BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu tolak ukur kemajuan bangsa adalah
dilihat dari usia harapan hidup penduduknya,
terutama negara berkembang. Menurut Joyosugito
(2000) meningkatnya status kesehatan masyarakat
tercermin dari makin menurunnya angka kesakitan
dan kematian serta semakin meningkatnya usia
harapan hidup. Hal tersebut mengandung
konsekwensi terjadinya peningkatan jumlah
penduduk lanjut usia, disamping merupakan suatu
kebanggaan namun juga sebagai tantangan yang
berat, terutama oleh pihak keluarga jika para lanjut
usia tersebut memiliki status kesehatan yang
buruk .
C. HIPOTESIS
1. Ada pengaruh Latihan Mobilitas dan Fostur
terhadap
peningkatan Fungsi Sensomotorik
2. Ada Pengaruh Latihan Mobilitas dan Postur
terhadap
Keluhan- Keluhan pada Usia Lanjut
3. Ada Pengaruh Latihan Mobilitas dan Postur
trehadap
Fleksibilitas .
4. Ada Pengaruh Latihan Mobilitas dan Postur
terhadap Luas
Gerak Sendi pada Usia Lanjut
3. Ada hubungan antara Fungsi Sensomotorik dan
Keluhan-
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran dan pengaruh latihan
Mobilitas dan Postur terhadap Fungsi Sensomotorik
dan
Keluhan-Keluhan yang dirasakan pada Lanjut Usia.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh gambaran Fungsi Sensomotorik pada
Lanjut
Usia
b. Memperolah gambaran Keluhan-Keluhan yang
dirasakan
oleh Lanjut Usia
c. Mengetahui Pengaruh Latihan Mobilitas dan Postur
terhadap Fungsi Sensomotorik
d. Mengetahui Pengaruh Latihan Mobilitas dan Postur
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bidang Keilmuan
Mendapat informasi tentang pengaruh Latihan
Mobilitas dan
Postur terhadap Fungsi Sensomotorik dan KeluhanKeluhan
yang sering terjadi pada lanjut usia.
2. Pelayanan Kesehatan
Dapat digunakan dalam menyusun programprogaram latihan
untuk lanjut usia di pelayanan kesehatan dalam
upaya
meningkatkan kualitas hidup
3. Bidang Profesi
Menambah wawasaan bagi tenaga kesehatan
khususnya
paramedis yang bekerja di bidang pelayanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PROSES MENUA
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides,1994).
Proses menua merupakan proses terus menerus
secara alamiah, dimulai sejak lahir dan umumnya
dialami semua makhluk hidup.
6. Teori Hormonal
Donner dan Denckle percaya bahwa pusat
penuaan terletak pada otak, pernyataan ini
didasarkan pada studi hipertiroidisme.
Hipertiroidisme dapat menjadi fatal apabila tidak
diobati dengan tiroksin sebab seluruh manifestasi
dan penuaan akan tampak seperti penurunan
system kekebalan tubuh, kulit keriput, uban dan
penurunan proses metabolisme secara
perlahahan
Pada wanita menopouse merupakan peristiwa
hormonal yang kronis, tetapi tidak mengatur
penuaan. Ovarium merupakan glandula endokrin
yang kapasitas fungsinya berkurang sejalan
dengan penuaan normal.
Pada laki-laki produktif androgen dari testis tidak
mudah diperkirakan karena perbedaan pada tiap
Perubahan Morfologis
Perubahan Fisiologis
Penglihatan
1. Penurunan jaringan lemak
sekitar mata
2. Penurunan elastisitas dan
tonus jaringan
3. Penurunan kekuatan otot
mata
4. Penurunan ketajaman
kornea
5. Degenerasi pada sclera
pupil
dan iris
6. Peningkatan frekuensi
proses
terjadinya penyakit
7. Perlambatan densitas dan
1. Penurunan penglihatan
jarak
dekat
2. Penurunan kondisi gerak
bola
mata
3. Distropi banyangan
4. Pandangan biru merah
5. Compromized night vision
6. Penurunan ketajaman
penglihatan mengenal
warna
hijau, biru dan ungu
7. Kesulitan mengenal benda
Pendengaran
1.
2.
3.
4.
Tabel. 3
Atrofi serebrum
Peningkatan cairan serebrospinal
Neuronal loss
Kematian dendrit
Peningkatan granula lipofusin
Penurunan keefektifan system neurotransmitter
Penurunan sirkulasi darah otot
Penurunan penggunaan glukosa
Perubahan pada elektroensefalogram
Berkurangnya serabat saraf monorik
Penurunan kecepatan konduksi saraf
Tabel. 4
Perubahan Morfologi
1. Peningkatan pigmentasi
2. Atrofi epidermisi gladula
sebasea,
glandula sudorifera dan folikel
rambut
3. Degenerasi kolagen dan
elastin
4. Peningkatan Viskositas aliran
darah
5. Mutasi somatik
6. Pengurangan jaringan
subkutan
(Sumber
: Bonder dan Wayner 1994
7. Pengurangan lemak
Perubahan Fungsional
1. Kulit mengelupas, tipis kering,
keriput dan mudah pecah.
2. Cenderung terjadi bercak
senilis
berwarna merah ungu
3. Atrofi kuku, perubahan warna
rambut abu-abu.
Tabel. 5
Perubahan Fisiologis
Toraks
1. Klasifikasi pada
bronkhus dan kartilago
kosta
2. Peningkatan kekakuan
sendi kosta
vertebralis
3. Peningkatan diameter
antero-posterior
1.
2.
3.
4.
5.
6.
4. Peningkatan kerja otot
7.
pernafasan,
penggunaan otot bantu
Peningkatan
tahanan
dinding
dada
Penurunan keefektifan
Penurunan volume tidal
Peningkatan exercise
indukce
hyperpnea
Penurunan ventilasi sadar
maksimal
Penurunan kekuatan batuk
Peningkatan resiko aspirasi
Paru
1.
2.
3.
4.
5.
Tabel. 6
Perubahan Fisiologis
Jantung
1. Peningkatan jaringan lemak
2. Peningkatan jaringan ikat
3. Peningkatan massa dan
volume
4. Peningkatan lipofusin
5. Peningkatan kandungan
amibid
6. Penurunan konduksi saraf
7. Penurunan inverse intrimsal
dan
ekstrimsik
8. Peningkatan kalsifikasi
1.
2.
3.
4.
Penurunan
Penurunan
Penurunan
Penurunan
eksibilitas
euras jantung
aliran darah balik
distritmia jantung
Aliran darah
1. Peningkatan proporsi
perubahan jaringan otot
polos
normal terjadi jaringan ikat
dan
elastic
2. Peningkatan rigiditas arteri
besar
3. Peningkatan ateroma
sirkulasi
arteri
4. Peningkatan kalsifikasi
(Sumber : Bonder & Wagner, 1994)
5. Peningkatan dilatasi vena
D. FUNGSI SENSOMOTORIK
Fungsi sensomotorik yang terpenting adalah
koordinasi
dan keseimbangan saat dilakukan tes koordinasi,
selain
faktor kemampuan melakukan gerakan faktor
kecepatan untuk membentuk gerakan juga di
pertimbangkan. Gerakan halus dan akurat
dengan arah
gerakan, kecepatan, keseimbangan, dan
ketegangan
otot harus tepat.
Gerakan 5.
Fleksi dan ekstensi lengan
Posisi
:Duduk tegak atau berdiri tegak
Gerakan
:Luruskan tangan kedepan setinggi bahu dan
fleksi
tangan kemudian ekstensi, dilakukan
bersamaan
kedua lengan
Gerakan 6.
Mengangkat lengan lurus ke atas
Posisi
:Duduk tegak atau berdiri tegak
Gerakan
:Angkat lengan lurus ke atas disamping kepala
lakukan bergantian tahan sampai lima
hitungan.
Kemudian turunkan sejajar dengan bahu,
tahan
sampai lima hitungan.
Gerakan 7.
Gerakan leher
Posisi
: Berdiri tegak atau duduk tegak
Gerakan : Putar dagu ke arah bahu kiri, tegak dan kebahu
kanan. Dekatkan telinga kebahu kiri, tegak,
dan
kebahu kanan pegan dagu dengan tangan,
perlahan
dorong dagu ke belakang. Hindari rotasi kepala
ke belakang
Gerakan 8. Berjalan
Gerakan : Berjalan sesuai dengan kemampuan. Jika
hanya
mampu lima puluh meter, mulai pada tingkat
ini dan
coba meningkatkan jarak dan kecepatannya.
Hindari
1. Dosis Latihan
Secara umum dosis dijabarkan sebagai berikut :
a. Frekwensi
: Tiga atau lima kali seminggu untuk
meningkatkan
kebugaran jantung paru minimal berlatih tiga kali dalam
seminggu, hal ini dianjurkan oleh ACSM, berselang satu
hari
dalam zona latihan
b. Intensitas
: Bagi pemula dianjurkan dengan intensitas
lima puluh sampai enam puluh persen dari VO2 max, ACSM
mengajukan
latihan dengan Intensitas 60 90 % dari denyut jantung
maksimal untuk kebugaran jantung paru.
c. Durasi : Hasil yang bermanfaat harus berlatih pada zona
latihan
selama 15 30 menit dengan pemanasan dan pendinginan
selama 5 10 menit
d. Macam-Latihan yang menggerakkan sebagian besar otot
pada
2. Program Latihan
Program latihan dapat disusun sebagai berikut :
a. Cukup memahami tingkat kebugaran yang dapat
menunjang
pekerjaan sehari-hari atau setidaknya mencapai
kebugaran
untuk membantu mengurangi penyakit yang
berkaitan
dengan kegemukan, diabetes, degenerasi,
kelemahan otot.
b. Mudah dilakukan tanpa memerlukan bakat khusus,
fasilitas
peralatan, dan keadaan sekitar.
c. Tidak perlu banyak waktu 30 60 menit dan tidak
melelahkan selama latihan.
3. Pakaian
Sebaiknya mempertimbangkan hal-hal berikut :
a. Tidak menghalangi gerakan
b. Cukup ventilasi
c. Mudah menyerap keringat
d. Rapih dalam penampilan
e. Bahan katun murni
f. Sepatu datar supaya tidak menghalangi
pergerakan
betis.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL
A. KERANGKA KONSEP
Program latihan fisik bagi para lanjut usia harus
meningkatkan
kemungkinan bahwa meraka akan menjalankan
tingkatan
aktivitas yang lebih tinggi sambil menghindari
kecelakaan
Yang mungkin terjadi. Latihan fisik pada usia lanjut
dapat
memberikan keuntungan terutama untuk status
kardiovaskuler dan paru yang berhubungan dengan
kebugaran, resiko fraktur, abilitas fungsional, proses
mental, keuntungan fungsional, penguatan otot dan
V. Kendali
- Umur
- Jenis Kelamin
Dikenda
likan
- Penyakit
CVD
- Waktu
V. Tergantung
Tidak
Diteliti
Diteliti
Fungsi Sensomotorik
Fleksibilitas
Luas Gerak Sendi (LGS)
Keluhan - Keluhan
-Nyeri sendi
-Nyeri punggung
-Nyeri pinggang
-Nyeri otot
-Kesemutan
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen
Non
Equivalent Kontrol Group. Dengan cara subjek di bagi
dua
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
Kedua kelompok yang telah dipisahkan, kemudian
dilakukan
pre-test. Kelompok eksperimen diberi treatmen
sedangkan
kelompok kontrol tidak diberi treatmen. Untuk
mengetahui
seberapa besar pengaruh maka kedua kelompok
diukur
B. Sampel
Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah Total Sampling yaitu mengambil
semua
subjek yang masuk dalam kriteria.
a.
Kriteria inklusi
Lanjut usia berusia lebih 60 tahun
Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
Lanjut usia yang dalam keadaan sehat atau tidak
menderita penyakit yang mengganggu pada saat
melakukan latihan
Lanjut usia yang bersedia menjadi sampel.
b.
Kriteria eksklusi
Lanjut usia yang tiba tiba sakit pada saat
melakukan latihan.
Lanjut usia yang memiliki riwayat gangguan CVD
Lanjut usia yang tidak bersedia untuk menjadi
sampel
D. DEFENISI OPERASIONAL
1. Latihan mobilitas dan pastur adalah latihan dengan
melakukan gerakan dengan memakai Kursi dan
dilanjutkan
dengan jalan biasa sejauh 200 m pada jalan yang rata,
atau dimulai sesuai kemampuan lanjut usia. Terdiri
dari delapan gerakan yang dilakukan 3 kali seminggu
dalam waktu 4 minggu.
2. Fungsi sensomotorik yang terpenting adalah koordinasi
dan
keseimbangan yang dibagi dalam : koordinasi non
ekuilibrium
dan koordinasi ekuilibrium yang digunakan untuk
komponen
statis yang dinamis postur dan keseimbangan ketika
tubuh
dalam posisi berdiri, meliputi gerakan motorik kasar dan
observasi tubuh saat statik dan dinamis.
3. Keluhan keluhan pada lanjut usia adalah keluhan
4.
5.
E. PENGUMPULAN DATA
1. Mengindentifikasi tempat penelitian
2. Mengajukan surat permohonan izin untuk penelitian
3. Tes fungsi sensomotorik dilakukan dengan : Tes
koordinasi
non ekuilibrium dengan 5 kriteria penilaian dan Tes
koordinasi ekuilibrium dengan 4 kriteria penilaian,
keduanya
dicatat dengan mempergunakan formulir tes dari
Sulivan
dan Schimitz (1994).
4. Sampel diambil secara total sampling.
5. Mengidentifikasi sampel berdasarkan kriteria inklusi,
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Subjek penelitian adalah lansia yang
berada di Panti Sosial Tresna Wredha Gau
Mabaji Gowa. Jumlah subjek penelitian
sebanyak 80 orang. 40 orang sebagai
kelompok perlakuan dan 40 orang sebagai
kelompok kontrol. Subjek dipilih sesuai
kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh
peneliti, subjek yang memenuhi kriteria
inklusi tersebut langsung dijadikan
sebagai subjek penelitian.
Tabel 5.1
Distribusi Tingkat Flekisbilitas menurut Jenis Kelamin
Di Panti Sosial Tresna Wredha Gau Mabaji Kabupaten Gowa
Jenis
Kelamin
Tingkat Fleksibilitas
< - 5,0 cm
- 4,0 cm
> 0 cm
Total
Pria
16
20,0
15
18,8
5,0
35
43,8
Wanita
16
20,0
14
17,5
15
18,8
45
56,3
Total
32
40,0
29
36,3
19
23,8
80
100,0
0,73
Tabel 5.2
Distribusi Tingkat Fleksibilitas menurut kelompok Umur
Di Panti Sosial Tresna Wredha Gau Mabaji Kabupaten Gowa
Umur
(Tahun)
Tingkat Fleksibilitas
< - 5,0 cm
- 4,0 cm
> 0 cm
Total
60 70
11,3
10
12,5
5,0
23
28,8
71 80
22
27,5
18
22,5
13
16,3
53
66,3
81 90
1,3
1,3
2,5
5,0
Total
32
40,0
29
36,3
19
23,8
80
100,0
0,668
Tabel 5.3
Distribusi Perubahan tingkat Fleksibilitas Kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol di Pnti Sosial Tresna Wredha Gau Mabaji
Kabupaten Gowa
Tingkat Fleksibilitas
Kelompok
Meningkat
Tetap
Menurun
Total
Perlakuan
40
100
0,0
0,0
40
100
Kontrol
0,0
38
95
5,0
40
100
0,00
Gambar 5.2
Distribusi Frekwensi Keluhan sebelum perlakuan di Panti Sosial Tresna
Werdha Gau Mabaji Gowa
Tabel 5.8
Distribusi Perubahan Luas Gerak Sendi Kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol Pada Lansia di Panti Sosial Tresna
Wredha
Gau Mabaji Gowa
Meningkt
Tetap
Menurun
Total
Perlakuan
40
100
0,0
0,0
40
100
Kontrol
0,0
35
87,5
12,5
40
100
One-Sample Statistics
T-Test
N
Fleksi_Pre
Fleksi_Post
Mean
47,2500
53,1875
80
80
Std. Deviation
5,67584
8,57741
Std. Error
Mean
,63458
,95898
One-Sample Test
Test Value = 0
Fleksi_Pre
Fleksi_Post
t
74,459
55,462
df
79
79
Sig. (2-tailed)
,000
,000
Mean
Difference
47,25000
53,18750
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
45,9869
48,5131
51,2787
55,0963
T-Test
One-Sample Statistics
N
Ekstensi_Pre
Ekstensi_Post
80
80
Mean
48,6875
53,1250
Std. Deviation
5,26174
7,17657
Std. Error
Mean
,58828
,80236
T-Test
T-Test
One-Sample Test
Test Value = 0
Ekstensi_Pre
Ekstensi_Post
t
82,762
66,211
df
79
79
Sig. (2-tailed)
,000
,000
Mean
Difference
48,68750
53,12500
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
47,5166
49,8584
51,5279
54,7221
One-Sample Statistics
N
Hprekstnsi_Pre
Hprekstnsi_Post
80
80
Mean
39,6875
40,7500
Std. Deviation
7,68624
7,91969
Std. Error
Mean
,85935
,88545
T-Test
One-Sample Statistics
N
Adduksi_Pre
Adduksi_Post
Mean
12,2500
14,5000
80
80
Std. Deviation
4,65112
4,32830
Std. Error
Mean
,52001
,48392
One-Sample Test
Test Value = 0
Adduksi_Pre
Adduksi_Post
t
23,557
29,964
df
79
79
Sig. (2-tailed)
,000
,000
Mean
Difference
12,25000
14,50000
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
11,2149
13,2851
13,5368
15,4632
T-Test
One-Sample Statistics
N
Abduksi_Pre
Abduksi_Post
80
80
Mean
148,1250
154,6250
Std. Deviation
13,15379
10,87254
Std. Error
Mean
1,47064
1,21559
T-Test
One-Sample Test
Test Value = 0
Abduksi_Pre
Abduksi_Post
t
100,722
127,202
df
Sig. (2-tailed)
79
,000
79
,000
Mean
Difference
148,12500
154,62500
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
145,1978 151,0522
152,2054 157,0446
T-Test
One-Sample Statistics
N
Fleksi_Bahu_Pre
Fleksi_Bahu_Post
Mean
138,1250
140,6250
80
80
Std. Deviation
22,53513
17,29079
Std. Error
Mean
2,51950
1,93317
One-Sample Test
Test Value = 0
Fleksi_Bahu_Pre
Fleksi_Bahu_Post
t
54,822
72,743
df
79
79
Sig. (2-tailed)
,000
,000
Mean
Difference
138,12500
140,62500
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
133,1101 143,1399
136,7771 144,4729
Pretes
Postest
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
39,200
1434,000
1473,200
198,450
977,100
1175,550
df
1
78
79
1
78
79
Mean Square
39,200
18,385
F
2,132
Sig.
,148
198,450
12,527
15,842
,000
F
,256
Sig.
,614
23,761
,000
Pretes
Postest
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
3,200
974,000
977,200
214,513
704,175
918,688
df
1
78
79
1
78
79
Mean Square
3,200
12,487
214,513
9,028
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
ditarik kesimpulan bahwa, terdapat
pengaruh latihan Mobilitas dan Postur
terhadap perubahan fleksibilitas, luas
gerak sendi, fungsi sensomotorik dan
mengurangi keluhan pada sistem
muskuloskeletal berupa nyeri sendi,
nyeri punggung, nyeri otot dan
kesemutan.
B. SARAN
1. Kepada petugas Panti sosial tresna
wredha agar latihan Mobilitas dan
Postur dijadikan latihan rutin bagi
lanjut usia guna meningkatkan
fleksibiliats, Luas gerak sendi dan
sensomotorik dalam upaya
memperbaiki kualitas hidup bagi
lansia
2. Bagi lanjut usia di anjurkan untuk
melakukan latihan mobilitas dan
postur untk meningkatkan fungsional