Anda di halaman 1dari 5

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),

Surabaya, 18 Juni 2014, ISBN.

STUDI LITERATUR SIFAT REMBESAN BETON RINGAN


SISTEM FOAM AGENT SEBAGAI ALTERNATIF
FILTER KAKI BENDUNGAN TIPE URUGAN
Rintih, Rahadian, Agung Paramita, Novema, R Bayuaji, Endang SS, Estutie M
Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS, Surabaya
Email: bayuaji@ce.its.ac.id
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan secara umum adalah mengembangkan teknologi


beton ringan agar bisa dimanfaatkan sebagai filter kaki pada waduk tipe
urugan. Elemen bangunan air ini biasanya terbuat dari susunan butiran kerikil
mulai yang halus hingga yang kasar tergantung dari diameter butir tanah yang
terbawa aliran rembesan. Konstruksi filter semacam ini biasanya sering
mengalami kerusakan akibat gangguan dari luar sehingga perlu biaya
perawatan yang tidak kecil per tahun. Berkaitan dengan hal tersebut maka
perlu diupayakan bahan pengganti filter tersebut agar biaya perawatannya
dapat ditekan sekecil mungkin walaupun dengan investasi yang sedikit lebih
mahal. Beton ringan dengan sistem foam agent (BRF) mempunyai densiti,
kekuatan, porositi dan permeabiliti yang ditentukan oleh jumlah gelembung
udara yang dicampurkan. Penelitian ini sebagai studi literatur sifat rembesan
BRF untuk melihat sampai sejauh mana material BRF dapat sebagai alternatif
filter kaki pada bendungan tipe urugan.
Kata kunci: Air bersih, Beton ringan foam agent (BRF), Filter, Bendungan

1. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu
sentra pertanian terbesar ke-3(FAO,
2012) di dunia setelah China dan India,
dengan luas lahan pertanian padi 13,2
juta Ha. Tentunya hal ini tidak terlepas
dari peranan bendung sebagai sumber
irigasi sebagian besar sawah di Indonesia.Kerusakan pada sektor pengairan ini
juga sangat berdampak terhadap hasil
produksi pangan khususnya beras di
Indonesia karena terganggunya irigasi
yang disebabkan oleh kerusakan bangunan tersebut.
Bendung (Muharis and Aguskamar,
2006) dibuat sebagai peninggi elevasi

muka air sehingga dengan kondisi permukaan air yang telah dibendung air
dapat di alirkan ke tempat yang kita
inginkan, termasuk untuk irigasi pada
ladang sawah. Untuk menyaring air
yang telah terbendung, pada kaki bendung terdapat filter. Komponen inilah
yang sangat fital karena proses penyaringan air inilah yang mempengaruhi
kualitas air yang akan dialirkan.
Umumnya penyebab kerusakan
(Soetjiono and Soenarto, 2001) pada
sistem filter konvensional yaitu rembesan dari lapisan halus yang menuju
lapisan kasar yang membawa butiran
halus pasir sehingga dapat menyebab1

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),


Surabaya, 18 Juni 2014, ISBN.

kan tersumbatnya pori-pori yang dapat


merusak struktur dari bangunan tersebut
akibat korosi, selain itu juga dapat
meyebabkan piping sehingga berkurangnya tegangan efektif (') pada tanah
dan memungkinkan kerusakan abnormal (Najoan, 2006) terjadi serta menyebabkan sistem pengairan terganggu
bahkan mengalami kerusakan total.
Hasil penelitian (Pramono, 2012) menunjukkan bahwa penyebab kegagalan
bendungan urugan tanah terdiri dari
faktor sebagai berikut: (1) Hidrolis
dengan bobot 25%, (2) Rembesan
dengan bobot 40%, (3) struktur dengan
bobot 35%.
Dan seterusnya.
.
2. Penelitian yang berkaitan dengan
filter kaki bendungan dan
kerusakannya
Bendung (Sosrodarsono,1981) merupakan suatu bangunan yang dibuat dari
pasangan batu kali, bronjong atau beton,
yang terletak melintang pada sebuah
sungai dan berfungsi meninggikan
muka air agar dapat dialirkan ke tempat-tempat yang memerlukan. Tentu
saja bangunan ini dapat digunakan pula
untuk keperluan lainnya selain irigasi,
seperti untuk keperluan minum, pembangkit listrik, atau untuk penggelontoran suatu kota. Menurut macamnya
bendung dibagi dua, yaitu bendung
tetap dan bendung sementara. Biasanya
bendung sementara dibuat dari urugan
pasir atau brojong. Brojong inilah yang
berfungsi sebagai filter untuk kaki
bendung sementara Suatu bendung
dianggap aman jika bendung tersebut
menjamin adanya suatu tingkat perlin-

dungan/proteksi terhadap jiwa manusia


dan harta benda yaitu melalui jaminan
tingkat perlindungan adanay kerusakan
bendung tanpa ada kerusakan, yang
sesuai dengan kriteria keamanan yang
biasa digunakan didalam ilmu keteknikan. Setiap bendung harus diklasifikasikan sesuai dengan konsekuensi terhadap kerusakannya. Klasifikasi termasuk
dasar untuk menganalisa kerusakan
bendung dengan menentukan tingkat
kegiatan penyelamatan yang tepat dan
bermanfaat.Ada 4 kegagalan atau kerusakan bendungan.
1. Erosi akibat mengalirnya air melalui
lubang-lubang/pondasi (piping) suatu
bendung penyebab kerusakan bendungan di dunia, dibandingkan dengan
sebab-sebab yang lain kecuali peluapan diatas tubuh bendungan (overtopping). Bila air bendung merembes
melalui pondasi bendung urugan
yang terdiri atas material tanah yang
dipadatkan, maka tekanan hidrolisnya akan didistrubisakn terhadap
tegangan pori yang merupakan
pengikat antar butiran material.
2. Kerusakan akibat retakan (crack),
retakan sering kali menjadi penyebab
kebocoran pada bendungan yang
berkembang menjadi erosi buluh dan
akhirnya menyebabkan kerusakan
bendung. Retakan yang paling bahaya yakni jenis melintang pada as
bendung, sebab retakan ini berpotensi menjadi alur buluh yang
menembus tubuh bendung dan
disebabkan konsulidasi yang tak
seragam pada tubuh bendung atau
pondasi.
3. Akibat longsoran (Slide), pada
bendung atau bendungan urug terjadi

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),


Surabaya, 18 Juni 2014, ISBN.

karena penyebab yang sama yakni


kejadian longsor pada tebing atau
lereng yang biasa ketika gaya yang
bekerja pada suatu bidang geser
melampauibatas gaya yang dapat
ditaha. Longsoran tersebut ada 3
jenis yakni longsoran selama konstruksi, longsoran pada lereng timbunan sebelah hilir, dan longsoran
lereng timbunan pada dinding
bendung.
4. Peluapan (overtopping), yakni peristiwa meluapnya air waduk melalui
puncak bendungan yang terjadi
karena banjir besar melebihi
kapasitas dan gelombang tinggi
melampaui puncak bendungan yang
diakibatkan gempa tektonik atau
kelongsoran pada dinding bendungan.
Perkembangan rancang filter kaki
bendungan tipe urugan senantiasa
diperbaiki (Bertram, 1940), material
penyusun filter umumnya tersusun dari
pasir sampai pasirkerikil. Kriteria filer
yang digunakan untuk kaki bendungan
tipe urugan adalah USBR (USBR,
1977).
Dan seterusnya..
3. Beton Ringan Sistem Foam Agent
Teknologi ini telah dikenalkan sejak
tahun 1923 oleh JA Erikson atas penghargaan paten BRF, selanjutkanya dikembangkan oleh Valore (Valore,
1954a; Valore, 1954b) perihal proporsi
campuran penyusun BP diluar metode
proses produksi gelembung. Kearsley
mengembangkan BRF dengan material
pozzolan fly ash (Kearsley and Mostert,
2005a), BRF juga dikembangkan
dengan abu sekam padi dengan
diproduksi oleh microwave (Bayuaji,

2010). BRF juga telah diteliti sebagai


material struktur oleh Jones dan
McCarthy (Jones and McCarthy, 2005).
Berikut adalah kumpulan beberapa
penelitia mengenai desain campuran
BRF tercantum dalam table 1.
Ada dua persamaan yang diusulkan
oleh Kearsley dan Mostert dalam
penelitiannya, ditulis secara jelas
sebagai berikut:
m=C+C(w/c)+C(p/c)+C(s/c)+(p/c)
(w/p)+C(s/c)(w/s)+RDfVf
[1]
1000 = C/RD + (C(p/c))/RD +
(C(S/C))/RD+V

[2]

Dimana:
m

= densitas basah yang direncanakan (kg/m3)


C
= kandungan semen (kg/m3)
w/c
= rasio air-semen
p/c
= rasio pozzolan-semen
s/c
= rasio agregat halus-semen
w/s
= rasio air-sand
Vf
= volume busa udara (liter)
RDf = Densitas relatif busa udara
RDc = Densitas relatif semen
RDp = Densitas relatif pozzolan
RDs = Densitas relatif agregat halus.
Dan seterusnya...
4. Permeabilitas
Permeabilitas adalah kunci utama
sifat rembesan BRF agar mempunyai
syarat dapat dimanfaatkan sebagai
struktur elemen filter pada kaki
bending, oleh sebab itu perlu dipelajari
studi literature permeabilitas filter kaki
bendung dan permeabilitasBRF dari
penelitian sebelumnya.
3

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),


Surabaya, 18 Juni 2014, ISBN.

Tabel 1. Konsep Perhitungan campuran BRF


Peneliti

Konsep

Kuat Tekan
(N/mm2)

(McCormick, 1967 )

volume partikel
padat

0.1-26.82

(ACI-committee523.,
1975)

Densitas

1.8-24.7

(Kearsley and Mostert,


2005b)
(Nambiar and
Ramamurthy, 2006)

(Bayuaji, 2011)

4-15
Densitas dan volume
(7 days)
Rasio material
pengisi-semen
menggunakananalisa
respond surface
Densitas dan volume
dengan
metode Taguchi

Permeabilitas tanah (Soetjiono and


Soenarto, 2001) yang diperoleh dari
hasil uji lapangan dan uji laboratorium
adalah: tanah pondasi K= 2,4 x 10-5
cm/detik, tanah timbunan lama K = 1,6
x 10-4 cm/detik, tanah timbunan baru K
= 3,93 x 10-5 cm/detik, lapisan filter di
kaki pondasi K= 1 x 10-3 cm/detik
Permeabilitas BRF telah diteliti oleh
Kearsley (Kearsley and Wainwright,
2001) yang menyimpulkan bahwa nilai
permeabilitas BRF ditentukan dengan
jumlah rongga udara yang dimasukkan,
semakin besar rongga udara yang
dimasukkan akan meningkatkan nilai
permeabilitas
BRF.
Hubungan
permeabilitas dan porosity (Kearsley
and Wainwright, 2001) pada BRF
ditampilkan pada gambar 1.
Permeabilitas beton dapat ditentukan
dengan pengujian permeabilitas air
yang dinyatakan dengan koefisien
permeabilitas yang dapat dihitung
dengan rumus Darcy (Neville, 2006)
sebagai berikut :

Densiti (kg/m3)
960-1922 (density
basah)
800-1920 (densiti
basah)
600-1100 (density
kering)

1-18

550-1500 (densiti
kering)

5.5-28.1

1239-1604 (densiti
kering)

[3]
Dimana :
dQ/dt = debit aliran air (cm3/detik)
K
= koefisien permeabilitas (cm/
detik)
L
= ketebalan benda uji (cm)
A
= luas penampang benda uji
(cm2)
h
= tinggi tekan (cm)

Gambar 1. Hubungan
dengan porositi BRF

Permeabilitas

Nilai permeabilitas beton normal:


1. Permeabilitas dari mature hardened
paste adalah 0,10 x 10-12 cm/detik

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),


Surabaya, 18 Juni 2014, ISBN.

untuk water semen ration yang


berkisar 0,30 0,70.
2. Permeabilitas dari batuan (rock)
yang umunya digunakan bervariasi
antara 1,7 x 10-9 3,5 x 10-13.
3. Permeabilitas untuk beton yang
berkualitas baik kurang dari 1 x 1010
cm/detik.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Direktorat Penenlitian dan
Pengabdian
kepada
Masyarakat,
DITLITABMAS yang telah memberikan bantuan untuk menyelesaikan
penelitian
Program
Kreativitas
Mahasiswa. Selain itu, diucapkan
terima kasih kepada Lab Uji Material
Prodi DIII Teknik Sipil yang telah
memberikan
fasilitas
dalam
melaksanakan penelitian.

Nambiar, E.K.K. and Ramamurthy, K.,


(2006), Models relating mixture
composition to the density and
strength of foam concrete using
response surface methodology. .
Cement and Concrete Composites
28: 752-60.
Neville, A.M., 92006), Properties of
Concrete (4th edn). Longman,
London.
Pramono, A., 92012), Penilaian Kondisi
Bendungan Urugan Tanah (Studi
Kasus Bendungan Plumbon), UNS,
Solo.
Pujo Aji and Purwono, R., (2010),
Pengendalian Mutu Beton sesuai
SNI, ACI dan ASTM. ITSPress,
Surabaya., 13 pp.
Dan seterusnya.

Daftar Pustaka
ACI-committee523., (1975), Guide for
cellular concretes above 50 pcf,
and for aggregate concretes above
50 pcf with compressive strengths
less than 2500 psi. ACI Journal 72:
50-66.
McCormick, F.C., (1967), Rational
proportioning of preformed foam
cellular concrete. ACI Material
Journal 64 104-09.
Muharis, C. and Aguskamar, (2006),
Optimalisasi Beda Tinggi Peredam
Energi Ganda Pada Model Skala
Bendung. Rekayasa Sipil, 1 No
2(April 2006).
Najoan, T.F., (2006), Prakiraan Waktu
Berkembangnya Erosi Internal dan
Erosi Buluh pada Bendungan Tipe
Urugan. JSDA Vol. 2, No. 3.

Anda mungkin juga menyukai