Anda di halaman 1dari 11

laporan pendahuluan gastritis

July 12, 2015 by Lestari


Definisi / Pengertian

Gastritis atau inflamasi mukosa lambung, yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau
lokal. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut, dan
gastritis atrofik kronik (menahun). (Sylvia A. Price, 1995;376)

Gastritis adalah suatu iritasi atau infeksi yang menjadikan dinding merah, bengkak,
berdarah dan berparut.(Dr. Robert B. Cooper, 1996; 233)

Gratitis adalah inflamasi dari mukosa lambung.(Arif Mansjoer, 1999 ;492)

Gastritis adalah inflamasi dari lambung terutama pada mukosa gaster.(Sujono


Hadi,1999; 181)

Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung
dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebut. (Soeparman, 1999; 127)

Gastritis adalah radang pada lambung yang sering terjadi akibat kecerobohan dalam
aturan makan, seperti makan terlalu banyak atau makan dengan cepat, makan
makanan yang merusak perut karena mengandung bumbu yang berlebihan, dan
makan makanan yang tercemar. (ENA, 2000;31)

Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan
iritan lain. (Charlene J, Reeves, 2001;138).

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik
difus dan lokal dan ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis superfisial akut
dan gastritis atropi kronik (Brunner Suddarth, 2002; 1062).

Gastritis adalah proses infalamsi pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis
merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik karena
diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan hispatologi.
(Hirlan, 2006 ;337)

Epidemiologi / Insiden Kasus


Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik / ruangan
penyakit dalam pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 6 tahun ini
dan menyerang laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami
gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok.

Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter pylori pada orang dewasa mendekati
90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensi infeksi Helicobacter pylori lebih tinggi lagi. Hal
ini menunjukkan pentingnya infeksi pada masa balita. Sedangkan di Indonesia, prevalensi
infeksi kuman Helicobacter pylori yang dinilai dengan urea breath test pada pasien dispepsi
dewasa, menunjukkan tendensi menurun. Di negara maju prevalensi infeksi Helicobacter
pylori pada anak-anak sangat rendah. Diantara orang dewasa prevalensi infeksi kuman
Helicobacter pylori lebih tinggi dari pada anak-anak tetapi lebih rendah dari pada di negara
berkembang yakni 30%. (Sylvia A. Price, 1995 ;377)
Penyebab / factor predisposisi
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung pada lambung kewalahan dan
mengakibatkan rusak serta meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab yang dapat
mengakibatkan terjadinya gastritis (Donna D. 1995 ;1380) antara lain :
1. Kelainan autoimun
o Autoimun atrophik gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang
sel sel yang sehat yang berada dalam dinding lambung. Ini mengakibatkan
peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan
kelenjar kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu produksi faktor
intrinsik (sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorpsi vitamin B-12).
Kekurangan Vitamin B-12 ini dapat mengakibatkan pernicious anemia.
Autoimun atrophik gastritis terjadi terutama pada orang tua.
2. Stress fisik.
o Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada
lambung.
3. Penggunaan kokain.
o Penggunaan kokain dapat merusak dinding lambung dan menyebabkan
pendarahan.
4. Penggunaan alkohol secara berlebihan
o Alkohol ini dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada lambung dan
membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun
dalam kondisi normal.
5. Pemakaian Obat penghilang nyeri secara terus menerus
o Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan
naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika
pemakaian obat obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus

menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan


peptic ulcer.
6. Infeksi bakteri.
o Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup
di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun
tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan.
Namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat
makan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi
H. pylori sering terjadi pada masa kanak kanak dan dapat bertahan seumur
hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui
sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering
terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan
pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis,
sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara
perlahan rusak. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat asam lambung yang
rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak
dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga
meningkatkan resiko dari kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang
terkena infeksi H. pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak
mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain
yang membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain
tidak.
7. Crohns disease
o Penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan pada saluran cerna, namun
kadang kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung.
8. Radiasi dan kemoterapi
o Gastritis akibat terapi penyinaran menyebabkan nyeri, mual dan heartburn
(rasa hangat atau rasa terbakar di belakang tulang dada), yang terjadi karena
adanya peradangan dan kadang karena adanya tukak di lambung.Tukak bisa
menembus dinding lambung, sehingga isi lambung tumpah ke dalam rongga
perut, menyebabkan peritonitis (peradangan lapisan perut) dan nyeri yang luar
biasa. Perut tampak kaku dan keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan
darurat. Kadang setelah terapi penyinaran, terbentuk jaringan parut yang
menyebabkan menyempitnya saluran lambung yang menuju ke usus dua belas
jari, sehingga terjadi nyeri perut dan muntah. Penyinaran bisa merusak lapisan
pelindung lambung, sehingga bakteri bisa masuk ke dalam dinding lambung
dan menyebabkan nyeri hebat yang muncul secara tiba-tiba.
9. Refluks usus lambung
o Membaliknya makanan yang sudah masuk ke usus kembali ke lambung.
Keadaan ini tentu saja menggangu keseimbangan asam lambung, sehingga
lama kelamaan bisa menyebabkan gastritis.

Klasifikasi
Gastritis dapat dibagi menjadi dua (Brunner & Suddart ,2002:1062) yaitu :
1. Gastritis Akut
o Adalah peradangan (inflamasi mukosa lambung) yang diakibatkan diet yang
sembrono, alkohol, aspirin, refluk, empedu. Gastritis akut merupakan iritasi
mukosa lambung yang sering diakibatkan karena diet yang tidak teratur.
Dimana individu makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan
yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab. Gastritis
akut merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat
sembuh dengan sendirinya, merupakan respon mukosa lambung terhadap
berbagai iritasi lokal.
2. Gastritis Kronik
o Adalah inflamasi yang lama yang disebabkan oleh ulkus benigna, atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri helicobacter pylory (H. Pylory).
Gastritis Kronik dibagi menjadi 2 yaitu :
o Gastritis Kronik Tipe A >> Tipe A sering disebut dengan Gastritis autoimun
diakibatkan dari perubahan sel pariental, yang menimbulkan atrofi dan
infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti
anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus dan korpus dari lambung.
o Gastritis Kronik Tipe B >> Tipe B disebut juga gastritis H.Pylori
mempengaruhi antrum dan pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum).
Ini dihubungkan dengan bakteri H.pylori, faktor diet seperti minum panas
atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi
usus kedalam lambung.
Berdasarkan penyebab atau etiologinya gastritis dilasifikasi menjadi tujuh macam yaitu :
1. Gastritis bakterialis
o Merupakan akibat dari infeksi oleh Helicobacter pylori (bakteri yang tumbuh
di dalam sel penghasil lendir di lapisan lambung).Tidak ada bakteri lainnya
yang dalam keadaan normal tumbuh di dalam lambung yang bersifat asam,
tetapi jika lambung tidak menghasilkan asam, berbagai bakteri bisa tumbuh di
lambung.Bakteri ini bisa menyebabkan gastritis menetap atau gastritis
sementara.
2. Gastritis karena stres akut
o Merupakan jenis gastritis yang paling berat, yang disebabkan oleh penyakit
berat atau trauma (cedera) yang terjadi secara tiba-tiba.Cederanya sendiri
mungkin tidak mengenai lambung, seperti yang terjadi pada luka bakar yang
luas atau cedera yang menyebabkan perdarahan hebat.

3. Gastritis erosif kronis


o Merupakan akibat dari bahan iritan seperti obat-obatan, terutama aspirin dan
obat anti peradangan non-steroid lainnya, penyakit Crohn, iinfeksi virus dan
bakteri. Gastritis ini terjadi secara perlahan pada orang-orang yang sehat, bisa
disertai dengan perdarahan atau pembentukan ulkus (borok, luka
terbuka).Paling sering terjadi pada alkoholik.
4. Gastritis karena virus atau jamur
o Merupakan akibat dari virus atau jamur. Bisa terjadi pada penderita penyakit
menahun atau penderita yang mengalami gangguan sistem kekebalan.
5. Gastritis eosinofilik
o Merupakan akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi cacing gelang. Eosinofil
(sel darah putih) terkumpul di dinding lambung.
6. Gastritis atrofik t
o Merupakan akibat dari antibodi yang menyerang lapisan lambung, sehingga
lapisan lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan sebagian atau seluruh
selnya yang menghasilkan asam dan enzim.Keadaan ini biasanya terjadi pada
usia lanjut. Gastritis ini juga cenderung terjadi pada orang-orang yang
sebagian lambungnya telah diangkat (menjalani pembedahan gastrektomi
parsial).Gastritis atrofik bisa menyebabkan anemia pernisiosa karena
mempengaruhi penyerapan vitamin B12 dari makanan.
7. Gastritis sel plasma
o Merupakan gastritis yang penyebabnya tidak diketahui. Sel plasma (salah satu
jenis sel darah putih) terkumpul di dalam dinding lambung dan organ lainnya
Manifstasi klinis
Manifestasi klinis pada gastritis akut dan gastritis kronik (Brunner & Suddart,2002:1062)
yaitu :

Gastritis akut :
o Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium
o Nausea
o Kembung
o Vomiting
o Anoreksia

o Rasa asam dimulut


o Kolik
o Diare
o Pendarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena
o Anemia pasca pendarahan.

Gastritis kronik :
o Nyeri ulu hati
o Anoreksia
o Nausea
o Bersendawa
o Vomiting
o Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.

Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara (Inayah, 2004 ; 58) sebagai berikut :

Inspeksi >> Melihat abdomen bagian kiri atas. Dilihat dari segi bentuknya.

Auskultasi >> Pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop (untuk mendengar


peristaltik lambung atau organ pencernaan yang lain).Apabila gerakan peristaltik
cepat dan sering,maka kemungkinan besar pasien mengalami gejala gastritis.

Palpasi >> Menekan atau meraba bagian perut. Apakah kondisi perutnya kembung
atau sakit kalau ditekan

Perkusi >> Perkusi dilakukan di abdomen bagian atas sebelah kiri, disana kita
mengamati apakah ada gas atau cairan di lambung

Pemeriksaan diagnostik / penunjang


Pemeriksaan diagnostic pada pasien gastritis (Inayah, 2004 ; 60) terdiri dari :
1. Endoskopi Saluran Cerna
o Tes ini dapat melihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara

memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel dengan kamera mini di


ujungnya (endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam esophagus, lambung
dan bagian atas usus kecil untuk melihat dinding lambung. Hal ini dilakukan
untuk melihat adanya peradangan. Tapi tenggorokan sebelumnya diamati dan
dirasakan (anestesi)
2. Biopsi Mukosa Lambung
o Tes ini dilakukan dengan cara mengambil sampel (biopsy) pada mukosa
lambung, dan sampel ini kemudian dibawa ke labotarium, untuk menentukan
apakah terjadi gastritis atau tidak.
3. Pemeriksaan Darah
o Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H.Pylori dalam darah.
Jika hasil tes positif (+), menunjukkan pasien pernah kontak pada suatu waktu
dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi.Tes darah juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat
pendarahan lambung.
4. Pemeriksaan Barium
o Pemeriksaan Barium enema gastrointestinal atas, meliputi instilasi cairan
Barrium ke dalam lambung dan kombinasi dari empat teknik: evaluasi barium,
double contras, gambaran mukosa lambung dan gambaran kompresi lambung.
Prosedur ini memungkinkan ditandainya gambaran iregulitas mukosa.
5. Radiologi
o Radiologi, misalnya Rontgen, tes ini akan melihat adanya tanda tanda
gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan diminta
menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini
akan melapisi saluran cerna dan akan terlebih jelas ketika di Rontgen.
6. Pemeriksaan Feces
o Tes ini memeriksa apakah ada H.Pylori dalam feces atau tidak. Hasil yang
positif dapat mengidentifikasi terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan
terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan
pada lambung.
7. Pemeriksaan pernapasan
o Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.Pylori atau
tidak
Teraphy/ tindakan penanganan

Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan
perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau, dalam kasus yang jarang, pembedahan untuk
mengobatinya. (Inayah, 2004 ; 63)
1. Penghambat pompa proton
o Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah dengan cara
menutup pompa asam dalam sel sel lambung penghasil asam. Penghambat
pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari pompa
pompa ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole,
lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat obat ini menghambat
kerja H.Pylori.
2. Antasida
o Merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan
obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida
menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam
lambung dengan cepat.
3. Terapi terhadap asam lambung
o Terapi terhadap asam lambung antara lain melibatkan obat obatan yang
mengurangi dan menetralkan asam lambung seperti :
4. Penghambat asam
o Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatai rasa sakit tersebut, maka akan
direkomendasikan obat seperti, cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin
untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
5. Cytoprotective agents
o Obat obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan yang melapisi
lambung dan usus kecil. Yang termasuk di dalamnya adalah sucraflate dan
misoprostol.
Terapi terhadap H.Pylori
Terdapat beberapa regimen untuk mengatasi infeksi H.Pylori. Yang paling sering digunakan
adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan
dengan bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat
pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan
meningkatkan efektifitas antibodi. Terapi terhadap infeksi H.Pylori tidak selalu berhasil,
kecepatan untuk membunuh kuman H.Pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang
digunakan. Akan tetapi kombinasi dari 3 obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi 2
obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10
hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H.Pylori sudah hilang,
dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernafasan

dan pemeriksaan feces adalah 2 jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan
sudah tidak adanya bakteri H.Pylori.
Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic ulcers dan pendarahan
pada saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemasis dan melena, serta dapat berakhir
sebagai syok hemoragik. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker
lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan
perubahan pada sel-sel di dinding lambung. (Inayah, 2004 ; 65)
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada sel-sel kelenjar
dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi H. pylori. Kanker
jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H. pylori adalah MALT (mucosa associated
lymphoid tissue) lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem
kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada
tahap awal.(Hirlan, 2006 ;346)
Pencegahan
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk dapat
mengurangi terkena gastritis (Donna D. 1995 ;1390) yaitu :
1. Lakukan olah raga secara teratur.
o Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat
menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah
makanan dari usus secara lebih cepat.
2. Jangan merokok.
o Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat lambung
lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam
lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab
utama terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok
tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan dengan dokter
mengenai metode yang dapat membantu untuk berhenti merokok.
2. Hindari alkohol.
o Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam
lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
o Makan secara benar.
o Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam,
gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis
makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya.
Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan
santai.

o Kendalikan stress.
o Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem
kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress juga
meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan
pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka
kuncinya adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang
bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
o

Ganti obat penghilang nyeri.

o Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan


menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang
sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang
mengandung acetaminophen.

selanjutnya asuhan keperawatan gastritis >>


DAFTAR PUSTAKA
1.

Agus Priyanto, 2009, Endoskopi Gastointestinal, Salemba Medika : Jakarta

2. Alspach, Grif JoAnn, 2006, Core Curriculum for Critical Care Nursing, 6th
Ed,Saunder Elseiver: USA
3. Brunner dan Suddart, 2000, Keperawatan Medical Bedah, EGC : Jakarta.
4. Carpenito, Lynda Jual,2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC :
Jakarta.
5. Cooper, Robert B. 1996. Anatomi dan Fisiologi utuk Paramedik. Gramedia Utama :
Jakarta
6. Doengoes, Marylin E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC : Jakarta.
7. Donna, D. 1995. Ganguan Sistem Pencernaan. Salembe Medika : Jakarta
8. ENA,2000, Emergency Nursing Core Curiculum, 5th Ed,WB.Saunders Company:
USA.
9. Hadi, Soejono,1999, Gastroenterologi, Penerbit Alumni : Bandung.
10. Holdstock G, Okight.2000. Gastrointerologi dan Penyakit Hati. Jakarta : EGC.
11. Inayah, Iin, 2004, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan, Edisi 1, Salemba Medika : Jakarta.
12. Mansjoer,Arif, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, FKUI : Jakarta.

13. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Alih
bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC ; 1995
14. Reevest, Charlene. J, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 1, Salemba Medika:
Jakarta.
15. Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 2006. Prima
Medika
16. Syaifuddin, Hirlan. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Gastrointestinal. Gramedia Utama : Jakarta
17. Soeparman, 1999, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, FKUI : Jakarta
18. .Available at : http://www.soomaalidamaanta.com/sm/index.php?
option=com_content&view=article&id=5717:ma-jeceshahay-inaad-wax-ka-ogaatocudurka-gaastiriko gastritis&catid=22:caafimaadka&Itemid=47. Diakses tanggal 14
September 2009
19. Available at : (http://healthreference-ilham.blogspot.com/2008/07/kondasgastritis.html) Diakses tanggal 14 September 2009
20. Available at :
http://health.battlecreekenquirer.com/images/HealthContent/english/LT2_29.gif
21. Diakses tanggal 14 September 2009
22. Available at : http://ayurai.wordpress.com/2009/05/02/gastritis-sakit-maag/ Diakses
tanggal 14 September
23. Available at : (http://medicastore.com/) Diakses tanggal 14 September 2009
24. Available at : http://www.soomaalidamaanta.com/sm/index.php?
option=com_content&view=article&id=5717:ma-jeceshahay-inaad-wax-ka-ogaatocudurka-gaastiriko gastritis&catid=22:caafimaadka&Itemid=47 Diakses tanggal 14
September 2009
25. Available at :
http://www.health.com/health/static/hw/media/medical/hw/h9991459_001.jpg
Diakses tanggal 14 September 2009
26. Available at : http://www.indofarma.co.id/ Diakses tanggal 14 September 2009
27. Available at : http://pengobatangalihgumelar.blogspot.com/ Diakses tanggal 14
September 2009

Anda mungkin juga menyukai