Disusun oleh :
1. DINA GAYATRI
2. ISMI NUR HIKMAH
3. SARWIYATI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah
melimpahkaan rahmat dan karunianya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan kasus tentang asuhan keperawatan fraktur pada pasien kegawatdaruratan. Adapun
tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas profesi kegawatdaruratan.
Selain itu juga kami juga memiliki harapan agar laporan ini juga akan dapat memberikan
pengarahan untuk mahasiswa keperawatan untuk melaksanakan serta mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Penulisan makalah ini berorentasi pada sistem asuhan keperawatan pada pasien sesuai dengan
asuhan keperawatan berbagai macam cara yang digunakan dalam berbagai institusi pendidikan
diharapkan dapat bekerja secara mandiri untuk meningkatkan mutu, bukan hanya sebagai
seorang perawat melainkan dapat memberikan pengalaman belajar yang mudah dipahami
sebagai pengajar di instansi manapun di masyarakat sesuai pengetahuan tidak lepas dari suatu
bimbingan dan kerjasama kelompok. Maka, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada bpk.
Rohman Azzam, Ns, SpKMB selaku kordinator dan ibu Misparsih, S.Kp., M.Kep selaku dosen
pembimbing serta semua pihak atas kontribusi masukan dan saran.
Akhirnya harapan kami agar makalah ini bermanfaat untuk mahasiswa PSIK maupun Profesi
NERS pada khususnya dan untuk keperawatan kegawatdaruratan pada umumnya.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Tinjauan Teori
Bab III : Kasus
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan
atau ruda paksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka yaitu jika patahan tulang itu menembus
kulit sehingga berhubungan dengan udara luar dan fraktur tertutup yaitu, jika fragmen tulang
tidak berhubungan dengan udara luar.
Berdasarkan data yang didapat dari medical record RSUD Dr. Sudarso Pontianak, jumlah klien
dengan gangguan system muskuloskletal terutama penderita fraktur cruris berjumlah 175 kasus
terjadi pada pria dan 85 kasus terjadi pada wanita.
Dengan demikian, perawat harus mampu berfikir kritis dalam asuhan keperawatan yang
komprehensif serta mampu mengidentifikasi masalah-masalah klien yang dirumuskan sebagai
diagnose keperawatan, mampu mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah
keperaeatan yang diberikan secara holistic, yaitu dilihat dari segi biofisikososial dan spiritual,
serta mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memberi asauhan keperawatan
yang optimal.
Berdasarkan data diatas penyusun merasa tertarik untuk mengangkat permasalahan fraktur dan
menyusun laporan kasus tentang asuhan keperawatan pada Tn. I dengan gangguan system
muskuloskletal fraktur cruris (tibia fibula) di Ruang Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Islam
Cempaka Putih Jakarta Pusat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Menurut smeltzer S.C (2001) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya.
Menurut Reeves C.J (2001) Fraktur adalah terputusnya jaringan tulang atau setiap retak
atau patah pada tulang yang utuh.
B. Etiologi
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan eksremitas.
Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal.
Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung
pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
c. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
d. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cedera.
Menurut Apley dan Salomon (1995), tulang bersifat relative rapuh namun cukup
mempunyai kekuatan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur dapat disebabkan oleh :
4
- Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak,
kontraksi otot ekstrim.
- Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
- Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
C. Klasifikasi
Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst).
2. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :
a.
Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang).
b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang
tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a.
Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).
b.
Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).
c. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan
tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).
4. Berdasarkan posisi fragmen :
a. Undisplaced (tidak bergeser) / garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser.
b. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur
a. Tertutup
b. Terbuka (adanya perlukaan dikulit).
6. Berdasarkan bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma :
a. Garis patah melintang.
b. Oblik / miring.
c. Spiral / melingkari tulang.
d. Kompresi
e. Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Misal pada patela.
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :
a. Tidak adanya dislokasi.
b. Adanya dislokasi
At axim : membentuk sudut.
At lotus : fragmen tulang berjauhan.
At longitudinal : berjauhan memanjang.
At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.
Jenis fraktur :
Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran
Fraktur inkomplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
Fraktur tertutup (fraktur simple), tidak menyebabkan robekan kulit.
6
Fraktur Terbuka
Fraktur terbuka adalah fraktur dimana terdapat hubungan fragmen fraktur dengan dunia
luar, baik ujung fragmen fraktur
kulit atau kulit dipermukaan yang mengalami penetrasi suatu objek yang tajam dari luar
hingga kedalam (Salter ,1994).
Fraktur terbuka sering timbul komplikasi berupa infeksi. Infeksi bisa
normal di kulit ataupun bakteri
berasal
dari flora
normal kulit, seperti Staphylococus, Propionibacterium acne , Micrococus dan dapat juga
Corynebacterium (Gustilo ,1993 ).
Selain dari flora normal kulit , hasil
pathogen, tergantung dari paparan (kontaminasi ) lingkungan pada saat terjadinya fraktur.
Seperti cedera pada lingkungan perkebunan , sering terjadi, bakteri golongan Clostridium
perfringens. Tapi berbeda lagi Jika
terpapar
lingkungan berair
akan
dijumpai bakteri
golongan Pseudomonas. Infeksi nosocomial juga sering sebagai penyebab infeksi luka
pada
fraktur terbuka. Kuman yang paling sering dijumpai Staphylococus aureus (Gustilo, 1993 )
1. Grade I:
Fraktur terbuka dengan luka kulit kurang dari 1 cm dan bersih kerusakan jaringan
minimal, frakturnya simple atau oblique dan sedikit kominutif.
2. Grade II :
7
Fraktur
terbuka dengan luka robek lebih dari 1 cm, tanpa ada kerusakan jaringan
lunak, flap kontusio avulsi yang luas serta fraktur kominutif sedang dan kontaminasi
sedang.
3. Grade III :
Fraktur terbuka segmental atau kerusakan jaringan lunak yang luas atau amputasi
traumatic,derajat kontaminasi yang berat dan trauma dengan kecepatan tinggi.
Fraktur grade III dibagi menjadi tiga yaitu :
grade IIIa : Fraktur segmental atau sangat kominutif penutupan tulang dengan jaringan
lunak
cukup adekuat.
grade IIIb : Trauma sangat berat atau kehilangan jaringan lunak yang cukup luas ,
terkelupasnya daerah periosteum dan tulang tampak terbuka , serta adanya kontaminasi
yang cukup berat.
grade IIIc : Fraktur dengan kerusakan pembuluh darah.
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas
yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang
sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh
darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu
kuat.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic
infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada
kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan
seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu
yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkmans Ischemia.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
2). Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan
yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya
pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau
pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.
3). Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat
kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan
dan reimobilisasi yang baik. (Black, J.M, et al, 1993)
Fiksasi internal atau Open Reduction Internal Fiksasi (ORIF) Fragmen tulang dapat diikat
dengan sekrup, pen atau paku pengikat, plat logam yang diikat dengan sekrup, paku intra
meduler yang panjang (dengan atau tanpa sekrup pengunci).
F. Penanganan fraktur
10
G. Penyembuhan/perbaikan fraktur :
Bila sebuah tulang patah, maka jaringan lunak sekitarnya juga rusak, periosteum terpisah
dari tulang dan terjadi perdarahan yang cukup berat. Bekuan darah terbentuk pada daerah
tersebut. Bekuan akan membentuk jaringan granulasi, dimana sel-sel pembentuk tulang
premitif (osteogenik) berdeferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan
mensekresi fosfat yang akan merangsang deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus
disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapian kalus
dari fragmen yang satunya dan menyatu. Fusi dari kedua fragmen terus berlanjut dengan
terbentuknya trabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyebrangi
lokasi fraktur.Persatuan (union) tulang provisional ini akan menjalani transformasi
metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus tulang akan mengalami
re-modelling dimana osteoblas akan membentuk tulang baru sementara osteoklas akan
12
menyingkirkan bagian yang rusak sehingga akhirnya akan terbentuk tulang yang
menyerupai keadaan tulang aslinya.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat
perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas.
Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di dalam darah.
Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram
menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang
kompleks.
RENCANA KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
1 Nyeri akut b/dSetelah
dilakukanManajemen nyeri :
agen injuri fisik,Asuhan
keperawatan
1. Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi,
13
fraktur
jam
tingkat
kenyamanan
klien
meningkat,
nyeri
tingkat
terkontrol
dg
nyamanan.
KH:
3. Gunakan
melaporkan
sebelumnya.
dg
4. Kontrol
yang
tenang
dapat
istirahat
lingkungan
pencahayaan, kebisingan.
Ekspresi wajah
klien
faktor
scala 2-3
6. Pilih
dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologis/non farmakologis).
dan
tidur
-
terapeutik
berkurang
komunikasi
Klien
nyeri
teknik
v/s dbn
Status
neuromuskuler, keselamatan
Injuri
tekanan
danfisik dgn KH :
disuse
-
Mampu
mencegah cidera
3 Sindrom
self
care
jam
kelemahan,
ADLs
fraktur
KH:
-
kebutuhan
-Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan
dg
diri
terpenuhi
Pasien
Melakukan
dapat
aktivitas
sehari-hari.
-
-Monitor
kebutuhan
akan
personal
hygiene,
Kebersihan
diri
pasien terpenuhi
tubuhasuhan
dilakukanKontrol infeksi :
keperawatan
infeksi
tindakan keperawatan.
alat pelindung.
-Pertahankan lingkungan yang aseptik selama
pemasangan alat.
-Lakukan perawatan luka, drainage, dresing infus
dan dan kateter sesuai kebutuhan.
-Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
-Kolaborasi untuk pemberian antibiotik sesuai
program.
-Jelaskan tanda gejala infeksi dan anjurkan u/
segera lapor petugas
-Monitor V/S
Proteksi terhadap infeksi
-Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal.
-Monitor hitung granulosit dan WBC.
-Monitor kerentanan terhadap infeksi..
-Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan.
-Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap
16
Setelah
mobilitas
berhubungan
dengan
tulang
indikasi
dilakukanTerapi ambulasi
-Kaji
peningkatan
patahAmbulasi
kemampuan
pasien
dalam
melakukan
ambulasi
:Tingkat
mobilisasi, Perawtan
-Kolaborasi dg fisioterapi untuk perencanaan
diri Dg KH :
ambulasi
-Peningkatan aktivitas
fisik
Pendidikan kesehatan
-Edukasi pada pasien dan keluarga pentingnya
ambulasi dini
-Edukasi pada pasien dan keluarga tahap ambulasi
-Berikan reinforcement positip atas usaha yang
17
dilakukan pasien.
6 Kurang
pengetahuan
Setelah
askep
tentang penyakitpengetahuan
dan
Jam
klien
meningkat dg KH:
18
BAB III
KASUS
A. Pengkajian
Nama
Usia, Jenis Kelamin
Tanggal Masuk RS
Diagnosa Medik
Keluhan Utama
Tn. I
50 Tahun, laki-laki
15 Juni 2015
Open fracture cruris sinistra
Klien mengatakan patah tulang, luka, nyeri pada kaki kanan, dan
tidak dapat digerakkan.
Klien datang ke UGD tgl 15 juni 2015, jam 17:00 WIB, 1 jam
SMRS, klien mengalami fraktur terbuka pada kaki kiri. Klien
mengatakan tidak pingsan saat kejadian hingga dibawa ke RS.
Survey Primer
Airway
-
Breathing :
-
RR : 20 x/menit
Dyspnoe tidak ada
Irama teratur
Pergerakan dinding dada simetris
Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
Tidak ada napas cuping hidung
Circulation :
-
N : 50 x/menit
TD : 130/80 mmHg
Irama teratur, pulsasi lemas
Capilary refil <3detik
Akral dingin
Tidak ada sianosis
Tampak perdarahan pada daerah fraktur
Saat di kaji darah masih tampak mengalir, perdarahan
membasahi celana pasien sampai ke perlak
Disability
GCS : E4V5M6 = 15
Kesadaran komposmentis
Ukuran pupil 2mm, isokor
Reflek terhadap cahaya (+)
Exposure :
-
Hb : 12 g/dl
Ht : 44%
Leukosit : 10,6 ribu/ul
Trombosit : 368 ribu/ul
-
Kepala
-
Wajah
Simetris
Tidak ada jejas
Mata
-
:
Konjungtiva ananemis
Sklera anikterik
Telinga
-
Simetris
Pendengaran baik
Hidung
-
Hidung bersih
Tidak ada kotoran
Penciuman baik
Mulut
-
:
Mulut bersih
Tidak ada gigi palsu
Tidak ada caries
Mukosa lembab
Leher
-
:
Tidak ada jejas
Tidak ada pembesaran JPV
Dada
-
:
Suara napas vesikuler, bunyi jantung I & II normal
Tidak ada murmur dan gallop
Abdomen
-
Genitourinari : Ekstremitas
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko syok
(prioritas)
hipovolemik b.d.
terputusnya kontinuitas
pembuluh darah
Terlampirkan
Dx 1 :
Mandiri
-
Kolaborasi
-
Dx 2 :
Pemberian infus RL
Pemeriksaan lab : Hb dan golongan darah
Transfusi darah
Operasi cito ortopedi (ORIF)
Mandiri :
-
Kolaborasi :
-
Dx 3 :
Mandiri :
-
Kolaborasi :
-
Evaluasi (SOAP)
Dx 1 :
Tanggal 15-06-2015
S : klien mengatakan darahnya sudah tidak banyak keluar
O:
Airway :
-
gurgling (-)
stridor (-)
Breathing :
-
RR : 18 x/menit
Dyspnoe (-)
Irama teratur
Pergerakan dinding dada simetris
Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
Tidak ada napas cuping hidung
Klien terpasang O2 nasal kanul 4 liter/menit
Circulation :
-
N : 100 x/menit
TD : 120/80 mmHg
Irama teratur
Terdapat luka robek dan fraktur terbuka di tibia dan fibula
dextra
Klien sudah dilakukan balut tekan
Tidak ada perdarahan
Capilary refil <3detik
Akral dingin
Tidak ada sianosis
Disability :
-
GCS : E4V5M6 = 15
Kesadaran komposmentis
Ukuran pupil 2mm, isokor
Reflek terhadap cahaya (+)
Exposure :
-
Hb : 12 g/dl
Ht : 44%
Trombosit : 368 ribu/ul
-
gurgling (-)
stridor (-)
Breathing :
-
RR : 18 x/menit
Dyspnoe (-)
Irama teratur
Pergerakan dinding dada simetris
Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
Tidak ada napas cuping hidung
Klien terpasang O2 nasal kanul 4 liter/menit
Circulation :
-
N : 100 x/menit
TD : 120/80 mmHg
Irama teratur
Terdapat luka robek dan fraktur terbuka di tibia dan fibula
dextra
Klien sudah dilakukan balut tekan
Tidak ada perdarahan
Capilary refil <3detik
Akral dingin
Tidak ada sianosis
Disability :
-
GCS : E4V5M6 = 15
Kesadaran komposmentis
Exposure :
-
fibula dextra
Klien telah diberikan cefotaxime 1x2gr, anti tetanus
serum/toxoid 1cc, tetagam 1cc
Dx 3 :
Tanggal 15 Juni 2015
S : klien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang, skala nyeri 8
O:
Airway :
-
gurgling (-)
stridor (-)
Breathing :
-
RR : 18 x/menit
Dyspnoe (-)
Irama teratur
Pergerakan dinding dada simetris
Circulation :
-
N : 100 x/menit
TD : 120/80 mmHg
Irama teratur
Terdapat luka robek dan fraktur terbuka di tibia dan fibula
dextra
Klien sudah dilakukan balut tekan
Tidak ada perdarahan
Capilary refil <3detik
Akral dingin
Tidak ada sianosis
Disability :
-
GCS : E4V5M6 = 15
Kesadaran komposmentis
Ukuran pupil 2mm, isokor
Reflek terhadap cahaya (+)
Exposure :
-
fibula dextra
Telah dilakukan fiksasi/bidai
Telah diberikan remopain 2ml
B. Analisa data
Data focus
15-06-2015 Ds :
1.
Masalah
Syok
Do :
Darah mengenai celana
klien sampai k bawah
15-06-2015 DS :
2.
Nyeri
klien mengatakan nyeri
pada kaki kiri
skala nyeri 10
nyeri dirasakan terus
menerus
Terputusnya
kontinuitas tulang
Fragmen tulang
merusak otot
Tekanan kalpiler otot
naik
DO :
-
Fraktur terbuka
Menyebabkan luka pada
jaringan kulit
Etiologi
Pengeluaran mediator
kimias (histamine)
Spasme otot
Nyeri
(skala nyeri 10)
3.
DS :
Resiko infeksi
Terputusnya
kontinuitas tulang
Fragmen tulang
merusak kulit &
jaringan lunak
DO :
-
Gangguan integritas
kulit (luka robek pada
ekstremitas bawah
dextra, diameter
10cm)
4.
DS :
-
Immobilisasi
klien mengatakan kaki
nyeri dan tidak dapat
digerkakkan
Pergerakan/pergeseran
fragmen tulang
DO :
-
Terputusnya
kontinuitas tulang
Deformitas
terdapat luka dan fraktur
terbuka tibia fibula dextra
Ekstremitas tidak
dapat berfungsi
dengan baik
Gangguan mobilitas
fisik
5.
DS :
Resiko gangguan
perfusi jaringan
DO :
-
Terputusnya
kontinuitas tulang
Fraktur tibia fibula
Kerusakan sumsum
tulang
Fat embolism &
thrombus
Menyumbat pembuluh
darah
Suplai darah ke organ
terganggu
Resiko gangguan
perfusi jaringan
Hipoksia, nekrosis
jaringan
E. Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Dx. 1
Intervensi
Mandiri :
-
Dx. 2
Mandiri :
-
Dx.3
Mandiri :
- Observasi karakteristik nyeri (PQRST)
- Berikan posisi yang nyaman untuk klien
- Ajarkan teknik relaksasi tarik napas dalam
- Monitor skala nyeri
- Monitor hemodinamik
Kolaborasi :
-
F. Evaluasi (SOAP)
Diagnosa
keperawatan
Dx. 1
Evaluasi (SOAP)
S : klien mengatakan darahnya sudah tidak banyak keluar
O:
Airway :
-
gurgling (-)
stridor (-)
Breathing :
-
RR : 18 x/menit
Dyspnoe (-)
Irama teratur
Pergerakan dinding dada simetris
Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
Tidak ada napas cuping hidung
Klien terpasang O2 nasal kanul 4 liter/menit
Circulation :
-
N : 100 x/menit
TD : 120/80 mmHg
Irama teratur
Terdapat luka robek dan fraktur terbuka di tibia dan fibula
dextra
Klien sudah dilakukan balut tekan
Tidak ada perdarahan
Capilary refil <3detik
Akral dingin
Tidak ada sianosis
Disability :
-
GCS : E4V5M6 = 15
Kesadaran komposmentis
Ukuran pupil 2mm, isokor
Reflek terhadap cahaya (+)
Exposure :
-
S:O:
Airway :
-
gurgling (-)
stridor (-)
Breathing :
-
RR : 18 x/menit
Dyspnoe (-)
Irama teratur
Pergerakan dinding dada simetris
Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
Tidak ada napas cuping hidung
Klien terpasang O2 nasal kanul 4 liter/menit
Circulation :
-
N : 100 x/menit
TD : 120/80 mmHg
Irama teratur
Terdapat luka robek dan fraktur terbuka di tibia dan fibula
dextra
Klien sudah dilakukan balut tekan
Disability :
-
GCS : E4V5M6 = 15
Kesadaran komposmentis
Ukuran pupil 2mm, isokor
Reflek terhadap cahaya (+)
Exposure :
-
Dx.3
gurgling (-)
stridor (-)
Breathing :
-
RR : 18 x/menit
Dyspnoe (-)
Irama teratur
Pergerakan dinding dada simetris
Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
Tidak ada napas cuping hidung
Klien terpasang O2 nasal kanul 4 liter/menit
Circulation :
-
N : 100 x/menit
TD : 120/80 mmHg
Irama teratur
Terdapat luka robek dan fraktur terbuka di tibia dan fibula
dextra
Klien sudah dilakukan balut tekan
Tidak ada perdarahan
Capilary refil <3detik
Akral dingin
Tidak ada sianosis
Disability :
-
Trauma langsung
GCS : E4V5M6 = 15
Kesadaran komposmentis
UkuranPatah
pupiltulang
2mm,
isokor
terbuka
Reflek terhadap cahaya (+)
Kerusakan/
jaringan lunak, pembuluh darah dan tulang
Exposureterputusnya
:
Spasme otot
Luka terbuka
Perdarahan
tulang
cairan
P : klien direncanakan operasiKehilangan
cito ortopedi
Masuknya
mikroorganisme
dan darah
Syok hipovolemik
Infeksi
Emboli
Menyumbat
pembuluh darah
Suplai darah ke
organ berkurang
Patoflow Fraktur
Perfusi jaringan
terganggu
Hipoksia/nekrosis
DAFTAR PUSTAKA