Anda di halaman 1dari 11

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berhubungan dengan metode
penelitian yang meliputi: (A) identifikasi variabel penelitian, (B) definisi operasional
variabel penelitian, (C) subjek penelitian, (D) alat ukur untuk pengambilan data, (E)
validitas dan reliabilitas alat ukur, dan (F) teknik analisis data.

A.

Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel bebas pola asuh orang tua yang terdiri dari
pola asuh demokratis, pola asuh permisif dan pola asuh otoriter. Variabel tergantung
aserti vitas remaja.

B.

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Salah satu unsur yang sangat membantu dalam penelitian adalah definisi
operasional variabel penelitian, yang merupakan petunjuk tentang suatu variabel yang
hendak diukur. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), dengan adanya definisi
operasional variabel penelitian, maka dalam penelitian akan diketahui pengukuran
suatu variabel dan juga akan menunjuk kepada pengumpulan data yang digunakan.
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Pola asuh adalah kontrol dari orang tua terhadap anak dalam berperilaku dan
suatu pola interaksi antara orang tua dengan anak yang meliputi pemberian
aturan, mekanisme hadiah dan hukuman, perhatian serta tanggapan terhadap
anaknya dalam usaha mencapai kedewasaan sesuai dengan norma sosial yang

42

43

ada. Dalam penelitian ini pola asuh dibedakan menjadi tiga, yaitu pola asuh
otoriter, demokratis dan permisif. Untuk mengetahui tiga pola asuh di atas akan
digunakan Skala Pola Asuh. Tingkat otoriter,demokratis dan permisif dari pola
asuh orang tua diukur dari hasil laporan remaja atas sikap dan perilaku kedua
orang tuanya dalam skala pola asuh orang tua pada remaja dari Walgito (1991).
2.

Asertivitas adalah suatu hubungan interpersonal yang di dalamnya terdapat


pernyataan atau ekspresi dari seseorang mengenai keinginan, perasaan, gagasan,
pikiran dan kebutuhan yang dinyatakan secara spontan, langsung, jujur, percaya
diri, dan dapat diterima oleh orang lain dengan enak tanpa tekanan tetapi tidak
mengabaikan kepentingan dan perasaan pihak lain serta komunikasi yang terjalin
adalah menarik, baik secara verbal maupun non-verbal, dapat menguasai diri,
memiliki pandangan hidup yang aktif, berani membela hak-haknya yang sah,
dapat merespon sesuatu yang disukainya dengan wajar dan tidak menjauhkan
diri dari pertemuan-pertemuan. Asertivitas diketahui dari skor yang diperoleh
berdasar skala asertivitas. Semakin tinggi skor yang diperoleh, semakin tinggi
asertivitas. Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin
rendah asertivitas.

C.

Subjek Penelitian

Subjek dalam suatu penelitian diambil dari sampel atau contoh. Menurut Hadi
(1995) sebagian individu yang diselidiki disebut sampel, sedangkan semua individu
untuk

siapa

kenyataan-kenyataan

yang

diperoleh

dari

sampel

yang

hendak

digeneralisasikan disebut populasi. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2

44

Sekolah Menengah Umum Negeri I Banjarnegara, Jawa Tengah. Mereka berusia


16-18 tahun. Teknik sampling yang digunakan adalah dengan purposive sampling.

D.

Alat Ukur untuk Pengambilan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode


skala, yaitu menggunakan skala-skala

psikologis untuk mengungkap atribut-atribut

psikologis yang dijadikan variabel dalam penelitian ini. Alasan digunakannya skala
sebagai alat pengumpul data penelitian, mengacu pada pendapat Azwar (1999), yaitu:
1. Data yang diungkap berupa konstrak atau konsep psikologis yang menggambarkan
aspek kepribadian individu.
2. Pertanyaan sebagai stimulus pada skala tertuju pada indikator perilaku guna
memancing subyek untuk merefleksikan keadaan diri
disadarinya.

subyek yang tidak

Pertanyaan digunakan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin

indikasi dari aspek kepribadian yang lebih abstrak pada variabel penelitian.
3. Skala memungkinkan subyek tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan
kesimpulan apa yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan-pertanyaan dalam
skala.
4. Skala hanya diperuntukkan untuk mengungkap suatu atribut tunggal.
5. Skala psikologi dapat dipertanggungjawabkan, karena hasil ukurnya teruji dari segi
reliabilitas dan validitasnya.
Data pola asuh dalam penelitian ini diungkap melalui skala pola asuh
(selanjutnya diberi judul skala I) yang disusun oleh Walgito (1991). Penyusunan skala
ini berdasarkan pada pendapat Hurlock (1973) yang membagi pola asuh menjadi tiga
yaitu otoriter, demokratis dan permisif.

45

Data asertivitas dalam penelitian ini diungkap melalui skala asertivitas


(selanjutnya diberi judul skala II) dengan memodifikasi skala serupa yang disusun oleh
Fatma (2001). Aspek yang diungkap dalam penelitian ini meliputi 10 aspek yaitu.dapat
menguasai diri, dapat merespon

hal-hal yang disukainya dengan wajar, berani

mengekspresikan perasaan yang sesungguhnya secara langsung, bebas menyatakan


pendapat, berani membela hak-haknya yang sah, dapat berkomunikasi dengan orang
lain dari semua tingkatan secara terbuka, jujur dan langsung sesuai situasi, tidak
menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan, berani menjalin hubungan dengan orangorang baru, mempunyai pandangan yang aktif tentang hidup dan bertindak dengan cara
yang dihormatinya sendiri
a. Skala Pola Asuh
Skala pola asuh orang tua yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala pola
asuh orang tua pada remaja yang disusun oleh Walgito (1991), berdasarkan teori
Hurlock (1973) yang membagi pola asuh dalam tiga tipe yaitu otoriter, demokratis dan
permisif. Peneliti menggunakan skala tersebut karena memuat aspek-aspek dan tipetipe pola asuh yang sama dengan dasar teori dalam penelitian ini.
Skala ini disusun untuk mengungkap ciri-ciri pengasuhan orang tua pada remaja
yang terdiri dari tiga tipe pola asuh yaitu otoriter, demokratis dan permisif. Masingmasing tipe pola asuh memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang spesifik, yang berbeda
antara jenis pengasuhan satu dengan yang lainnya.

Dalam. penelitian. ini pola asuh.

yang diteliti adalah pola asuh demokratis.


Penilaian pola asuh orang tua diungkap melalui jawaban remaja dalam
mempersepsikan sikap dan perlakuan kedua orang tua mereka dalam interaksi sehari-

46

hari. Penilaian dilakukan melalui laporan atau jawaban dari remaja karena didasarkan
pada teori bahwa dalam pengungkapan hubungan antara orang tua dan remaja yang
nantinya akan duhubungkan dengan perilaku remaja, akan lebih tepat jika laporan
diambil dari pihak remaja, karena perilaku remaja akan sangat dipengaruhi oleh cara
remaja mempersepsi orang tuanya (Johnson dan Medinus, dalam Walgito, 1991).
Skala ini terdiri dari 84 aitem, masing-masing terdiri dari dua puluh delapan
aitem yang menggambarkan ciri pengasuhan demokratis (favorable) dan 56 aitem yang
menggambarkan ciri pengasuhan otoriter dan permisif (unfavorable). Semakin tinggi
skor yang didapatkan pada masing-masing pola asuh orang tua, menunjukkan semakin
banyak ciri-ciri demokratis yang ada pada masing-masing pola asuh yang ditunjukkan
orang tua dalam mengasuh anak remajanya. Sebaliknya semakin rendah skor yang
didapatkan pada masing-masing pola asuh orang tua, menunjukkan semakin sedikit
ciri-ciri demokratis yang ada pada masing-masing pola asuh yang ditunjukkan orang
tua dalam mengasuh anak remajanya. Pada aitem favorable pola asuh demokratis
orang tua mendapatkan nilai 1, sementara skor pada aitem unfavorable mendapat
nilai 0.
Distribusi aitem dari masing-masing tipe pola asuh orang tua dapat dilihat
dari tabel 2 berikut ini:

Tabel 1:
Distribusi AitemPada Skala Pola Asuh Demokratis
Orang Tua Pada Remaja

NO.

1.

AITE?

ASPEK

JUMLAH

FAVORABEL

UNFAVORABEL

kontrol orang tua

2, 4, 12, 18, 20

5, 14, 21, 32, 36,

terhadap anak

57,68

41, 61, 10, 23, 25,

21

71,79, 80, 82
2.

Pemberian kesempatan

16, 19, 30, 35, 26, 27, 39, 40, 43,

pada anak untuk

47, 54, 75

21

44, 65, 3, 7, 13, 22


24, 28, 84

mengemukakan
pendapatnya dalam
menerapkan peraturan
pada anak
3.

Pemberian hukuman

1, 8, 33, 38, 50

15, 31, 45, 48, 52,

51,78

63, 64, 6, 11, 29,

21

34, 49, 55, 70


4.

Pemberian hadiah

37, 42, 60, 62,

17, 46, 53, 59, 73,

66, 68, 69

74, 81, 9, 56, 67,

21

72, 76, 77, 83


J urn i ah Total

28

56

84

48

b. Skala Asertivitas
Skala asertivitas yang digunakan adalah modifikasi terhadap skala
asertivitas yang disususun oleh Fatma (2001). Penulis memilih skala Fatma karena
aspeknya luas (10 aspek), koefisien reliabilitas pengukuran skala tersebut juga cukup
tinggi (0,927), sehingga diasumsikan skala itu cukup baik.
Tabel 2
Sebaran Butir Skala Asertivitas
Butir
Aspek

FAVORABLE

UNFAVORABLE

Jumlah

1,29,48

8,22,30

21,32,53

15,37,46

5,13,28

9,25,33

31,36,59

4,27,41

12,18,58

6,14,19

7,40,45

43,55,60

2,17,23

38,47,56

35,49,54

16,50,57

3,20,42

11,34,44

10,24,39

26,51,52

Jumlah

30

30

60

Keterangan:
A. Dapat menguasai diri, yaitu dapat bersikap bebas dan menyenangkan.
B. Dapat merespon hal-hal yang disukainya dengan wajar.
C. Berani mengekspresikan perasaan yang sesungguhnya secara langsung.
D. Bebas menyatakan pendapat, berani menolak permintaan yang tak beralasan.
E. Berani membela hak-haknya yang sah.

49

F. Dapat berkomunikasi dengan orang lain dari semua tingkatan secara terbuka, jujur,
dan langsung sesuai dengan situasi.
G. Tak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan.
H. Berani menjalin hubungan dengan orang-orang baru.
I. Mempunyai pandangan yang aktif tentang hidup.
J.

Bertindak dengan cara yang dihormatinya sendiri.

Skala ini disusun dari pernyataan-pemyataan favorable

dan unfavorable.

Tiap butirnya terdiri dari lima altematif jawaban yaitu: SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai),
TD (Tidak bisa menentukan), TS (Tidak Sesuai) dan STS (Sangat Tidak Sesuai).
Subyek diminta untuk mengindikasikan dalam lima jenjang penilaian tersebut tentang
sejauh mana ia mempunya kecenderungan asertif.
Jawaban S diberi skor SS : 5, S: 4, TD: 3, TS: 2, STS: 1 untuk butir yang
favorable. Skor SS: 1, S: 2, TD: 3, TS: 4, STS: 5, untuk butir yang unfavorable. Skor
total untuk tiap-tiap subyek diperoleh dengan cara menjumlahkan semua butir skor
yang diperoleh subyek. Total skor menunjukkan tingkat asertivitas. Semakin tinggi
skor, berarti semakin tinggi asertivitasnya, dan semakin rendah skor, berarti semakin
rendah pula asertivitasnya.

E.

Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Validitas dan reliabilitas suatu alat ukur memegang peranan yang sangat penting
dalam suatu penelitian. Benar tidaknya hasil suatu penelitian yang diungkap dengan
alat pengumpul data tergantung dari validitas dan reliabilitasnya. Validitas dan

50

reliabilitas sebaiknya ditetapkan terlebih dahulu sebelum suatu alat ukur digunakan
untuk penelitian.
Validitas merupakan ukuran seberapa cermat suatu tes dapat melakukan
fungsi ukurnya sehingga validitas suatu alat tes dapat menjalankan fungsi ukurnya
secara tepat dan cermat (Azwar, 1997). Menurut Hadi (1995) validitas suatu alat ukur
dapat mengungkap dengan jitu gejala yang hendak diukur serta dapat memberi bacaan
yang teliti.
Validitas dapat diperoleh dengan memakai pembanding atau kriterium.
Ada dua macam kriterium, yaitu yang berasal dari luar (pembanding yang diambil dari
luar alat ukur) dan kriterium yang berasal dari dalam.
Uji validitas untuk skala dilakukan dengan memakai kriterium internal,
yaitu dengan mengkorelasikan nilai-nilai tiap butir dengan nilai skor total. Uji validitas
tersebut akan dilaksanakan dengan menggunakan komputer program analisis aitem
dengan SPS edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, UGM, 2000 ( Hadi, 2000 )
Suatu alat ukur dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila memberikan
hasil yang tepat dan akurat, sesuai dengan maksud dikenakannya pengukuran tersebut
(Azwar, 1997).
Validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan validitas isi, yaitu
sejauh mana aitem-aitem dalam skala mencakup keseluruhan kawasan objek yang akan
diukur (Azwar, 1997). Salah satu cara untuk mengetahui apakah validitas isi telah
dipenuhi adalah dengan melihat blue-print memuat aspek-aspek yang akan diungkap
melalui alat ukur.
Reliabilitas menyangkut sejauh mana hasil dari suatu penelitian dapat
dipercaya dalam mengukur subyek penelitian, yaitu menghasilkan dat yang sahih atau

51

layak dipercaya (Azwar, 1997). Koefisien reliabilitas yang dimiliki alat ukur
menunjukkan sejauh mana keterpercayaan, konsitensi hasil pengukuran apabila
dilakukan pengukuran ulang pada sekelompok subyek yang sama. Oleh karena itu,
untuk melihat apakah data yang dihasilkan dari suatu alat ukur dapat dipercaya atau
tidak, salah satunya dapat dilakukan dengan cara melihat besarnya koefisien reliabilitas
alat ukur tersebut.
Koefisien reliabilitas pada skala asertivitas cukup tinggi (0,927) sehingga
diasumsikan skala tersebut cukup baik. Koefisien validitas dan reliabilitas skala pola
asuh orang tua dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3:
Koefisien Validitas dan Reliabilitas Skala Pola Asuh Orang Tua pada Remaja
(Walgito, 1991)

Nomor

Tipe Pola Asuh


Orang Tua

Koefisien Validitas
Aitem

Otoriter ayah

0,131

Permisif ayah

0,207 -

Koefisien Reliabilitas
Skala

- 0,449

0,761

0,579

0,861

Demokratis ayah

0,130 - 0,635

0,868

Otoriter ibu

0,108 - 0,815

0,924

Permisif ibu

0,188 - 0,493

0,833

Demokratis ibu

0,109 - 0,829

0,936

F.

Teknik Analisis Data

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan melalui skala yang sudah diuji
kesahihan dan keandalannya dianalisis dengan menggunakan analisis product moment
dari Pearson, paket SPS edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, UGM, 2000.

52

( Hadi, 2000 ). Analisis

product moment

digunakan karena merupakan analisis

korelasional yang dapat dipakai untuk menguji hubungan antara 2 variabel. Sesuai
dengan rancangan analisis ini, uji asumsi yang diperlukan adalah uji normalitas
sebaran, yaitu asumsi bahwa variabel dipenden Y mengikuti sebaran normal dan uji
linearitas hubungan yaitu bahwa korelasi antara semua X dan Y adalah linear.

Anda mungkin juga menyukai