Anda di halaman 1dari 10

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Simposium Nasional dan Kongres X


Jakarta, 12 14 November 2008

Makalah Profesional

IATMI 08 - 036
UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI SUMUR BERMASALAH SCALE DAN
PARAFFIN DI LAPANGAN TANJUNG
Oleh:

Roni Wibowo, Indriyono ES, Hariyono


Unit Bisnis Pertamina EP Tanjung
Jl. Minyak No. 1 Tanjung, Kalimantan Selatan - 71571.
Telp. (0526) 2021242, Fax. (0526) 2021344

ABSTRAK
Terbentuknya scale dan paraffin menjadi
masalah utama pada sumur produksi Lapangan
Tanjung. Problema scale dalam sistim air disebabkan
adanya perubahan tekanan, suhu dan pH sehingga
terbentuk endapan atau padatan pada reservoir, lubang
sumur maupun pipa alir produksi minyak dan gas bumi.
Paraffin (wax) terbentuk akibat adanya penurunan
temperatur dibawah pour point, sehingga paraffin akan
membentuk wax dan menghambat aliran. Scale dan
paraffin baik yang terbentuk di reservoir, lubang sumur
maupun pipa alir produksi dapat dicegah atau dihambat
secara mekanis (scrapping, milling dan re-perforation)
dan chemical treatment (scale inhibitor dan wax/scale
removal).
Penanggulangan masalah scale dan paraffin
dilakukan menggunakan alat di permukaan yang
diharapkan dapat menstabilkan aliran minyak dan
membantu dalam pemecahan scale dan paraffin dengan
metoda Petro-Flow Electromagnetic Fluid Stabilization
System. Alat ini merupakan penstabil fluida mempunyai
energi
induksi
electromagnetic
yang
akan
menginduksikan kedalam fluida (scale dan wax belum
terbentuk), maka minyak membuat suatu rantai
molekular (aliran fluida menjadi laminer) pada
keseluruhan panjang jalur pipa dan mengikis scale
maupun paraffin yang sudah terbentuk sehingga jalur

IATMI 2008 036

pipa produksi menjadi bersih. Gaya atau kekuatan


tersebut mampu untuk memelihara molekul-molekul
paraffin dalam suspensi.
Metoda Petro-Flow Electromagnetic Fluid
Stabilization System merupakan alternatif solusi untuk
mengatasi masalah scale dan paraffin (wax) disamping
chemical treatment agar optimasi produksi sumur
dengan pump off strategy dapat dilakukan. Paper ini
akan membahas mengenai upaya pencegahan
terbentuknya scale dan paraffin pada sumur produksi
Lapangan Tanjung menggunakan metoda chemical
treatment dan metoda Petro-Flow Electromagnetic Fluid
Stabilization System serta perilaku produksi sumur
kajian yang memperlihatkan gain produksi atau menjaga
produksi sumur pada potensinya.
Kata Kunci : Scale dan paraffin/wax, chemical treatment,
Petro-Flow
Electromagnetic
Fluid
Stabilization System, gain produksi.

PENDAHULUAN
Lapangan Tanjung memperlihatkan peningkatan
produksi air yang berasal dari produced water dan fresh
water yang digunakan sebagai injeksi air seiring dengan
penambahan sumur produksi baru. Sejalan dengan
kenaikan produksi air tersebut menyebabkan banyak

problema yang berhubungan dengan inorganic scale


deposition di reservoir, lubang sumur, tubing, pompa,
namun untuk fasilitas-fasilitas permukaan (pipa alir
produksi, separator, atau storage tanks) tidak ditemukan
adanya scale. Selain itu, karakteristik unik minyak
Tanjung yang mengandung paraffin tinggi juga turut
menambah problema utama yang dihadapi.
Saat ini sumur produksi yang menghadapi
problema ini pada beberapa area saja. Namun pada
kenyataannya, semua sumur produksi Tanjung
diproduksikan dari multiple zones secara bersamaan
(commingle), sehingga terjadi pencampuran fluida dalam
lubang sumur sebelum dipompakan ke permukaan.
Kebanyakan sumur minyak diproduksikan dari lima atau
enam zona, dan beberapa sumur diproduksikan dari
tujuh zona secara commingle. Fluid level dijaga antara
25 sampai 75 meter diatas pompa bawah permukaan.
Injeksi air dilakukan dengan menginjeksikan kira-kira
55.00060.000 bbls kedalam 35 sumur injeksi aktif. Air
sungai yang dipakai sebagai air injeksi telah dilakukan
treatment dan diinjeksikan bersamaan dengan produced
water pada tekanan yang dibatasi pada 1250 psi. Total
dissolve mineral rendah dan pH balance untuk
mencegah korosi dan scale formasi saat diinjeksikan.
Untuk sumur produksi yang memiliki kandungan
paraffin yang tinggi pada saat-saat tertentu yaitu pada
saat suhu dibawah ambient temperature akan
mengalami kenaikan tekanan pada kepala sumur. Ini
biasanya terjadi pada saat malam hari atau hujan lebat,
sehingga
mengakibatkan
wax
terbentuk
yang
memberikan efek hambatan aliran fluida.
Ada beberapa cara atau metoda telah dilakukan
untuk menanggulangi masalah terbentuknya scale dan
paraffin (wax) yang disesuaikan dengan jenis serta
dimana terbentuknya, baik secara mekanis maupun
chemical treatment. Secara mekanik dapat dilakukan
dengan scrapping, milling dan re-perforation. Scrapping
dilakukan apabila diindikasikan adanya lapisan scale
atau wax yang menempel pada dinding pompa atau
tubing dan lubang sumur yang menghalangi lubang
perforasi. Milling hanya dilakukan untuk menghilangkan
scale apabila larutan asam (HCl) sudah tidak mampu
menghancurkannya, biasanya scale jenis Barium Sulfate
(BaSO4). Namun scrapping dan milling ini sangat
berpotensi merusak/merobek casing, sehingga perlu
kecermatan dan keputusan yang tepat. Re-perforasi
atau melubangi kembali casing-semen-formasi pada
zona produktif pada daerah inisiasi perforasi yang
tertutup (plugged) scale dilakukan jika pekerjaan secara
mekanik diatas tidak dapat dilakukan.
Alternatif lain selain secara mekanik yaitu
chemical treatment dengan scale inhibitor dan wax/scale
removal. Penggunaan scale inhibitor dinilai kurang
efektif dan effisien. Hal ini disebabkan mekanisme
operasional yang dinilai kurang tepat, sehingga harapan
agar residu scale inhibitor tersebut sampai ke bawah

IATMI 2008 036

lubang sumur tidak tercapai dikarenakan berbagai


macam faktor, diantaranya evaporasi, kedalaman sumur,
kemiringan sumur, dan lainnya. Selain itu juga dengan
menstimulasikan ke lubang sumur maupun formasi
produktif dengan yang biasa disebut Acidizing-Wax
Scale Removal (WSR).
Pekerjaan
ini
dapat
meningkatkan gain terbaik kedua setelah pekerjaan
hydraulic fracturing di lapangan Tanjung.
Di samping itu, telah dikembangkan alat di
permukaan sebagai upaya penanggulangan masalah
scale dan paraffin (wax) serta untuk mendapatkan gain
produksi dengan metode Petro-Flow Electromagnetic
Fluid Stabilization System. Prinsip kerja alat ini dengan
mengiduksikan magnet ke dalam fluida (wax belum
terbentuk) sehingga aliran fluida akan laminer. Beberapa
sumur produksi di Tanjung yang bermasalah dipasang
alat ini, dan memberikan efek yang menarik.
Pada sumur-sumur produksi setelah dilakukan
pemasangan menunjukkan semakin pendek intensitas
untuk dilakukannya pigging dengan air panas, tekanan
relatif stabil pada kondisi ekstrim, dan pada beberapa
sumur produksi menunjukkan adanya gain produksi
minyak. Pada prinsipnya alat ini mengembalikan potensi
sumur kesemula.

TINJAUAN LAPANGAN
Lapangan Tanjung merupakan salah satu
daerah operasi milik PT. Pertamina (Persero) Unit Bisnis
Pertamina EP Tanjung, yang berlokasi 230 km timur
laut Banjarmasin, Kalimantan Selatan atau 240 km dari
Balikpapan, Kalimantan Timur (Gambar 1.). Sejarah
penemuan lapangan ini diawali dengan penemuan
minyak oleh Mijn Bouw Maatschappij Martapoera pada
tahun 1898 dengan melakukan empat pengeboran
sumur minyak.
Dotsche Petroleum Maatschappij, perusahaan
Belanda mengambil alih lapangan ini pada tahun 1912.
Namun tidak bertahan lama lapangan ini diambil alih
oleh sesama perusahaan Belanda pada tahun 1930
yang bernama N.V. Bataache Petroleum Maatschappij
atau lebih dikenal dengan BPM.
Dengan berkembangnya teknologi saat itu serta
usaha BPM dalam upaya menemukan cadangan migas
pada struktur yang baru, maka pada akhirnya ditemukan
berturut-turut struktur Tanjung (1934), struktur Warukin
(1937), serta stuktur Kambitin (1939). Pada pemboran
sumur Tanjung-001 tahun 1938 telah ditemukan minyak
pada kedalaman akhir 1920 m, dan sampai dengan
pertengahan tahun 1940 BPM telah menyelesaikan
pengeboran sebanyak tujuh sumur pada struktur
Tanjung, namun tidak dieksploitasikan karena adanya
Perang Dunia II. Sekitar tahun 1942 sampai dengan
tahun 1945 lapangan ini dikuasai oleh pemerintahan
pendudukan Jepang.

Kemudian BPM mengambil alih kembali


lapangan ini dari Jepang mulai pada tahun 1945 hingga
tahun 1961, dimana pada akhir tahun 1961 pipa
penyalur 20 ke Balikpapan sudah terselesaikan.
Pada tahun 1961 telah terjadi pengambilalihan
pengelolaan lapangan dari perusahaan BPM kepada
perusahaan PT. Shell Indonesia. Dan akhirnya pada
tahun 1965 lapangan ini dapat dikelola oleh pemerintah
Indonesia melalui PN. Permina yang kemudian berganti
nama menjadi Pertamina.
Kontrak Enhanced Oil Recovery (EOR) Tanjung
Raya antara PN. Permina dan mitra dalam hal ini
Southern Cross (Tanjung) Ltd dan Bonham (Tanjung)
Ltd ditandatangani pada tanggal 11 November 1989
untuk masa kontrak selama 15 tahun hingga berakhir
tahun 2004.
Pada tahun 1992 terjadi pengambilalihan hak
dan kewajiban mitra kepada Bow Valley (Tanjung) Ltd
dan selanjutnya sejak Agustus 1994 beralih kepada
Talisman (Tanjung) Ltd. dalam kontrak JOB dan
selanjutnya pada tahun 2004 terjadi pelaksanaan alih
kelola Block Tanjung pasca kontrak EOR dari JOB
Pertamina-Talisman (Tanjung) Ltd ke PT Pertamina Unit
Bisnis EP Tanjung.
Struktur Tanjung terletak pada Cekungan Barito
bagian Timur Laut, yang dibatasi oleh Sunda Shelf,
dibagian bawah Meratus High, dibagian Timur dan Utara
dibatasi oleh Kuching High. Struktur Tanjung berbentuk
asymmetric NE-SW oriented faulted anticline, yang
dibatasi di Barat dan Utara oleh patahan. Struktur
Tanjung mempunyai panjang sekitar 9 km dan lebar
sekitar 3 km dengan luas 2973,74 acre. Stuktur
Tanjung mempunyai 6 lapisan pasir produktif (lapisan A,
lapisan B, lapisan C, lapisan D, lapisan E , dan lapisan
F) dan 1 lapisan rekah alami pretersier (lapisan P).
Skema lapisan reservoir di Lapangan Tanjung terlampir
di Gambar 2. Jenis batuan utamanya ialah batuan pasir
dan konglomerat, dengan kedalaman rata-rata antara
800-1200 m.
Akumulasi hidrokarbon didominasi oleh minyak,
sedangkan gas hanya sedikit saja yang ditemukan
berupa gas asosiasi dan gas bebas. Minyak Tanjung
bersifat paraffinic 40.3 OAPI (0.8235 SG) dan wax
content sebanyak 30% (pour point sekitar 95 OF).
Analisa PVT menunjukkan rata-rata bubble point
pressure 1387 psi dan viscositas minyak sebesar 1.25
cp.

PERMASALAHAN
Ada dua problema utama yang melingkupi
produksi sumur-sumur di Tanjung sehingga memberikan
suatu tantangan besar untuk dapat meningkatkan atau
minimal dapat menjaga tingkat produksi minyak, yaitu
problema damage berupa scale dan paraffin (wax) pada

IATMI 2008 036

lubang sumur/formasi reservoir dan pipa alir produksi.


Problema ini akan menjadi serius jika tidak ditangani
sedini dan seefektif mungkin sehingga akan memberikan
penambahan economic life dan potensi sumur lapangan
Tanjung.

METODE YANG DIGUNAKAN


Scale merupakan problema produksi dalam
sistim air karena adanya perubahan tekanan, suhu, dan
pH
sehingga
keseimbangan
ion-ion
melebihi
kelarutannya pada suatu kondisi maka senyawa tersebut
akan mengendap dalam bentuk padatan (scale) baik di
reservoir (formasi produktif), lubang sumur, maupun
sepanjang pipa alir produksi. Selain itu evaporasi
(perubahan konsentrasi) dan pencampuran antara dua
zat cair yang incompatible sehingga melebihi batas
kelarutan senyawa yang ada dalam campuran tersebut
terlampaui juga dapat menyebabkan terbentuknya scale.
Pada lapangan Tanjung organic dan inorganic
scale dijumpai di perforasi, casing, tubing, dan pompa
bawah permukaan. Studi pada contoh beberapa sample
menunjukkan bahwa organic scale terdiri dari
asphaltenes dan rantai pendek/panjang paraffin. Hasil
analisa laboratorium juga mengindikasikan inorganic
scale adalah Calcium Carbonate (CaCO3). Demikian
halnya dengan Iron Sulfide juga telah diamati.
Mekanisme kerusakan ini menyebabkan penurunan
produksi minyak pada kebanyakan sumur-sumur
Tanjung yang mengakibatkan peralatan pompa bawah
permukaan rusak sehingga menurunkan run life nya
dan selain itu menyebabkan penurunan laju injeksi yang
signifikan pada beberapa sumur injeksi.
Untuk menanggulangi masalah scale dan
paraffin (wax) yang disebabkan oleh adanya kerusakan
pada lubang sumur (near wellbore), ada dua metoda
yang umum digunakan yaitu scale inhibition dan
wax/scale removal. Selain metoda diatas, di lapangan
Tanjung penanggulangan problema scale dan paraffin
(wax) dilakukan dengan menggunakan alat di
permukaan yang diharapkan dapat menstabilkan aliran
minyak dan membantu dalam pemecahan scale dan
paraffin yang disebut dengan metoda Petro-Flow
Electromagnetic Fluid Stabilization System.
1. Scale Inhibition
Studi scale inhibition telah dilakukan pada tahun
1998 untuk memahami masalah dan langkah-langkah
yang harus ditempuh untuk melawan scale.
Sebelumnya,
Scalin
205
dan
Sodium
Hexametaphosphate (boiler water treatment chemical)
telah pernah digunakan untuk mencegah scale di
Tanjung namun memberikan hasil yang kurang
memuaskan.

Pemilihan scale inhibitor terbaik dan metoda


penginjeksian inhibitor kedalam lubang sumur dengan
biaya minimum sangat diperlukan. Scale inhibitor yang
diteteskan ke dalam annulus sumur dapat menyebabkan
inhibitor tersebut menguap saat jatuh dari permukaan ke
dasar lubang dan mengakibatkan terbentuknya
gumpalan padat keras dari scale inhibitor yang
menempel pada dinding luar tubing maupun dinding
dalam casing. Sedikitnya residu scale inhibitor yang
dapat mencapai dasar lubang menghalangi lubang
perforasi dan pompa bawah permukaan serta akan
menurunkan efektifitas pencapaian kinerja scale inhibitor
tersebut. Dalam beberapa kasus di lapangan Tanjung,
gumpalan padat keras tersebut dapat menyebabkan
pompa bawah permukaan stuck saat diangkat dari
lubang sumur dan hal ini membutuhkan waktu lebih
panjang untuk dapat mencabut pompa bawah
permukaan dan rangkaian tubing, sebagai contoh seperti
pada sumur MP-060 dan MP-079. Oleh sebab itu
sangatlah penting untuk menentukan kembali pemilihan
scale inhibitor yang lebih sesuai untuk menanggulangi
scale pada produced water Tanjung.
2. Wax/Scale Removal
Metode lainnya yaitu dengan menggunakan
wax/scale removal yang telah digunakan di lapangan
Tanjung baik secara mekanikal (scrapping, milling dan
reperforation), maupun chemical treatment (acidizingwax scale removal dan acid wash).
Casing scrapper telah berhasil digunakan untuk
menghilangkan scale dan wax pada beberapa sumur,
sedangkan milling dilakukan apabila telah dilakukan
pembilasan asam (acid wash) tidak berhasil. Pada
beberapa sumur casing scapper dinilai cukup efektif,
efisien dan ekonomis sebagaimana contoh pada sumur
MP-137 (Gambar 3.) yang memberikan keuntungan gain
produksi minyak. Namun pada beberapa kasus di
lapangan Tanjung milling dan casing scrapper
menyebabkan kerusakan pada casing atau malah dapat
memperburuk kerusakan sebelumnya, sehingga perlu
kecermatan dan keputusan yang tepat. Re-perforasi
atau melubangi kembali casing-semen-formasi pada
zona produktif pada daerah inisiasi perforasi yang
tertutup (plugged) scale dilakukan jika pekerjaan secara
mekanikal diatas tidak dapat dilakukan.
Sebelum melakukan pekerjaan acidizing-wax
scale removal (WSR) maupun acid wash terlebih dahulu
dilakukan uji kompatibilitas (Compatibility test) antara
fluida peroduksi dengan larutan asam yang akan
digunakan di Laboratorium. Pastikan, bahwa larutan
asam lolos dari uji ini sebelum dilakukan pekerjaan untuk
menghindari kerusakan formasi yang lebih besar yang
diakibatkan oleh reaksi kimiawi antara larutan asam
dengan fluida sumur.
Acidizing-wax scale removal (WSR) telah
dilakukan untuk menghilangkan wax dan carbonate

IATMI 2008 036

scale di depan perforasi dan batuan sekitar lubang


perforasi (formasi) dengan melarutkan wax dan eksisting
scale. Dengan menggunakan metode bullheading acid
sistem diinjeksikan ke dalam formasi. Dua packers
pemisah digunakan untuk memisahkan zona yang akan
dirawat, satu set pada bagian bawah perforasi
menggunakan retrievable bridge plug (RBP) dan yang
lainnya diset diatas perforasi menggunakan packer yang
diset secara mekanikal pada tubing stimulasi.
Dengan menggunakan 15% HCl acid dicampur
dengan toluene/paravan sebagai solvent preflush dan
additives (iron control, corrosion inhibitor, dan emulsion
control agent) pekerjaan acidizing-wax scale removal
dilakukan. Benzoic Acid telah pernah digunakan sebagai
diverter agent dengan 2 - 5 steps pumping schedule
sebagai pengontrol pemompaan ke dalam formasi.
Sejak tahun 2002, dengan ikut serta peduli terhadap
lingkungan maka acid sistem yang digunakan di
lapangan Tanjung berubah dengan yang ramah
lingkungan namun tetap memberikan hasil yang
memuaskan untuk mencegah problema di formasi.
Gambar 4 memperlihatkan performa produksi sumur
MP-049 yang kerap dilakukan acidizing-wax scale
removal dan mendapatkan gain produksi atau
mengembalikan produksi minyak ke potensinya.
Pembilasan
asam
(acid
wash)
untuk
menghilangkan dan menghambat scale dan wax
dilakukan pada lubang sumur dan didalam pompa
bawah permukaan. Pembilasan asam yang dilakukan
pada lubang sumur dapat dilakukan dengan cara
konvensional yaitu memompakan acid sistem yang
ditempatkan di depan scale dan wax kemudian direndam
selama 1 - 2 jam, selain itu dapat juga dengan
menggunakan peralatan jetting tool. Untuk pembilasan
asam (acid wash) di dalam pompa ESP maupun rod
pump sejak tahun 2002 di lapangan Tanjung dilakukan
untuk menghilangkan scale dan wax di dalam tubing,
pompa bawah permukaan dan lubang perforasi tanpa
mencabut rangkaian tubing/pompa bawah permukaan.
Sistem larutan BJ Envirosol S3 (Skin, Scale, Stimulation)
asam dipompakan ke dalam sumur melewati tubing dan
atau annulus; larutan asam direndam beberapa jam dan
pompa bawah permukaan dalam kondisi mati, kemudian
pompa bawah permukaan dijalankan kembali dan fluida
yang keluar dimonitor. Larutan asam S3 adalah
campuran dari 10% HCl dengan surfactan dan additives
(emulsion breaker, iron control agent, corrosion inhibitor
dan scale inhibitor). Gambar 5 merupakan contoh kasus
kesuksesan pekerjaan pembilasan asam yang dilakukan
setelah scrapper dan milling tidak mampu mengatasinya,
sedangkan pada Gambar 6 merupakan contoh kasus
kesuksesan pembilasan asam yang dilakukan didalam
pompa ESP.
Puluhan pompa ESP telah dilakukan pencucian
menggunakan larutan asam S3 sebanyak 5 10 bbls
melalui rangkaian tubing setelah pompa ESP dimatikan,

kemudian dipompakan 2% air KCl dengan panas 60O C,


yang dicampur dengan 10 gpt inflow-40 untuk
mendorong larutan asam tersebut sampai berada di
dalam pompa ESP. Laju pemompaan dikontrol untuk
mendapatkan tekanan di bawah 1000 psi karena
keterbatasan kemampuan flowline, dan laju pemompaan
antara 0.5 - 2 bpm sehingga memberi kesempatan asam
kontak lebih lama dengan impeler dan difusser pompa
ESP. Tutup master valve, bongkar rangkaian
pengasaman dan pasang kembali flowline selama waktu
perendaman asam (1 - 3 jam). Hidupkan kembali pompa
ESP dan diambil sampel fluida yang keluar untuk
memonitoring fluida pendorong dan larutan asam. Ratarata 10 20 bopd - oil gain telah diperoleh dari
pekerjaan pembilasan asam pompa ESP di sumur
produksi lapangan Tanjung tergantung dari scale
terbentuk dan kondisi water cut sumur.
Sedangkan pada rod pump juga telah dilakukan
pada beberapa sumur dengan pembilasan acid dengan
20 bbls dari S3 solution system yang dipompakan
melewati annulus, kemudian dibilas/disiram dengan 20
bbls 2% air KCl dengan panas 60O C, fresh water yang
dicampur dengan 10 gpt inflow-40 dan paravant-25
sampai acid S3 mencapai kedalam barrel rod pump.
Hentikan pump jack, tutup dan bongkar rangkaian
pengasaman dan pasang kembali flow line untuk
kembali diproduksikan setelah direndam selama 2 jam.
Selah itu nyalakan kembali pump jack dan ambil sampel
fluida untuk memonitor acid dan fluida pendorongnya.
3. Petro-Flow Electromagnetic Fluid Stabilization System
Hot oil, pigging, dan chemicals telah digunakan
dan dapat diterima sebagai pengkontrol terbentuknya
endapan scale dan paraffin (wax) pada saat lampau.
Namun saat ini pada beberapa sumur produksi lapangan
Tanjung yang mengalami tingkat problema tinggi seperti
diatas telah menggunakan alat penstabil fluida, dan
tentunya ada yang masih dibantu dengan pigging
walaupun intensitasnya sedikit pada sumur yang
mempunyai wax content yang tinggi.
Pemilihan
posisi
pemasangan
sangat
berpengaruh pada kinerja alat tersebut. Pemasangan di
dekat wellhead akan lebih baik dibandingkan yang
dipasang jauh dari wellhead (fluida didekat wellhead
lebih encer dibanding fluida yang telah jauh melewati
pipa alir produksi) sehingga scale maupun paraffin (wax)
tidak akan terbentuk terlebih dahulu (Gambar 7.).
Energi induksi elektromagnetic yang dimiliki alat
ini akan menginduksikan kedalam fluida (scale dan wax
belum terbentuk), sehingga minyak membuat suatu
rantai molekular (aliran fluida menjadi laminer) pada
keseluruhan panjang jalur pipa dan mengikis scale
maupun paraffin yang sudah terbentuk sehingga pipa alir
produksi menjadi bersih. Gaya atau kekuatan tersebut
mampu untuk memelihara molekul-molekul paraffin
dalam suspensinya (Gambar 8.).

IATMI 2008 036

Minyak, seperti halnya air atau fluida lainnya,


mempunyai struktur molekul yang dapat diubah saat
terekspos pada sebuah bidang induksi. Proses ikatan
electromagnetic ini menstabilkan molekul-molekul
paraffin dengan mengikatnya ke molekul lainnya dengan
energi electro kinetic.
Energi induksi electromagnetic tidak terjadi
hanya sepanjang coil. Namun efeknya melalui polarisasi
yang dapat terukur dalam dua arah untuk suatu jarak
tanpa batas. Sebagai suatu contoh tentang hukum ilmu
fisika adalah dengan menempatkan suatu kumparan
induksi yang pendek (short induction coil) di
pusat/tengah-tengah dari suatu panjang tubing baja.
Ketika coil diberi tenaga/kekuatan, keseluruhan
panjangnya tubing akan menjadi bermagnet.
Berdasarkan banyak literatur dan pengarang,
penimbunan endapan (deposits) scale dan paraffin (wax)
dapat dikontrol oleh magnetic treatment yang dapat
dibagi dalam dua kategori, yaitu:
a. Inorganic deposits
Pada umumnya prinsip kerja dari magnetic
treatment ini merupakan hasil dari interaksi physical.
Saat orthogonal fluida dari ion-ion melewati medan
magnet, maka Gaya Lorenz bekerja pada setiap ion-ion.
Gaya ini mengarahkan interaksi antara medan
magnet dan pergerakan beban listrik dalam bentuk ionion dan mekanisme pengaturan untuk menjelaskan efek
inhibition dari medan magnet pada scale. Di bawah
pengaruh medan magnet, gaya dari ion-ion yang
berlawanan merupakan berlawanan arah.
b. Organic deposits
Molekul paraffin merupakan unsur pokok dalam
minyak mentah, yang larut dibawah kondisi reservoir.
Pada saat kesetimbangan minyak terganggu oleh
perubahan tekanan dan temperatur di lubang sumur,
paraffin mulai terbentuk/keluar dari solution yang lebih
berat daripada lapisan endapan minyak. Efek tekanan
pada kemampuan minyak untuk melarutkan paraffin
tidak begitu bagus namun penguapan (volatilization)
hidrokarbon ringan (methane, ethane, propane, butane,
dll) dapat mengalami penurunan solubility/daya larut
paraffin yang tajam dalam minyak.
Dasar pemilihan sumur-sumur yang dipilih
sebagai kandidat untuk dipasangnya alat penstabil fluida
ini adalah dengan melihat adanya kenaikan tekanan
flowline yang signifikan terutama pada saat turunnya
ambient temperatur (malam hari atau cuaca buruk/hujan
deras), analisa wax content dari sample minyak pada
sumur-sumur yang mengalami kenaikan tekanan flowline
menunjukkan adanya kandungan wax tinggi, adanya
sejarah sumur yang menunjukkan terbentuknya
wax/scale build up dan tentunya penurunan produksi
yang signifikan.
Sumur-sumur produksi lapangan Tanjung yang
telah dipasang alat ini adalah sebagai berikut:

1.
MP-006
11. MP-123
2.
MP-008
12. MP-129
3.
MP-049
13. MP-135
4.
MP-052
14. MP-136
5.
MP-053
15. MP-137
6.
MP-065
16. MP-139
7.
MP-078
17. MP-142
8.
MP-081
18. MP-145
9.
MP-108
19. MP-149
10. MP-117
20. MP-150
Berikut adalah beberapa contoh aplikasi penggunaan
alat Petro-Flow Electromagnetic Fluid Stabilization
System pada sumur-sumur lapangan Tanjung:
a. Sumur MP-081
Merupakan sumur sidetrack yang mempunyai
masalah yang unik yaitu adanya kenaikan tekanan
flowline saat tengah malam sampai pagi hari (00:00
08:00) dan kembali normal setelah itu. Kenaikan tekanan
flowline ini diperkirakan adanya wax build up yang
disebabkan penurunan ambient temperature. Masalah
ini juga terjadi jika kondisi hujan deras. Scale build up
juga terjadi di dinding luar tubing, hal ini nampak saat
well service. Sebelum dipasang alat ini, sumur tersebut
sudah dipasang sand heater di pipa alir dekat sumur
untuk menaikkan dan menjaga temperatur flowline, alat
ini bekerja untuk menurunkan terbentuknya wax namun
belum dapat mengatasi masalah seperti yang
diharapkan.
Performa produksi menunjukkan relatif menurun
dari 80 bfpd/50 bopd (perawatan terakhir akhir bulan
Desember 2004) menjadi 70 bfpd/50 bopd di
pertengahan April 2005 sebelum di pasang alat ini. Pada
tanggal 14 April 2005 alat Petro-Flow Electromagnetic
Fluid Stabilization System di pasang (sand heater tetap
dioperasikan) dan performa produksi menunjukkan
kenaikan dari 68 bfpd/50 bopd menjadi 116 bfpd/83
bopd pada 2 Mei 2005 dengan tekanan flowline relatif
stabil saat ambient temperatur menurun.
Pada tanggal 29 April 2005 sand heater tidak
dioperasikan karena tidak memberikan efek berarti pada
tekanan flowline. Dengan tidak dioperasikannya sand
heater ini performa produksi mengalami penurunan
(mulai tanggal 3 Mei 2005), submergence meningkat
dan hasil dyno survey memperlihatkan poor pump
performace. Diputuskan dilakukan perawatan sumur
(wellservice) dan ditemukan wax pada sucker rod dan di
dalam tubing, selain itu terdapat scale 1 - 3 mm pada
dinding luar tubing. Setelah dilakukan perawatan,
performa produksi cenderung relatif menurun (fluid level
menurun ke 1166 m dan subm 31 m) dibandingkan
dengan sebelum perawatan sumur. Dengan kondisi
tersebut, maka alat penstabil aliran fluida tidak
dioperasikan kembali (shut in) dan sand heater kembali
dioperasikan pada tanggal 25 Mei 2005. Total gain

IATMI 2008 036

setelah pemasangan alat ini sampai dengan 30 Mei


2005 adalah 721 bbl minyak.
Alat penstabil aliran fluida ini dipasang kembali
untuk kedua kalinya tanggal 6 September 2006
dikarenakan setelah dilakukan scrape, WSR zona AD
namun produksi tidak sesuai dengan yang diharapkan,
dan cenderung untuk menurun lagi. Total gain minyak
sampai tanggal 31 Desember 2006 sebesar 61 bbl oil,
dan
rata-rata
persentase
kenaikan
produksi
dibandingkan dengan sebelum diinstall adalah 12%.
Sampai saat ini masih menunujukkan kehandalan dalam
menjaga tekanan relatif stabil dan jarangnya dijumpai
adanya wax atau scale di dinding tubing/pompa maupun
pipa alir. Unit alat ini dicoba lagi untuk kedua kalinya
dengan harapan dapat meningkatkan produksi seperti
sebelumnya saat awal pemasangan. Gambar 9.
memperlihatkan performa produksi sumur MP-081
sebelum dan setelah dipasang alat Petro-Flow
Electromagnetic Fluid Stabilization System)
b. Sumur MP-145
Seperti halnya sumur lainnya yang mengalami
kenaikan tekanan flowline pada saat-saat tertentu,
terutama pada saat menjelang malam hingga pagi hari
(19:0010:00) atau jika hujan lebat, tekanan flowline
pada saat-saat tersebut dapat mencapai 200 psi. Selain
masalah wax build up, scale juga dijumpai pada dinding
luar tubing saat well service. Pemasangan unit alat ini
dilaksanakan tanggal 19 November 2007 dengan
performa produksi sebelum pemasangan adalah 179
bfpd/63 bopd. Dalam waktu seminggu produksi gross
sumur mengalami penurunan dari sebelumnya 179 bfpd
ke 145 bfpd bahkan hingga mencapai 71 bfpd, namun
produksi nett relatif mengalami kenaikan. Pada tanggal 9
Desember 2007 kembali produksi mengalami kenaikan
baik gross maupn nett menjadi 138 bfpd/94 bopd.
Dikarenakan performa pompa bawah permukaan buruk,
pada tanggal 4 Januari 2008 dilaksanakan penggantian
pompa bawah permukaan. Scale tidak lagi terbentuk di
dinding luar tubing. Performa produsi terakhir sumur MP145 (12 Januari 2007) adalah 162 bfpd / 100 bopd.
Gambar 10. menunjukkan performa produksi Sumur MP145 pada saat sebelum dan setelah dipasang Alat PetroFlow Electromagnetic Fluid Stabilization System)

KESIMPULAN
1. Problema utama di lapangan Tanjung adalah scale
dan paraffin (wax) yang mengakibatkan produksi
menurun, dengan mengeliminir problema tersebut
sehingga dapat tetap mempertahankan produksi
Tanjung tetap flat atau memperkecil penurunan.
2. Penanggulangan wellbore damage yang disebabkan
scale dan/atau paraffin-wax secara mekanikal

(scrapping, milling, dan reperforation), maupun


chemical treatment (acidizing-wax scale removal dan
acid wash) terbukti mendapatkan gain produksi yang
cukup memuaskan dan cukup ekonomis.
3. Penggunaan Scale Inhibitor terutama pada sumur
yang mempunyai sudut inklinasi yang besar
berpotensi terjadinya penggumpalan padatan pada
casing dan tubing yang mengakibatkan terjadinya
stuck saat pompa/tubing string dicabut.
4. Acidizing- wax scale removal dan acid wash sangat
efektif, efisien dan ekonomis disebabkan:
a. Dapat menghilangkan scale dan wax di dalam
tubing, pompa bawah permukaan, lubang
perforasi dan formasi.
b. Acid wash tanpa perlu mencabut rangkaian
pompa
bawah
permukaan,
mengurangi
kerusakan pompa, meningkatkan effisiensi,
running life dan lebih bersih serta ekonomis.
c. Potensi sumur produksi dapat dijaga atau
dikembalikan.
5. Alat Petro-Flow Electromagnetic Fluid Stabilization
System :
a. Di bawah medan magnet, viscositas minyak
mentah mengalami penurunan yang tergantung
pada temperatur, intensitas magnet, dan waktu
prosesnya.
b. Alat ini dapat dengan baik mengkontrol proses
wax deposition pada minyak mentah sehingga
mencegah terjadinya kenaikan tekanan flowline
pada kondisi yang ekstrim (cuaca dingin/malam,
hujan lebat)
c. Teknologi medan magnet terbukti dapat
menghilangkan dan menghambat pengendapan
organik maupun inorganik tanpa mempengaruhi
karakteristik minyak serta ramah lingkungan.
d. Dapat
mencegah
serta
menghambat
pembentukan scale dan/atau wax sehingga
dapat menjaga produksi sumur pada potensinya.

Regional Meeting held in Gillette, Wyoming, 15-18


May 1999.
2. Lestari, MG Sri Wahyuni, & Ratnayu Sitaresmi.
Problema Scale di Beberapa Lapangan Migas,
IATMI 2007-TS-11 dipresentasikan pada Simposium
Nasional IATMI, 25-28 Juli 2007, UPN Veteran
Yogyakarta.
3. Nguyen Phuong Tung, Nguyen Van Vuong, & Bui
Quang Khanh Long, & Pham Viet Hung, Institute of
Material Science NCNS, & Vu Tam Hue, Petro
Vietnam, & Le Dinh Hoe, Vietsov Petro. Studying
the Mechanism of Magnetic Field Influence on
Paraffin Crude Oil Viscosity and Wax Deposition
Reductions. SPE 68749 presented at the 2001
SPE Asia Pacific and gas Conference and
Exhibition, held in 17-19 April 2001.
4. PT. BJ Service Indonesia. Stimulation Engineering
Support Manual Oil Fields Scales (Section 7),
2003.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Manajemen PT. Pertamina EP UBEP Tanjung yang
telah
memberikan
dukungan
dan
ijin
untuk
mempublikasikan makalah ini, dan juga kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
penulisan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
1. James B. Dobbs. A Unique Method of Paraffin
Control in Production Operation SPE 5547
presented at the 1999 SPE Rocky Mountain

IATMI 2008 036

PRODUCTION PERFORMANCE: MP-137

Gambar 1. Lokasi Lapangan Tanjung

Gambar 3. Contoh Performa Produksi Sumur Yang


Mengaplikasikan Casing Scrapper Untuk Menghilangkan
Scale dan Wax

PRODUCTION PERFORMANCE: MP-049

Gambar 2. Skema Lapisan Reservoir Tanjung

Tabel 1. Karakteristik Reservoir di Lapangan Tanjung


Struktur
Lapisan Produktif
Daya Dorong
Tekanan Reservoir
Temperatur
Reservoir

Antiklin Asimetrik, 9 km x 3 km
Zona A, B, C, D, E, dan F; batu pasir
deltaic
Zona P; Batu Vulkanik, Natural Fracture
Kombinasi Solution Gas dan Water Drive
Awal : 1500 psi
Sebelum Injeksi Air : 200 400 psi
Setelah Injeksi Air : 400 900 psi
o

Gambar 4. Contoh Performa Produksi Sumur Yang


Dilakukan Acidizing- Wax Scale Removal

57 C 74 C
o

Jenis Minyak
Porositas Rata-rata
Permeabilitas

IATMI 2008 036

Parafinik, 40.3 API, SG 0.82


Wax Content : 30 % WT
o
Pour Point : 98 F
22 %
30 md (zona A, B, C, D, E, dan F)
1016 md (zona P, rekah alami)

PRODUCTION PERFORMANCE: MP-115

Gambar 5. Contoh Performa Produksi Sumur Yang


Dilakukan Acid Wash Setelah Scrapper Maupun Milling
Tidak Mampu

Gambar 7. Alat Petro-Flow Electromagnetic Fluid


Stabilization System

PRODUCTION PERFORMANCE: MP-100

Gambar 8A. Molekul-molekul sebagaimana terlihat


sangat acak (random) dan tak beraturan dibawah normal
kondisi dalam untreated oil.
Gambar 8B. Alur dari bidang medan electromagnetic.
Gaya/kekuatan
ini
menciptakan
energi
untuk
mempolarisasi molekul-molekul didalam oil system.
Gambar 6. Contoh Performa Produksi Sumur Yang
Dilakukan Acid Wash Di dalam Pompa Bawah
Permukaan (Electric Submersible Pump)

IATMI 2008 036

Gambar 8C. Molekul-molekul setelah dirawat dengan


Petro-Flow Electromagnetic Fluid Stabilization System.
Gaya internal mengorientasi kutub positif dan negatif
sedemikian hingga menghasilkan suatu rantai molekular,
serta mendapatkannya polarisasi molekul-molekul
keseluruh panjang pipa alir.

Grafik Analisa Pressure Flowline


MP-081ST (Install: 06 Sept 2006)

PRODUCTION PERFORMANCE: MP-081

225

200

FL Pressure, Psi

175

150

125

100

75

50

25

0
0:00

1:00

2:00

3:00

4:00

5:00

6:00

7:00

8:00

9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00 19:00 20:00 21:00 22:00 23:00

Time, Hour

3-Sep-06

Gambar 9. Performa Produksi Sumur MP-081


(Sebelum dan Setelah Dipasang Alat Petro-Flow
Electromagnetic Fluid Stabilization System)

5-Sep-06

6-Sep-06

7-Sep-06

9-Sep-06

Gambar 11. Grafik Analisa Pressure Flowline Sumur


MP-081 (Sebelum dan Setelah Dipasang Alat PetroFlow Electromagnetic Fluid Stabilization System)

Grafik Analisa Pressure Flowline


MP-145 (Install: 19 Nov 2007)
PRODUCTION PERFORMANCE: MP-145

225

200

FL Pressure, Psi

175

150

125

100

75

50

25

0
0:00

1:00

2:00

3:00

4:00

5:00

6:00

7:00

8:00

9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00 19:00 20:00 21:00 22:00 23:00

Time, Hour

18-Nov-07

19-Nov-07

20-Nov-07

21-Nov-07

22-Nov-07

23-Nov-07

Gambar 12. Grafik Analisa Pressure Flowline Sumur


MP-145 (Sebelum dan Setelah Dipasang Alat PetroFlow Electromagnetic Fluid Stabilization System)
Gambar 10. Performa Produksi Sumur MP-145
(Sebelum dan Setelah Dipasang Alat Petro-Flow
Electromagnetic Fluid Stabilization System)

IATMI 2008 036

10

Anda mungkin juga menyukai