PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ayam kampung merupakan ayam lokal di Indonesia yang kehidupannya
sudah lekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan
ayam buras (bukan ras), atau ayam sayur. Penampilan ayam kampung sangat
beragam, begitu pula sifat genetiknya, penyebarannya sangat luas karena populasi
ayam buras dijumpai di kota maupun desa. Potensinya patut dikembangkan untuk
meningkatkan gizi masyarakat dan menaikkan pendapatan keluarga.
Diakui atau tidak selera konsumen terhadap ayam kampung sangat tinggi.
Hal itu terlihat dari pertumbuhan populasi dan permintaan ayam kampung yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun (Bakrie et al.,2003). Hal ini terlihat dari
peningkatan produksi ayam kampung dari tahun ke tahun, dimana pada tahun
2001 2005 terjadi peningkatan sebanyak 4,5 % dan pada tahun 2005 2009
konsumsi ayam kampung dari 1,49 juta ton meningkat menjadi 1,52 juta ton
(Aman, 2011). Mempertimbangkan potensi itu, perlu diupayakan jalan keluar
untuk meningkatkan populasi dan produktivitasnya.
Ayam kampung mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena
mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, kondisi lingkungan dan
perubahan iklim serta cuaca setempat. Ayam kampung memiliki bentuk badan
yang kompak dan susunan otot yang baik. Bentuk jari kaki tidak begitu panjang,
tetapi kuat dan ramping, kukunya tajam dan sangat kuat mengais tanah. Ayam
kampung penyebarannya secara merata dari dataran rendah sampai dataran tinggi.
Kondisi yang ada terkait dengan masalah utama dalam pengembangan ayam
kampung adalah rendahnya produktifitas. Salah satu faktor penyebabnya adalah
sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional, jumlah pakan yang diberikan
belum mencukupi dan pemberian pakan yang belum mengacu kepada kaidah ilmu
nutrisi (Gunawan, 2002; Zakaria, 2004a), terutama sekali pemberian pakan yang
belum memperhitungkan kebutuhan zat-zat makanan untuk berbagai tingkat
produksi. Keadaan tersebut disebabkan karena belum cukupnya informasi
lainnya
adalah
perbaikan
genetik
dan
peningkatan
manajemen
menentukan
kebutuhan
nutrien,
diharapkan
dapat
meningkatkan
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
2.
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi khasanah ilmiah maupun
penerapannya bagi para petani peternak. Dari aspek ilmiah hasil penelitian ini
diharapkan menambah informasi tentang kebutuhan nutrisi ayam kampung, dan
tentunya yang akan memberikan pengaruh secara ekonomis terhadap peternak
ayam kampung tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
energi untuk produksi meliputi untuk pertumbuhan dan produksi telur, bulu,
lemak, dan untuk kerja.
Pengukuran kebutuhan energi pada unggas dapat dilakukan dengan
berbagai metoda, diantaranya : pengukuran gas-gas respirasi, percobaan pakan
yang disertai dengan teknik pemotongan untuk pengukuran kandungan nutrien
pada awal dan akhir percobaan. Tillman et al., (1996) menyatakan bahwa tubuh
ternak dibangun dari zat zat makanan yang diperoleh dari ransum yang
dikonsumsi. Komposisi tubuh ternak dipengaruhi oleh umur, jenis ternak dan
makanan yang dimakan.
Protein merupakan salah satu nutrien yang perlu diperhatikan baik dalam
menyusun ransum maupun dalam penilaian kualitas suatu bahan. Protein
dibutuhkan oleh ayam yang sedang tumbuh untuk hidup pokok, pertumbuhan bulu
dan pertumbuhan jaringan ( Scott et al., 1982 ). Wahyu (1992) menyatakan bahwa
karkas ayam biasanya mengandung protein 18 % dalam jaringan tubuhnya dan
protein bulu 82 %. Untuk memenuhi kebutuhan protein sesempurna mungkin,
maka asam asam amino essensial harus disediakan dalam jumlah yang tepat dalam
ransum (Anggorodi, 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat retensi protein adalah konsumsi
protein dan energi termetabolis ransum. Konsumsi protein yang tinggi akan
diikuti dengan retensi protein yang tinggi serta akan terjadi penambahan bobot
badan bila energi dalam ransum cukup, tetapi bila energi ransum rendah tidak
selalu diikuti dengan peningkatan bobot badan. Suatu ransum dengan kandungan
energi yang kurang walaupun kandungan protein tinggi akan memperlihatkan
retensi nitrogen yang menurun (Wahyu, 1992). Nieto et al. (1995) menyatakan
besarnya protein yang di retensi tergantung dari banyaknya asam amino yang
diberikan dan tergantung pada kualitas dan kuantitas dari protein ransum.
2.2.1 Pengaruh Energi dan Protein Secara Umum
Sampai saat ini patokan kebutuhan zat zat nutrisi untuk ayam kampung
belum tersedia seperti yang digunakan untuk ayam ras pedaging dan ayam ras
petelur. Pemeliharaan ayam kampung secara tradisional erat kaitannya dengan
cara dan kebiasaan petani memberikan pakan. Ayam kampung dibebaskan
berkeliaran di sekitar rumah untuk mencari makan sendiri. Ternak ayam
dikandangkan atau dikurung hanya pada sore dan malam hari. Pemeliharaan
secara alamiah tersebut, ayam-ayam akan mencukupi kebutuhan zat-zat nutrisi
dari sumber tersedia di lingkungannya.
Menurut Wihandoyo dan Mulyadi (1986), kandungan nutrisi pada
tembolok ayam kampung yang dipelihara secara traditional disajikan pada Tabel
2.1. Bila Tabel 2.1 tersebut ditelaah lebih jauh dapat diketahui bahwa kandungan
zat zat nutrisi yang dimakan dan terdapat didalam tembolok ayam kampung belum
memenuhi patokan kebutuhan untuk meningkatkan penampilan produksi daging
maupun telur.
Tabel 2.1 Komposisi Zat-Zat Nutrisi pada Tembolok Ayam Kampung Pada
Umur 6 - 9 Bulan
Zat zat Nutrisi
6 bulan
7 bulan
8 bulan
9 bulan
9.71+1.95
9.31+1.59
9,74+1.35
11.38+1.43
Lemak (%)
2.89+2.15
4.28+2.22
6.51+6.18
8.13+2.06
6.56+3.79
9.90+5.59
7.12+4.22
9.74+5.15
Calcium(%)
1.81+0.76
1.32+0.61
1.47+1.15
1.38+0.74
Phospor (%)
0.43+0.07
0.53+0.21
0.48+0.17
0.53+0.18
(1984) untuk ayam pedaging dibutuhkan protein 23% pada umur 0 3 minggu,
protein 20% pada umur 6 -8 minggu dengan 3200 kkal/kg energi metabolis.
Sedangkan Iskandar et al. (1991 dan 1998) melaporkan bahwa kebutuhan protein
ayam kampung pedaging (ayam sayur) adalah 15 % pada umur 0 6 minggu dan
19% pada umur 6 12 minggu dengan energi metabolis 2900 kkal/kg. Sementara
untuk ayam kampung sedang bertelur membutuhkan 15% protein pada umur 0-12
minggu, protein 14% pada umur 12-22 minggu dan protein 15% pada umur > 22
minggu dengan 2600 kkal/kg energi metabolis.
Pembatasan pemberian pakan dapat mempengaruhi performans ayam
kampung. Husmaini (1994) melaporkan bahwa pertumbuhan ayam kampung
dapat ditingkatkan dengan pertumbuhan kompensasi. Pembatasan pakan sebanyak
40% selama satu minggu kepada ayam berumur dua minggu menyebabkan
pertumbuhan meningkat dengan tajam pada minggu berikutnya pada saat ransum
diberikan secara ad libitum. Bobot akhir pada umur 12 minggu sangat nyata lebih
berat dibandingkan dengan bobot ayam kampung tanpa pembatasan pemberian
pakan pada umur yang sama. Menurut Plavnik dan Hurtwitz (1989) kemampuan
ternak untuk mengejar pertumbuhan yang tertunda (compensatory growth) akibat
pembatasan pakan dipengaruhi oleh kualitas ransum yang diberikan pada saat
refeeding.
Imbangan protein dan energi metabolis ransum pada saat refeeding
(pemberian pakan kembali) dapat mempengaruhi performans ayam kampung,
seperti dicantumkan pada Tabel 2.2 dari Tabel 2.2 terlihat bahwa pemberian
protein 20 % dan energi metabolis 3100 kkal/kg setelah pembatasan pakan dapat
meningkatkan performans ayam kampung pada umur 8 minggu (Husmaini, 2000).
Pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah pakan. Hafez dan Dryer
(1969) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah
hereditas, pakan dan kondisi lingkungan. Penurunan bobot badan akan terjadi
pada ternak pada fase pertumbuhan bila diberikan pakan dengan kandungan
nutrisi yang rendah. Sutardi (1995) menyatakan bahwa ternak ayam kampung
akan dapat tumbuh secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya bila
mendapat zat zat makanan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Ayam yang beratnya 40 g memerlukan energi untuk hidup pokok sebesar
8 kkal/ekor/hari, sedangkan energi untuk pertumbuhannya adalah berkisar antara
1,5 3,0 kkal setiap kenaikan 1 g berat badan (Scott et al, 1982). Kebutuhan
energi untuk hidup pokok pada ayam kampung umur 0 - 4 minggu dan 0 - 8
minggu masing-masing 204,95 kkal/W0,75/ hari dan 127 kkal/W0,75/hari (Asnawi,
1997). Geraert et al. (1987) yang dikutip oleh Leclercq dan Whitehead (1988)
menyatakan bahwa ayam galur kurus (lean line) umur 7 minggu, kebutuhan
energi untuk hidup pokoknya adalah 153,58 kkal/W0,75/hari. Kebutuhan energi
hidup pokok pada ayam broiler umur 8 22 hari sebesar 152 kkal/W0,75/Hari,
sedangkan untuk ayam Leghorn umur 14 28 hari sebesar 200 kkal/W0,75/hari dan
umur 28 42 sebesar 190 kkal/W0,75/hari.
10
Tabel 2.2 Rataan Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Konversi Pakan pada
Ayam Kampung Umur 8 Minggu
Performans
Protein (%)
EM (kkal/kg)
Konsumsi
Bobot Badan
Konversi pakan
Pakan (gram)
( gram)
17
2900
1234,48
431,60
2,89
3100
1383,08
492,83
2,80
20
2900
1777,44
400,16
3,02
3100
1333,84
520,57
2,60
Sumber : Husmaini (2000)
11
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
mempunyai peran
yang
sangat
penting didalam
12
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam menentukan energi netto
pada unggas diantaranya :1) respiratoy gaseus exchange yaitu selisih antara
energi termetabolis yang dikonsumsi dengan total produksi panas. Produksi panas
ditentukan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi dan
karbondioksida yang diproduksi, dan 2) comparative slaughter technique
dengan cara pemotongan terhadap ternak pada awal dan akhir penelitian (Sibbald,
1982) dan menurut Iskandar (1982) akan diketahui jumlah energi yang diretensi.
Dengan melihat proses metabolisme dan mengadakan pelacakan terhadap nutrien
dalam tubuh ternak yang disertai dengan mengukur komposisi tubuh ternak untuk
pertumbuhan maupun fungsi-fungsi lain, maka kebutuhan nutrien khususnya
energi dan protein pada ayam kampung dapat ditetapkan.
Sehubungan dengan permasalahan di atas maka perlu dilakukannya
penelitian ayam kampung dari aspek faal metabolik nutrisi terhadap peningkatan
produktivitas ayam kampung melalui kebutuhan energi ransum dan protein.
3.2
Hipotesis Penelitian
Pemberian ransum dengan kandungan energi termetabolis dan protein
kasar yang lebih tinggi akan meningkatkan produktivitas pada ayam kampung
umur 0 10 minggu.
13
14
BAB IV
MATERI DAN METODA
4.1
Materi
4.1.1 Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak ayam kampung
umur 1 hari, sebanyak 48 ekor dengan rata rata berat badan 54,17 54,25 g/ekor
yang diperoleh dari peternak di Desa Marga, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
4.1.2 Kandang dan Perlengkapan
Kandang yang digunakan dalam penelitian ayam kampung ini adalah
kandang system batteray terdiri dari 16 petak, yang dindingnya terbuat dari kawat.
Sekat sampingnya menggunakan bilah bambu, dan lantai dasarnya terbuat dari
bambu untuk meletakkan tempat makan. Tempat minum diletakkan di dalam bilik
kandang. Setiap petak berukuran panjang 65 cm, lebar 50 cm dan tinggi 75 cm. Di
bagian bawah kandang diletakkan plastik untuk menampung ransum yang jatuh.
Di bawah petak kandang dialasi dengan kertas koran untuk menampung kotoran
yang jatuh.Kandang juga dilengkapi dengan bola lampu untuk pemanas dimalam
hari.
15
A
48.15
27,70
8,88
7,95
6,53
0,35
0,25
0,20
Perlakuan
B
C
50,70
50,80
20,00
14,00
12,00
11,90
7,40
6,59
9,05
15,91
0,40
0,30
0,25
0,30
0,20
0,20
D
54,00
6,90
16,20
5,60
16,40
0,30
0,40
2,20
3000
20
5,02
0,53
0,44
1,64
0,32
0,96
0,54
1,09
1,85
1,31
0,38
2800
16
5,63
0,40
0,36
1,38
0,28
0,76
0,44
0,78
1,49
0,90
0,30
16
2900
18
5,33
0,47
0,40
1,50
0,30
0,87
0,49
0,95
1,69
1,13
0,34
Metode
17
masing unit percobaan terdiri dari 3 ekor ayam, sehingga jumlah ayam kampung
yang dipergunakan adalah 48 ekor (unsex).
Perlakuan yang diberikan adalah :
Perlakuan A : ransum dengan kandungan energi termetabolis
3100 kkal/kg dan protein kasar 22%,
Perlakuan B : ransum dengan kandungan energi termetabolis
3000 kkal/kg dan protein kasar 20%,
Perlakuan C : ransum dengan kandungan energi termetabolis
2900 kkal/kg dan protein kasar 18%,
Perlakuan D : ransum dengan kandungan energi termetabolis
2800 kkal/kg dan protein kasar 16%.
4.2.3 Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah penampilan ayam yang
meliputi: berat badan awal, berat badan akhir, pertambahan berat badan, konsumsi
pakan, Feed Convertion Ratio (FCR), kecernaan pakan, neraca energi, neraca
protein, serta kebutuhan protein dan energi untuk hidup pokok dan pertumbuhan.
4.2.3.1 Penampilan Ayam
Penampilan ayam meliputi atau terdiri atas : konsumsi ransum,
pertambahan berat badan, berat badan akhir dan Feed Convention Ratio (FCR).
a. Konsumsi Ransum : konsumsi ransum diukur setiap minggu sekali yaitu,
selisih antara jumlah ransum yang diberikan dengan sisa ransum
b. Berat badan akhir : berat badan ini didapat dari penimbangan berat badan
pada akhir penelitian.
c. Pertambahan Berat Badan : pertambahan berat badan diperoleh dengan
mengurangi berat badan akhir dengan berat badan awal penelitian.
d. Feed Convertion Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah
ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan berat badan. FCR
merupakan tolak ukur untuk menilai tingkat efisiensi penggunaan ransum.
18
AB
x 100%
A
Dimana :
KCBK : Kecernaan bahan kering pakan (%)
A
19
20
21
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
menyebabkan penurunan
Perlakuan B
Perlakuan C
Perlakuan D
600
Berat badan (g)
500
400
300
200
100
0
0
II
III
IV
V
VI
Umur (minggu)
VII
VIII
IX
22
Tabel 5.1 Konsumsi Ransum, Berat Badan, dan Kenaikan Berat Badan dan
Konversi Ransum (FCR) Pada Ayam Kampung Umur 0 10
Minggu.
Peubah
Konsumsi ransum
(g/ekor/hari)
Berat badan awal
(g/ekor)
Berat badan akhir
(g/ekor)
Kenaikan berat badan
(g/ekor/hari)
Konversi ransum
(FCR)
Perlakuan1
A
22,17a
21,45 a
21,43 a
19,12 a 2
54,17 a
54,17 a
54,17 a
54,25 a
620,75 a
583,33b
544,01 b
456,59c
0,5666a
0,5292b
0,4898b
0,4023c
2,19a
2,27b
2,45b
2,66c
Keterangan:
1. A: Ransum dengan kandungan protein 22% dan 3100 Kkal ME/kg
B: Ransum dengan kandungan protein 20% dan 3000 Kkal ME/kg
C: Ransum dengan kandungan protein 18% dan 2900 Kkal ME/kg
D: Ransum dengan kandungan protein 16% dan 2800 Kkal ME/kg.
2. Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
23
Perlakuan1
A
77,58a
91,94a
B
76,93a
91,06a
C
75,24a
90,50a
D
74,11a2
90,12a
4,69a
3,98b
3,73c
2,98d
Keterangan:
1. A: Ransum dengan kandungan protein 22% dan 3100 Kkal ME/kg
B: Ransum dengan kandungan protein 20% dan 3000 Kkal ME/kg
C: Ransum dengan kandungan protein 18% dan 2900 Kkal ME/kg
D: Ransum dengan kandungan protein 16% dan 2800 Kkal ME/kg
2. Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
24
Perlakuan1
A
5,11a
4,37b
4,12c
3,31d2
0,52a
0,44b
0,41b
0,33c
4,69a
3,93b
3,71b
2,98c
2,54a
2,33b
2,01c
1,75d
Keterangan:
1. A: Ransum dengan kandungan protein 22% dan 3100 Kkal ME/kg
B: Ransum dengan kandungan protein 20% dan 3000 Kkal ME/kg
C: Ransum dengan kandungan protein 18% dan 2900 Kkal ME/kg
D: Ransum dengan kandungan protein 16% dan 2800 Kkal ME/kg.
2. Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
25
Perlakuan1
A
117,88a
108,13b
102,88b
86,99c2
18,25a
19,02a
18,3a
17,39a
99,63a
89,10b
84,59b
69,60c
19,36a
18,08bb
16,74b
13,75c
71,98 a
63,28 b
60,68 b
49,96 c
71,98 a
63,28 a
60,68 a
49,96 a
Keterangan:
1. A: Ransum dengan kandungan protein 22% dan 3100 Kkal ME/kg
B: Ransum dengan kandungan protein 20% dan 3000 Kkal ME/kg
C: Ransum dengan kandungan protein 18% dan 2900 Kkal ME/kg
D: Ransum dengan kandungan protein 16% dan 2800 Kkal ME/kg.
2. Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
26
Energi feses
Energi termetabolis
Energi retensi
Produksi panas
120
100
(K.cal)
80
60
40
20
0
Perlk A
Perlk. B
Perlak. C
Perlk. D
Gambar 5.2 Kurva Perbandingan Antara Konsumsi Energi, Energi Feses, Energi
Termetabolis dan Energi Teretensi.
Peningkatan
jumlah
energi
dan
protein
ransum
menyebabkan
meningkatnya jumlah energi yang diretensi oleh ayam. Hal ini menunjukkan ayam
yang mendapatkan pakan dengan kandungan energi dan protein yang lebih tinggi
mempunyai pertumbuhan yang lebih baik.
Bila dicari hubungan antara retensi energi dengan energi termetabolis ,
maka diperoleh persamaan: Y = - 3,99 + 0,33 X dimana Y adalah energi yang
diretensi dan X adalah jumlah energi termetabolis. Persamaan itu menunjukkan
bahwa setiap kenaikan 1 kkal ME maka akan terjadi peningkatan 0,33 kkal energi
yang diretensi. Jadi efisiensi penggunaan ME untuk pertumbuhan hanya 33%,
sedangkan 67% hilang sebagai panas.
27
sedangkan
Asnawi
(1997)
mendapatkan
127,75
kkal
28
ayam broiler umur 8 22 hari adalah 152 kkal ME/W0,75/hari, sedangkan untuk
ayam White Leghorn umur 14 28 hari adalah 200 kkal ME/W0,75/hari dan umur
28 24 hari adalah 190 kkal ME/W0,75/hari.
kebutuhan energi untuk hidup pokok pada ayam buras lebih rendah dari ayam ras.
Sturkie (1976) menyatakan bahwa kebutuhan energi untuk pokok dipengaruhi
oleh: bangsa ayam (varietas) dan lingkungan.
Kebutuhan energi untuk pertumbuhan dihitung dengan cara menghitung
jumlah energi termetabolis untuk meningkatkan 1 g berat badan. Hasil penelitian
ini mendapatkan bahwa ayam kampung memerlukan energi sebesar 3811 kkal ME
untuk menaikkan 533 g berat badan. Jadi ayam kampung memerlukan energi 7,15
kkal ME untuk menaikkan 1 g berat badan. Energi ini akan digunakan untuk
kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan pertumbuhan. Kebutuhan energi hidup
pokok didapatkan 4,42 kkal sehingga kebutuhan energi untuk pertumbuhan atau
kenaikan berat badan pada ayam kampung umur 0 10 minggu diperoleh 2,73
kkal/1 g kenaikan berat badan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Scott
et al. (1982) yang mendapatkan bahwa kebutuhan energi untuk tumbuh pada
ayam 1,5 3,0 kkal ME/1 g pertambahan berat badan, sedangkan penelitian
Candrawati mendapatkan 3,26 kkal ME/1 g kenaikan berat badan.
Berdasarkan perhitungan di atas dapat dihitung kebutuhan energi pada
ayam kampung umur 0 10 minggu. Bila berat badan ayam kampung umur 10
minggu rata-rata 500 g dengan kenaikan berat badan rata-rata 9 g/hari, maka
kebutuhan energi untuk hidup pokoknya: 35,95 kkal/hari dan kebutuhan energi
untuk tumbuh: 24,57 kkal/hari. Jadi total kebutuhan energinya adalah: 60,52
kkal/hari. Bila dikonversi ke dalam kandungan energi ransum maka ayam tersebut
memerlukan ransum yang mengandung energi sebesar : 3026 kkal ME/kg.
Protein dibutuhkan oleh ayam untuk kebutuhan hidup pokok dan
kebutuhan untuk pertumbuhan. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa ayam
kampung yang dipelihara selama 10 minggu mengkonsumsi rata-rata 236 g
protein untuk meningkatkan rata-rata 470 g berat badannya atau 4,22 g protein
setiap hari untuk meningkatkan berat badan 8,40 g. Sebanyak 4,22 g protein yang
29
dikonsumsi tersebut, sebanyak 2,04 g disimpan dalam tubuh untuk tumbuh dan
sisanya hilang melalui feses dan digunakan/dimetabolis sebagai sumber energi.
Berdasarkan data-data perhitungan dalam penelitian ini diperoleh
kebutuhan protein untuk pertumbuhan adalah: 0,31 g protein setiap kenaikan 1 g
berat badan, sedangkan protein untuk hidup pokok diperoleh 2,91 g/W0,75/hari,
dimana W adalah berat badan (kg). Hasil penelitian ini lebih rendah dari yang
didapat oleh Candrawati (1999) yang mendapatkan 0,44 g protein setiap kenaikan
1 g berat badan, sedangkan Scott et al. (1982) mendapatkan total kebutuhan
protein pada ayam White Leghorn adalah 7,1 g/ekor/hari.
Kebutuhan protein untuk hidup pokok pada penelitian ini adalah 2,91
g/W0,75/hari, sedangkan Candrawati (1999) mendapatkan 3,51 g/W0,75/hari.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka ayam kampung yang berumur 8
minggu yang beratnya 500 g dengan kenaikan berat badan 9 g/hari membutuhkan
protein untuk hidup pokok 1,79 g dan untuk pertumbuhan 2,79 g, sehingga total
kebutuhan proteinnya 4,58 g. Bila dikonversi ke dalam ransum, maka ransum
ayam kampung umur 0 10 minggu sebaiknya mengandung 20 - 22% protein.
30
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan :
1. Tidak ada perbedaan konsumsi ransum pada ayam kampung yang
diberikan pakan dengan kandungan energi dan protein yang berbeda,
sedangkan penampilan ayam kampung yang mendapatkan energi dan
protein yang lebih tinggi lebih baik dari ayam kampung yang mendapat
ransum dengan energi dan protein yang lebih rendah.
2. Kebutuhan energi untuk hidup pokok pada ayam kampung adalah: 95,88
W0,75 kkal/hari (W: berat badan ayam dalam kg), sedangkan kebutuhan
protein untuk hidup pokok pada penelitian ini adalah 2,91 g/W0,75/hari.
3. Kebutuhan energi untuk pertumbuhan atau kenaikan berat badan pada
ayam kampung umur 0 10 minggu diperoleh 2,73 kkal/1 g kenaikan
berat badan sedangkan kebutuhan protein untuk pertumbuhan adalah:
0,31 g protein setiap kenaikan 1 g berat badan
6.2 Saran
1. Agar dapat tumbuh secara baik maka, ayam kampung umur 0 10 minggu
hendaknya diberikan ransum yang mengandung energi sebesar : 3026 kkal
ME/kg dan mengandung protein 20 - 22%.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menghitung kebutuhan energi
dan protein pada ayam kampung pada fase pertumbuhan kedua dan phase
peneluran.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Leclercq, B. And CC. Whitehead. 1988. Genetic, Metabolic and Hormonal Aspec;
Leannes in Domestic Birds. Institut National de la Recherche
Agronomique. Butterworths London.
Lloyd, L.E., B.E. Mc.Donald and E.W. Crampton. 1978. Fundamental of
Nutrition. 2nd Ed. W.H. Freeman and Co., San Fransisco.
Margawati, E.T. 1989. Efisiensi penggunaan ransum oleh ayam kampung jantan
dan betina pada periode pertumbuhan. Prosiding Seminar Nasional tentang
Unggas Lokal. 28 Sept. Fakultas Peternakan UNDIP. Semarang. Hal. 127132.
Mount, L. E. 1979. Adaptation to Thermal Enviromant. Man and His Productive
Animals. (Contemporary Biology). Edward Arnold (Publishers) Limited.
London.
Nataamidjaja, A.G 1998. Produktifitas ayam buras di kandang litter pada berbagai
imbangan kalori protein. Prosiding Nasional Seminar Peternakan dan
Forum Peternak Unggas dan Aneka Ternak II. Balai Penelitian Ternak,
Bogor.
National Research Council. 1984. Nutrients Requairement of Poultry. Eight
Revised Ed. National Academy Press, Washington, D.C.
Nieto, R.C. Prieto, I Fernandez-Figarez and J.F. Augilera. 1995. Effect of Dietary
protein Quality on Energy Metabolism in Growir Chickens. British Journal
of Nutritions.
Plavnik, I and Hurtwitz., 1989. Effect of dietary protein, energy and feed pelleting
on response of chick to early feed restriction. Poultry Science. 08:11181125
Rasyaf, M. 1998. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya.Jakarta
Resnawati, H., A. Gozali, I Barchia, A. P. Sinurat, T. Antawidjaja. 1998.
Penggunaan berbagai tingkat energi dalam ransum ayam buras yang
dipelihara secara intensif. Laporan penelitian. Balai Penelitian Ternak,
Bogor.
Robbins,K.R., and J.E. Ballew. 1984. Utilization of energy for maintenance and
gain in broiler and leghorn at two ages. Poultry Science 63: 1419-1424.
Sapuri, A. 2006. Evaluasi Program Intensifikasi Penagkaran Bibit Ternak Ayam
Buras di Kabupaten Pandeglang (sekripsi). Bogor : Institut Pertanian
Bogor.
33
34
Zakaria, S. 2004a. Pengaruh luas kandang terhadap produksi dan kualitas telur
ayam buras yang dipelihara dengan system litter. Bulletin Nutrisi dan
Makanan Ternak 5(1); 1-11.
Zakaria, S. 2004b. Performans ayam buras fase dara yang dipelihara secara
intensif dan semi intensif dengan tingkat kepadatan kandang yang berbeda.
Bulletin Nutrisi dan Makanan Ternak. 5 (1): 41 51
35
Lampiran 1. Analisis Statistik Berat Badan Awal (g) Ayam Kampung Umur
0-10 Minggu
Data
Perlakuan
Ulangan
Total
54,00
54,33
54,33
54,33
216,99
54,33
54,00
54,33
54,00
216,66
54,00
54,00
54,00
54,33
216,33
54,33
54,33
54,00
54,33
216,99
Total
216,66
216,66
216,66
216,99
866,97
Rataan
54,165
54,165
54,165
54,2475
JK
KT
Fhit
Ftabel (5%)
0,999985ns
3,49
Perlakuan
325,11
108,37
Galat
12
1300,46
108,3717
Total
15
1625,57
36
Lampiran 2. Analisis Statistik Berat Badan Akhir (g) Ayam Kampung Umur
0-10 Minggu
Data
Perlakuan
Ulangan
Total
600
580,33
543,5
439,67
2163,5
628
582,67
550,5
446
2207,17
602
595
537,7
449
2183,7
653
575,33
544,33
491,67
2264,33
2483
2333,33
2176,03
1826,34
8818,7
620,75
583,333
544,008
456,585
Total
Rataan
FK =
4860592
JKT =
63347
JKP =
59493,7
JKG=
3853,32
JK
KT
Fhit
Ftabel (5%)
61,7584**
3,49
Perlakuan
59493,7
19831,2
Galat
12
3853,32
321,11
Total
15
63347
F. hit> F. tab = Significant
37
0,546
0,526
0,4892
0,3853
1,9465
0,5737
0,5287
0,4962
0,392
1,9906
0,548
0,541
0,4837
0,3947
1,9674
0,5987
0,521
0,4903
0,4373
2,0473
Total
2,2664
2,1167
1,9594
1,6093
7,9518
Rataan
0,5666
0,52918
0,48985
0,40233
FK=
3,95195
JKT=
0,0634
JKP=
0,05958
JKG=
0,00382
JK
KT
Fhit
Ftabel (5%)
62,3056**
3,49
Perlakuan
0,05958
0,01986
Galat
12
0,00382
0,00032
Total
15
0,0634
38
Ulangan
Total
20,8
22,15
21,49
18,21
82,65
22,52
20,74
21,64
18,75
83,65
22,6
22,39
21,34
19,32
85,65
22,75
20,53
21,27
20,2
84,75
88,67
85,81
85,74
76,48
336,7
22,1675
21,4525
21,435
19,12
Total
Rataan
FK=
7085,43
JKT=
28,6326
JKP=
21,1351
JKG=
7,49745
JK
KT
Fhit
Ftabel (5%)
11,2759**
3,49
Perlakuan
21,1351
7,04504
Galat
12
7,49745
0,62479
Total
15
28,6326
F. hit. > F. tab = Significant
39
Ulangan
Total
2,13
2,36
2,46
2,65
9,6
2,2
2,2
2,44
2,68
9,52
2,31
2,32
2,47
2,74
9,84
2,13
2,21
2,43
2,59
9,36
8,77
9,09
9,8
10,66
38,32
2,1925
2,2725
2,45
2,665
Total
Rataan
FK=
91,7764
JKT=
0,5812
JKP=
0,52775
JKG=
0,05345
JK
KT
Fhit
Ftabel (5%)
39,4949**
3,49
Perlakuan
0,52775
0,17592
Galat
12
0,05345
0,00445
Total
15
0,5812
F. hit.> F. tab = Significant
40
Ulangan
Total
76,86
76,16
69,52
75,31
297,85
79,52
76,9
77,15
74,05
307,62
76,77
77,95
77,63
73,75
306,1
77,18
76,7
76,67
73,31
303,86
Total
310,33
307,71
300,97
296,42
1215,43
Rataan
77,5825
76,9275
75,2425
74,105
FK=
92329,4
JKT=
83,219
JKP=
30,0973
JKG=
53,1217
JK
KT
Fhit
Ftabel (5%)
2,26629ns
3,49
Perlakuan
30,0973
10,0324
Galat
12
53,1217
4,42681
Total
15
83,219
ns = berbeda tidak nyata (p>0,05)
F.hit.< F. tab = Non Significant
41
Perlakuan
Total
91,27
91,41
90,67
89,31
362,66
92,5
91,54
90,49
90,2
364,73
91,99
90,65
90,26
90,54
363,44
91,98
90,64
90,57
90,41
363,6
Total
367,74
364,24
361,99
360,46
1454,43
Rataan
91,935
91,06
90,4975
90,115
FK=
132210
JKT=
9,97844
JKP=
7,50017
JKG=
2,47828
JK
KT
7,50017
2,50006
12
2,47828
0,20652
15
F. hit > F. tab = Significant
9,97844
42
Fhit
12,1055**
Ftabel (5%)
3,49
Ulangan
Total
2,44803
2,30914
1,99896
1,6432
8,39933
2,56594
2,32728
2,04564
1,74832
8,68718
2,457
2,37499
1,97661
1,68299
8,49159
2,67777
2,29352
2,02156
1,95054
8,94339
Total
10,1487
9,30493
8,04277
7,02505
34,5215
Rataan
2,53719
2,32623
2,01069
1,75626
FK=
74,4833
JKT=
1,51801
JKP=
1,4207
JKG=
0,09731
JK
KT
1,4207
0,47357
12
0,09731
0,00811
Total
15
1,51801
F. hit > F. Tab = Significant
43
Fhit
58,4005**
Ftabel (5%)
3,49
Ulangan
Total
4,787
4,526
4,191
3,155
16,659
5,2
4,609
4,114
3,238
17,161
5,219
4,182
4,017
3,355
16,773
5,212
4,166
4,147
3,495
17,02
Total
20,418
17,483
16,469
13,243
67,613
Rataan
5,1045
4,37075
4,11725
3,31075
FK=
285,72
JKT=
6,94374
JKP=
6,5689
JKG=
0,37485
JK
KT
6,5689
2,18963
12
0,37485
0,03124
15
F.hit. > F. tab = Significant
6,94374
44
Fhit
70,0964**
Ftabel (5%)
3,49
Ulangan
Total
4,369
4,137
3,8
2,818
15,124
4,81
4,219
3,723
2,921
15,673
4,801
3,791
3,626
3,037
15,255
4,794
3,776
3,756
3,16
15,486
Total
18,774
15,923
14,905
11,936
61,538
Rataan
4,6935
3,98075
3,72625
2,984
FK=
236,683
JKT=
6,35652
JKP=
5,97519
JKG=
0,38133
JK
KT
Fhit
Ftabel (5%)
62,6776**
3,49
Perlakuan
5,97519
1,99173
Galat
12
0,38133
0,03178
Total
15
6,35652
F. hit. > F. tab = Significant
45
Ulangan
Total
110,43
111,65
99,94
82,87
404,89
119,83
104,53
104,96
85,31
414,63
120,23
112,84
103,48
87,89
424,44
121,04
103,49
103,16
91,89
419,58
Total
471,53
432,51
411,54
347,96
1663,54
Rataan
117,883
108,128
102,885
86,99
FK=
172960
JKT=
2203,26
JKP=
2001,36
JKG=
201,902
JK
KT
Fhit
Ftabel (5%)
39,6501**
3,49
Perlakuan
2001,36
667,12
Galat
12
201,902
16,8252
Total
15
2203,26
F. hit > F. tab = Significant
46
Ulangan
Total
17,69
20,3
22,58
15,78
76,35
16,95
18,42
17,04
17,08
69,49
19,29
18,98
16,45
17,8
72,52
19,08
18,39
17,1
18,92
73,49
73,01
76,09
73,17
69,58
291,85
18,2525
19,0225
18,2925
17,395
Total
Rataan
FK=
5323,53
JKT=
41,4533
JKP=
5,31697
JKG=
36,1363
JK
KT
Fhit
Ftabel (5%)
0,58855ns
3,49
Perlakuan
5,31697
1,77232
Galat
12
36,1363
3,01136
Total
15
41,4533
ns = berbeda tidak nyata (p>0,05)
F. hit < F. tab = Non Significant
47
Ulangan
Total
92,75
91,35
77,36
67,09
328,55
102,88
86,11
87,91
68,23
345,13
100,94
93,86
87,02
70,09
351,91
101,96
85,1
86,05
72,97
346,08
Total
398,53
356,42
338,34
278,38
1371,67
Rataan
99,6325
89,105
84,585
69,595
FK=
117592
JKT=
2074,09
JKP=
1865,28
JKG=
208,808
JK
KT
Fhit
Ftabel (5%)
35,732**
3,49
Perlakuan
1865,28
621,759
Galat
12
208,808
17,4006
Total
15
2074,09
F. hit > F. tab = Significant
48
Ulangan
Total
18,65
17,97
16,71
13,16
66,49
19,6
18,06
16,95
13,39
68
18,72
18,48
16,53
13,48
67,21
20,45
17,8
16,75
14,94
69,94
Total
77,42
72,31
66,94
54,97
271,64
Rataan
19,355
18,0775
16,735
13,7425
FK=
4611,77
JKT=
74,0119
JKP=
69,5462
JKG=
4,46575
JK
KT
Fhit
Ftabel (5%)
62,2929**
3,49
Perlakuan
69,5462
23,1821
Galat
12
4,46575
0,37215
Total
15
74,0119
F.hit > F. tab = Significant
49
Ulangan
Total
66,1
65,67
53,49
48,28
233,54
74,88
60,31
63,7
49,1
247,99
74,19
67,46
63,42
50,83
255,9
72,74
59,67
62,12
51,63
246,16
Total
287,91
253,11
242,73
199,84
983,59
Rataan
71,9775
63,2775
60,6825
49,96
FK=
60465,6
JKT=
1158,09
JKP=
987,099
JKG=
170,989
JK
KT
Fhit
Ftabel (5%)
23,0915**
3,49
Perlakuan
987,099
329,033
Galat
12
170,989
14,2491
Total
15
1158,09
F. hit > F. tab = Significant
50
Ulangan
Total
0,5452
0,5554
0,4752
0,5028
2,0786
0,5969
0,5085
0,5605
0,5059
2,1718
0,6104
0,5599
0,5679
0,5211
2,2593
0,5631
0,5079
0,5512
0,4944
2,1166
Total
2,3156
2,1317
2,1548
2,0242
8,6263
Rataan
0,5789
0,53293
0,5387
0,50605
FK=
4,65082
JKT=
0,0219
JKP=
0,01086
JKG=
0,01105
JK
KT
Fhit
Ftabel (5%)
3,93197**
3,49
Perlakuan
0,01086
0,00362
Galat
12
0,01105
0,00092
Total
15
0,0219
F.hit > F. tab = Significant
51