diterapkan
dan
diberlakukan
kepada
berbagai
paham
misalnya
melihat
adanya
sejumlah
orang
yang
ilmu
fiqhi
misalnya
pernah
menjadi
primadona
dan
paradigma
ilmu
fiqhi.
Ketika
kepadanya
ditanyakan
tentang
adalah
dengan
cara
memusnahkan tempat-tempat
pelacuran
bukan
sekedar
masalah
keagamaan
yang
sebagainya,
yang
dalam
cara
mengatasinya
memerlukan
yang
dipelajarinya
pun
berpusat
pada
Asy'ariyah
dan
sudah
mengambil
bentuk
tarikat
yang
terkesan
kurang
adanya
pemahaman
Islam
yang
sudah
utuh
dan
STUDI ISLAM
Dirasah Islamiyah atau Studi Keislaman (Islamic Studies),
secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari
hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Dengan perkataan
lain usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami
serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal
yang berhubungan dengan agama Islam, baik ajaran-ajarannya,
sejarahnya mapun praktek-praktek pelaksanaannya secara nyata
dalam kehidupan sehari-hari.
Usaha mempelajari agama Islam tersebut kenyataannya bukan
hanya dilaksanakan oleh kalangan umat Islam saja, melainkan juga
dilaksanakan oleh orang-orang di luar kalangan umat Islam. Studi keIslaman di kalangan umat Islam sendiri tentunya mempunyai tujuan
yang berbeda-beda dengan tujuan studi Keislaman yang dilakukan
oleh orang-orang di luar kalangan umat Islam. Di kalangan umat
Islam, studi Ke-Islaman bertujuan untuk memahami dan mendalami
serta
membahas
melaksanakan
dan
ajaran-ajaran
Islam
mengamalkannya
agar
secara
mereka
dapat
benar,
serta
mempelajari
seluk
beluk
agama
dan
praktek-praktek
diantara
para
orientalis
yang
memberikan
pandangan-
Islam
kemunduruannya)
mendominasi
dan
umat
bahwa
kalangan
Islam
sudah
pendekatan
ulama
Islam
studi
lebih
memasuki
masa
ke-Islaman
cenderung
yang
bersifat
terhadap
sentuhan-sentuhan
akal/rasional
dan
tuntutan
Terjemahnya :
Menurut Ibnu Khaldun dalam Mukaddimahnya, bahwa akal
manusia mempunyai batas-batas kemampuan tertentu, sehingga
tidak boleh melampaui batas dan wewenangnya. Oleh karena itu,
banyak masalah yang tidak mampu dipecahkan oleh akal manusia,
terutama masalah alam gaib; dan di sinilah perlunya
agama/wahyu untuk meberikan jawaban terhadap segala masalah
gaib yang berada di luar jangkauan akal manusia. Di sinilah letak
kebutuhan manusia untuk mendapat bimbingan agama/wahyu,
sehingga mampu mengatasi segala persoalan hidupnya dengan
baik dan menyakinkan.
4. Para sainstis yang terlalu mendewakan ilmu pengetahuan -khususnya di Barat telah banyak yang kehilangan idealisme
sebagai tujuan hidupnya. Mereka dihinggapi penyakit risau gelisah,
hidupnya hambar dan hampa, karena dengan pengetahuan
semata, mereka tidak mampu memenuhi hajat hidupnya; sebab
dengan bekal ilmu pengetahuannya itu, tempat berpijaknya makin
kabur, karena kebenaran yang diperolehnya relatif dan temporer,
sehingga rohaninya makin gersang, sebagaimana bumi ditimpa
kemarau,
sehingga
membutuhkan
siraman
yang
dapat
menyejukkan. Di sinilah perlunya agama untuk memenuhi hajat
rohani manusia, agar ia tidak risau dan gelisah dalam menghadapi
segala persoalan hidup ini.
5. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak
memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia.
Namun, dibalik semuanya itu, kemajuan ilmu pengetahuann dan
tekhnologi pula yang banyak menimbulkan kecemasan dan
ancaman keselamatan bagi umat manusia. Berbagai konflik yang
maha dahsyat terjadi diberbagai belahan dunia dewasa ini
merupakan dampak negatif dari pada kemajuan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi itu, dengan ilmu dan tekhnologi, manusia
memproduksi senjata, namun dengan senjata itu pula manusia
banyak menjadi korban. Di sinilah perlunya agama, karena hanya
agama (iman) lah
yang dapat mencegah agar ilmu dan
tekhnologi tersebut tidak berubah menjadi senjata makan
tuan/pagar makan tanaman. Agamalah yang mampu menjinakkan
hati manusia yang sesat, untuk berbuat baik kepada diri sendiri
dan kepada orang lain.
Terjemahnya :
Aku (Allah) rela Islam sebagai agama bagi kamu sekalian.
Jadi, Islam sebagai nama agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad saw. mengandung keistimewaan dan hikmah yang tinggi,
seklaigus merupakan petunjuk akan kebenaran, dan keabsahannya
sebagai agama wahyu murni dari Allah swt. tanpa campur tangan
manusia sebagaimana firman Allah swt. dalam Q.S. Ali Imran (3) : 19:
Terjemahnya :
Sesungguhnya Dia (agama) yang sah di sisi Allah hanyalah
Islam
Jadi, Islam itu pada hakekatnya adalah agama Allah, yang
diperuntukkan bagi seluruh makhluknya, khususnya manusia. Karena
itu, manusia yang memiliki Islam sebagai agamanya, mereka akan
diterima oleh Allah, tetapi, bagi mereka yang memiliki agama selain
agama Islam, mereka akan ditolak oleh Allah, sebagaimana firman
Allah dalam Q.S. Ali Imran (3) : 85
Terjemahnya:
Barang siapa yang mencari agama selain agama Islam maka
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan
dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
Pernyataan Allah tersebut, dapat diterima secara rasional, oleh
karena :
1. Secara etimologi dapat dibuktikan bahwa kata Din sama dengan
Islam yang berarti patuh dan taat. Bahkan hadits Nabi saw.
menyatakan : Din adalah aqal, tidak ada Din bagi orang yang tidak
ber-aqal. Pernyataan Nabi ini dimaksudkan bahwa : kepatuhan dan
ketaatan secara sempurna akan muncul dari hasil pertimbangan
antara akal dan hati.
2. Secara logika, dapat dibuktikan bahwa Islam adalah satu-satunya
agama yang mengandung ajaran penyerahan diri secara penuh
dan mutlak hanya kepada Allah melalui pernyataan ikrar la ilaha
illa Allah yang dimanifestasikan dalam bentuk amaliah. Oleh
karena itu, logislah kalau Allah hanya mengakui Islam satu-satunya
agama yang benar.
3. Secara materi, Islam mencakup hablum min Allah dan hablum min
al-nas, sedangkan agama sebelumnya hanya mencakup hablum
min Allah saja. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama
yang paling lengkap dari agama-agama sebelumnya.
4. Secara historis, dibuktikan bahwa Islam merupakan agama yang
terakhir (akhir zaman) yang bertugas menggantikan agama
sebelumnya, yang masa berlakunya telah selesai dan telah
diinterpolasi oleh manusia. Kemudian Islam datang untuk
mengadakan
koreksi,
pembetulan
dan
penyempurnaan,
sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Taubah (9) : 33
Q.S. al-Baqarah (2) : 132
Q.S. Ali Imran (3) : 67
c. Islam adalah agama Nabi Sulaiman, sebagaimanatercantum dalam
Q.S. al-Naml (27) : 30-31.
)(30
)(31
e. Islam adalah agama Nabi Isa, sebagaimana tercantum dalam Q.S.
Ali Imran (3) : 52.
Di samping Islam sebagai agama para Nabi dan Rasul Allah,
juga Islam merupakan agama alam semesta. Semua alam semesta ini
Q.s. Ali Imran (3) : 83.
tercantum dalam Q. s. al-Bayyinah (98) :4.
Islam
menolak
segala
bentuk
penyembahan terhadap selain Allah la ma`buda illa Allah.
3. Islam adalah agama hanif (up right). Yakni agama yang
penganutnya harus tinggi budi pekertinya, lurus hatinya dan
senantiasa cenderung untuk berbuat kebaikan (amal saleh).
4. Islam adalah agama yang mudah/ringan. Tidak ada alasan bagi
seorang muslim (siapapun) untuk bermalas-malas mengamalkan
ajaran Islam, karena Islam bukanlah agama yang berat atau
kejam. Firman Allah yang artinya: Allah menghendaki kemudahan
bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu (Q.s. alBaqarah (2) : 185).
Itulah sebabnya dalam agama Islam terdapat hukum rukhsah
(keringanan atau dispensasi) yang sengaja diberikan oleh Allah
kepada setiap muslim yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan ajaran Islam. Misalya, bagi muslim musafir
dibolehkan menjamak dan mengqashar shalat, dibolehkan berbuka
puasa; dan sebagainya.
5. Islam adalah agama yang moderat. Maksudnya, agama yang
sedang, agama yang lunak atau tengah-tengah, yaitu tengahtengah di antara dua faham yang ekstrim, baik ekstrim terlalu
keras, maupun ekstrim terlalu lunak. Sebagai contoh: orang Yahudi
6. Islam adalah agama rasional. Maksudnya agama yang dapat
diterima oleh akal. Dalam hubungan ini, ajaran Islam dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu:
a. Ajaran Islam yang ma`qul artinya ajaran yang rasional (dapat
diterima oleh akal). Contohnya: Tuhan itu satu, seseorang tidak
menanggung dosa orang lain, dan sebagainya.
b. Ajaran Islam yang ghairu ma`qul yaitu ajaran yang di luar
jangkauan akal. Contohnya: rakaat shalat yang berbeda-beda,
hakekat zat Allah, mencium hajar aswad, dan sebagainya.
7. Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan Islam,
sekurang-kurangnya ditandai oleh adanya tiga keyataan:
a. Islam menghimpun semua kebenaran yang dibawa oleh para
Nabi dan Rasul Allah yang pernah lahir. Pokok-pokok ajaran
Taurat, Zabur dan Injil, semuanya tercantum dalam al-Qur`an.
b. Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya
(termasuk dirinya sendiri), bahkan mengatur hubungan
manusia dengan seluruh makhluknya yang lain.
c. Adanya pengakuan dari Allah, bahwa Islam adalah agama yang
sempurna dan Dia sendiri yang menyempurnakannya,
sebagaimana tercantum dalam Q.s. al-Maidah (5):3.
C. Tugas Pokok Agama Islam
1. Mendatangkan perdamaian di dunia, dengan membentuk
persaudaraan di antara sekalian agama di dunia.
2. Menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama yang
sudah-sudah.
3. Membetulkan kesalahan-kesalahan dalam agama sebelumnya,
menyaring mana yang benar dan meluruskan mana yang palsu.
4. Mengajarkan kebenaran abadi, yang sebelumnya tidak pernah
diajarkan, berhubung keadaan bangsa atau umat pada waktu itu
masih dalam tahap permulaan dari tingkat perkembangan mereka.
5. Memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani bagi umat manusia
yang selalu bergerak maju.
D. Kerangka Dasar Agama Islam
Agama Islam yang mencakup seluruh aspek hidup dan kehidupan
manusia, kerangka dasarnya dapat disederhanakan seperti berikut;
1. Aqidah Islam, yakni menyangkut masalah rukun iman atau teologi
dalam Islam.
2. Fungsi al-Quran
Al-Quran adalah wahyu Allah yang berfungsi sebagai berikut :
a. Mujizat bagi rasul Allah Muhammad saw, sebagaimana
tercantum dalam Q.S. al-Isra (17) : 88,
Q.S. Yunus (10) : 38.
Mujizat yang didatangkan para Nabi dan Rasul Allah ada dua
macam, yaitu hissy dan akly.
Hissy ialah yang didapat dengan pandangan mata, seperti
tongkat Nabi Musa, keluarnya air dari celah-celah jari Nabi
Muhammad, dan sebagainya.
Akly ialah yang didapatkan dengan mata hati, seperti
mengambarkan berita baik, baik secara sindiran, maupun secara
tegas dan menerangkan hakekat ilmu yang diperoleh dengan tidak
dipelajari.
Mujizat Nabi Muhammad yang bersifat hissy adalah : batu
kerikil bertasbih di tanganya, berbicara dengan serigala, datang
pohon kayu kepadanya, dan sebagainya. Sedangkan mujizat Nabi
Muhammad yang bersifat akly adalah: al-Quran. Al-Quran itu
suatu ayat hissiyah yang dapat dirasai pancaindera; tetapi akliyah
(bersifat akal), diam tidak berbicara, kekal sepanjang masa,
berkembang di dalam dunia.
Seluruh ayat al-Quran, baik dalam jumlah sedikit atau
banyak adalah mujizat atau setiap ayat al-Quran memiliki ijaz
segi balaghahnya yang tidak dapat ditandingi oleh siapapun. Itulah
sebabnya mujihad al-Quran telah menjadi salah satu sebab
penting bagi masuknya orang-orang Arab ke dalam agama Islam,
dan menjadi sebab penting pula bagi masuknya orang-orang
sekarang, dan (insya Allah) pada masa-masa yang akan datang.
Menurut Dr.Quraisy Shihab, M.A. ada tiga segi kemujizatan alQuran, yaitu:
1). Pemberitaan gaibnya, ini terbagi dua, 1) masa lampau dan 2)
masa yang akan datang; masa yang akan datang ini juga
terbagi dua, yaitu a) yang sudah terbukti dan b) yang belum
terbukti.
2). Isyarat-isyarat ilmiah yang menyangkut banyak hal, misalnya
penciptaan alam semesta, reproduksi manusia, dan sebagainya.
3). Dari segi bahasanya, baik balaghahnya maupun fashahahnya.
Secara umum hal ini, sekarang sudah sulit dibuktikan.
Ketiga segi kemujizatan al-Quran tersebut tidak dapat dibuktikan
tanpa mengaitkan dengan pribadi Nabi Muhammad.
Ayat-ayat al-Quran yang berhubungan dnegan pemberitaan
gaib masa lampau (sejarah) seperti tentang kekuasaan di Mesir,
Negeri Saba, Tsamud, Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa
dan lain-lain, dapat memberikan keyakinan kepada kita bahwa alQuran adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia.
Ayat-ayat al-Quran yang berhubungan dengan pemberitaan
gaib masa yang akan datang (ramalan-ramalan) dan sudah
terbukti atau dibuktikan oleh sejarah seperti tentang runtuhnya
bangsa Rumawi (Q.S.al-Rum (30) : 2,3,4.
( 3)
( 2)
(4)
juga menjadi bukti kepada kita bahwa al-Quran adalah wahyu
Allah swt.
Ayat-ayat al-Quran yang berhubungan dnegan ilmu pengetahuan
dapat menyakinkan kita bahwa al-Quran adalah firman-firman
Allah, tidak mungkin ciptaan manusia, apabila ciptaan Nabi
Muhammad yang ummi (Q.S. al-Araf (7) : 158,
yang hidup pada awal abad keenam Masehi.
Bahasa al-Quran yang sangat indah dan susunan katanya
yang rapi, tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab
lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti
merupakan ciri dari gaya bahasa al-Quran.
Karena gaya bahasa yang demikian itulah, maka Umar bin
Khattab masuk Islam setelah mendengar al-Quran awal surah
Thaha yang dibicara oleh adiknya Fatimah, Abul Walid, diplomat
Quraisy waktu itu, terpaksa cepat-cepat pulang begitu mendengar
beberapa ayat dari surah Fushshilat yang dikemukakan Rasul Allah
Muhammad saw. sebagai jawaban atas usaha-usaha bujukan dan
diplomasinya. Bahkan Abu Jahal musuh besar Nabi karena
mendengar surah al-Dhuha yang dibaca Nabi.
Tepat apa yang dinyatakan al-Quran, bahwa seseorang tidak
menerima kebenaran al-Quran sebagai wahyu Allah disebabkan
oleh salah satu dari dua sebab, yaitu :
1). Tidak berfikir dengan jujur dan sungguh-sungguh. Hal ini
disebut al-maghdhub (dimurkai Tuhan) karena tahu kebenaran,
tetapi tidak mau menerima kebenaran itu.
2). Tidak sempat mendengar dan mengetahui al-Quran secara
baik. Hal ini disebut al-Dhallin (orang sesat) karena tidak
menemukan kebenaran itu.
Sebagai jaminan bahwa al-Quran itu wahyu Allah, maka alQuran sendiri
menantang setiap manusia untuk membuat satu
surah saja yang senilai dengan al-Quran (lihat Surah al-Baqarah
(2) : 23,24).
b. Pedoman hidup bagi setiap manusia, khususnya yang sudah
muslim, sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Ba qarah (2): 185
dan Q.S. al-Nisa (4): 105 al-Maidah (5) : 49, 50 al-Jatsiyah (45) : 20.
Sebagai pedoman hidup, al-Qur`an banyak mengemukakan
pokok-pokok serta prinsip-prinsip umum pengaturan hidup dalam
hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia, dan manusia
dengan alam yang lain. Di dalamnya terdapat peraturan-peraturan
seperti: beribadah langsung kepada Tuhan, kewarisan, pendidikan
dan pengajaran, kepemimpinan, berperang, pidana, dan aspekaspek kehidupan lainnya yang oleh Allah dijamin dapat berlaku
dan dapat sesuai pada setiap tempat dan setiap waktu,
sebagaimana tercantum dalam Q.s. al-A`raf (7): 158; al-Anbiya
(21): 107; Saba (35) : 28.
indah, yaitu (1) thabi`iyah (bersifat alami), (2) ma`qul (bersifat logis),
(3) wawathan (bersifat tengah-tengah, tidak ekstrim), (4) dinamik
tidak bersifat statis, yakni senantiasa mendorong ke arah kemajuan,
(5) realistis tidak utopis,
yakni berdasarkan kenyataan, tidak
menghayal dalam mengemukakan sesuatu.
4. Kandungan al-Qur`an
Al-Qur`an mengandung beberapa pokok persoalan, kesemuanya
tercakup dalam surah al-Fatihah, antara lain meliputi:
a. Prinsip-prinsip keimanan kepada Allah, Malaikat, Rasul, Hari
Kemudian, Qadha dan Qadar, dan sebagainya.
b. Prinsip-prinsip syari`ah, baik mengenai ibadah khusus, seperti
shalat, zakat, puasa dan haji; maupun mengenai ibadah umum,
seperti
perekonomian,
pemerintahan,
pernikahan,
kemasyarakatan, dsb.
c. Janji dan ancaman (tabsyir dan tandzir), yaitu janji terhadap orang
yang berbuat baik dengan balasan kebaikan (syurga), dan
ancaman terhadap orang yang berbuat dosa/kejahatan dengan
balasan siksa (neraka).
d. Kisah para Nabi/Rasul Allah serta umat-umat terdahulu, guna
menjadi I`tibar (perhatian) bagi kita, agar kita dapat mengambil
pelajaran daripadanya.
e. Konsep ilmu pengetahuan, baik pengetahuan tentang masalah
ketuhanan (agama), manusia, masyarakat, maupun pengetahuan
tentang alam semesta.
B. AL-SUNNAH/AL-HADITS
1. Pengertian al-Sunnah/al-Hadits
Secara etimologis, sunnah berarti jalan atau tradisi,
kebiasaan, adat istiadat; dapat juga berarti undang-undang atau
peraturan yang tetap berlaku, cara yang diadakan, jalan yang
telah dijalani, keterangan.
Sedangkan hadits secara etimologi berarti berita atau
khabar, seperti : falya`tu bihaditsin mitslihi; dekat, seperti: hadits
sl-ahl bi al-Islam; baru, seperti : Allah Qadim mustahil Hadits.
Secara terminologi, al-Sunnah dan al-Hadits dianggap
identik, yaitu perbuatan, perkataan dan taqrir (keizinan) Nabi
Muhammad saw.
Ada yang berpendapat, antara al-Sunnah dengan al-hadits
berbeda dari segi penggunaannya, tetapi tidak berbeda dalam
tujuannya.
2. Kedudukan al-Sunnah
Al-Sunnah adalah sumber hukum Islam yang kedua sesudah
al-Qur`an. Setiap orang yang beriman kepada al-Qur`an sebagai
sumber hukum Islam, maka secara otomatis harus pula beriman
kepada al-Sunnah sebagai sumber hukum Islam juga. Banyak ayatayat al-Qur`an yang dapat dijadikan alasan yang pasti tentang hal
ini, misalnya:
a. Setiap mukmin harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya (Q.s.alNisa, (4):59).
b. Kepatuhan kepada Rasul berarti patuh dan cinta kepada Allah
(Q.s. Ali Imran, (3): 31).
c. Orang yang menyalahi sunnah akan mendapatkan siksa (Q.s.
al-Anfal, (8): 13).
d. Berhukum dengan Sunnah adalah ciri orang yang beriman (Q.s.
al-Nisa, (4): 65).
6.
a.
b.
c.
4. Kedudukan Ijtihad
Berbeda dengan al-Qur`an dan al-Sunnah, ijtihad, sebagai
sumber Islam yang ketiga, terkait dengan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
a. Pada dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat
melahirkan keputusan yang absolut. Sebab ijtihad merupakan
aktifitas akal pikiran manusia yang relatif. Sebagai produk
pikiran manusia yang relatif, maka keputusan daripada suatu
ijtihad pun adalah relatif.
b. Sesuatu keputusan yang ditetapkan oleh ijtihad, mungkin
berlaku bagi seseorang tapi tidak berlaku bagi orang lain.
Berlaku untuk satu masa, tempat tapi tidak berlaku pada
masa/tempat yang lain.
c. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan ibadah mahdhah. Sebab
urusan ibadah mahdhah hanya diatur oleh Allah dan Rasul-Nya.
d. Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Qur`an
dan al-Sunnah.
e. Dalam proses berijtihad hendaknya dipertimbangkan faktorfaktor motivasi, akibat, kemaslahatan umum, kemanfaatan
bersama dan lain-lain yang menjadi ciri dan jiwa daripada
ajaran Islam.
5. Syarat-syarat dan Tindakan Mujtahid
a. Syarat-syarat mujtahid
Seorang yang akan menjadi mujtahid haruslah memenuhi
beberapa syarat, antara lain:
1). Menguasai bahasa Arab
2). Menguasai isi al-Qur`an dan Ulum al-Qur`an (ilmu-ilmu alQur`an)
3). Menguasai hadits-hadits Nabi dan Ulum al-Hadits (ilmu alQur`an)
4). Menguasai kaidah-kaidah fiqi (usul al-fiqhi)
5). Mengetahu rahasia dan tujuan hukum Islam
6). Menguasai hasil-hasil ijtihad ulama terdahulu
7). Menguasai ilmu pengetahuan modern
8). Jujur dan ikhlas
9). Menguasai hukum-hukum berpikir (logika dan dialektika).
Syarat-syarat tersebut, dimaksudkan adalah yang berkenan
dengan masalah yang akan diijtihadkan oleh mujtahid itu
sendiri.
b. Tingkat Mujtahid
Bila dilihat dari segi kepribadian dan kebebasan serta
ketergantungan seorang mujtahid dengan mujtahid-mujtahid
yang lain, maka para mujtahid itu dapat dibagi menjadi
beberapa tingkatan, yaitu:
1). Mujtahid mutlak, yaitu imam-imam dalam mazhab dan
fuqaha-fuqaha lain yang mengikuti cara mereka dalam
mengambil hukum dari dua sumber pokok yaitu al-Qur`an
dan al-Sunnah.
2). Mujtahid mazhab, yaitu kawan-kawan atau murid Imamimam tersebut (imam mujtahid mutlak), yang boleh jadi
dalam beberapa persoalan kecil mereka bisa berbeda
pendapatnya
dengan
imam-imam
tersebut,
tetapi
bagimanapun juga tidak menyimpang dari dasar-dasar
hukum yang ditetapkan oleh mereka.