Anda di halaman 1dari 4

Yelsintha Saalino ( 1 )

Filia Eunike Sologia ( 2 )


Feby Stefania Baan Tasik ( 5 )
Aulia Alfani Zikriah ( 9 )

Ina masih saja bersikap cuek terhadap sikap Daniel Cho, padahal dia adalah
seorang fans Daniel Cho. Entah kenapa, saat Ina masuk ke kamarnya, ia merasa

kurang nyaman dengan adanya poster Daniel Cho di kamarnya. Mungkin karena
poster itu terlalu besar, sehingga ia merasa seperti ada seseorang yang sedang
menintai setiap gerak-gerik yang dilakukannya. Ina mulai memperhatikan poster itu, di
sana terlihat Daniel Cho yang sedang duduk di sebuah sofa, sambil tertawa lebar dan
menunjukkan deretan gigi putihnya yang rata. Ina berpikir bahwa setiap gigi Daniel di
dalam poster itu pasti berukuran seperti tiga ruas jariya sekarang. Hal ini terasa
sangat lucu bagi Ina dan membuatnya tawanya meledak. Daniel pun menghampirinya
dan bertanya kepada Ina, tetapi Ina hanya tersenyum sehingga membuat Daniel
kesal. Sesaat kemudian, ponsel Daniel berbunyi dan mengatakan bahwa jam delapan
nanti dia akan makan malam bersama Qian. Ina membeo tanpa suara :Jadi gosip
tentang Daniel dan Tan Qian itu benar?.
Pagi ini, Ina bangun lebih awal dari bibi-bibi penjual makanan di pinggir jalan. Pagi
yang penuh harapan, karena hari ini dia mendapatkan jawaban untuk naskah yang
pernah dikirimkannya. Ina membuka laptopnya, ia sudah tidak sabar lagi untuk
melihat jawaban dari naskahnya. Lagi-lagi Ina merasa sedih dan kaget karena
naskahnya masih belum bisa diterima. Ina tertegun. Ia menyadari bahwa sejak dulu, ia
tidak pernah serius dengan pelajaran apapun kecuali menulis. Dulu, ayahnya pernah
berkata bahwa menulis adalah pekerjaan yang paling mudah dalam kehidupan. Tetapi,
sekarang dia tahu bahwa ayahnya telah salah. Ternyata, tidak semua orang diberi
bakat seperti itu oleh Tuhan. Tidak semua orang bisa menulis dengan baik. Di saat
seperti ini, tidak ada tempat berbagi keluh kesah yang paling nyaman selain yuri
baginya, meskipun Yuri sedikit berlebihan dalam menanggapi sesuatu. Tetapi, yang
menjadi tempat berbagi keluh kesah bagi Ina untuk saat ini bukanlah Yuri, melainkan
Daniel Cho. Saat itu, Daniel berjalan mendekati Ina yang sedang menangis. Ia duduk
di samping Ina tanpa berani membuka suara, ia hanya memandangi Ina yang sedang
menyumpal mulutnya dengan ddokbokki (sejenis kue beras). Ia terkesiap ketika
melihat gadis itu terbatuk, lalu mengambil air minum di dalam kulkas dan
memberikannya pada Ina, lalu gadis itu segera meminumnya. Mereka berdua berjalan
menyusuri pantai Sokcho. Di perjalanan, Daniel memberikan permen kapas kepada
Ina. Ina tertrgun merasakan permen kapas yang sedang meleleh di mulutnya. Selama
ini, ia tidak pernah percaya bahwa hanya dengan sebuah makanan bisa
menyampaikan sugesti yang baik untuk tubuhnya. Ina menatap Daniel yang sedang
menatap langit Sokcho sambil memakan permen kapas. Hari ini rasanya pria itu telah
membuat sebagian bebannya terasa menghilang. Daniel memberikan suatu motivasi
pada Ina bahwa ketika kau gagal dalam pilihanmu, yang perlu dilakukan hanyalah
terus berusaha.
Kalimat yang diucapkan oleh Daniel ketika mereka berada di perjalanan tadi,
membuat Ina beralih menatap komuternya lagi dan mulai menghapus kata-kata yang
salah dan menyatukan kata demi kata. Naskahnya memang sudah bagus. Tapi,
pemahamannya terhadap menulislah yang selama ini salah. Daniel benar, bahwa yang
perlu dilakukannya hanyalah terus berusaha, bukan berhenti ketika masalah itu
datang. Saat ini, Ina sudah tidak berada dalam masalah lagi, melainkan Daniel-lah
yang sedang berada dalam masalah. Daniel tidak memiliki mood yang baik malam ini.
Tan Qian yang berulang tahun hari ini, sama sekali tidak mengajak Daniel untuk pergi
bersamanya, padahal mereka adalah teman dekat sejak menjadi artis di argensi
tersebut. Tapi justru Young Jo-lah yang saat ini bersama Qian. Menghabiskan waktu
bersama gadis itu, dan menjadi satu-satunya orang yang akan menghabiskan malam

ulang tahun ini bersama Qian. Qian adalah gadis yang baik, ramah walaupun
terkadang pengucapan bahasa Koreanya salah. Dia gadis yang menarik dan memiliki
kecantikan yang berbeda. Itulah kesan yang selalu meekat di dalam benak Daniel
sejak pertemuan pertama mereka. Daniel mendongak dan menatap langit Seoul yang
sangat cantik, begitulah suasana malam tahun lalu yang dinikmati oleh Daniel dan
Qian.
Saat Ina sedang menekan-nekan hangeul dalam keyboard komputer mannequin,
Hye Jin mendatanginya dan bertanya penuh selidik tentang Ina dan Daniel Cho. Ina
menjawabnya secara spontan bahwa Daniel hanya membayar baju yang pernah
dibelinya di Manneqquin. Mi Nam pun juga ikut mendekat dan menanyakan kapan
artis itu datang. Lagi-lagi Ina membohongi mereka bahwa Daniel datang sekitar 3
minggu yang lalu. Hye Jin dan Mi Nam sebenarnya tidak percaya dengan perkataan
Ina, tetapi mereka harus percaya kepada Ina karena kemarin mereka melihat Daniel
yang mengejar Ina. Beberapa saat kemudian, ponsel Ina berbunyi, dan ia menatap
layar ponselnya itu. Tanpa nama. Ina menjawabnya, dan terdengar seperti suara berat
laki-laki yaitu Jun Ki. Setelah 3 tahun yang lalu, saat Jun Ki memutuskan hubungannya
dengan Ina, sebenarnya Ina masih memiiki perasaan yang mendalam terhadap Jun Ki.
Tetapi, ia sadar bahwa ia bukan lagi milik Jun Ki. Jun Ki mengundang Ina untuk datang
ke pamerannya di Coex malam ini. Butuh waktu 2 jam untuk berdiri di depan cermin
wastafel dan berpikir untuk memutuskan apakah ia harus setuju dengan permintaan
Jun Ki atau tidak. Akhrnya, Ina memutuskan unuk pergi ke pameran tersebut. Dalam
pameran itu, Ina melihat sebuah lukisan hitam putih yang menampakkan seorang
gadis berambut hitam panjang yang diberi nama masa lalu oleh Jun Ki. Ina menyadari
bahwa gadis itu adalah dirinya. Saat Jun Ki mengarahkan pandangannya terhadap
seorang gadis yang baru datang, Ina langsung meninggalkan Jun Ki itu dengan
mengeluarkan air mata. Ina sampai pada apartemennya, dan langsung menjatuhkan
tubuhnya ke atas tempat tidurnya, memejamkan matanya, dan aliran sungai kecil di
kedua pipinya perlahan berhenti. Lain halnya dengan Daniel, ia merasa sangat kesal
karena Qian memiliki perasaan yang lebih kepada Young Jo begitu pula sebaliknya.
Mereka berdua selalu duduk bersama, bepergian bersama, dan bersenang-senang
bersama, sedangkan Qian hanya bersikap biasa saja terhadap Daniel. Hal ini membuat
Daniel harus menahan emosinya.
Daniel merasa bingung akan pergi ke mana. Tetapi, ketika dia menemukan kunci
apartemen millik Ina yang tergeletak di mobilnya, ia merasa memiliki pilihan. Daniel
masuk ke apartemen Ina dengan kunci yang dimilikinya. Pukul 01.15, Ina terbangun
karena tengorokannya yang kering membuatnya harus keluar dari kamarnya dan
mengambil air minum. Kau sudah bangun? Ina mengerjapkan matanya sesaat, dan
merasa kaget karena ada orang yang sedang berbicara kepadanya. Ia sebenarnya
merinding, tapi ia menyalakan lampu dan ia melihat Daniel yang sedang mengganti
channel televisi. Ina melihat Daniel masih sangat tampan walaupun hanya
mengenakan kaus putih biasa dan celana pendek biasa dan ia telah jatuh cinta kepada
Daniel. Tetapi cintanya kepada Daniel beda dengan rasa cintanya kepada Jun Ki. Ina
sudah tidak bisa tertidur dan ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Daniel pun
mengajak Ina ke pantai Sokcho. Pantai itu terasa sepi dan juga sangat dingin,
sehingga membuat Ina bersin dan hidungnya memerah. Daniel masuk ke dalam
mobilnya dan mengambil sebuah topi rajut lalu memasangnya di kepala Ina. Topi rajut
itu adalah hadiah yang akan diberikan Daniel saat ulang tahun Qian, tetapi sekarang

topi itu telah menjadi milik Ina. Ina merasa Daniel benar-benar berpacaran dengan Tan
Qian dan menanyakan hal itu padanya. Daniel menjawab bahwa agensi mereka
melarang artis pria untuk berpacaran sebelum melaksanakan wajib militer tujuannya
untuk meningkatkan popularitas. Ina mengangguk mengerti. Daniel mengakui bahwa
ia merasa kesepian tinggal di asramanya, ia merasa lebih nyaman tinggal di
apartemen Ina karena memberinya banyak perasaan, memberinya kebebasan yang
belum pernah ia rasakan sebelumnya. Daniel menunggu jawaban dari Ina, tapi Ina
tidak menjawab. Daniel menoleh, menatap Ina yang sedang menyandarkan kepalanya
pada bahunya. Mata gadis itu terpejam, membuat daniel jengkel lalu menggeser
tubuhnya sehingga kepala gadis itu terantuk tulang bahunya yang keras. Sebenarnya,
Ina tidak tertidur tetapi, dia mendengarkan sebuah lagu yang berjudul snail.
Yuri telah kembali dari Busan. Ia membawa banyak oleh-oleh untuk Hye Jin, Mi Nam,
dan Hwang Ina. Daniel mendengus kesal. Hari ini adalah hari yang paling
membosankan untuknya karena ia tidak memiliki jadwal apapun hari ini. Sekarang,
perhatian seluruh orang di agensinya sedang tertuju pada boyband Young Jo. Tidak
ada hal yang bisa dilakukan Daniel lagi pada saat ini di asrama, selain menyanyi,
belajar bahasa asing, dan juga membuat lagu. Ia benar-benar bosan sekarang. Ia tidak
bisa pulang ke Nohwon karena kakaknya sudah mulai dengan kuliahnya di luar negeri.
Daniel menatap sebuah kunci yang ada dalam saku celananya. Ia tersenyum.
Sekarang, ia sudah mendapatkan pilihan bahwa ia akan pergi ke apartemen Ina.
Daniel tiba dengan sebuah mobil hitam di Jalan Apgujeong, persis 20 m di depan tokoh
Mannequin. Ia mengunakan masker, kacamata hitam, dan juga sebuah topi. Hye Jin
dan Mi Nam memperhatikan pria itu, dan mencurigainya seorang teroris, sehingga
mereka berencana mengikutinya. Tetapi, tiba-tiba saja Ina mencegah usaha mereka.
Jadi, Ina memutuskan untuk menghampiri Daniel Cho dan meminta agar ia segera
mengembalikan kunci apartemen Ina. Tetapi, Daniel tidak memberikannya, sehingga
tangan Ina beralih pada celana panjang Daniel. Daniel tidak ingin gadis itu menjamah
seluruh tubuhnya, sehingga ia memegang kedua tangan Ina. Keadaan tersebut
membuat Ina semakin tak bisa diam dan keseimbangan Daniel pun hilang. Ina terjatuh
bersama pria yang masih memegang tangannya itu, sejenak, mereka menukar
tatapan. Daniel sangat suka menatap mata gadis itu di saat seperti ini. Ina langsung
mendorong tubuh Daniel agar dapat berdiri, dan langsung lari ke kamarnya. Ina
segera menutup pintu kamarnya, ia merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.

Anda mungkin juga menyukai