menjumpai ulama-ulama (Ahlus Sunnah, ahlul hadits)
di seluruh negeri baik dari Hijaz, Irak, Mesir, Syam, atau Yaman (yakni mereka semua mengimani Munkar dan
Nakir).
12 Kecuali beberapa golongan yang tidak ditanya sebagaimana ditunjukkan dalam nash-nash.
13 Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam Shahih-Nya kitab Az-Zuhd wa Ar-Raqaiq (4/2294).
Faedah: Yang dimaksud dengan sabda Rasulullah n: Adam diciptakan dari apa yang disifatkan bagi kalian
adalah bahwa Adam q diciptakan dari tanah sebagaimana Allah l sifatkan dalam Al-Quran, demikian pula yang
Rasul kita sebutkan tentang materi penciptaan Adam.
14 HR. Al-Bukhari dalam Ash-Shahih no. 1338

15 Bagian dari hadits Bara bin Azib c. Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad t dalam Al-Musnad (4/287-288) dan AlHakim t dalam Al-Mustadrak (1/93-94). Al-Hakim mengatakan: Dalam hadits ini terdapat faedah yang sangat
banyak bagi Ahlus Sunnah dan bantahan bagi mubtadiah (ahli bidah). (Al-Mustadrak, 1/96)
Faedah: Hadits Bara bin Azib dishahihkan banyak ulama, seperti Al-Hakim dan Ibnul Qayyim rahimahumallah.
Adapun Ibnu Hazm dan Ibnu Hibban rahimahumallah, beliau berdua kurang tepat dalam memberikan hukum
terhadap hadits ini dengan kedhaifan. Bantahan (tentang hal ini) dapat dilihat secara rinci dalam kitab Ar-Ruh,
karya Ibnu Qayyim t.

Malaikat malik
Dia adalah penjaga neraka. Allah Taala berfirman,
Mereka berseru, Hai Malik, biarlah Rabb-mu membunuh
kami saja. Dia
menjawab, Kamu akan tetap tinggal (di Neraka ini).
Sesungguhnya Kami telah
membawa kebenaran kepada kamu tetapi kebanyakan
diantara kamu benci kepada
kebenaran itu (QS. Az Zukruf : 77-78)
malaikat ridwan

Ridwan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ridwan (Bahasa Arab: )adalah nama malaikat yang menjaga pintu surga, walaupun tidak ada
keterangan di dalam Al Qur'an danhadits shahih yang menerangkan secara jelas namanya. Terkadang
namanya diucapkan sebagai "Rizvan" oleh orang Persia, Urdu,Pashto, Tajik, Punjabi, Kashmir dan bahasa
lainnya yang terpengaruh oleh bahasa Persia. Sementara di Perancis disebut sebagai "Redouane".
[1]

Sekarang nama ini digunakan sebagai nama maskulin oleh orang Arab atau orang yang

beragama Islam. Malaikat Ridwan biasanya bersama dikaitkan bersama Malik.

[sunting]Hadits

tentang Ridwan

Ada beberapa hadits yang menjelaskan tentang nama malaikat ini, akan tetapi hadits berikut ini menurut
mayoritas ulama adalah hadits yang sangat lemah dan tidak bisa saling menguatkan, diantaranya adalah:

Dan penjaga surga adalah seorang malaikat yang bernama Ridhwan sebagaimana datang
dengan jelas di dalam beberapa hadist.[2]

Tidak ada seorang muslim pun yang membaca Yasin sedang dia berada dalam sakaratul maut,

maka tidaklah Malaikat Mautmencabut nyawanya sampai Ridwan penjaga surga memberinya
minuman.[3]

Allah Azza wa Jalla berfirman, Wahai Ridwan, bukalah pintu-pintu surga. [4]

Lalu saya berkata (di dalam surga), Wahai Ridwan, punya siapa istana ini? [5]

Rabbul Izzah Tabaraka wa Taala memanggil Ridhwan dan dia adalah penjaga surga. [6]

Al Waahidy juga telah mengeluarkan hadist secara panjang lebar mengenai malaikat ini di dalam kitabnya
yang berjudul Asbaabun Nuzuul[7] Dengan demikian isnad (periwayat) hadits ini sangat lemah, bahkan
sebagian ulama memasukkan hadist ini dalam kitab Al-Maudhuuaat (hadits-hadits palsu), seperti Abul
Hasan Ali bin Muhammad bin Iraaq al-Kinaani dalam kitabnya Tanziihu Asy-Syariiah Al-Marfuuah anil
Akhbaar Asy-Syaniiah Al-Maudhuuah (1/339).

[sunting]Referensi
1.

^ Excerpts from 'The Angels' by Sachiko Murata

2.

^ Al-Bidayah wa An-Nihayah 1/53, Ibnu Katsir.

3.

^ Ubay bin Kaab diriwayatkan oleh Al-Qadhai dalam Musnad Asy-Syihab (1036) dari jalan
Mukhallad bin Abdil Wahid dari Ali bin Zaid bin Judan dan Atha` bin Abi Maimunah dari Zirr bin Hubaisy
dari Ubay secara marfu. Di dalam sanadnya ada Ali bin Zaid bin Judan yang sudah masyhur sebagai
rawi yang lemah. Ditambah lagi dengan adanya Mukhallad bin Abdil Wahid, yang Ibnu Hibban berkata
tentangnya dalam Al-Majruhin(1096), Mungkarul hadits jiddan (orang yang sangat mungkar
haditsnya).

4.

^ Hadits Abdullah bin Abbas diriwayatkan oleh Abu Asy-Syaikh dalam kitab Ats-Tsawab dan AlBaihaqi dalam Syuab Al-Imantentang kisah berhiasnya surga setiap memasuki ramadhan. Hadits ini
datang dari jalan Adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas secara marfu. Haditsnya lemah karena Adh-Dhahhak
tidak mendengar dari Ibnu Abbas.

5.

^ Hadits Abdullah bin Abi Aufa. As-Suyuthi menyatakan dalamAl-Jami Al-Kabir sebagaimana
dalam Kunzul Ummal, Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan Ibnu Asakir dari Abdullah bin Abi Aufa,
sedang di dalam sanadnya ada Abdurrahman bin Muhammad Al-Maharibi dan Ammar bin Saif,
keduanya sering meriwayatkan hadits-hadits yang mungkar. Lihat Mizan Al-Itidal (2/585) dan (3/165).

6.

^ Hadits Anas bin Malik diriwayatkan oleh Al-Uqaili dalam Adh-Dhuafa (1/313) dari jalan
Hamzah bin Washil Al-Minqari dariQatadah dari Anas secara marfu, Al-Uqaili berkata setelahnya,

Hamzah bin Washil Al-Minqari, seorang dari Bashrah, majhul dalam periwayatan dan haditsnya tidak
terjaga.
7.

^ Asbaabun Nuzuul, hal:332,Surat Al-Furqaan.

Anda mungkin juga menyukai