Anda di halaman 1dari 29

OPTIKA FISIS

Oleh :
ARJENA FAIZAL N,S.Pd.

PERKEMBANGAN TEORI TENTANG CAHAYA


Teori abad ke-10
Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham /Alhazen (965

sekitar 1040), menganggap bahwa sinar


cahaya adalah kumpulan partikel kecil yang
bergerak pada kecepatan tertentu.

Teori Partikel

Isaac Newton (1675) bahwa cahaya terdiri

dari partikel halus (corpuscles) yang


memancar ke semua arah dari
sumbernya.
Teori ini dapat digunakan untuk
menerangkan pemantulan cahaya, tetapi
ketika menerangkan pembiasan cahaya ia
menghadapi batu sandungan, karena
cahaya harus dianggap menjadi lebih
cepat ketika memasuki medium yang
padat karena daya tarik gravitasi lebih
kuat.

Teori Gelombang
Christiaan Huygens (1678) menyatakan

bahwa cahaya dipancarkan ke semua arah


sebagai muka-muka gelombang.
Pandangan ini menggantikan teori partikel halus. Hal

ini karena gelombang tidak diganggu oleh gravitasi,


dan gelombang menjadi lebih lambat ketika
memasuki medium yang lebih padat.
Kelemahan teori ini adalah gelombang cahaya
seperti gelombang bunyi, memerlukan medium untuk
dihantar. (Lalu apa medium perambatan cahaya?)
Suatu hipotesis yang disebut luminiferous aether
telah diusulkan, tetapi hipotesis itu tidak disetujui.

Teori Elektromagnetik
James Clerk Maxwell pada akhir

abad ke-19, menyebut bahwa


gelombang cahaya adalah
gelombang elektromagnet, ia tidak
memerlukan medium untuk
merambat.

Teori Kuantum
Teori ini di mulai pada abad ke-19

oleh Max Planck, yang


menyatakan bahwa cahaya terdiri
dari paket (kuanta) energi yang
dikenal sebagai Foton.

Teori
Dualitas Partikel-Gelombang
Teori ini menggabungkan tiga teori yang

sebelumnya, dan menyatakan bahwa cahaya


adalah partikel dan gelombang. Pertamakali
di jelaskan oleh albert Einstein pada awal
abad 20, berdasarkan karya tulisnya tentang
efek fotolistrik, dan hasil penlitian Planck.
Lebih general lagi, teori tersebut menjelaskan
bahwa semua benda mempunyai sifat partikel
dan gelombang.

1. DISPERSI CAHAYA
Bila seberkas sinar putih
(Polikromatik) mengenai batas antara
dua media bening yang mempunyai
indeks bias berbeda, maka selain
dibiaskan, berkas sinar inipun akan
diuraikan menjadi berbagai warna, hal
ini secara sederhana dapat digunakan
prisma sebagai media bening.
Kebergantungan laju gelombang dan indeks refraksi
terhadap panjang gelombang dinamakan dispersi.

Refleksi, Refraksi, Dispersi dan Pelangi

Tetesan air - dari air hujan - adalah


salah contoh benda yang tersedia di
alam yang bisa menguraikan cahaya
putih. Ketika seberkas cahaya putih
mengenai setetes air, tetesan air ini
berprilaku seperti prisma. Dia
menguraikan sinar putih tadi sehingga
terciptalah warna-warna pelangi.
Terciptalah pelangi.
Cahaya matahari datang dari belakang pengamat, direfraksikan ke
dalam sebuah tetes air, kemudian ia akan dirfleksikan dari
permukaan belakang tetesan air, selanjutnya direfraksikan kembali
ke udara. Dalam semua prosesnya cahaya mengalami dispersi,
maka terurailah cahaya putih menjadi pelangi.

DAFTAR PANJANG GELOMBANG YANG DIPANCARKAN


OLEH MATAHARI

HAMBURAN CAHAYA
Cahaya yang kita lihat dari matahari adalah cahaya
yang telah mengalami penyerapan kemudian
diradiasikan kembali oleh molekul-molekul di atmosfer.

Peristiwa molekul menyerap dan kemudian meradiasikan kembali


suatu cahaya dinamakan sebagai HAMBURAN CAHAYA.

Peristiwa inilah yang menjadi dalang dibalik


rahasia mengapa langit berwarna biru ketika siang
hari, dan berwarna merah ketika pagi atau sore
hari.
Bisakah anda jelaskan detailnya ???

Langit hanya berwarna biru di siang hari. Bumi


diselubungi lapisan udara yang disebut atmosfer udara
yang terdiri atas partikel-partikel kecil. Cahaya dari
matahari dihamburkan oleh partikel-partikel kecil tersebut.
Tetapi kita tahu, cahaya dari matahari terdiri dari paduan
semua warna, dari merah, kuning, hijau, biru, hingga
ungu. Warna-warna itu memiliki frekuensi yang berbeda.
(Merah < kuning < hijau < biru < ungu).
Semakin besar frekuensi cahaya, semakin kuat cahaya
itu dihamburkan.
Warna langit adalah sebagian cahaya matahari yang
dihamburkan. Karena yang paling banyak dihamburkan
adalah warna berfrekuensi tinggi (hijau, biru, dan ungu),
maka langit memiliki campuran warna-warna itu, yang
kalau dipadukan menjadi biru terang.

LANGIT BERWARNA MERAH


DI SORE HARI

Pada sore hari, sering matahari berubah warna


menjadi merah. Pada saat itu, sinar matahari
yang sudah miring menempuh jarak lebih jauh
untuk mencapai mata kita, sehingga semakin
banyak cahaya yang dihamburkan. Sehingga
yang banyak tersisa adalah cahaya frekuensi
rendah, yaitu merah. Di bulan dan di planet yang
tidak memiliki atmosfir, cahaya matahari tidak
dihamburkan, sehingga langit selalu berwarna
hitam, walaupun di siang hari.

2. Interferensi Celah
Pertama kali ditunjukkan oleh Thomas Young pada
Ganda
tahun 1801
Ketika dua gelombang yang koheren

menyinari/melalui dua celah sempit, maka akan


teramati pola interferensi terang dan gelap pada
layar.
Interferensi Maksimum : gelombang saling
memperkuat/konstruktif, menghasilkan garis terang
Interferensi Minimum : gelombang saling
memperlemah/destruktif, menghasilkan garis gelap

Paduan gelombang

Syarat terjadinya interferensi


Sumber harus bisa mempertahankan suatu beda fasa
yang tetap (sumber koheren).
Sumber harus monokromatis dan menghasilkan cahaya
dengan panjang gelombang sama.

POLa Interferensi celah


ganda

Beda Lintasan
Jarak tempuh cahaya yang melalui dua celah sempit
mempunyai perbedaan (beda lintasan), hal ini yang
menghasilkan pola interferensi.

Interferensi maksimum

Interferensi maksimum disebut juga interferensi


konstruktif, akan menghasilkan garis terang pada
layar
d sin = n ;
n = 0, 1, 2 .
Bilangan n disebut orde terang . Untuk n = 0
disebut terang pusat, n = 1 disebut terang ke-1 dst.
Karena jarak celah ke layar l jauh lebih besar dari jarak
kedua celah d (l >> d), maka sudut sangat kecil,
sehingga sin = tan = p/l, dengan demikian :
pd/l = n
Dengan p adalah jarak terang ke-n ke pusat terang.

Interferensi minimum
Interferensi minimum akan menghasilkan garis

gelap pada layar


d sin = (n ); n = 1, 2, 3
Bilangan m disebut orde gelap. Tidak ada gelap
ke 0. Untuk n = 1 disebut gelap ke-1 dst.
Mengingat sin = tan = p/l, maka
pd/l = (n )
Dengan p adalah jarak gelap ke-n ke pusat
terang.

Contoh Soal:

Pada percobaan young digunakan dua celah


sempit yang berjarak 0,3 mm satu dengan
yang lainnya. Jika jarak layar dengan celah 1
m dan jarak garis terang pertama dari terang
pusat 1,5 mm, maka panjang gelombangnya
adalah

3. INTERFERENSI PADA LAPISAN


SABUN
(Wedge Shaped Film)

Ketika
cahaya dipantulkan dari buih
sabun atau dari layar tipis dari minyak
yang mengambang dalam air terlihat
bermacam-macam warna.
Hal ini akibat pengaruh inteferensi antara
dua gelombang cahaya yang dipantulkan
pada permukaan yang berlawanan dari
lapisan tipis larutan sabun atau minyak

Sinar 1 dan sinar 2 akan


sefase,

interferensi

maksimum jika:

2d ( m 12 )
n
= 0, 1, 2,.
Jika sinar 1 dan
berlawanan

fase,

,m
sinar

terjadi

interferensi minimum pada :

2d m

, m = 0, 1, 2,

Difraksi.
Peristiwa pembelokan arah sinar jika sinar tersebut mendapat
halangan.
Penghalang yang dipergunakan biasanya berupa kisi, yaitu
celah sempit.

Difraksi cdlah tunggal

d sin = n ,

n = 1,2,3,

d sin = ( n - 1 )/2 , n = 0,1,2,

( minimum garis gelap )


( maksimum garis terang )

Difraksi kisi (celah


banyak)

Kisi adalah kepingan kaca yang digores,


menurut garis sejajar sehingga dapat bekerja
sebagai celah yang banyak jumlahnya.
Jika N menyatakan banyak garis per satuan
panjang (misal cm)maka tetapan kisi adalah
kebalikan dari N.
d sin = n ,
terang)

n = 1,2,3,

d sin = ( n - 1 ) /2 , n = 0,1,2,

1
/N
( MAKSIMUM garis
d=

( MINIMUM garis gelap)

Polarisasi
Pengkutuban daripada arah getar dari gelombang

transversal. (Dengan demikian tidak terjadi


polarisasi pada gelombang longitudinal

Polarisasi hanya terjadi pada gelombang

transversal, dan tidak terjadi pada gelombang


longitudinal.

Gelombang cahaya dapat terpolarisasi karena

gelombang cahaya adalah gelombang


transversal, sedangkan gelombang bunyi tidak
dapat terpolarisasi karena gelombang bunyi
termasuk gelombang longitudinal

Polarisasi

Model Cahaya tak terpolarisasi

Dua polaroid yang


disilangkan

Anda mungkin juga menyukai