FOTOSINTESIS LNG
FOTOSINTESIS LNG
FOTOSINTESIS
Muhammad Iqbal
230110110076
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2013
FOTOSINTESIS
A. Fotosintesis
C6H12O6 + 6O2
dari reaksi di atas, secara teoritis untuk mengukur laju produksi senyawa-senyawa
organik dapat diukur dengan cara mengetahui laju hilangnya atau munculnya
beberapa komponen yang ada dalam reaksi tersebut. Laju fotosintesis dapat
diukur dengan laju hilangnya CO2 atau munculnya O2. Pengukuran ini dalam
prakteknya yang digunakan hanya dua komponen yaitu CO2 dan O2 (Nybakken
1992).
Pada
umumnya
profil
vertikal
penyebaran
produktivitas
primer
berperan
sebagai
faktor
pendukung
produktivitas
primer
penggandaan sel hanya pada suhu yang tinggi. Tingginya suhu memudahkan
terjadinya penyerapan nutrien oleh fitoplankton. Dalam kondisi konsentrasi fosfat
sedang di dalam kolom perairan, laju fotosintesis maksimum akan meningkat
pada suhu yang lebih tinggi.
2. Cahaya
Cahaya merupakan sumber energi utama bagi ekosistem. Cahaya memiliki
peran yang sangat vital dalam produktivitas primer, oleh karena hanya dengan
energi cahaya tumbuhan dan fitoplankton dapat menggerakkan mesin fotosintesis
dalam tubuhnya. Hal ini berarti bahwa wilayah yang menerima lebih banyak dan
lebih lama penyinaran cahaya matahari tahunan akan memiliki kesempatan
berfotosintesis
yang
lebih
panjang
sehingga
mendukung
peningkatan
produktivitas primer.
Di perairan cahaya memiliki dua fungsi utama yaitu pertama memanasi air
sehingga terjadi perubahan suhu dan berat jenis (densitas) yang selanjutnya
menyebabkan terjadinya percampuran massa dan kimia air, dan yang kedua
cahaya merupakan sumber energi bagi proses fotosintesis alga dan tumbuhan air.
Apabila penetrasi cahaya dalam perairan semakin besar akan menyebabkan
semakin besarnya daerah berlangsungnya fotosintesis, sehingga kandungan
oksigen terlarut masih relatif tinggi pada lapisan air yang lebih dalam (Jeffries dan
Mills 1996).
Pada ekosistem terrestrial seperti hutan hujan tropis memilik produktivitas
primer yang paling tinggi karena wilayah hutan hujan tropis menerima lebih
banyak sinar matahari tahunan yang tersedia bagi fotosintesis dibanding dengan
iklim sedang (Wiharto, 2007). Sedangkan pada eksosistem perairan, laju
pertumbuhan fitoplankton sangat tergantung pada ketersediaan cahaya dalam
perairan. Laju pertumbuhan maksimum fitoplankton akan mengalami penurunan
jika perairan berada pada kondisi ketersediaan cahaya yang rendah.
Hubungan antara intensitas cahaya dan produktivitas primer perairan
sangat nyata, dimana peningkatan intensitas cahaya secara proporsional sebanding
dengan peningkatan produktivitas primer. Semakin meningkatnya intensitas
cahaya akan mengakibatkan proses fotosintensis juga semakin meningkat sampai
mencapai puncak dimana cahaya dalam kondisi jenis (Riley dan Chester 1971;
Parson et al. 1984).
Fotosintesis hanya dapat berlangsung bila intensitas cahaya yang sampai
ke suatu sel alga lebih besar daripada suatu intensitas tertentu. Hal ini berarti
bahwa fitoplankton yang produktif hanyalah terdapat di lapisan-lapisan air teratas
dimana intensitas cahaya cukup bagi berlangsungnya fotosintesis. Kedalaman
penetrasi cahaya di dalam laut, yang merupakan kedalaman dimana produksi
fitoplankton masih dapat berlangsung, bergantung pada beberapa faktor, antara
lain absorbsi cahaya oleh air, panjang gelombang cahaya, kecerahan air,
pemantulan cahaya oleh permukaan laut, lintang geografik dan musim (Nybakken
1992). Hasil fotosintesis yang relatif besar dihasilkan dari lapisan permukaan
sampai pada kedalaman dengan nilai intensitas cahaya kurang lebih tinggal 1%
dari cahaya yang berada pada permukaan perairan yang disebut zona eufotik
(Parson et al. 1984). Umumnya fotosintesis bertambah sejalan dengan
bertambahnya intensitas cahaya sampai pada suatu nilai optimum tertentu (cahaya
saturasi). Di atas nilai tersebut cahaya merupakan pembatas bagi fotosintesis
(cahaya inhibisi). Semakin ke dalam perairan intensitas cahaya akan semakin
berkurang dan merupakan penghambat sampai pada suatu kedalaman dimana
fotosintesis sama dengan respirasi (Neale 1987). Pada kedalaman perairan dimana
proses fotosintesis sama dengan proses respirasi disebut kedalaman kompensasi
yang intensitas cahayanya tinggal 1% dari intensitas di permukaan perairan.
3. Air, curah hujan dan kelembaban
Produktivitas pada ekosistem terrestrial berkorelasi dengan ketersediaan
air. Air merupakan bahan dasar dalam proses fotosintesis, sehingga ketersediaan
air merupakan faktor pembatas terhadap aktivitas fotosintetik. Secara kimiwi air
berperan sebagai pelarut universal, keberadaan air memungkinkan membawa serta
nutrient yang dibutuhkan oleh tumbuhan.
Air memiliki siklus dalam ekosistem. Keberadaan air dalam ekosistem
dalam bentuk air tanah, air sungai/perairan, dan air di atmosfer dalam bentuk uap.
Uap di atmosfer dapat mengalami kondensasi lalu jatuh sebagai air hujan.
Interaksi antara suhu dan air hujan yang banyak yang berlangsung sepanjang
hutan
hujan
tropis
untuk
meningkatkan
produktivitas.
di
udara,
dan
turun
ke
bumi
bersama
air
hujan.
Namun demikian, air yang jatuh sebagai hujan akan menyebabkan tanah-tanah
yang tidak tertutupi vegetasi rentan mengalami pencucian yang akan mengurangi
kesuburan tanah. Pencucian adalah penyebab utama hilangnya zat hara dalam
ekosistem.
4. Nutrien
Tumbuhan membutuhkan berbagai ragam nutrient anorganik, beberapa
dalam jumlah yang relatif besar dan yang lainnya dalam jumlah sedikit, akan
tetapi semuanya penting. Pada beberapa ekosistem terrestrial, nutrient organic
merupakan faktor pembatas yang penting bagi produktivitas. Produktivitas dapat
menurun bahkan berhenti jika suatu nutrient spesifik atau nutrient tunggal tidak
lagi terdapat dalam jumlah yang mencukupi. Nutrient spesifik yang demikian
disebut nutrient pembatas (limiting nutrient). Pada banyak ekosistem nitrogen dan
fosfor merupakan nutrient pembatas utama, beberapa bukti juga menyatakan
bahwa CO2 kadang-kadang membatasi produktivitas. Produktivitas di laut
umumnya terdapat paling besar diperairan dangkal dekat benua dan disepanjang
terumbu karang, di mana cahaya dan nutrient melimpah. Produktivitas primer
persatuan luas laut terbuka relative rendah karena nutrient anorganic khusunya
nitrogen dan fosfor terbatas ketersediaannya dipermukaan. Di tempat yang dalam
di mana nutrient melimpah, namun cahaya tidak mencukupi untuk fotosintesis.
Sehingga fitoplankton, berada pada kondisi paling produktif ketika arus yang naik
ke atas membawa nitrogen dan fosfor kepermukaan.
5. Tanah
DAFTAR PUSTAKA
Djumara, Noorsyamsa. 2007. Modul 3 Sumber Daya Alam Lingkungan
Terbarukan dan Tidak Terbarukan Diklat Teknis Pengelolaan Lingkungan
Hidup di Daerah (Environmental Assesment and Management). Jakarta.
Effendi. 2007.
Mahmuddin.
2009.
Wordpress.com
Produktivitas
Primer
Ekosistem.
http://mahmuddin.
/2009/09/09/produktivitas-primer-eksosistem/
Diakses