GANGGUAN
SARAF PADA
ANAK
KELOMPOK 5
Patofisiologi
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan
meningitis, memasuki cairan otak melaui aliran darah di
dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret
hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur
tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena
hubungan langsung antara cairan otak dengan
lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk
dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan
subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis
merupakan penyebab peradangan pada piamater,
arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Eksudat yang
dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke
saraf spinal yang dapat menyebabkan kemunduran
neurologis
selanjutnya,
dan
eksudat
ini
dapat
menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan
dapat menyebabkan hydrocephalus.
Jenis Meningitis
Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis
adalah haemofilus influenza, Nersseria,Diplokokus
pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens,
Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas.
Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis.
Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit
yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez
simplek dan herpez zoster.
Pencegahan
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan
mengerti dengan baik faktor presdis posisi seperti otitis
media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana
dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini
yang paling penting adalah pengobatan tuntas
(antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah
hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai
harus cepat diatasi. Untuk mengidentifikasi faktor atau
janis
organisme
penyebab
dan
dengan
cepat
memberikan terapi sesuai dengan organisme penyebab
untuk melindungi komplikasi yang serius.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis
adalah analisa cairan otak. Lumbal punksi tidak bisa
dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan
intra kranial. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah
sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah
yang biasanya meningkat diatas nilai normal.
Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk
mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit
terutama hiponatremi.
Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa
cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah
2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis
kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.
Pemeriksaan Radiografi
CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema
cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya
normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Identisan
Riwayat penyakit dan pengobatan
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui
karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab.
Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang
timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau
bertambah buruk. Setelah itu yang perlu diketahui
adalah status kesehatan masa lalu untuk mengetahui
adanya faktor presdiposisi seperti infeksi saluran
napas, atau fraktur tulang tengkorak, dll.
Diagnosa
Gangguan
perfusi jaringan sehubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial
Sakit kepala sehubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
Intervensi
Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial
Tujuan: pasien kembali pada,keadaan status
neurologis sebelum sakit, meningkatnya kesadaran
pasien dan fungsi sensoris
Kriteria hasil: tanda-tanda vital dalam batas normal,
rasa sakit kepala berkurang, kesadaran meningkat,
adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau
hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial yang
Intervensi
Rasionalisasi
meningkat.
Pasien bed rest total Perubahan
pada
tekanan
dengan
posisi
tidur intakranial
meyebabkan
akan
resiko
dapat
untuk
status
dengan GCS.
keadaan
normal
dan
hati-hati keadaan
intake
output
sistemik
tekanan
darah
berubah
secara
fluktuasi.
dan hipertermi
dapat
menyebabkan
peningkatan
pasien
membatasi
dehidrasi
untuk Aktifitas
muntah, meningkatkan
ini
dapat
tekanan
Monitor
AGD
diperlukan
dengan
advis
pelepasan
Berikan
menurunkan
edema cerebral
bila Adanya kemungkinan asidosis
pemberian disertai
oksigen
dapat
terapi
dokter
Steroid,
Antibiotika.
terjadinya
iskhemik serebral
sesuai Terapi yang diberikan dapat
seperti: menurunkan
Aminofel, kapiler.
permeabilitas
ekternal
atau
menganjurkan
pasien
untuk beristirahat
Kompres dingin (es) pada Dapat
menyebabkan
kepala
dan
pada mata
kain
dingin vasokontriksi
darah otak
pembuluh
Lakukan
latihan
rasa
sakit
discomfort
Mungkin
diperlukan
menurunkan rasa sakit..
untuk
Etiologi
Ensefalitis Supurativa
Ensefalitis Siphylis
Ensefalitis Virus
Ensefalitis Karena Parasit
Ensefalitis Karena Fungus
Riketsiosis Serebri
Manifestasi Klinis
Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan
hiperpireksia
Kesadaran dengan cepat menurun
Muntah
Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau
twitching saja (kejang-kejang di muka)
Patofisiologi
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan
saluran cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan
menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
Setempat:
virus alirannya terbatas menginfeksi
selaput lender permukaan atau organ tertentu.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi
hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan
serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh. IgM
dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas
normal, kadang-kadang ditemukan sedikit peningkatan
jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
EEG/ Electroencephalography
CT scan
Komplikasi
Komplikasi jangka panjang dari ensefalitis berupa
sekuele neurologikus yang nampak pada 30 % anak
dengan berbagai agen penyebab, usia penderita, gejala
klinik, dan penanganan selama perawatan. Perawatan
jangka panjang dengan terus mengikuti perkembangan
penderita dari dekat merupakan hal yang krusial untuk
mendeteksi adanya sekuele secara dini. Walaupun
sebagian besar penderita mengalami perubahan serius
pada susunan saraf pusat (SSP), komplikasi yang berat
tidak selalu terjadi.Komplikasi pada SSP meliputi tuli
saraf, kebutaan kortikal, hemiparesis, quadriparesis,
hipertonia muskulorum, ataksia, epilepsi, retardasi
mental dan motorik, gangguan belajar, hidrosefalus
obstruktif, dan atrofi serebral.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Identitas:
Keluhan
utama: Panas badan meningkat, kejang,
kesadaran menurun.
Riwayat penyakit sekarang: Mula-mula anak rewel ,gelisah
,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang lebih 1-4
hari , sakit kepala.
Riwayat penyakit dahulu: Klien sebelumnya menderita
batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita
penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan
tenggorokan.
Riwayat
Kesehatan Keluarga: Keluarga ada yang
menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh:
Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh: Staphylococcus
Aureus, Streptococcus , E. Coli , dan lain-lain.
Imunisasi: kapan terakhir diberi imunisasi DTP karena
ensafalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.
Diagnosa
Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan
edema
serebral
yang
mengubah/menghentikan darah arteri/virus
Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan
kejang umum/fokal, kelemahan umum.
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan.
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
kerusakan myelin pada akson dan whitematter
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sepsis.
Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
Intervensi
Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, toksin
dalam sirkulasi
Tujuan : Nyeri klien berkurang
Kriteria HasilIntervensi
: Skala nyeri menjadi kurang
dari
Rasional
3
Letakkan kantung es pada Meningkatkan
kepala, pakaian dingin di vasokonstriksi,
atas mata, berikan posisi penumpukan
resepsi
yang
tinggi
sedikit,
akan
rentang
gerak
latihan selanjutnya
aktif
iritasi
resultan
ketidaknyamanan lebih
lanjut
merelaksasikan
otot
reduksi
Gunakan
membantu
yang
nyeri
ketegangan
meningkatkan
atau
tidak
nyaman tersebut
pelembab Meningkatkan relaksasi otot
asetaminofen, codein
menghilangkan
berat
nyeri
untuk
yang
Gangguan
mungkin
tekanan
merupakan
CSS
potensi
muntah mengejan.
intratorak
dan
akan
tekanan
intraabdomen
Tinggikan
kepala Peningkatanaliran
vena
dari
cairan
(larutan
elektrolit ).
Berikan
obat
: Menurunkan
edema
kelainan
menggigil
permeabilitas
untuk
membatasi
serebral,
mengatasi
postur
tubuh
yang
atau
dapat
Etiologi
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat
pada bayi dan anak ialah :
Kelainan Bawaan (Kongenital)
Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan penyebab
terbayank pada hidrosefalus bayi dan anak ( 60-90%).
Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama
sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa. Spina
bifida dan kranium bifida
Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie
yang menyebabkan hidrosefalus obtruktif dengan
pelebaran system ventrikel terutama ventrikel IV, yang
dapat sedemikian besarnya sehingga merupakan suatu
kista yang besar di daerah fosa pascaerior.
Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
Dapat terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat
trauma sekunder suatu hematoma.
Klasifikasi
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di
bagi dua:
Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi
dilahirkan, sehingga :
Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.
Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan
tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan
sel otak terganggu.
Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar,
dengan penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu
misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana
pengobatannya tidak tuntas.
Manifestasi Klinis
Bayi :
Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada
umur 3 tahun.
Tanda tanda peningkatan tekanan intracranial antara
lain :
Muntah
Gelisah
Menangis dengan suara ringgi
Anak yang telah menutup suturanya :
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial :
Nyeri kepala
Muntah
Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada
anak berumur 10 tahun
Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
Pemeriksaan diagnostik
Rontgen foto kepala
Ventrikulografi
Ultrasonografi
CT Scan kepala
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Identitas : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat
Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah,
nyeri kepala, lelah apatis, penglihatan ganda,
perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
Riwayat Penyakit dahulu
Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma
sewaktu lahir
Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian persistem
B1 (Breath) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi
napas
B2 (Blood)
: Pucat, peningkatan systole tekanan
darah, penurunan nadi
B3 (Brain)
: Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi
menonjol dan mengkilat, pembesaran kepala,
perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi
penglihatan perifer, strabismus (juling), tidak dapat
melihat keatas sunset eyes , kejang
B4 (Bladder) : Oliguria
B5 (Bowel) : Mual, muntah, malas makan
B6 (Bone)
: Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot
ekstrimitas
Diagnosa
Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial
berhubungan dengan akumulasi cairan serebrospinal.
Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan
penekanan lobus oksipitalis karena meningkatnya TIK
Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan
penyakit yang di derita oleh anaknya
Resiko ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan
dengan penurunan refleks batuk
Gangguan
pertumbuhan
dan
perkembangan
berhubungan pembesaran kepala
Resiko
tinggi
infeksi
berhubungan
dengan
pemasangan drain/shunt
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan muntah sekunder
akibat kompresi serebral dan iritabilitas.
Intervensi
Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial
berhubungan dengan akumulasi cairan serebrospinal.
Tujuan: tidak terjadi peningkatan TIK
Kriteria hasil: kesadaran komposmetis, tidak terjadi
nyeri kepala, ttv normal, tampak rileks, tidak meringis
kesakitan
Intervensi
Observasi ketat tanda-
Untuk
tanda
peningkatan
secara
(Nyeri
kepala,
lethargi,
lelah,
TIK
muntah,
apatis,
Rasional
mengetahui
dini
peningkatan TIK
Penurunan keasadaran
perubahan personalitas,)
menandakakan adanya
Pantau
peningkatan TIK
terus
kesadaran anak
tingkat
Berkolaborasi
dokter
dengan
untuk
melakukan
pembedahan,
Untuk
mengetahui
untuk
Dengan
dilakukan
mengurangi
pembedahan, diharapkan
peningkatan
cairan
menurun,
menunjukkan
area
penekanan
pada
lobus
dan
oksipitalis
dan
tidak
yang
sakit
cerebrospinal
tidak
terjadi
menentukan peringkat
nyeri
kepala
nyeri
dengan
skala
Intervensi
Rasional
Posisikan klien posisi 1. Klien merasa nyaman
semifowler
dan
tidak
merasa
Pemberian oksigen
sesak napas
Observasi
pola
dan 2. Suplai oksigen klien
frekuensi napas
dapat
tercukupi
Auskultasi suara napas
sehingga klien tidak
mengalami hipoksia
3. Untuk mengetahui ada
tidaknya
ketidakefektifan
pola
napas
4. Untuk
mengetahui
Klasifikasi
Kejang parsial (kejang yang dimulai setempat)
Kejang
parsial sederhana (gejala-gejala dasar,
umumnya tanpa gangguan kesadaran).
Kejang parsial kompleks (dengan gejala kompleks,
umumnya dengan gangguan kesadaran).
Kejang parsial sekunder menyeluruh
Kejang umum/generalisata (simetrik bilateral, tanpa
awitan lokal).
Kejang tonik-klonik
Absance
Kejang mioklonik (epilepsi bilateral yang luas)
Kejang atonik
Kejang klonik
Kejang tonik
Etiologi
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran
kemih. Kejang juga dapat terjadi pada bayi yang
mengalami kenaikan suhu sesudah vaksinasi contohnya
vaksinasi campak, akan tetapi sangat jarang.
Beberapa faktor resiko berulangnya kejang yaitu :
Riwayat kejang dalam keluarga
Usia kurang dari 18 bulan
Tingginya suhu badan sebelum kejang. Makin tinggi
suhu
sebelum
kejang
demam,
semakin
kecil
kemungkinan kejang demam akan berulang .
Lamanya demam sebelum kejang semakin pendek jarak
antara mulainya demam dengan kejang, maka semakin
besar resiko kejang demam berulang.
Patofisiologi
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 10C akan
meningkatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan
kebutuhan O2 akan meningkat 20%. Kenaikan suhu
tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron, dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion
K+ maupun Na-, melalui membran tersebut sehingga
terjadi lepas muatan listrik. Hal ini bisa meluas ke
seluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan
bantuan neurotransmiter dan terjadilah kejang. Kejang
yang berlangsung lama disertai dengan apneu,
meningkatkan kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi
otot
skelet
yang
akhirnya
terjadi
hipoksemia,
hiperkapneu,
dll.
Selanjutnya
menyebabkan
metabolisme otak meningkat hingga terjadi kerusakan
neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.
Manifestasi Klinis
Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian
klonik berlangsung 10-15 menit bisa juga lebih.
Takikardi : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200/
menit
Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengcil yang
terjadi sebagai akibat menurunnya curah jantung.
Gejala
bendungan sistem vena : hepatomegali,
peningkatan tekanan vena jugularis.
Efek fisiologis kejang
Awal (kurang dari 15
menit)
- meningkatnya
kecepatan
denyut
jantung
- meningkatnya tekanan
darah
- meningkatnya
kadar
glukosa
- meningkatnya
suhu
pusat tubuh
- meningkatnya sel darah
Lanjut
(1530menit)
- menurunnya
tekanan
darah
- menurunnya
gula darah
- disritmia
- edema paru
nonjantung
Berkepanjangan (>1
jam)
- hipotensi
disertai
berkurangnya aliran
darah
serebrum
sehingga
terjadi
hipotensi serebrum
- gangguan
sawar
darah otak yang
menyebabkan
edema serebrum.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi
lengkap, elektrolit, dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun
kadang tidak menunjukan kelainan yang berarti.
Indikasi lumbal fungsi pada kejang demam adalah untuk
menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis.
Indikasi lumbal fungsi pada pasien dengan kejang demam
meliputi :
bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal fungsi karena gejala
meningitis sering tidak jelas.
bayi antara 12 bulan-1 tahun dianjurkan untuk melakukan
lumbal pungsi kecuali pasti bukan meningitis.
Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang
tidak khas.
Pemeriksaan foto kepala, CT-scan, dan atau MRI tidak dianjurkan
pada anak tanpa kelainan neurologist karena hampir semuanya
menunjukan
gambaran
normal.
Ct
scan
atau
MRI
direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk mencari lesi
organik di otak.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Yang paling penting peran perawat selama pasien kejang
adalah
observasi
kejangnya
dan
gambarkan
kejadiannya.
Setiap
episode
kejang
mempunyai
karakteristik yang berbeda misal adanya halusinasi
(aura ), motor efek seperti pergerakan bola mata ,
kontraksi otot lateral harus didokumentasikan termasuk
waktu kejang dimulai dan lamanya kejang.
Riwayat penyakit juga memegang peranan penting
untuk mengidentifikasi faktor pencetus kejang untuk
pengobservasian
sehingga
bisa
meminimalkan
kerusakan yang ditimbulkan oleh kejang.
Diagnosa keperawatan
Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan,
perubahan kesadaran, kehilangan koordinasi otot.
Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan
nafas b/d kerusakan neoromuskular
Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh
Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi,
penurunan kekuatan
Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya
informasi
Intervensi
Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan
kesadaran, kehilangan koordinasi otot.
Tujuan: cidera / trauma tidak terjadi
Kriteria hasil: faktor penyebab diketahui,
mempertahankan aturan pengobatan, meningkatkan
keamanan lingkungan
Intervensi
Rasional
Beri pengaman pada sisi Meminimalkan
tempat
tidur
injuri
saat
dan kejang
klien Meningkatkan
klien.
keamanan
Berikan
tongue
diantara
gigi
atas
bawah.
Letakkan klien di tempat Membantu
yang lembut.
resiko
injuri
ekstimitas
Catat
tipe
menurunkan
fisik
ketika
pada
kontrol
(lokasi,lama)
frekuensi kejang.
Catat tanda-tanda
terganggu.
vital Mendeteksi
secara
dini
Klasifikasi
Spina bifida okulta
Spina bifida okulta merupakan cacat arkus vertebra
dengan kegagalan fusi posterior lamina vertebralis dan
sering kali tanpa prosesus spinosus. Anomali ini paling
sering pada tingkat L3 dan S1, tetapi dapat melibatkan
tiap bagian kolumna vertebralis. Dapat disertai anomali
korpus vertebra misalnya hemivertebra.
Spina bifida aperta
Spina bifida aperta merupakan cacat kulit, arkus
vertebra dan tuba neuralis pada garis tengah, biasanya
didaerah lumbosakral merupakan salah satu anomali
perkembangan susunan saraf yang tersering dengan
insidens berkisar 0,2-0,4/1000 kelahiran pada kelompok
populasi berbeda.
Etiologi
Resiko
melahirkan
anak
dengan
spina
bifida
berhubungan erat dengan kekurangan asam folat,
terutama yang terjadi pada awal kehamilan.
Penonjolan
dari korda spinalis dan meningens
menyebabkan kerusakan pada korda spinalis dan akar
saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi
pada bagian tubuh yang
dipersarafi oleh saraf tersebut atau di bagian bawahnya.
Gejalanya tergantung kepada letak anatomis dari spina
bifida. Kebanyakan terjadi di punggung bagian bawah,
yaitu daerah lumbal atau sakral, karena penutupan
vertebra di bagian ini terjadi paling akhir
Patofisiologi
Patofisiologi dari spina bifida mudah dipahami ketika
dihubungkan dengan langkah-langkah perkembangan
yang normal dari sistem saraf. Pada kira-kira 20 hari dari
kehamilan tekanan ditentukan alur neural. Penampakan
pada dorsal ectoderm dan embrio. Selama kehamilan
minggu ke 4 alur tampak memperdalam dengan cepat,
sehingga meninggalkan batas-batas yang berkembang
ke samping kemudian sumbu di belakang membentuk
tabung neural. Formasi tabung neural dimulai pada
daerah servikal dekat pusat dari embrio dan maju pada
direction caudally dan cephalically sampai akhir dari
minggu ke 4 kehamilan, pada bagian depan dan
belakang neuropores tertutup. Kerusakan yang utama
pada kelainan tabung neural dapat dikarenakan
penutupan tabung neural.
Manifestasi Klinis
Spina bifida okulta dapat asimtomatik/berkaitan dengan :
Pertumbuhan rambut disepanjang spina
Lekukan digaris tegah, biasanya diarea lumbosakral
Abnormalitas gaya berjalan/kaki
Kontrol/kandung kemih yang buruk
Meningokel dapat asimtomatik/berkaitan dengan :
Tonjolan mirip kantong pada meninges dan css dari
punggung
Club foot
Gangguan gaya berjalan
Inkontinensia kadung kemih
Mielomeningokel berkaitan dengan :
Tonjolan meninges, css dan medulla spinalis
Defisit neurologis setinggi dan dibawah tempat pajanan
(Corwin, 2007).
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan pada waktu janin masih di dalam
kandungan
Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut
Pemeriksaan diagnostic bagi anak dengan gannguan
spina bifida
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Identitas pasien
Nama, jenis kelamin, umur, alamat, nama ayah, nama
ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu.
Keluhan utama
Terjadi abnormalitas keadaan medula spinalis pada
bayi yang baru dilahirkan.
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat keluarga
Pemeriksaan Fisik
Diagnosa
Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan
paralisis motorik.
Gangguan
inkontinensia alvi yang berhubungan
dengan paralisis visera.
Gangguan
perfusi jaringan sehubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial
Resiko tinggi cedera b.d peningkatan intra kranial (tik)
Kecemasan orang tua yang berhubungan dengan
krisis situasional, perubahan status kesehatan.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
fisik
Intervensi
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan paralisis
motorik
Tujuan: klien mampu melaksanakan aktivitas fisik
sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil: klien dapat ikut serta dalam program
latihan, tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya
kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk
Intervensi
Rasional
meningkatkan
mobilitas.
Kaji mobilitas yang ada Mengetahui
tingkat
dan observasi terhadap kemampuan
klien
dalam
klien
melakukan
gerakan
iskemia jaringan
untuk Gerakan aktif memberikan
latihan massa, tonus dan kekuatan
aktif
pada otot
serta
gerak
jantung
pernapasan.
pasif Otot
volunter
Pertahankan
dan
akan
tonus
dan
untuk digerakkan.
90 Telapak kaki dalam posisi 90
memperbaiki
footdrop.
dapat
mencegah
dan
tentang
konstipasi.
Anjurkan
pada
untuk
makan
klien Diet
seimbang
makanan kandungan
tinggi
serat
Bising
usus
menandakan
intake
tidak
kontraindikasi.
Lakukan mobilisasi sesuai Membantu eliminasi dengan
dengan keadaan klien.
memperbaiki
tonus
otot
dengan
nafsu makan
tim Pelunak feses meningkatkan
pembasahan
air
Etiology
Pranatal
Infeksi intrauterin
Radiasi.
Asfiksia intrauterine
Perinatal
Anoksia/hipoksia.
Perdarahan otak.
Prematuritas.
Ikterus.
Meningitis purulenta.
Postnatal.
Trauma kepala.
Meningitis/ensefalitis yang terjadi 6 bulan pertama
kehidupan.
Luka Parut pada otak pasca bedah.
Patofisiologi
Adanya malformasi hambatan pada vaskuler, atrofi,
hilangnya neuron dan degenerasi laminar akan
menimbulkan narrower gyiri, suluran sulci dan berat
otak rendah. serebral palsi digambarkan sebagai
narrower gyiri, suluran sulci dan berat otak rendah.
Cerebral palcy digambarkan sebagai kekacauan
pergerakan dan postur tubuh yang disebabkan oleh
cacat nonprogressive atau luka otak pada saat anakanak. Suatu presentasi serebral palsi dapat diakibatkan
oleh suatu dasar kelainan (structural otak : awal
sebelum dilahirkan , perinatal, atau luka-luka /kerugian
setelah kelahiran dalam kaitan dengan ketidakcukupan
vaskuler, toksin atau infeksi) (Eaton, 2009)
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis cerebral plasy tergantung dari bagian
dan luas jaringan otak yang mengalami kerusakan :
Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan reflek yang disertai
dengan klonus dan reflek Babinski kerusakan yaitu :
Monoplegia / monoparesis : Kelumpuhan keempat
anggota gerak, tapi salah satu anggota gerak lebih
hebat dari yang lainnya.
Hemiplegia / hemiparisis : Kelumpahan lengan dan
tungkai dipihak yang sama.
Diplegia / diparesis : Kelumpuhan keempat anggota
gerak, tapi tungkai lebih hebat dari pada lengan.
Tetraplegia / tetraparesis : Kelumpuhan keempat
anggota gerak, tapi lengan lebih atau sama hebatnya
dibandingkan dengan tungkai yang lain
Komplikasi
Ada anak cerebral palsy yang menderita komplikasi seperti:
Kontraktur yaitu sendi tidak dapat digerakkan atau ditekuk
karena otot memendek.
Skoliosis yaitu tulang belakang melengkung ke samping
disebabkan karena kelumpuhan hemiplegia.
Dekubitus yaitu adanya suatu luka yang menjadi borok
akibat mengalami kelumpuhan menyeluruh, sehingga ia
harus selalu berbaring di tempat tidur.
Deformitas (perubahan bentuk) akibat adanya kontraktur.
Gangguan
mental. Anak CP tidak semua tergangu
kecerdasannya, mereka ada yang memiliki kadar
kecerdasan pada taraf rata-rata, bahkan ada yang berada
di atas rata-rata. Komplikasi mental dapat terjadi apabila
yang bersangkutan diperlakukan secara tidak wajar.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan
setelah diagnosis sebral palsi di tegakkan.
Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan penyebabnya suatu proses degeneratif.
Pada serebral palsi. CSS normal.
Pemeriksaan EKG dilakukan pada pasien kejang atau
pada golongan hemiparesis baik yang disertai kejang
maupun yang tidak.
Foto rontgen kepala.
Penilaian psikologis perlu dikerjakan untuk tingkat
pendidikan yang dibutuhkan.
Pemeriksaan
metobolik
untuk
menyingkirkan
penyebablain dari reterdasi mental (Eaton, 2009)
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Identitas
Pengkajian yang pelu dilakukan pada anak dengan
Cerebral Palsy yaitu:
Menilai setiap kunjungan ke posyandu mengenai
keterlambatan perkembangan.
Mencatat masalah defisit pada ortopedi, visual,
auditori atau intelektual.
Menilai reflek bayi baru lahir, pada anak dengan
cerebral palsy dapat bertahan setelah usia normal.
Mengidentifikasi bayi yang memiliki gangguan pada
otot atau postur tubuh tidak normal (tulang
belakang melengkung, kaku saat bergerak melawan
gravitasi, leher atau ekstremitas resisten terhadap
gerakan pasif).
Mengidentifikasi
gangguan
motorik,
seperti
asimetris
dan
abnormal
saat
merangkak
Keluhan utama
Biasanya pada cerebral palsy didapatkan keluhan
utama sukar makan, otot kaku, sulit menelan, sulit
bicara, kejang, badan gemetar, permasalahan pada
BAB dan BAK.
Riwayat kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat Kesehatan masa lalu
Riwayat kehamilan dan persalinan
Fungsi Intelektual
Pemeriksaan reflek
Pemeriksaan tonus
Diagnosa
Gangguan mobilitas fisik b.d spasme dan kelemahan
otot.
Perubahan tumbuh dan kembang b.d gangguan
neurovaskular.
Gangguan
komunikasi
verbal
b.d
gangguan
neurovaskular dan kesukaran dalam artikulasi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
kesukaran menelan dan meningkatnya aktivitas.
Resiko aspirasi b.d gangguan neuromuskular.
Resiko Injury b.d spasme, pergerakan yang tidak
terkontrrol dan kejang
Intervensi
Gangguan mobilitas fisik b.d spasme dan kelemahan
otot
Intervensi
Rasional
Ajarkan
berkomunikasi
pendek
kemampuan
kata-kata
meningkatkan
anak
berbicara
Ajak untuk latihan yang Latihan
berbeda-beda
dalam
dapat
ekstremitas
otot-otot
Kaji per Gerakan sendi- Melatih
gerakan
sendi dan tonus otot
sendi-
Lakukan
Untuk
Terapi
anggota tubuh
Berikan
istirahat.
dapat
membuat
rangsangan
atau Agar
perkembangan
perkembangan
kepada
anak (Asah)
Berikan kasih
sayang Memenuhi
(Asih)
klien
psikososial
kebutuhan
Egi: