Anda di halaman 1dari 93

Metoda Produksi

MODULE III
METODA PRODUKSI
1.
2.
3.

Aliran Fluida di Media


Berpori.
Aliran Fluida Di Media Pipa.
Metode Produksi


Sembur Alam





4.

Perencanaan Ukuran Tubing


Perencanaan Perforasi
Perencanaan Interval
Perforasi.

Artificial Lift

Optimasi Produksi

Sistim Produksi





Peralatan Bawah permukaan


Kepala Sumur
Pipa Salur
Peralatan Penampungan dan
Pemrosesan
Manifold
Separator dan Peralatan Proses Lain
Peralatan Pengukuran
Tempat Pengumpulan

Komponen Sistem Produksi


Keterangan :
1. Formasi Produktif

10
9

2. Dasar Sumur /Perforasi

12

11

13

14
8

3. Packer
4. Production Casing
5. Safety Valve
6. Tubing

7. Anulus Valve
8. Master Valve
9. Wing Valve

10. Swab Valve


11. Choke

12. Pipa Salur


13. Pengukur Tekanan

3
2

14. Separator
1

Aliran Fluida dalam Media Berpori




Untuk aliran radial satu phasa, homogen ,


Isotropic ,steady state persamaan Darcy
menggambarkan aliran dari formasi
produktif menuju dasar sumur menjadi

0.00708kh (Pr Pwf )


qo =
re
o B o ln
rw

Aliran dalam media berpori


dipengaruhi :




Sifat fisik dari batuan formasi


Sifat fisik dari fluida yang mengalir
Geometri dari sumur dan daerah
pengurasannya
Perbedaan tekanan antara formasi
produktif dengan lubang sumur pada
saat terjadi aliran

Produktivity Index (PI)




Kemampuan suatu akumulasi


hidrokarbon dalam batuan porus untuk
memproduksikan fluida yang
dikandungnya tergantung dari
produktivitas reservoir. Ukuran
keproduktifan reservoir ini dikenal
dengan Productivity Index (PI).

q
PI = J =
( Ps Pwf )

q

=
 Ps
=
 Pwf
=
 Ps-Pwf =

STB/hari/psi

gross liquid rate, STB/hari


tekanan static reservoir, psi
tekanan alir dasar sumur, psi
draw-down pressure, psi

Batasan PI
Kermitz E. Brown (1967) telah mencoba
memberikan batasan terhadap besarnya
produktivitas sumur, yaitu :
PI rendah jika kurang dari 0.5
PI sedang jika antara 0.5 sampai 1.5
PI tinggi jika lebih dari 1.5

Inflow Performance Relantionship (IPR)




Untuk lebih memahami konsep


Produktivity Index, maka harga PI
dianggap konstans, tidak tergantung
pada rate produksi sesaat

P wf

q
= Ps
PI

Satu Fasa

Kurva IPR di Atas dan di Bawah Bubble Point Pressure

Dua Fasa

Persamaan VOGEL
qO

(q O )max

P wf
= 1.0 0.2
Ps

P wf
0.8

Ps

Persamaan diatas hanya dapat digunakan


bila Pwf lebih kecil dari Pb (tekanan
gelembung). Sedangkan bila Ps di atas Pb
maka sebagaian dari kurva IPR merupakan
garis linier dan selanjutnya melengkung

FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PEMILIHAN
METODE PRODUKSI

1. Inflow Performance
Inflow Performance merupakan ulah kerja sumur
yang tergantung aliran dari reservoir menuju ke
lubang sumur.
Dikontrol oleh karakteristik reservoir seperti
tekanan reservoir, produktivitas dan karakteristik
fluida.
Contoh :
Continuous gas lift untuk sumur yang mempunyai
PI tinggi (> 0.5 B/D/psi)
Intermittent gas lift digunakan pada sumur yang
mempunyai PI rendah (< 0.5 B/D/psi) rendah

2. Laju Produksi
Laju

produksi > 2000 B/D, metode artificial


lift yang cocok digunakan adalah ESP
Laju produksi antara 2000 10000 B/D
dapat menggunakan semua metode artificial
lift kecuali Rod Pump
Laju produksi antara 100 1000 B/D dapat
menggunakan semua metode artificicl lift
Laju produksi < 100 B/D, yang digunakan
adalah semua metode artificial lift, kecuali
ESP

3. Water Cut
Water cut secara langsung mempengaruhi
laju produksi total. Water cut yang tinggi
mempengaruhi inflow performace yang
sesungguhnya.
Air juga menghasilkan penambahan
kehilangan tekanan di dalam tubing,
akibatnya densitasnya yang lebih besar dari
minyak sehingga akan membutuhkan tekanan
yang lebih besar untuk mengangkatnya
kepermukaan.
Menurut Kermit. E Brown yang paling cocok
dengan kondisi seperti ini adalah
pengangkatan dengan menggunakan ESP

4. Gas Liquid Ratio (GLR)


Semua metode pengangkatan mengalami penurunan effesiensi
dengan bertambahnya GLR, sampai dengan 2000 scf/bbl
dapat ditangani oleh semua metode pengangkatan.
Sucker rod memiliki effesiensi kira-kira 40% bila GLR di
atas 2000 scf/bbl. Pada 2000 5000 scf/bbl
Intermittent flow gas lift lebih effesien digunakan karena
gas keluar sejalan dengan perputaran gas (injeksi gas).
Continuous flow gas lift penambahan gas akan menurunkan
tekanan alir dasar sumur (Pwf) sehingga
menghasilkan
effesiensi pengangkatan yang kecil, karena banyaknya gas
dalam kolom akan dapat mengakibatkan adanya back pressure
karena besarnya Pwf tidak dapat mengatasi kehilanggan
tekanan. Bagaimanapun GLR yang tinggi akan menjadi problem
bagi metode pengangkatan buatan

5. Kedalaman Lubang Bor


Bila kedalaman sumur > 12000 ft, maka
metode artificial lift yang dapat digunakan
hanya Hydraulic Pump
Bila kedalamannya 10000 12000 ft, maka
yang digunakan adalah semua metode
artificial lift, kecuali ESP karena adanya
batasan temperature
Bila kedalamannya < 8000 ft, maka semua
metode artificial lift dapat digunakan

6. Ukuran Casing dan Tubing


Ukuran

casing disini akan membatasi ukuran


peralatan metode artificial lift
Pada metode gas lift dengan menggunakan
continuous flow, tubing 2 in dapat digunakan
untuk laju produksi < 1000 B/D,
untuk
laju
produksi
>
5000
B/D
menggunakan casing > 7 in dan tubing > 3,5
in.
Pada dasarnya semakin kecil ukuran casing
semakin kecil pula laju produksi yang
dihasilkan. Pipa yang berukuran terlalu kecil
akan mengakibatkan friction loss yang besar
dan mengakibatkan pengurangan effesiensi
volumetric dari gas lift dan ESP

7. Tipe Komplesi
Desain artificial lift juga tergantung tipe komplesi, apakah
dengan open hole atau menggunakan interval perforasi.
Pertimbangan utama adalah inflow performace.
Pada open hole, caving dan problem pasir dapat mengurangi
inflow performance. Pada interval perforasi, penyumbatan
lubang perforasi menurunkan inflow performance..
Sebagai contoh apakah tersedia gas atau tidak apabila nantinya
metode artificial lift yang akan dipasang adalah gas lift, bila
ada maka tubing dikomplesi dengan menambah side pocket
mandrel sebagai tempat valve gas lift. Bila tidak ada gas, bisa
juga menggunakan compressor, tetapi harga sebuah
compressor sangat mahal sehingga perlu diperhitungkan secara
matang pemilihan metode artificial lift yang akan digunakan

8. Temperatur



Sucker Rod Pump sangat bagus pada


temperature 550 0F
ESP terbatas pada temperature < 250 0F
untuk standart dan < 350 0F untuk ESP
dengan special motor dan kabel
Hydraulic Pump dapat beroperasi pada
temperature 300 0F untuk standart material
dan 500 0F untuk special material
Maksimum temperature untuk gas lift adalah
350 0F

9. Mekanisme Pendorong
Depletion Drive => Gas Lift
Water Drive => ESP, PCP, Sucker Rod,
Hidrolik pump
Gas Cap Drive => Gas Lift

10. Problem Operasi produksi








Pasir
Paraffin
Scale
Korosi
BHT
Iklim

Pasir


Apabila digunakan metode pompa


maka
pasir-pasir
ini
akan
mengakibatkan goresan-goresan yang
tajam pada plunger pompa sehingga
akan mengakibatkan kerusakan dan
effesiensi pompa menurun

Parafin


Untuk minyak jenis paraffin dimana titik tuangnya


adalah tinggi maka dengan adanya penurunan
temperature sepanjang aliran akan mengakibatkan
minyak tersebut membeku, sehingga akan dapat
menyumbat aliran minyak di dalam pipa.
Jika penyumbatan terjadi di tubing string, wellhead
atau flowline akan menyebabkan backpressure
sehingga
akan
mengurangi
effesiensi,
maka
pembersihan dan pencegahan sangat dibutuhkan.
Sucker rod pumping lebih menguntungkan daripada
metode yang lain karena rods akan terus-menerus
membersihkan paraffin (scraping action). Hightemperature fluids dan inhibitor dapat disirkulasikan
pada hydraulic system. Plunger menjalankan secara
otomatis paraffin scarapers (pembersihan paraffin)

Jenis-jenis Metoda
Produksi (Lifting Method)





Sumur Sembur Alam


Gas Lift
Electric Submersible Pump (ESP)
Sucker Rod Pump, PCP

Sembur Alam


Sumur berproduksi secara sembur alam , terjadi


jika tenaga alamiah dari reservoar masih mampu
untuk mengalirkan fluida dari formasi produktif ke
dasar sumur dan mengangkat fluida dari dasar
sumur ke permukaan.
Untuk mempertahankan agar sumur berproduksi
secara natural , maka diperlukan Tekanan di dasar
sumur (Pwf) cukup untuk :
o Menopang aliran vertikal dari kolom fluida.
o Mempertahankan tekanan kepala sumur
agar mampu mengalirkan sepannjang
Cristmas tree sampai flow line dan surface
facility.

Berdasarkan hal tersebut agar fluida


reservoar dapat mengalir ke
permukaan, maka tekanan dasar
sumur (Pwf) harus lebih besar dari
kolom fluida vertikal ditambah
Tekanan kepala sumur.
Pwf > Pkolom + Pwh

Faktor yang mempengaruhi kelakuan aliran fluida dari


reservoar dari formasi produktif masuk ke dasar
lubang sumur meliputi :
1.
2.
3.
4.

5.
6.

Jumlah fasa yang mengalir.


Sifat fisik fluida reservoar.
Sifat fisik batuan reservoar.
Konfigurasi disekitar lubang sumur , seperti halnya :
 Lubang Perforasi
 Adanya Skin/kerusakan formasi
 Gravel Packing
 Rekahan hasil perekahan hidraulik
Kemiringan lubang sumur
Bentuk daerah pengurasan.

Aliran Fluida di Media Pipa




Kemampuan reservoir dapat diproduksikan ke


permukaan tergantung tekanan sumur (Pwf).
Besarnya Pwf tergantung pada tekanan dan
konfigurasi sistem perpipaan, sehingga dapat
ditulis : P = P + P + P + P + P
wf

sep

fl

ch

tb

rts

Untuk mementukan kemampuan sistem secara


total perlu menghitung kehilangan tekanan
masing-masing komponen

Vertical Multiphase Flow


Instructional Objectives
1. List the 3 components of pressure loss
for multiphase flow in vertical pipe.
2. Define liquid holdup.
3. Explain the shape of the tubing curve.
4. Select an appropriate correlation for an
oil or gas well.
5. Define and calculate the critical rate to
remove liquids.

Vertical Multiphase Flow

Pressure Loss in Inclined Pipe

After Brown, Technology of Artificial Lift Methods, Vol 4, p. 71

Pressure Loss Components


2
f m m vm

m vm dvm
dP
g
=
+
m sin +
dZ tot g c
2 gc d
g c dZ
Elevation
Friction
Acceleration

Liquid Holdup

Vg

VL

VL
HL
VL + V g
m = H L L + (1 H L ) g

Tubing Curve
3500

Tubing Curve

Flowing bottomhole pressure, psi

3000

2500

2000

1500

1000

500

0
0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Production rate, STB/D

3500

4000

4500

Gradient Tekanan


Jika tekanan yang diakibatkan kolom fluida pada


pipa vertikal (tubing) dibagi dalam beberapa
segmen pada setiap feet, maka disebut gradien
tekanan.

Gradient tekanan secara umum disebabkan oleh


tiga komponen meliputi :
 Densitas
 Friksi
 Slippage.

Kurva Gradient Tekanan


Fluida

Faktor faktor yang mempengaruhi Aliran


Vertikal.
1.

Efek Ukuran
Tubing

2. Pengaruh Laju alir.

Gambar samping memperlihatkan


pressure gradien pada ukuran
tubing 2 inch untuk berbagai laju
alir.
Berdasarkan gambar tersebut
dapat disimpulkan makin besar laju
alir maka makin besar harga
tekanan alir dasar sumur.

3.Pengaruh Perubahan densitas.

Perubahan densitas pada


viskositas konstan, akan
menyebabkan perubahan tekanan
alir dasar sumur.
Makin besar harga API Gravity
minyak makin kecil harga tekanan
alir dasar sumur

4. Pengaruh Gas Liquid Ratio

Kenaikan Gas liquid ratio akan


menyebabkan penurunan
tekanan alir di dasar sumur.

5. Pengaruh Laju Produksi Air

Kenaikan laju produksi air akan


menyebabkan kenaikan tekanan alir
dasar sumur
Sehingga produksi air akan
menyebabkan berkurangnya laju
produksi fluida .

6. Pengaruh Viskositas.

Kenaikan viskositas pada kondisi


sumur yang sama akan menaikan
tekanan alir dasar sumur.

Penggunaan Kurva Pressure Travese

Gas Lift


Gas lift adalah suatu usaha pengangkatan fluida


sumur dengan cara menginjeksikan gas bertekanan
tinggi (minimal 250 psi) sebagai media pengangkat
ke dalam kolom fluida melalui valve-valve yang
dipasang pada tubing dengan kedalaman dan spasi
tertentu.
Syarat-syarat suatu sumur yang harus dipenuhi
agar dapat diterapkan metoda gas lift antara lain :
Tersedianya gas yang memadai untuk injeksi, baik dari
reservoir itu sendiri maupun dari tempat lain.
Fluid level masih tinggi.

. Perencanaan Gas Lift




Continuous gas lift adalah suatu cara injeksi gas


bertekanan tinggi secara terus menerus (kontinyu)
ke dalam annulus dan melalui valve (yang dipasang
pada tubing) gas masuk ke dalam tubing, setelah
gas diinjeksikan
Gas injeksi disini berfungsi untuk menambah gas
yang berasal dari formasi, sehingga gradien kolom
cairan turun dan tekanan aliran di depan titik injeksi
turun (selisih tekanan aliran yang dicapai terhadap
BHP mengakibatkan adanya aliran fluida dari dasar
sumur menuju permukaan). Didalam continuous
gas lift, terjadi proses percampuran gas ke dalam
kolom fluida sehingga terjadi penurunan tekanan
pada titik injeksi.

Gas Lift


Laju produksi yang


tinggi
Produktivitas yang
tinggi
Kelarutan gas yang
tinggi
BHP yang agak tinggi

Prinsip Kerja Gas Lift

Gradient Curve

Prinsip Kerja Gas Lift

Dasar Perecanaan Gas Lift




Apabila dapat diperkirakan besarnya gradien tekanan aliran rata-rata


di bawah dan di atas titik injeksi, maka Pwf dapat dihitung dengan
persamaan:

Pwf = Pwh + Gfa (L) + Gfb (D - L)


Keterangan:
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psi
Pwh = Tekanan kepala sumur, psi
Gfa = Gradien aliran rata-rata di atas titik injeksi, psi/ft
Gfb = Gradien aliran rata-rata di bawah titik injeksi, psi/ft
L
= Kedalaman titik injeksi, ft
D
= Kedalaman sumur total, ft

Perencanaan Gas Lift




Sumur yang berproduksi dengan cara continuous


gas lift, pola aliran pada injeksi gas menerus ini
sama dengan sumur yang berproduksi dengan cara
sembur alam (Natural flow).
Hanya saja pada continuous gas lift, dalam analisa
vertical lift-nya dibagi menjadi dua bagian, yaitu
untuk aliran di bawah titik injeksi dengan GLR (Gas Liquid
Ratio) formasi
untuk aliran di atas titik injeksi dengan GLR total (GLR
formasi + GLR injeksi).

Penentuan Titik Injeksi




Pada dasarnya makin besar tekanan gas yang


diinjeksikan akan makin dalam pula letak titik
injeksinya, sehingga Dakan
memperbesar draw down
=
tekanan produksi akan semakin besar. Tetapi
karena biasanya tekanan injeksi di permukaan
terbatas atau dibatasi, maka dengan demikian
kedalaman titik injeksi juga terbatas. Kermit E.
Brown memberikan suatu persamaan:

Pso Pwh
D =
0 . 15

Penentuan Titik Injeksi

Penentuan Jumlah Gas Injeksi


Penentuan jumlah gas injeksi dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan berikut:

Qgi = Q (GLRt GLRf)


Keterangan:
Qgi
Q
GLRt
GLRf

= Laju injeksi gas, scf/day


= Laju produksi total, bbl/day
= Gas Liquid Ratio total, scf/stb
= Gas Liquid Ratio formasi, scf/stb

Penentuan Kedalaman Katup Gas Lift

Pada dasarnya penentuan kedalaman katup sembur


buatan dimaksudkan untuk menentukan letak katup
yang diperlukan dalam proses unloading, yaitu
katup-katup yang berfungsi untuk mengeluarkan
kill fluid yang ada di dalam annulus pada waktu
dilakukan injeksi.
Untuk kondisi normal, katup-katup ini akan tertutup
di bawah kondisi produksi hingga hanya katup
operasi yang terletak pada kedalaman titik injeksi
yang terbuka. Penentuan letak katup tersebut
dapat dilakukan secara analitis maupun secara
grafis.

Penentuan Kedalaman Katup Gas Lift

Untuk penentuan spasi katup sembur buatan


(KSB) secara analitis dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan:
D

P ko P wh
G S

DV2 ,V3 ,... = DV1 ,V2 ,... +

PSO1 ,SO2 ,... Pwh DV1 ,V2 ,...(Gu )


GS

Keterangan:
DV1, V2,.... = Kedalaman katup 1,2 dan seterusnya, ft
Pso1,so2, = Tekanan buka katup 1,2 yang
ditentukan di permukaan, psi
Pwh
= Tekanan kepala sumur, psi
GS
= Gradien kill fluid, psi/ft
Gu
= Gradien unloading, psi/ft

Electric Submersible Pump




Pompa submersible merupakan pompa jenis


sentrifugal yang diciptakan oleh seorang
sarjana kelahiran Rusia bernama Prof.
Armais Arutonuff. Pada saat itu pompa ini
digunakan untuk memompa air di tambangtambang pada Perang Dunia I.
Perkembangan selanjutnya memungkinkan
untuk digunakan pada sumur-sumur minyak
yang dalam dan dapat memberikan laju
produksi yang besar

Electric Submercible
Pump

Karakteristik Kinerja Pompa Benam Listrik

Motor listrik berputar pada kecepatan relatif


konstan, memutar pompa (impeller) melewati poros
(shaft) yang disambungkan dengan bagian
protector. Power disalurkan ke peralatan bawah
permukaan melalui kabel listrik konduktor yang di
klem pada tubing. Cairan memasuki pompa pada
bagian intake dan dilepas ke tubing ketika pompa
sedang beroperasi.
Kelakukan pompa berada pada harga effisiensi
tertinggi apabila hanya cairan yang terproduksi.
Tingginya volume gas bebas menyebabkan operasi
pompa tidak effisien.

Kurva Kelakuan Pompa Benam


Listrik (Pump Performance Curve).


Beberapa kinerja dari berbagai pompa dihadirkan


dalam bentuk katalog yang diterbitkan oleh
produsen.
Kurva kinerja dari suatu pompa benam listrik
menampilkan hubungan antara : Head capacity,
Rate capacity, Horse power dan Effisiensi pompa
yang disebut dengan Pump Performance Curve.
Kapasitas berkaitan dengan dengan volume, laju
alir cairan yang diproduksikan, termasuk juga gas
bebas atau gas yang terlarut dalam minyak.

Pump Performance Curve

Pemilihan Ukuran dan Tipe Pompa




Pada umumnya pemilihan tipe pompa didasarkan


pada besarnya rate produksi yang diharapkan pada
head pengangkatan yang sesuai dan ukuran casing
(check clearances) yang digunakan.
Terproduksinya gas bersama-sama dengan cairan
memberikan pengaruh dalam pemilihan pompa,
karena sifat kompresibilitas gas yang tinggi,
menyebabkan perbedaan volume fluida yang cukup
besar antara intake pompa dan discharge pompa.
Hal ini akan mempengaruhi effisiensi pompa benam
listrik itu sendiri.

Perkiraan Pump Setting Depth.




Suatu batasan umum untuk menentukan


letak kedalaman pompa dalam suatu sumur
adalah bahwa pompa harus ditenggelamkan
didalam fluida sumur.
Sebelum perhitungan perkiraan Pump
Setting Depth dilakukan, terlebih dahulu
diketahui parameter yang menentukannya,
yaitu static fluid level (SFL) dan working
fluid level (WFL)

Perkiraan Pump Setting Depth.




Jika sumur menggunakan packer, maka penentuan


SFL dan WFL dilakukan dengan pendekatan :
A. Static Fluid Level (SFL, ft)
Ps Pc
SFL= Dmid perf + , feet.
Gf Gf

B. Working Fluid Level / Operating Fluid


Level (WFL, ft).
WFL = Dmid perf

Pwf Pc
, feet.

+
Gf
Gf

Perkiraan Pump Setting Depth.


Pump Setting Depth Minimum

PSD min

Pb Pc
= WFL +
+
, feet .
Gf
Gf

Pump Setting Depth Maksimum

PSD

max

Pb
Pc
= D

, feet .
Gf
Gf

Berbagai Posisi Pompa Pada


Kedalaman Sumur

Pump Setting Depth Optimum.


Untuk casing head tertutup
DOpt

PIP Pc
= WFL +
Gf

Untuk casing head terbuka


DOpt

PIP Patm
= WFL +
Gf

Evaluasi Unit Pompa Benam Listrik


1.Penentuan Spesific Gravity Fluida Campuran.
1. Water Phase Sp. Gr.
2. Oil Phase Sp. Gr.
3. Sp. Gr. Fluida Campuran
4. Gradient Fluida (SGf)

=
=
=
=

Water Cut x SGw


Oil Cut x SGo
Water Phase Sp. Gr. + Oil Phase Sp. Gr.
Sp. Gr. Fluida Campuran x 0.433 psi/ft

2. Penentuan Pump Intake Pressure (PIP).


1. Perbedaan Kedalaman = Mid Perforasi Pump Setting Depth (TVD)
2. Perbedaan Tekanan = Perbedaan Kedalaman x SGf
3. Pump Intake Pressure (PIP) = Pwf - Perbedaan Tekanan

3. Penentuan Total Dynamic Head (TDH




Menentukan Fluid Over Pump (FOP).


Fluid Over Pump (FOP)=

PIP ( psi) x 2.31 ft / psi


Sp. Gr. Campuran

Menentukan Vertical Lift (HD).


Vertical Lift (HD) = Pump Setting Depth (TVD) - FOP

Menentukan Tubing Friction Loss (HF).


Friction Loss (F) dengan volume total fluida (Vt)
dapat diperoleh dari Gambar 3.2. atau dengan
menggunakan persamaan :
1.85

1.85

100 Qt
2.083

C 34.3
Ft =
ID 4.8655

Tubing Friction Loss (HF) = Friction Loss (Ft)


x PSD (MD)

Menentukan Tubing Head (HT).


Tubing Pr essure ( psi) x 2.31 ft / psi
Tubing Head (HT) =
Sp. Gr. Campuran

Menentukan Total Dynamic Head (TDH).


Total Dynamic Head (TDH) = HD + HF + HT

Sucker Rod


Kecepatan produksi
rendah dan menengah.
Produktivitas yang
rendah.
Tekanan dasar lubang
sumur (BHP) yang
rendah.
Perbandigan gas-minyak
(GOR) yang rendah

Konstruksi dan Peralatan

Perhitungan Perencanaan
Pompa Sucker Rod
Perencanaan Pompa Sucker Rod
meliputi perhitungan :
 Beban Percepatan
 Panjang Langkah Plunger Efektif
 Beban Polished Rod
 Pump Displacement dan Efisiensi
Volumetris

Perhitungan Beban
Percepatan
Apabila rod string digantungkan pada polished rod atau bergerak naik
turun dengan kecepatan konstan maka gaya yang bekerja pada polished
rod adalah berat dari rod string (Wr). Dalam hal ini rod string mengalami
percepatan, maka polished rod akan mengalami beban tambahan , yaitu
beban percepatan sebesar :
(Wr/g).a
Faktor percepatan atau faktor bobot mati rod string adalah:
= a / g ,
Dengan memperhitungkan panjang langkah Polished Rod dan kecepatan
pemompaan dalam stroke per minute, maka faktor kecepatan menjadi:
SN 2
=
, inch
70500

Perhitungan Panjang
Langkah Plunger Efektif
Panjang Plunger Over travel untuk
untappered rod string :
40 ,8 . L2 .
ep =
, inch
E

Panjang Plunger Over travel untuk tappered


rod string :
32 ,8 . L 2 .
ep =
, inch
E

Perhitungan Perpanjangan Rod


dan Perpanjangan Tubing
Perpanjangan Rod (er) :
5, 20 .G . D . Ap . L
er =
, inch
E . Ar

Perpanjangan Tubing (et) :


5 , 20 .G . D . Ap . L
et =
, inch
E . At

DATA PLUNGER POMPA


Diameter
(inch)
1
11/16
11/4
11/2
13/4
2
21/4
21/2
23/4
33/4
43/4

Luas, Ap
(inch2)
0.785
0.880
1.227
1.767
2.405
3.142
3.976
4.909
5.940
11.045
17.721

Konstanta Pompa
(Bbl/D/inch/SPM)
0.117
0.132
0.182
0.262
0.357
0.466
0.590
0.728
0.881
1.640
2.630

Tappered Rod String


Ukuran String (inch
5/8 - 3/4
3/4 - 7/8
7/8 - 1
5/8- 3/4 7/8

3/4 - 7/8 - 1

3/4 - 7/8- 1 11/8

Harga R Sebagai Fungsi Ap


R1= 0.759 0. 0896 Ap
R2 = 0.241 + 0.0896 Ap
R1= 0.786 0. 0566 Ap
R2 = 0.214 + 0.0566 Ap
R1= 0.814 0. 0375 Ap
R2 = 0.186 + 0.0375 Ap
R1= 0.627 0.1393 Ap
R2 = 0.199 + 0.0737 Ap
R3 = 0.155 0.0655 Ap
R1= 0.644 0. 0894 Ap
R2 = 0.181 + 0.0478 Ap
R3 = 0.155 0.0146 Ap
R1= 0.582 0.1110 Ap
R2 = 0.158 + 0.0421 Ap
R3= 0.1.37 0.0366 Ap
R4= 0.123 + 0.0325 Ap

Effektif Plunger Stroke (Sp)




Efektif Plunger Stroke Merupakan


Polish rod Stroke (S) ditambah Plunger
Over Travel dikurangi dengan Rod dan
Tubing Strecth
Sp = S + ep (et + er)

Pump Displacement dan


Efisiensi Volumetris
Secara teoritis pump displacement (volume
pemompaan) dapat dihitung dengan
menggunakan effective plunger stroke, yaitu :
V = 0,1484.Ap.Sp.N, bbl/day
Untuk Efisiensi Volumetris :
q
Ev =
x 100 %
v

Contoh Perhitungan Effisiensi Volumetris


Pompa Sucker Rod


Data Produksi
Laju Produksi Total
SFL
DFL
Mid Perforasi (H)
Kadar Air
Data Pompa
Kedalaman Pompa(L)
Panjang Langkah (S)
Kec.Pompa (N)
Plunger Diameter , d
Diameter Tubing
Sucker Rod

= 307.58 BPD
= 2102 ft
= 2198 ft
= 2370 ft
=
62 %
= 2370 ft
= 100 inch
= 9
spm
= 2 inch
= 3.5 inch
= 3/4 dan 7/8 inc

Perhitungan Effisiensi Volumetris


1.Menentukan

Faktor Percepatan

= S N2/70500
= 100 x 9^2/70500
= 0.115 inch
2.Diameter Plunger 2 , tabel plunger data
Ap
= 5.94 inch2, K = 0.881 bpd/inch/spm
3.Diameter Rod
Ar = 0.447 inc
M = 1.63 lb
Ar 7/8 = 0.601 inc
M 7/8 = 2.22 lb

Menentukan Plunger
Over Travel

4.

32 , 8 . L 2 .
ep =
, inch
E

ep = 32.8 x (2370)2 x 0.115/3.107


= 0.706 inc
5. Menghitung Perpanjangan Tubing
et =

et

5,20.G.D. Ap.L
, inch
E. Ar

= 520 x 0.957 x 2198 x 5.94 x 2370/3.107 x 2.59


= 1.983 inch

6.

Menentukan Perpanjangan Rod


er =

5,20.G.D.Ap. L1 L2
x + , inch
E.Ar
A1 A2

5.20x0.957x.2198x5.94 1050 1300


er =
x
+
, inch
7
30x10 x
0.477 0.601

er = 9.775 inch
7. Menentukan effective plunger Stroke
Sp = S + ep et er
Sp = 100 + 0.706 1.983 9.775
Sp = 88.948 inch
8. Menentukan Pump Displacemen
V = K x Sp X N = 0.881 x 88.948 x 9
V = 705. 269 bpd

Anda mungkin juga menyukai