Anda di halaman 1dari 40

6

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengukuran Bidang Tanah
Bidang tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan satuan
bidang yang terbatas. Pengukuran bidang tanah adalah pengukuran yang
dilakukan untuk mendapatkan ukuran dan bentuk bidangan. Pengukuran bidang
tanah dapat dilaksanakan dengan cara terestris, fotogrametrik atau metode
lainnya.
1. Metode terestris
Pengukuran yang secara langsung dilapangan dengan cara mengambil data
berupa ukuran sudut dan atau jarak. Apabila ada hal-hal sebagai akibat dari
keadaan lapangan, yang akan mempengaruhi pelaksanaan pengukuran maka
harus dikerjakan dengan teknik pengambilan data yang benar.
2. Metode fotogrametrik
Pengukuran bidang tanah dengan metode ini adalah identifikasi bidang-bidang
tanah dengan menggunakan Blow Up peta foto. Peta merupakan hasil dari
proses fotogrametrik, metode ini biasanya dilaksanakan di daerah terbuka
(mudah untuk diidentifikasi).

2.2 Metode Pengukuran Terestris

Pengukuran dengan metode terestris menggunakan beberapa alat ukur


yaitu:
1. Teodolit, alat ini digunakan untuk mengukur sudut.
2. Pita ukur dan Elektronic Distance Meter (EDM) , kedua alat ini
digunakan untuk mengukur jarak.
3. Prisma Sudut dan cermin sudut, alat ini hanya sebagai alat bantu. Alat
ini digunakan untuk membentuk sudut 90.
4. Yalon, alat ini digunakan sebagai alat bantu untuk menandai batas.
Pengukuran terestris ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Cara mengikat pada titik sembarang
Menetukan sembarang titik A & B pada garis ukur
Menentukan titik-titik a", a' , b', b", c', c" dibuat agar segitiga a'a"a,
b'b"b dan c'c"c merupakan segitiga sama kaki. Mengukur jarak-jarak
Aa', Aa", Ab', Ab", Ac', Ac", Ba', Ba", Bb', Bb", Bc', Bc", dan a'a, a"a,
b'b, b"b, c'c, c"c. Dengan melakukan pengukuran titik-titik diatas
maka

posisi

titik

ABCD

Lihat gambar 1

dapat

digambar

atau

ditentukan.

a b

b c

Gambar 1 Pengukuran dengan Cara Mengikat

2. Cara perpanjangan sisi


Cara ini lebih sederhana, dilakukan dengan menarik garis lurus atau
perpanjangan dari detail-detail sampai memotong garis ukur AB. Lihat
gambar 2.
Langkah Pengukuran:
a. Membuat garis ba, ab, cb, dan dc diperpanjang sehingga
memotong garis AB pada titik a'b'c'd'.
b. Mengukur jarak-jarak Aa', Ab', Ac', Ad', Ba', Bb', Bc', Bd', a'a,
ad, b'b, bc, c'b, ba, d'c, cd.

Gambar 2 Pengukuran dengan Cara Perpanjangan Sisi

3. Cara trilaterasi sederhana


Cara ini pada prinsipnya dilakukan dengan mengikat titik-titik detail
dari dua titik tetap, sehingga bidangan tanah dapat digambarkan
dengan baik dan benar. Lihat gambar 3

10

b
A

Gambar 3 Pengukuran dengan Cara Trilaterasi Sederhana

2.3 Metode Pengukuran Fotogrametrik

Alat yang digunakan untuk pengukuran bidang secara fotogrametrik,


yaitu:
1. Blow Up atau peta foto skala 1 : 2500
2. Pita ukur, digunakan untuk mengukur sisi-sisi bidang tanah
3. Jarum prik, digunakan untuk melubangi peta foto pada titik batas
bidang tanah
4. Formulir gambar ukur
5. Alat tulis dan pelengkap lainnya

Blow Up photo udara merupakan perbesaran dari foto udara dengan skala
pendekatan 1 : 5000 bisa menjadi 1 : 2500. Blow Up foto udara menggambarkan

11

keadaan detail lapangan dari image citra foto. Blow Up foto udara ini bukan
merupakan jenis dari peta.

2.4 Pengukuran Luas


Melakukan pengukuran luas dengan cara fotogrametrik digunakan
beberapa cara, yaitu :
1. Perhitungan luas dengan cara semi grafis
Perhitungan dengan ini adalah cara penentuan luas dengan perpaduan
antara angka jarak langsung dari lapangan dan angka jarak grafis dari peta
sebagai unsur perhitungan luas. Cara pengukuran luas ini akan lebih teliti
apabila pengukuran jarak-jarak grafisnya dilakukan secara teliti dan
biasanya digunakan dalam melakukan perhitungan luas bidang tanah.
2. Perhitungan luas dengan cara full grafis
Perhitungan dengan ini adalah cara penentuan luas yang paling kasar
karena seluruh angka hitungan didapatkan dari hasil pengukuran di peta.
Dalam melakukan pengukuran dengan cara full grafis ini terdapat
beberapa cara, yaitu:
a. Digitasi peta bidang tanah
Penentuan luas dengan digitasi prinsipnya adalah menetukan
koordinat titik bidang tanah secara grafis dengan bantuan alat
digitaisers kemudian menghitung luasnya. Biasanya perhitungan
luas dilakukan software secara otomatis. Dalam laporan ini
software yang dipakai yaitu Map Info 8.5.

12

b. Planimeter
Penentuan luas dengan bantuan alat planimeter, prinsip kerjanya
adalah menelusuri garis batas bidang tanah sampai tertutup
kemudian

angka luas dapat dilihat pada tampilan luas alat

planimeter.
c. Raster Transparan
Dengan menumpukan kertas transparan yang menggambarkan
kotak-kotak garis yang memanjang dan melintang di atas kertas
bidang tanah yang akan dihitung luasnya. Prinsip perhitungan
luasnya adalah menghitung

jumlah kotak yang dicakup oleh

bidang tanah kemudian mengalihkan jumlah tersebut terhadap luas


perkotak.
2.5 Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran Tanah
Peta Pendaftaran Tanah adalah Peta yang menggambarkan satu bidang
tanah atau lebih pada suatu wilayah tertentu yang batas-batasnya ditentukan
berdasarkan penunjukan batas oleh para pemilik dan disahkan penggunaanya oleh
pejabat yang berwenang untuk keperluan pendaftaran tanah (BPN, 2003).

2.6 Prinsip-Prinsip Dasar Pengukuran dan Pendaftaran Tanah

13

1. Objek Pengukuran adalah seluruh bidang tanah dan struktur dalam satu
desa atau kelurahan secara lengkap.
2. Pengukuran bidang tanah dilaksanakan untuk:
a. Menentukan letak geografis
b. Menentukan bentuk geometris, luas, situasi bidang tanah
c. Lampiran sertifikat
d. Untuk mendapatkan data ukuran bidang tanah sebagai unsur
pengambilan batas-batas bidang apabila karena sesuatu hal batasbatas bidang tanah tersebut hilang.
3. Pengukuran dilakukan dengan cara terestris maupun fotogrametris.
Pengukuran bidang tanah dengan metoda fotogrametrik dilakukan
dengan

cara

mengidentifikasi

bidang-bidang

tanah

dengan

menggunakan Blow-Up atau peta foto dan menarik garis ukur


(metode deliniasi) untuk batas bidang tanah yang jelas dan memenuhi
syarat. Metoda ini biasanya dilaksanakan untuk daerah terbuka, daerah
pertanian atau perdesaan.
4. Penunjukan batas bidang tanah dan pemasangan tanda batasnya
dilakukan oleh pemilik tanah atau kuasanya berdasarkan kesepakatan
para pihak yang berbatasan. Pemilik tanah wajib bertanggung jawab
atas kebenaran batas bidang tanah yang ditunjukkannya.

5. Apabila

dalam

pengukuran

bidang

tanah

ditemukan

adanya

bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar, maka untuk bidang-bidang

14

tanah tersebut dipetakan pada peta pendaftaran mengikuti tata cara


dalam standarisasi pemetaan indeks grafis dan Up dating Peta
Pendaftaran,( Ref. No 04. 0-STD-PT.2003).
6. Satu bidang tanah hanya dapat dipetakan pada satu peta pendaftaran.
7. Akurasi ploting titik yang harus dicapai untuk setiap titik-titik batas
bidang tanah adalah 0,1 mm pada skala peta, relatif terhadap titik lain
yang bersebelahan.
8. Pengukuran poligon hanya dilakukan apabila:
a. Titik-titik batas bidang tanah tidak terlihat
b. Jarak antara titik batas bidang tanah yang akan diukur telah
melampaui 100 m
9. Deliniasi dapat dilakukan pada peta pendaftaran berupa peta foto dan
detail titik batas dapat terlihat jelas atau mudah diidentikasi di peta
tersebut. Metode ini hanya dapat dilakukan untuk perpanjangan sisi
lebih dari 10 m.
10. Tanda-tanda batas dipasang pada setiap sudut batas tanah dan, apabila
dianggap perlu oleh petugas yang melaksanakan pengukuran juga pada
titik-titik tertentu sepanjang garis batas bidang tanah tersebut. Untuk
sudut-sudut batas yang sudah jelas letaknya karena ditandai oleh
benda-benda yang terpasang secara tetap seperti pagar beton, pagar
tembok atau tugu patok penguat pagar kawat, tidak harus dipasang
tanda batas. Bahan , bentuk, ukuran serta konstruksi tanda-tanda batas

15

sesuai petunjuk teknis. PMNA/Ka.BPN No. 3 Tahun 1997, Menteri


Pengukuran dan Pendaftaran Tanah.
11. Tahapan identifikasi dan pengukuran bidang tanah dengan peta
garis/Peta Foto sebagai peta dasar mengacu pada

petunjuk teknis

PMNA/Ka.BPN No. 3 Tahun 1997, Meteri Pengukuran dan


Pendaftaran Tanah.
12. Untuk mengidentifikasi satu bidang tanah dan membedakan dengan
bidang tanah lainnya, diperlukan tanda pengenal bidang tanah yang
bersifat unik, sehingga mudah mencari dan membedakan bidang tanah
yang dimaksud dengan bidang tanah lainnya. Tanda pengenal tersebut
disebut Nomor Induk Bidang (NIB). NIB merupakan penghubung
antara peta pendaftaran dan daftar lainnya yang ada dalam proses
pendaftaran tanah. Dalam sistem komputerisasi pendaftaran tanah NIB
yang unik diperlukan sebagai penghubung yang efisien anara data yang
diperlukan dan sebagai akses informasi atas suatu bidang tanah.

2.7 Pengukuran Teresteris dengan Menggunakan Peta Garis sebagai Peta


Dasar Pendaftaran

16

Pelaksanaan pengukuran bidang tanah dengan menggunakan peta garis


sebagai peta dasar pendaftaran adalah dengan melakukan pengukuran terrestrial
dan mengikat terhadap titik dasar teknik terdekat apabila sudah tersedia di sekitar
bidang tanah yang diukur. Apabila sudah tersedia titik dasar teknik nasional
sekitar bidang tanah yang diukur, maka pengukuran bidang tanah tersebut harus
diikatkan terhadap titik dasar teknik nasional. Apabila di sekitar bidang tanah
tidak tersedia titik dasar teknik pengukuran bidang tanah dapat dikaitkan pada
detail-detail yang mudah diidentifikasi secara pasti di lapangan dan di peta garis
seperti pojok tembok, tiang listrik, perempatan pematang, dan sebagainya.
Pengukuran dapat juga dilakukan dengan terlebih dahulu membuat titik dasar
teknik perapatan dari titik-titik dasar teknik yang digunakan untuk pembuatan
peta garis tersebut (BPN, 2003).
Tahapan pengukuran bidang tanah dengan peta garis sebagai peta dasar:
1. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam pengukuran.
2. Mempersiapkan fotokopi lembar peta garis yang memuat letak bidang
tanah yang akan diukur untuk dibawa ke lapangan.
3. Menentukan bidang tanah yang akan diukur dan telah ditetapkan tanda
batasnya di lapangan.
4. Menentukan letak perkiraan pada peta garis.
5. Membuatkan gambar ukurnya.

6. Mengukur bidang tanah tersebut secara terretrial.

17

7. Untuk keperluan pemetaan bidang tanah yang telah diukur, perlu diikatkan
terhadap titik dasar teknik terdekat sekitar bidang tanah atau terhadap
beberapa titik detail yang jelas (minimum tiga titik), tergambar pada peta
garis dan mudah diidentifikasi di lapangan (perempatan pematang sawah,
ujung trotoar, pojok jembatan dan lain sebagainya).
8. Cantumkan angka-angka ukurnya pada gambar ukur.
9. Gambarkan bidang tanah dan tandai titik-titik yang dipakai sebagai titik
ikat pada fotokopi peta garis.
10. Cantumkan Nomor Bidang (NIB) pada tengah-tengah bidang tanah di
peta.
11. Lembar fotokopi peta garis dibawa ke lapangan tersebut dipakai sebagai
dasar untuk memetakan bidang tanah pada lembar asli drafting film.
2.8 Sistem atau Cara Pembuatan Peta Pendaftaran
Pembuatan peta pendaftaran tanah dapat dilakukan dengan metoda digital. Jika
peta dasar pendaftaran berupa foto, pemetaannya dilaksanakan dengan menyalin
batas bidang tanah dari dasar peta (peta foto) yang batas-batasnya telah
diidentifikasi dan ditetapkan oleh panitia ajudikasi (sistematik) atau petugas ukur
(sporadik) serta sisi-sisinya telah diukur di lapangan. Jika peta dasarnya berupa
peta garis, hasil ukuran di lapangan dikartir pada peta pendaftaran (peta dasar
pendaftaran yang berubah fungsi menjadi peta pendaftaran) dengan terlebih
dahulu diidentifikasi minimal dua titik sekutu yang akan digunakan. Garis basis
atau titik sekutu di atas adalah titik yang sama yang diidentifikasi dan diukur baik
di peta dan di lapangan (BPN, 2003).

18

Berdasarkan tersedianya data yang ada pembuatan peta pendafaran dijital


dibagi dalam kelompok berikut:
1. Tersedianya Peta Dasar Digital dengan Sistem Koordinat Nasional.
Peta dasar dijital denan sistem koordinat nasional dapat berupa:
a. Peta garis digital
b. Peta foto digital
Dengan tersedianya peta dijital tersebut di atas maka pelaksanaan
pemetaan peta dasar pendaftaran dapat dilaksanakan dengan cara:
a. Penggabungan file (manuskrip) pada peta dijital.
File data dapat berupa peta bidang tanah, peta blok digital dengan sistem
koordinat sama dengan peta dijital.
b. Pengkartiran gambar ukur secara interaktif pada layer monitor.
Data lapangan dikartir secara langsung pada peta dijital, dilakukan
editing sesuai dari data gambar ukur pada peta tersebut, sehingga seluruh
bidang kepemilikan yang telah ditetapkan batas-batasnya tergambar
pada peta dasar, diberi simbol yang sesuai dengan simbol peta
pendaftaran, untuk masing-masing bidang diberi nomor bidang, serta
data yang diperoleh selama pengukuran seperti batas administrasi desa /
kelurahan.

c. Penambahan data pada peta dijital.

19

Misal data dari pendaftaran tanah sistematik berupa data peta


pendaftaran digital maka dapat ditambahkan (append) ke peta digital.
Karena peta dijitalnya dalam sistem koordinat nasional, maka hasil
pelaksanaan pemetaan di atas adalah peta dijital dalam sistem koordinat
nasional.
2. Tersedianya Peta Dasar Digital dengan Sistem Koordinat Lokal.
Peta dasar dijital dengan sistem koordinat lokal juga bisa terdiri dari peta
garis digital dan peta foto digital. Pelaksanaan pemetaannya pada peta
dasar pendaftaran karena telah tersedia peta dijital dilakukan sama
dengan butir (1).
3. Peta Dasar Pendaftaran Sistem Nasional.
Peta-peta dasar sistem koordinat nasional dapat terdiri dari peta garis dan
peta foto. Pendaftaran ini harus didijit menjadi peta dijital. Pelaksanaan
pemetaanya pada peta dasar pendaftaran karena telah tersedia peta dijital
dilakukan sama dengan butir (1).
4. Peta Dasar Pendaftaran Sistem Lokal.
Peta-peta dasar sistem koordinat nasional dapat terdiri dari peta garis dan
peta foto. Sama seperti butir (3) pendaftaran ini harus didijit menjadi peta
dijital. Pelaksanaan pemetaanya pada peta dasar pendaftaran karena telah
tersedia peta dijital dilakukan sama dengan butir (2), sistem koordinat
masih lokal, jika tersedia titik dasar teknik, harus ditransformasikan ke
sistem koordinat nasional.
5. Tidak Tersedia Peta Digital atau Manual.

20

Jika tidak tersedia peta dasar digital ataupun peta non digital, maka hasil
pengukuran kerangka dasar, pengukuran bidang dan situasi yang
berbentuk data koordinat disusun menjadi susunan data yang dapat dibaca
oleh perangkat lunak Computer Aided Design (CAD), dan dapat
digeneralisasi dengan menggunakan perangkat lunak ARC/Info menjadi
data spasial.
Dari data titik-titik koordinat tersebut dapat digeneralisasi menjadi titik,
garis dan poligon (feature geografik). Feature titik merupakan lokasi
obyek peta yang bentuknya terlalu kecil seperti tugu batas, yang pada
tampilannya dapat diganti dengan simbol lain. Feature garis adalah
kumpulan koordinat berurutan yang bila di hubungkan akan menyajikan
bentuk linier atau garis, misalnya jalan, batas administrasi dan lain-lain.
Pada saat melakukan pengukuran situasi ataupun pengukuran bidang
diperoleh data tambahan yang diukur dengan mengunakan pita ukur,
teodolit, atau kombinasi keduanya yang datanya tercantum pada gambar
ukur. Dengan bantuan (fasilitas) yang ada pada perangkat lunak CAD
dapat diinputkan menjadi data feature geografik dan dengan melakukan
editing dapat dibentuk jalan, bidang-bidang tanah, sungai, saluran, teks
dan lain sebagainya, sesuai data dan sketsa yang ada. Pada pembuatan peta
digital, masing-masing data dikelompokan dalam satu layer atau objek
tersendiri,

untuk

pembaharuan data.

memudahkan

dalam

pelaksanaan

editing

atau

21

Layer (lapisan data) atau orientasi objek juga disebut tema peta, karena
berisi sekelompok feature geografik tertentu saja, misalnya jalan saja,
walaupun akhirnya jalan juga masih harus dipisahkan dalam kelas,
misalnya jalan kelas utama, jalan kelas I, jalan kelas II, jalan kelas III, dan
lain sebagainya.
Klasifikasi ini dimaksud jika peta yang akan ditampilkan dalam skala
besar atau kecil maka akan terjadi generalisasi data sehingga untuk
penampilan/ penggambaran peta skala 1:1.000 tentu semua kelas jalan
akan ditampilkan, sedangkan jika diperlukan peta 1:25.000 maka secara
otomatis jalan yang akan ditampilkan hanya sampai kelas II, agar peta
tidak terlalu sarat dengan data. Data digital harus merupakan data yang
sempurna dan selalu berubah sesuai dengan perubahan data dan
kepemilikan di lapangan yang didaftar di Kantor Pertanahan.
2.9 Pengukuran dengan Menggunakan GPS
1.

Dasar penentuan posisi dengan GPS


Dalam melakukan penentuan posisi dengan GPS ada beberapa catatan
yang harus diketahui yaitu:
a. Posisi yang diberikan adalah tiga dimensi
b. Posisi yang diperoleh bereferensi ke Global datum yang dinamakan
WGS (World Geodetic System) 1984
c. Titik yang akan ditentukan posisinya bisa diam (static positioning)
ataupun bergerak (kinematik positioning)

22

d. Posisi dapat diperoleh langsung pada saat pengamatan di lapangan


(real-time positioning) ataupun kemudian sesudah berada di kantor
(post processing)
e. Posisi titik dapat ditentukan

terhadap sistem koordinat WGS 1984

(absolute positioning) ataupun terhadap titik lainnya yang telah


diketahui koordinatnya (differential positioning)
f. Posisi titik dapat dihitung dengan tidak melibatkan titik-titik lainnya,
atau dapat dihitung denan melibatkan titik-titik lainnya dalam suatu
perhitungan yang terintegrasi
2.

Pengukuran dengan menggunakan RTK (Real Time Kinematik)


Metode pengukuran dengan menggunakan real time kinematik (RTK)
adalah menggunakan prinsip satu alat GPS didirikan pada satu titik yang
telah diketahui koordinatnya sebagai base dan GPS satunya didirikan
pada titik-titik yang akan dicari koordinatnya dengan bergerak (rover).
Vektor dari titik yang diketahui ke titik yang tidak diketahui selanjutnya
dihitung dengan cara rover (bergerak). Pengamatan antara titik yang telah
diketahui koordinatnya (base) dengan titik yang diukur (belum diketahui
koordinatnya) dilakukan dengan satelit yang sama dalam waktu yang
sama. Setelah kedua GPS terpasang pada titiknya (kedua titik yang mau
diukur) maka GPS yang didirikan diatas titik yang telah diketahui
koordinatnya, harus di set up terlebih dahulu dengan menggunakan
komputer dan memasukkan angka koordinat yang telah diketahui (X,Y),

23

ketinggian titik (Z), dan tinggi alat dari GPS ke atas titik patok yang ada
kemudian dimasukkan pada setting di GPS (receiver GPS).
3.

Pengukuran dengan menggunakan metode static (diam)


Set up alat seperti pemasangan GPS pada setiap titik (sentering optis, dan
kabel seluruhnya dipasang sesuai petunjuk) untuk kedua titik yang akan
diamat. Pada metode ini, baik titik yang diketahui maupun titik yang tidak
diketahui koordinatnya didirikan alat GPS dan diukur (direkam) dalam
waktu yang sama dan secara simultan (bersamaan) untuk setip pasang
titik. Perbedaan dengan metode RTK adalah tidak ada titik yang dianggap
bergerak, sehingga setiap pasang titik akan diukur bersamaan dan salah
satu GPS tidak dibiarkan secara terus menerus merekam data, sementara
yang lain bergerak untuk merekam data pada titik-titik yang menyebar.
Kemudian dimatikan saat akan berjalan pada titik yang lain, dan alat yang
satunya tidak dimatikan.
Biasanya pengukuran dengan menggunakan metode static ini dilakukan
untuk mendapatkan posisi titik-titik yang saling berjauhan, seperti
penyebaran titik kontrol horizontal untuk BPN, pemasangan titik-titik PI
(Point Intersection) pada tikungan baik jalan raya, maupun jaringan irigasi.

24

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum


Kegiatan

ini

meliputi

pembuatan

peta

pendaftaran

tanah

yang

dilaksanakan di desa Talang Balai Lama Kabupaten Ogan Ilir (OI). Sasaran pada
pekerjaan ini adalah pembuatan peta dasar yang teliti untuk pembuatan sertifikasi
tanah. Peta dasar tersebut dibuat berdasarkan Blow Up foto udara yang telah
disediakan sebelumnya.
Adapun tahap-tahap kegiatan yang harus dilakukan adalah:
1. Persiapan
2. Pengumpulan data
3. Sumber foto
4. Pengukuran bidang tanah
3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dilakukan pada tanggal 18 Juni sampai
dengan 18 Juli 2008 di desa Talang Balai Lama Kabupaten Ogan Ilir
(Lihat gambar 4). Kegiatan ini dilakukan selama 30 hari yang meliputi
pengukuran, gambar bidang tanah, dan digitasi.

25

Gambar 4 Peta Lokasi Pengukuran Desa Talang Balai Lama


Gambar di atas merupakan lokasi yang akan diukur. Gambar di atas
bersumber dari google yang di dapat melalui software google earth. Sebagian
besar lahan yang terdapat di Talang Balai Lama digunakan sebagai lahan
pertanian.

Sebelum melakukan pengukuran ada tahapan kegiatan dalam

pembuatan peta dasar pendaftaran tanah yang dibuat pada diagram alir. Diagram
alir dibuat sebagai rencana kegiatan yang akan dilakukan, sehingga kegiatan
pengukuran dapat terencana dengan baik. Lihat gambar 5.

26

Persiapan
-

Teknis
Administrasi

Pengumpulan data awal

Analisis Data

Identifikasi Lapangan

Pengukuran
Menggunakan Pita Ukur

Menggunakan Hand GPS

Gambar Bidang Tanah

Pengambilan Titik Koordinat

Digitasi dan Deliniasi Peta

Pencetakan

Peta Dasar Pendaftaran Tanah

Gambar 5 Diagram Alir Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran Tanah


3.3 Persiapan

27

Sebelum melakukan pengukuran bidang tanah, terlebih dahulu menemui


kepala desa atau perangkat desa untuk memberitahukan bahwa adanya pekerjaan
lapangan yang dilakukan di desa Talang Balai Lama. Kemudian mencari tempat
tinggal sementara selama melakukan pengukuran. Mempersiapkan alat-alat yang
akan digunakan dalam melakukan suatu pengukuran.
Secara umum pekerjaan persiapan terdiri dari:
1. Persiapan Teknis
2. Persiapan Administrasi
3.3.1 Persiapan teknis
Persiapan teknis untuk melakukan pengukuran bidang meliputi persiapan
peralatan, personil pengukuran dan persiapan lainnya. Alat-alat yang digunakan
dalam melakukan pengukuran ini adalah:
1. Alat Tulis
Alat tulis yang digunakan adalah pensil, pena, penghapus, papan tulis,
semua jenis penggaris, kertas ukuran A3 dan legal. Alt tulis digunakan
untuk mecatat hasil dari pengukuran yang dilakukan dilapangan.
2. Blow Up Foto Udara
Kegiatan pengukuran yang dilakukan di desa Talang Balai Lama memakai
foto yang bersumber dari Google. Blow Up doto udara digunakan untuk
mengidentifikasi gambar di foto dengan dilapangan serta dapat
mengkoreksi jarak dilapangan dengan di foto jika terdapat kesalahan
dalam melakukan pengukuran.

28

Gambar 6 Peta Orientasi Wilayah

3. Pita Ukur
Pita ukur yang digunakan mempunyai panjang 50 M. Pita ukur digunakan
untuk pengukuran bidang tanah. Pita ukur digunakan pada daerah
permukiman, persawahan serta perkebunan yang mempunyai batas yang
dekat.

29

Gambar 7 Pita Ukur

4. Hand GPS
Hand GPS digunakan pada pengukuran bidang tanah di daerah perkebunan
yang mempunyai batas-batas yang luas. Hand GPS digunakan untuk
mendapatkan koordinat titik-titik X dan Y pada desa Talang Balai Lama
sehingga dapat digambarkan ketika digitasi bidang tanah.

30

Gambar 8 Hand GPS Garmin 60 CSx

3.3.2 Persiapan administrasi


Persiapan administrasi lebih banyak berkaitan dengan penyelesaian
administrasi dengan perijinan desa tersebut untuk melakukan pengukuran.
Pengurusan perijinan yang diperlukan sewaktu di lapangan yang meliputi
perijinan mengukur hak milik bidang tanah seseorang.

3.4 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan data fisik dari bidang-bidang tanah yang telah terdaftar.
Dokumen-dokumen yang diperlukan telah disediakan oleh kantor pertanahan
seperti Blow Up foto Udara.

3.5 Analisis Data

31

Kegiatan ini meneliti apakah bidang-bidang tanah yang terdapat di desa


Talang Balai Lama telah memiliki sertifikat atau belum. Melihat Lokasi berkaitan
dengan bangunan atau benda-benda fisik lainya yang memperlihatkan letak
bidang tanah tersebut pada surat ukur atau gambar ukur. Hasil akhir dari analisis
data yaitu informasi bidang-bidang tanah yang dapat dipetakan pada peta dasar
pendaftaran tanah dan daftar bidang tanah yang harus diidentifikasi di lapangan.
3.6 Identifikasi Lapangan
Tujuan dari identifikasi lapangan yaitu mengumpulkan informasi
tambahan di lapangan. Kegiatan ini meliputi memeriksa keberadaan batas fisik di
lapangan serta melihat dokumen-dokumen yang dimiliki oleh pemilik bidang
tanah seperti sertifikat tanah. Jika dianggap perlu lakukan pengukuran sederhana
untuk menentukan letak detail bidang tanah terhadap peta situasi yang sudah ada.
3.7 Pelaksanaan Pengukuran
Pada saat akan melakukan pengukuran hendaknya didampingi perangkat
desa yaitu ketua RW/RT, selain untuk membantu mengidentifikasi batas-batas
bidang tanah juga diharapkan untuk memberikan penjelasan tentang maksud dan
tujuan pengukuran kepada pemilik bidang tanah sehingga

dapat membantu

kelancaran dalam pengukuran. Meskipun telah diberi penjelasan tentang maksud


dan tujuan dalam melakukan pengukuran, masih ada sebagian pemilik bidang
tanah yang belum paham sehingga menghambat dalam melakukan pengukuran
bidang tanah. Pada masalah ini perangkat desa diharapkan untuk memberikan
penjelasan sekali lagi demi kelancaran dalam melakukan pengukuran bidang.

32

Jenis pengukuran yang dilakukan meliputi:


1. Pengukuran dengan menggunakan pita ukur
Pengukuran ini digunakan pada daerah yang tidak mempunyai batas-batas
bidang tanah yang luas. Hasil pengukuran kemudian digambarkan pada Blow Up
foto udara yang telah disediakan sebelumnya. Ada beberapa cara dalam
melakukan pengukuran jarak menggunakan pita ukur, yaitu:
a.

Mengukur jarak dalam jangkauan pita ukur.


Tahapan pengukuran jarak dalam jangkauan pita ukur yaitu:
1. Bersama perangkat desa meminta informasi kepada pemilik lahan
mengenai batas bidang tanahnya.
2. Mengukur jarak sisi sesuai dengan batas yang diberitahukan oleh pemilik
lahan.
3. Menggambar dan mencatat ukuran bidang tanah di atas Blow Up foto
udara.

b.

Mengukur jarak diluar jangkauan pita ukur


Tahapan dalam melakukan pengukuran jarak yang diluar jangkauan pita ukur
yaitu:
1. Menyediakan patok kayu untuk memberi batas apabila jangkauan pita ukur
telah maksimun kemudian melakukan pelurusan pada tap patok, dan
menarik kembali pita ukur dari patok kebatas selanjutnya.
2. Menghitung hasil pengukuran dari bentangan pita ukur. Jumlah bentangan
dikalikan dengan panjang maksimum pita ukur kemudian ditambahkan
dengan bentangan pita ukur yang terakhir.

33

3. Menggambar hasil pengukuran diatas Blow Up foto udara yang telah


disediakan.
Pada saat melakukan pengukuran di desa Talang Balai Lama terdapat
kesalahan dalam pengukuran dengan pita ukur. Kesalahan diketahui setelah
dilakukan kegiatan deliniasi pada software yang digunakan. Pada saat deliniasi,
ukuran yang didapat di lapangan tidak tepat ketika deliniasi bidang tanah
dilakukan, jarak di lapangan berada ditengah-tengah permukiman warga.
Kesalahan dalam pengambilan ukuran ini dapat mempengaruhi deliniasi pada
bidang-bidang selanjutnya. Ketika hasil pengukuran di lapangan diteliti kembali
terdapat salah satu bidang tanah yang tidak diukur. Pengukuran bidang yang salah
harus diulang kembali dan bidang yang belum diukur diambil ukurannya karena
hasil data yang didapat di lapangan akan mempengaruhi hasil peta.
2. Pengukuran dengan menggunakan Hand GPS
Pengukuran

dengan

mengunakan

Hand

GPS

digunakan

untuk

mendapatkan koordianat X dan Y pada titik-titik di desa Talang Balai Lama.


Pengukuran dengan menggunakan Hand GPS digunakan untuk mengukur luas
dan batas bidang yang tidak memungkinkan untuk ditarik pita ukur.

Dalam

pengukuran ini hand GPS yang digunakan yaitu tipe Garmin 60CSx.

Tahapan dalam melakukan pengukuran menggunakan Hand GPS


a.

Menghidupkan Hand GPS dengan menekan ON pada Hand GPS yang


tersedia.

34

b.

Mengatur hand GPS pada sistem proyeksi UTM WGS 84 pada set up yang
terdapat di Hand GPS.

c.

Memilih halaman titik koordinat pada page yang terdapat di Hand GPS
sehingga

didapatkan

halaman

dengan

gambar

lingkaran

yang

menggambarkan jumlah satelit yang didapat dan diagram batang yang


menggambarkan kekuatan signal yang diberikan oleh satelit.
d.

Ketika berada di lokasi yang akan diambil titik koordinat hand GPS tunggu
selama beberapa menit agar didapatkan sinyal yang baik dari satelit.

e.

Menamai titik tersebut dengan menyimpan koordinat titik X dan Y pada


Hand GPS. Koordinat titik X dan Y dapat langsung tersimpan di hand GPS
dengan memilih mark pada hand GPS.

f.

Menandai titik-titik yang diambil koordinatnya pada Blow Up foto udara


dengan menggunakan pena..

g.

Titik koordinat X dan Y dimasukkan pada saat penggambaran di software


Map Info 8.5 sehingga ketika kita koordinat titik X dan Y dimasukkan maka
akan terlihat letak koordinat titik dilapangan pada Blow Up foto udara.

3.8 Gambar Bidang Tanah


Gambar bidang tanah dibuat setelah kita melakukan pengukuran di
lapangan. Pembuatan gambar bidang tanah penting untuk dilakukan untuk

35

menghindari kesalahan pada saat digitasi. Gambar bidang tanah dilakukan di atas
Blow Up foto udara, meskipun telah dibuat di atas Blow Up foto udara biasanya
terdapat masalah pada Blow Up foto udara. Ini kemungkinan terjadi karena tahun
penggambilan foto udara yang berkisar antara 8-10 tahun yang lalu, sehingga
terdapat beberapa bangunan baru yang tidak tergambar pada Blow Up foto udara.
Pada masalah ini pembuatan gambar bidang tanah dapat dilakukan dengan
mengikat pada bidang tanah yang terdapat disekitar bidang tanah tersebut. Bidang
tanah tersebut dapat diketahui batas bidang tanahnya dengan mengukur lahan di
depan, di belakang, di kiri, dan di kanan dari bidang tanah bangunan yang tidak
terdapat pada Blow Up foto udara. Dari hasil pengukuran keempat sisi dari bidang
tanah tersebut kita dapat mengetahui ukuran bidang tanah tersebut.
3.9 Digitasi dan Deliniasi Bidang Tanah
Deliniasi bidang tanah dilakukan apabila data dari ukuran di lapangan
telah didapat. Pada kegiatan ini software yang digunakan adalah Map Info 8.5.
Deliniasi bidang tanah dilakukan dengan menggambar batas-batas bidang tanah
sesuai dengan ukuran di lapangan. Hasil pengukuran dengan pesawat Hand GPS
dilakukan dengan cara digitasi. Digitasi dilakukan dengan memasukkan koordinat
titik-titik yang didapat di lapangan. Gambar peta Talang Balai lama di gambarkan
pada skala 1:2.500 (Lihat gambar 9).

36

Pada saat digitasi koordinat X dan Y biasanya terdapat kesalahan titik yang
berkisar antara 5 meter. Ini terjadi karena ketelitian pada alat Hand GPS yang
berkisar dalam meter. Dalam pembuatan peta bidang tanah digambarkan bentuk

37

bidang tanah pada lembaran kertas dengan skala tertentu. Batas-batas bidang
tanah harus ditetapkan oleh pemilik tanah dan digunakan untuk pengumuman data
fisik, daftr nama pemilik bidang dibuat beserta NIB (Nomor Induk Bidang) dan
luas (Lihat lampiran 1). Gambar bidang-bidang tanah harus menggambarkan
seluruh bidang-bidang tanah dan nama pemilik bidang tanah yang ada disertai
Nomor Identifikasi Bidang (NIB) Lihat gambar 10. Penggambaran peta
pemanfaatan lahan desa Talang Balai Lama dibuat pada skala 1:7.500
(Lihat gambar 11).

Gambar 10 Digitasi Gambar Bidang Tanah Disertai NIB

38

3.10 Pencetakan Peta

39

Kegiatan ini meliputi tata cara pencetakan peta yang didapat dari hasil
digitasi dan delinasi. Pencetakan peta dibuat dengan sofware Map Info 8.5.
Adapun tahapan tahapan dalam pencetakan peta dasar pendaftaran tanah yaitu:

1.

Membuka program Map Info 8.5 dengan memilih File kemudian Open
pilih file yang telah dilakukan digitasi dan delinasi. Lihat gambar 12.

Gambar 12 Tampilan Kotak Dialog Hasil Digitasi dan Delinasi


2.

Membuat layout window dengan memilih window kemudian pilih new layout
window hingga muncul kotak dialog New Layout Window kemudian tekan
tombolOK. Lihat Gambar 13.

40

Gambar 13 Tampilan Kotak Dialog New Layout Window


3.

Klik dua kali pada peta untuk menentukan skala peta yang akan dicetak
hingga muncul kotak Frame Object atur skala pada Scale yang terdapat
dibawah kiri kotak. Lihat gambar 14.

Gambar 14 Tampilan Kotak Dialog Frame Object

41

4.

Atur jenis kertas yang akan dipakai untuk print out peta dengan memilih
File kemudian pilih Page Setup hingga muncul kotak Page Setup
seperti gambar 15.

Gambar 15 Tampilan Kotak Dialog Page Setup


5.

Setelah semuanya telah dianggap baik, hasilnya dapat dicetak diatas kertas
dengan memilih File kemudian pilih Print. Pilih jenis printer yang akan
digunakan untuk mencetak peta. Apabila semuanya telah siap tekan OK.
Lihat gambar 16.

42

Gambar 16 Tampilan Kotak Dialog Print


3.11 Pengumuman
Gambar bidang-bidang tanah yang telah ditambah dengan daftar luas
masing-masing bidang serta data kepemilikan, digunakan untuk pengumuman.
Pengumuman dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada warga
masyarakat pemilik tanah atau pihak lain yang berkepentingan untuk mengajukan
komplain apabila terdapat kesalahan dalam melakukan pengukuran bidang tanah
(BPN, 2003).

43

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Dalam membuat peta dasar pendaftaran tanah ada beberapa tahapan yang
harus dilakukan mulai dari persiapan pengukuran, pengukuran dengan
menggunakan pita ukur dan GPS, pembuatan sketsa, dan digitasi peta bidang
tanah. Dari hasil uraian diatas maka dapat disimpulkan, sebagai berikut:
1. Digitasi dapat dilakukan dengan mudah apabila hasil pengukuran di
lapangan digambarkan pada Blow Up foto udara yang tersedia.
2. Pengambilan data posisi titik di lapangan dengan menggunakan pesawat
Hand GPS dilakukan apabila pesawat Hand GPS telah mendapatkan sinyal
yang kuat untuk menghindari kesalahan dalam penggambilan data
koordinat.
3. Kesalahan penggambilan titik di lapangan menggunakan Hand GPS,
kesalahan dalam menarik pita ukur, kesalahan dalam pembuatan sketsa
sangat menentukan ketelitian dari peta yang dihasilkan.

44

4.2 Saran
Sebelum pengukuran bidang hendaknya dilakukan sosialisasi kepada para
pemilik bidang tanah yang akan diukur, memberikan arahan dan maksud dari
pengukuran agar tindakan yang tidak kita inginkan tidak terjadi. Pengukuran
menggunakan Hand GPS sebaiknya dilakukan hanya pada daerah persawahan dan
kebun saja agar kesalahan dalam pengukuran tidak terjadi, sedangkan untuk
daerah permukiman pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan pita ukur.

45

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pertanahan Nasional, 2003, Standarisasi Pengukuran dan Pemetaan
Kadastral, Palembang.
Badan Pertanahan Nasional, 1997, Materi Pengukuran dan Pemetaan
Pendaftaran
Tanah, Palembang.
(Online)
http://subterra.web.id/survey-dan-peta/survey-gua-secara-magnetikdan- peralatannya.html
(Online)

http://sprenzy.com/shopping/articles/tag/gps.html

(Online) http://earth.google.com/

Anda mungkin juga menyukai