Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN PENGOLAHAN LIMBAH

DI PT. PT UNITEX Tbk

Disusun oleh:
Amelia Pradita

1513038

Ega Rahmawati

1513049

Mila Rahmawati

1513047

Wahyu Widayati

1513065

Politeknik STMI Jakarta


Jalan Letjen Suprapto No.26 Cempaka Putih, Jakarta Pusat 10510
Telp : (021)42886064 Ext. 119, 115 dan 107
Fax : (021) 42888206

LATAR BELAKANG
Pencemaran lingkungan di dunia saat ini sudah sangat memprihatinkan. Efek yang
saat ini sudah sangat dirasakan ialah cuaca ekstrem, tingkat insiden penyakit menular yang
tidak kunjung menurun, penyakit tular vektor yang menjadi penyakit tahunan dan masih
banyak lagi. Hal-hal tersebut diakibatkan oleh banyaknya polusi udara, air maupun tanah
akibat emisi kendaraan bermotor, emisi dari industri, dan lain-lain. Emisi dari industri
contohnya, bukan hanya masyarakat sekitar yang terkena pengaruh akibat limbah yang
dikeluarkan, tetapi para pekerja industri tersebut juga sangat rentan dari cemaran baik emisi
maupun bahan baku yang digunakan.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa air merupakan suatu kebutuhan yang sangat
vital sifatnya. Dalam waktu sehari, satu orang membutuhkan kurang lebih 15 liter untuk
kebutuhan memasak dan mandi cuci kakus. Namun sayangnya saat ini untuk mendapatkan air
bersih dengan kualitas yang sesuai dengan yang telah ditentukan oleh pemerintah sudah
sangat sulit untuk didapatkan.
Sumber air bersih dewasa ini sudah banyak sekali yang telah terkontaminasi. Sumber
kontaminan tersebut dapat berasal dari berbagai tempat, salah satu contohnya ialah limbah
industri. Selain air bersih, udara yang bersih dan layak untuk dihirup saat ini juga sudah
sangat sulit untuk didapatkan. Tingkat pencemaran udara sudah semakin tinggi akibat
penggunaan bahan bakar fosil sebagai satu-satunya sumber energi dan bahan-bahan lain yang
secara alamiah memang berbahaya bila digunakan tidak aman namun menjadi bahan baku
dalam proses industri.
Dari berbagai dampak akibat industri tersebut maka diperlukan kajian studi AMDAL
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) untuk mengetahui berbagai bidang terkait yang
dapat terkena dampak akibat didirikannya suatu industri. Dalam hal ini, kami mengambil satu
contoh industry tekstil di wilayah Bogor Jawa barat yakni PT.UNITEX Tbk. Industri ini
memproduksi kain yang mana menggunakan kapas sebagai bahan baku dari proses industri
tersebut. Selain itu hal yang dapat kami analisis ialah limbah yang dihasilkan, apakah telah
tersedia sistem pengolahan limbah dan apa saja dampaknya terhadap masyarakat sekitar.

DESKRIPSI PERUSAHAAN
PT UNITEX Tbk adalah asebuah perusahaan patuangan Indonesia Jepang yang
bergerak dalam bidang tekstil terpadu (fully integrated textile manufacture). PT UNITEX Tbk
mulai didirikan pada tahun Juni 1971 dan mulai beroperasi secara komersial pada September
1972. Pada tanggal 12 Mei 1982, PT UNITEX Tbk menjadi perusahaan Go Public dan
merupakan perusahaan ke 11 yang memasuki Bursa Efek Jakarta.

LOKASI DAN KESESUAIAN DENGAN TATA RUANG


PT. UNITEX Tbk berada di Jalan Raya Tajur No. 1 Desa Sindangrasa, Kecamatan
Ciawi, Bogor 16001. Lokasi pabrik dipilih di Bogor karena kemudahan memperoleh tenaga
kerja dan pengangkutan bahan baku serta hasil produksi. Lokasi pabrik dekat dengan sungai
Cibalok juga memudahkan untuk memperoleh air yang diperlukan untuk proses produksi.
Pabrik berada di tanah seluas 152.155 m2 dan luas bangunan 53.800 m2, tidak termasuk
dengan perumahan karyawan. Terdapat bangunan utama yaitu bangunan administrasi,
pemintalan (spinning), penenunan (weaving), pencelupan (dyeing), sarana dan prasarana
(utility), pengolahan air bersih (water treatment) dan pengolahan air limbah (waste water
treatment).

JENIS PRODUK, KAPASITAS, DAN BAHAN BAKU


Sebagai sebuah perusahaan tekstil terpadu, PT. UNITEX Tbk melakukan kegiatan
operasionalmnya dimulai dari pemintalan (spinning), penenunan (weaving), dan pencelupan
(dyeing finishing).
Dalam web PT. Unitex, dijabarkan bahwa dalam proses produksinya mereka
menggunakan kapas dan polyster sebagai bahan baku dalam proses pembuatan benang.
1. Bagian Pemintalan (spinning) adalah bagian yang memproses bahan baku kapas dan
polyester menjadi benang.
a. Seksi Blowing dan Carding Tugas seksi ini merupakan proses dalam pembuatan
benang, dimana bahan baku kapas atau polyester dimasukkan dalam mesin
Blowing untuk diuraikan gumpalan-gumpalan seratnya, dibersihkan kotorankotorannya, dan diaduk sehingga terjadi pencampuran yang merata antara
beberapa jenis kapas. Dari proses ini dihasilkan Lap yang selanjutnya diproses
dalam mesin Carding dan menghasilkan "Sliver".

b. Seksi Combing, Drawing dan Finishing Tugas seksi ini adalah melanjutkan seksi
sebelumnya yaitu melalui proses Pre-drawing yang berfungsi meluruskan dan
mensejajarkan serat, memperbaiki kerataan serat dan membuat sliver dengan berat
persatuan 5 panjang tertentu. Tugas seksi ini juga membuat campuran antara
polyester dengan kapas melalui proses Drawing.
c. Seksi Ring Spinning dan Finishing Tugas dari seksi ini adalah menyiapkan benang
dari hasil pemintalan dalam bentuk "Cones" dengan mesin Mach Conner.
2. Bagian Weaving adalah bagian yang memproses benang menjadi kain. Proses ini
diawali dari mempersiapkan benang dalam seksi persiapan hingga terbentuk anyaman
benang tate yang siap masuk mesin tenun, selanjutnya diproses dalam mesin tenun.
a. Seksi Persiapan (Jumbi) Tugas seksi ini adalah menggulung ulang dari bentuk
Cones menjadi bentuk Hank (relling), melakukan proses pengkajian untuk
benang-benang tertentu yang perlu dikanji, mempersiapkan benang tate pada
mesin Warper dan pengkanjian benang tate yang telah tergulung pada Beam dalam
mesin Zising, dan membuat anyaman benang tate pada Dropper, Herdo dan Osa
sesuai dengan desain dan jenis anyaman yang diinginkan.
b. Seksi Pertenunan (Shokki) Tugas seksi ini adalah melakukan proses pertenunan
hingga menghasilkan kain sesuai dengan yang diinginkan. Mesin yang digunakan
adalah mesin Toyoda, ISL dan AJL.
3. Bagian Dyeing adalah bagian pemolesan kain terhadap warna, penampilan dan
pegangan (handling). Departemen ini merupakan bagian pemrosesan kain yang
terakhir mulai dari bahan baku kapas dan polyester sampai pada produk kain yang
siap dipasarkan.
a. Seksi Sarashi Seksi ini merupakan gabungan unit kerja yang mempersiapkan kain
mentah (grey cloth) sampai kain tersebut siap untuk dicelup warna sesuai dengan
order.
b. Seksi pencelupan Tugas seksi ini adalah kain yang berasal dari seksi persiapan
(sarashi) diproses kembali melalui proses Heat Setting dimana berfungsi untuk 6
menstabilkan serat ester dan menghilangkan garis-garis lipatan, Pencelupan, Resin
Finish yang berfungsi untuk memperbaiki kehalusan kain, dan Sanforized dimana
berfungsi untuk mengurangi penyusutan kain pada saat dibuat baju atau dicuci.
c. Seksi Resin/Finish Tugas seksi ini adalah untuk menyempurnakan hasil proses
pencelupan dengan memberikan cairan Chemical Resin dan proses penyusutan
dengan menggunakan mesin Sanforized.
d. Seksi Hozen Tugas seksi ini adalah mendukung kelancaran proses produksi
dibagian dyeing dan celup benang dalam hal memastikan bahwa semua mesin
4

produksi dapat beroperasi dengan baik. Seksi ini juga bertugas untuk melakukan
perbaikan apabila terdapat kerusakan pada mesin atau sarana produksi lainya.
e. Seksi Laborat Tugas seksi ini adalah untuk mencari resep-resep pencelupan,
pengujian warna dan pengujian terhadap sifat fisik kain sesuai standar
internasional.
4. Bagian Celup Benang Bagian ini pada dasarnya merupakan bagian yang berdiri
sendiri dalam departemen dyeing. Seluruh aktifitas mulai dari persiapan sampai
dengan pengeringan dilakukan dalam seksi ini dan tidak terkait secara langsung
dengan seksi-seksi lain. Pada bagian celup benang ini terdapat dua seksi yaitu seksi
celup benang sendiri dan seksi soft winder.
a. Proses yang dilakukan pada seksi celup benang adalah proses pencelupan benang
hasil produksi bagian spinning yang sebelum ditenun dicelup terlebih dahulu.
b. Sedangkan proses yang dilakukan pada seksi soft winder adalah proses
penggulungan benang kembali dari hasil spinning sehingga dapat dilakukan
proses celup pada seksi celup benang.
Sedangkan dari seluruh kegiatan operasional yang dilakukan oleh PT. UNITEX Tbk,
terdapat kapasitas atau kemampuan produksi yang mampu dilakukan oleh industri tersebut:

Dengan mengetahui kapasitas ini nantinya akan mempermudah dalam melakukan analisis
besar dampak yang dilakukan serta besar upaya yang dilakukan untuk pengelolaan limbah.

PENGGUNAAN AIR DAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)


Banyak industri tekstil yang memanfaatkan bahan bakar minyak maupun batubara
dalam proses produksinya namun akibat keterbatasan bahan tersebut berbagai industri mulai
mencari teknologi alternatif yang lebih efisien, hemat energi serta ramah lingkungan yaitu
teknologi plasma, seperti kapas, rayon viskosa, polyester, nilon, akrilik dan rayon asetat.
PT. UNITEX Tbk merupakan salah satu industri tekstil yang menggunakan teknologi
plasma pada bahan bakunya yaitu kapas, sehingga dapat disimpulkan, PT. UNITEX Tbk tidak
menggunakan bahan bakar minyak untuk bahan produksinya. Selain itu, mesin yang
digunakan dalam proses produksi juga tidak menggunakan bahan bakar minyak. Penggunaan
bahan bakar minyak pada PT. UNITEX Tbk hanyalah berasal dari fasilitas kesejahteraan
yang tersedia di industri tersebut, seperti mobil ambulan, bis antar jemput karyawan, serta
bahan bakar minyak yang digunakan pada kantin perusahaan. Selain teknologi plasma, PT.
UNITEX Tbk banyak menggunakan air pada proses produksinya khususnya pada proses
dyeing yang didalamnya terdapat seksi pencelupan. Biasanya, air tersebut dicampurkan oleh
zat warna atau cairan kimia lain seperti cairan Chemical Resin. Selain itu, juga tedapat proses
celup benang yang terbagi menjadi seksi celup benang sendiri dan seksi soft winder. Seksi
celup benang sendiri adalah proses pencelupan benang hasil produksi bagian spinning yang
sebelum ditenun dicelup terlebih dahulu, sedangkan seksi soft winder adalah proses
penggulungan benang kembali dari hasil spinning sehingga dapat dilakukan proses celup
pada seksi celup benang sendiri.
Melihat proses tersebut, maka tidak heran jika sebagian besar limbah yang dihasilkan
oleh PT. UNITEX Tbk merupakan limbah cair. Air hasil pengolahan limbah cair di PT.
UNITEX Tbk langsung dialirkan ke sungai Ciliwung, karena air tersebut tidak melebihi baku
mutu lingkungan. Penggunaan air lainnya pada perusahaan tersebut berasal dari fasilitas
kesejahteraan karyawan seperti pada kantin, klinik, Barber Shop, dan lainnya. PT. UNITEX
Tbk juga memberikan sumbangan air bersih untuk perumahan dan masjid yang ada di
lingkungan sekitar.

DAMPAK YANG DITIMBULKAN


AIR LIMBAH
Air limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan dan terutama terdiri dari air
yang telah dipergunakan dan sekitar 0,1 % dari padanya berupa benda - benda padat yang
terdiri dari zat organik dan bukan organik.
Kotoran - kotoran itu merupakan campuran dari zat - zat mineral dan organik dalam
banyak bentuk, seperti partikel - partikel besar dan kecil benda padat, sisa-sisa bahan larutan
dalam keadaan terapung, koloid dan setengah koloid (Mahida, 1981). Setiap kegiatan
produksi PT UNITEX Tbk, maka dapat dipastikan bahawa akan meninggalkan residu berupa
limbah, baik berbentuk cair, maupun padatan. Jika limbah tersebut berbentuk cair, maka
limbah tersebut sebagian besar berasal dari sisa kegiatan operasional seperti penghilangan
kanji (desizing), pemerseran (mercerizing), pemutihan (bleaching), pencelupan (dyeing),
pencapan (printing) dan penyempurnaan (finishing). Namun, secara garis besar proses yang
paling banyak menghasilkan limbah cair adalah proses pencelupan (dyeing) dan pembilasan
kanji (desizing) dimana memerlukan air dalam jumlah besar, sehingga jumlah limbah cair
yang dihasilkan relatif tinggi. Semakin besar kapasitas produksi, maka akan semakin besar
pula limbah yang akan dihasilkan. Banyaknya limbah tersebut seringkali menyebabkan
peningkatan debit air limbah yang masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Menurut Widyanto dan Soerjani (1983) dalam Suryani (2010), bahan kontaminan dalam air
limbah industri tekstil adalah akibat dari proses dyeing/finishing, contohnya antara lain adalah
NaOH, Na2CO3, deterjen, coloring, substances, starch, wax, pectines, alkohol dan acids.
Kemudian bahan lainnya yang digunakan sebagai bahan koagulasi (Na2SO4, ZnSO4,
H2SO4), bahan yang dipakai dalam proses dulling, finishing, bleaching, water treatment,
effluent 13 treatment dan zat untuk pembebas sulfur. Sementara bahan pengotor seperti debu,
pasir, bahan dari pulp yang tidak larut, selulosa dan serat rayon yang lolos merupakan bagian
dari limbah padat hasil produksi perusahaan tekstil.

Pengolah Limbah Tekstil P.T. Unitek, Bogor


Indonesia dalam satu dasa warsa ini dikenal sebagai penghasil tekstil yang besar
disamping India dan Pakistan. Dalam proses produksi industri tekstil banyak menggunakan
bahan kimia dan air. Bahan kimia yang digunakan antara lain untuk proses pencucian,
pemutihan, dan pewarnaan. Akibat dari itu pencemaran lingkungan menjadi masalah bagi
masyarakat yang tinggal disekitar industri tekstil. Mengingat pentingnya industri tekstil
sebagai penghasil devisa negara dan perlunya perlindungan lingkungan, maka diperlukan
adanya teknologi pengolah limbah tekstil yang handal. Salah satu contoh pengolahan limbah
tekstil yang hingga saat ini beroperasi adalah pengolahan limbah tekstil milik P.T. Unitex di
Bogor.
Gagasan unit pengolah limbah tekstil di PT. Unitek lahir dari Presiden Direktur Mr. S.
Okabe karena pada tahun tersebut belum ada perusahaan yang dapat dijadikan contoh dalam
pengolahan air limbah. Kemudian rancang bangunnya dilaksanakan oleh perusahaan
induknya di Jepang, yaitu Unitika Ltd. Dalam perkembangan selanjutnya terus mengalami
perbaikan dan penambahan sejalan dengan peningkatan produksi. PT. Unitek merupakan
pabrik tekstil terpadu. Proses produksinya meliputi pemintalan (spinning), pertenunan
(weaving), pencelupan (dyeing) dan penyelesaian akhir (finishing). Pada umumnya polutan
yang terkandung dalam limbah industri tekstil dapat berupa padatan tersuspensi, padatan
terlarut serta gas terlarut. Karakteristik limbah pada umumnya bersifat alkalis (pH = 7),
suhunya tinggi serta berwarna pekat. Untuk menghilangkan polutan tersebut, diperlukan
pengolahan yang dapat memisahkan dan menghancurkan polutan yang terkandung
didalamnya.

PENGELOLAAN LINGKUNGAN
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)
Pengolahan air limbah PT. UNITEX Tbk dilakukan dalam rangka mengendalikan atau
membatasi terbuangnya bahan-bahan pencemar ke lingkungan perairan di sekitarnya.
Meskipun bahan-bahan pencemar ini tidak sepenuhnya dapat dihilangkan dari air limbah,
namun diharapkan dapat memenuhi ambang baku mutu air buangan yang ditetapkan
pemerintah. Untuk itu pada tahun 1988 PT. UNITEX Tbk membangun instalasi air limbah
(IPAL) di atas tanah seluas 4000m2. Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan IPAL beserta
penyempurnaannya hingga tahun 1995 adalah sebesar 4 milyar. Dalam perkembangan
selanjutnya IPAL terus mengalami perbaikan dan penambahan instalasi sejalan dengan
peningkatan produksi kapasitas IPAL di PT. UNITEX Tbk.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang terdapat di PT. UNITEX Tbk
melakukan penanganan air limbah secara berkesinambungan selama 24 jam dengan kapasitas
pengolahan maksimum sebesar 3000m3 per hari.

Unit Pengolah Limbah Tekstil

Proses Pengolahan Limbah

1. Pengolahan pendahuluan (Pre Treatment)


Sebelum dilakukan proses pengolahan awal, maka limbah terlebih dahulu ditampung
di penampungan umum. Limbah ini masih berupa limbah campuran antara limbah padat dan
limbah cair. Pada kolam umum ini maka suhu limbah yang masuk berkisar 50C dengan pH
11. Selanjutnya dilakuakn pengolahan pendahuluan berupa penyaringan air limbah, baik
menggunakan saringan kasar maupun halus. Saringan kasar berupa rangka berjeruji (iron
bars) dengan jara antar jeruji 50mm, 20mm, dan 10mm. Penyaringan ini bertujuan untuk
menyaring sisa-sisa benang atau kain yang terbawa dalam air limbah pada saat proses,
sedangkan saringan halus berfungsi untuk menyaring padatan tersuspensi lainnya. Pada awal
berdirinya IPAL pada tahun 1988, PT. UNITEX Tbk memisahkan air limbah berwarna
dengan air umum (tidak berwarna). Namun sejak Maret 2001, kedua macam air tersebut
dicampurkan menjadi satu tangki melalui pipa yang saling berhubungan. Hal ini dilakukan
untuk menghomogenkan karakteristik air limbah (mengencerkan bahan pencemar yang
terdapat pada salah satu air limbah tersebut) sehingga lebih mudah dalam proses pengolahan
selanjutnya.
10

Setelah melalui fase penyaringan, maka limbah tersebut akan dialirkan ke cooling
tower guna menurunkan suhu limbah. Pada awal masuk limbah tersebut bersuhu 50C dengan
pH 11, namun setelah memasuki cooling tower maka suhu akan turun menjadi 35C dengan
pH 11. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya yakni tahap koagulasi dan
sedimentasi dimana terdapat syarat khusus terkait suhu limbah dan pH. Dari cooling tower,
maka limbah dialirkan ke kolam equalisasi untuk menghomogenkan limbah.

Cooling Tower PT. UNITEX Tbk

2. Pengolahan Pertama (Primary Treatment)


Proses pengolahan pertama air limbah PT. UNITEX Tbk adalah proses kimia, yaitu
koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi dimana bertujuan agar zat padat terlarut maupun
tersuspensi dapat dihilangkan.
Air limbah yang terdapat pada tangki ekualisasi dialirkan ke tangki koagulasi 1 untuk
penambahan bahan kimia SPT atau ferro sulfat sebagai bahan koagulan untuk mengikat zat
warna terlarut maupun yang tersuspensi. Koagulan ini hanya bisa bekerja pada pH diatas 8.
Hasil dari pemberian fero sulfat ini adalah menurunnya pH menjadi 8. Hal ini dikarenakan
syarat untuk masuk ke kolam aerasi adalah pH 8 dan suhu 35C.

11

Proses pemberian fero sulfat


Selanjutnya memasuki kolam flokulasi dimana dilakukan penambahan flokulan
(polymer deflox) yang bertujuan untuk memperbesar pembentukan gumpalan/flok sehingga
mudah untuk diendapkan di kolam sedimentasi I (primary clarifier). Lalu limbah tersebut
dialirkan ke kolam sedimentasi dimana flokulan-flokulan dari kolam flokulasi diendapkan.
Endapan ini lalu dialirkan menuju belt filter press (pengepresan lumpur) untuk dipisahkan
airnya. Lumpur hasil pengepresan selanjutnya ditangani sebagai limbah, sedangkan limbah
cairnya dikembalikan ke dalam tangki ekualisasi. Air yang terpisahkan dari tangki
sedimentasi (supernatant) di atas lalu dialirkan ke tangki aerasi untuk selanjutnya mengalami
pengolahan tahap kedua secara biologi (Secondary Treatment).

Proses flokulasi
12

3. Pengolahan Kedua (Secondary Treatment)


PT. UNITEX Tbk memiliki 3 tangki aerasi yang saling berhubungan dengan total
kapasitas 2175 m3, 7 buah pengaduk (surface aerator) dengan kecepatan pengadukan 1440
rpm dan blower yang berfungsi sebagai alat pemasok udara ke dalam air. Pengaduk dan
blower juga berfungsi untuk mencegah timbulnya gumpalan, serta penggerak laju aliran
limbah.

Kolam Aerasi II dengan lumpur aktif


Proses pengolahan biologi air limbah berlangsung pada tangki aerasi I (tangki
berbentuk oval), tangki aerasi II dan III (berbentuk empat persegi panjang). Dalam tangki
aerasi, air limbah bercampur dengan massa mikroorganisme (lumpur aktif) dan terjadi
penguraian bahan organik serta pembentukan sel-sel mikroorganisme baru. Pada proses
penguraian bahan organik oleh lumpur aktif diperlukan suplai oksigen yang memadai.
Konsentrasi oksigen tidak boleh terlalu tinggi ataupun rendah, berkisar antara 1-2 mg/l. Jika
konsentrasi oksigen terlalu tinggi serta debit air yang masuk besar maka flok flok di tangki
sedimentasi II akan sulit diendapkan, sehingga menimbulkan adanya lumpur mumbul (rising
sludge) yang disebut carry over.
Untuk mengatasi hal ini dilakukan penanganan dengan cara mengurangi jumlah kerja
pengaduk (surface aerator) pada tangki aerasi agar lumpur yang terbawa ke tangki
sedimentasi II lebih kecil, memperbesar konsentrasi koagulan (polymer) agar flok-flok yang
terbentuk lebih cepat diendapkan serta penambahan Alum (Al2(SO4)3) yang membantu
13

dalam proses penjernihan dan mampu menurunkan kekeruhan air, karena jika terjadi carry
over kekeruhan air akan meningkat tinggi.
Proses selanjutnya berlangsung dalam tangki sedimentasi II, disini terjadi pemisahan
antara air yang telah bersih ( berkurang nilai BODnya) dengan lumpur aktif dari tangki
aerasi. Lumpur dalam tangki sedimentasi II sebagian dikembalikan (sebagai return activated
suldge) ke tangki aerasi I untuk regenerasi mikroorganisme serta untuk menjaga
keseimbangan sistem biologi, sedangkan sebagian lagi akan dialirkan ke dalam belt filter
press sebagai lumpur buangan (wasting activated sludge).

Lumpur Aktif Dari Bak Pengendap Akhir Dikembalikan Ke Bak Aerasi Tahap Pertama

Pengolahan Tersier (Tertiery Treatment)


Pengolahan ketiga merupakan pengolahan lanjutan setelah pengolahan biologi dengan
lumpur aktif dalam tangki aerasi (pengolahan kedua), bertujuan untuk mengikat partikel
tersuspensi (partikel mikroorganisme dan koloid) yang masih lolos dari pengolahan
sebelumnya, meliputi proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi (Rachmawati, 1994). Air
limbah hasil pengolahan biologi pada tangki aerasi akan mengalir menuju tangki sedimentasi
II untuk dilakukan pengendapan. Kemudian air limbah yang telah diendapkan tersebut akan
mengalir menuju tangki koagulasi II, untuk proses penghilangan padatan tersuspensi dan
penjernihan air dengan menggunakan Al2(SO4)3 dan polymer. Selanjutnya, air limbah akan
dialirkan ke tangki sedimentasi dan ditambahkan antifoam untuk menghilangkan busa yang
timbul pada effluent. Tangki sedimentasi III merupakan tahapan akhir dari proses pengolahan
air limbah PT. UNITEX Tbk. Air limbah pada tangki sedimentasi III telah melalui tahapan
proses penjernihan dan telah melalui pengukuran uji seperti pH, temperatur, dan warna.
14

Kualitas air limbah pada tangki sedimentasi III telah sesuai dengan baku mutu lingkungan
sebelum dibuang ke badan air. Sebelum dialirkan ke saluran akhir, sebagian air limbah olahan
dialirkan ke kolam ikan, untuk menguji apakah air tersebut sudah layak untuk dibuang ke
badan air serta tidak berbahaya bagi makhluk hidup di lingkungan sekitar.

Proses Pengolahan Air Limbah PT. UNITEX Tbk

15

Sesi Tanya Jawab


1. Dalam penambahan flokulan, flok yang terbentuk dibuang atau dimanfaatkan? Bila
dimanfaatkan, gunakan untuk apa? (Sanmaxwell Nadapdap)
Jawab:
Pada saat memasuki kolam flokulasi, dilakukan penambahan flokulan (Polymer Deflox),
yang bertujuan untuk pembuntukan gumpalan/flok. Flok yang dihasilkan dialirkan
menuju belt filter press (pengepresan lumpur) agar kandungan airnya berkurang dan
sludgenya akan dibakar di insenerator bersama sludge dari unit pengolahan lain dan dapat
juga dimanfaatkan untuk pembuatan batako.
2. Dalam tangki aerasi berapa lama air limbah di dalam tangki aerasi dan apa saja
parameter keluarannya? (Rendra saputra)
Jawab:
Proses pengolahan limbah di PT. Unitex Tbk beroperasi selama 24 jam dengan total
kapasitas 2.175 m3, 7 buah pengaduk dengan kecepatan pengaduk 1440 rpm yang
berfungsi untuk mencegah timbulnya gumpalan. Parameter keluaranya adalah PH kurang
dari 8 dan suhu 35C.
3. Dalam proses pengolahan tersier (Tertiery Trearment) kenapa tidak ada pengolahan
biologinya? (Imam Sofghul Vikri anwar)
Jawab:
Dalam pengolahan ini ada pengolahan biologinya, yaitu di dalam tangki aerasi. Air
limbah bercampur dengan massa mikroorganisme (lumpur aktif) dan terjadi penguraian
bahan organik serta pembentukan sel-sel mikroorganisme yang baru. Mikroorganise yang
digunakan dalam pengolahan biologi ini biasanya jamur dan bakteri. Namun pada PT.
Unitek ini tidak diketahui secara spesifiknya menggunakan mikroorganisme apa.
4. Aplikasi 4R dalam PT. Unitex Tbk
Air yang sudah bersih dari proses pengolahan limbah cair dapat di recycle, air tersebut
dapat digunakan kembali untuk proses pencelupan atau spinning.

16

Anda mungkin juga menyukai