Anda di halaman 1dari 3

Biografi Jusuf Kalla - Pengusaha Sukses Indonesia

Kali ini akan membahas biografi wakil presiden Indonesia tahun 2014 2019. Seorang putra
Sulawesi, yang sukses berkarir dan kemudian terjun ke dunia politik. Jusuf Kalla mulai dikenal
di dunia politik saat menjabat sebagai ketua umum Golkar ke-8 pada tahun 2004 dam kemudian
diangkat sebagai menteri pada pemerintahan presiden Abdurahman Wahid.
Kehidupan Awal
Jusuf Kalla lahir di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan pada tanggal 15 Mei 1942
sebagai anak ke-2 dari 17 bersaudara dari pasangan Haji Kalla dan Athirah, pengusaha keturunan
Bugis yang memiliki bendera usaha Kalla Group.Bisnis keluarga Kalla tersebut meliputi
beberapa kelompok perusahaan di berbagai bidang industri. Di Makassar, Jusuf Kalla dikenal
akrab disapa oleh masyarakat dengan panggilan Daeng Ucu.
Pengalaman organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan Jusuf Kalla antara lain adalah Pelajar
Islam Indonesia (PII) Cabang Sulawesi Selatan 1960 - 1964, Ketua HMI Cabang Makassar tahun
1965-1966, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS) 1965-1966, serta Ketua
Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1967-1969. Sebelum terjun ke
politik, Jusuf Kalla pernah menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah
(Kadinda) Sulawesi Selatan. Hingga kini, ia pun masih menjabat Ketua Ikatan Keluarga Alumni
(IKA) di alamamaternya Universitas Hasanuddin, setelah terpilih kembali pada musyawarah
September 2006.
Jusuf Kalla menikah dengan Hj. Mufidah Miad Saad, dan dikaruniai seorang putra dan empat
putri, serta sepuluh orang cucu. Nama anak-anak beliau adalah Muchlisa Jusuf, Muswirah Jusuf,
Imelda Jusuf, Solichin Jusuf dan Chaerani Jusuf

Pada tanggal 10 September 2011, Jusuf Kalla mendapat penganugerahan doktor Honoris Causa
dari Universitas Hasanuddin, Makassar.
Karier Pengusaha
Awalnya Jussuf Kalla adalah seorang pengusaha. Usaha-usaha yang dirintis ayahnya, NV. Hadji
Kalla, diserahkan kepemimpinannya sesaat setelah ia diwisuda menjadi Sarjana Ekonomi di
Universitas Hasanuddin Makassar Akhir Tahun 1967. Di samping menjadi Managing Director
NV. Hadji Kalla, juga menjadi Direktur Utama PT Bumi Karsa dan PT Bukaka Teknik Utama.
Usaha yang digelutinya, di samping usaha lama, ekspor hasil bumi, dikembangkan usaha yang
penuh idealisme, yakni pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan, jembatan, dan
irigasi guna mendorong produktivitas masyarakat pertanian. Anak perusahaan NV. Hadji Kalla
antara lain; PT Bumi Karsa (bidang konstruksi) dikenal sebagai kontraktor pembangunan jalan
raya trans Sulawesi, irigasi di Sulsel, dan Sultra, jembatan-jembatan, dan lain-lain. PT Bukaka
Teknik Utama didirikan untuk rekayasa industri dan dikenal sebagai pelopor pabrik Aspal
Mixing Plant (AMP) dan gangway (garbarata) di Bandara, dan sejumlah anak perusahaan di
bidang perumahan (real estate); transportasi, agrobisnis dan agroindustri.

Atas prestasinya di dunia usaha, Jusuf Kalla dipilih oleh dunia usaha menjadi Ketua Kamar
Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan (1985-1997), Ketua Dewan
Pertimbangan KADIN Indonesia (1997-2002), Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia
(ISEI), Sulawesi Selatan (1985-1995), Wakil Ketua ISEI Pusat (1987-2000), dan Penasihat ISEI
Pusat (2000-sekarang).
Tahun 1968, Jusuf Kalla menjadi CEO dari NV Hadji Kalla. Di bawah kepemimpinannya, NV
Hadji Kalla berkembang dari sekedar bisnis ekspor-impor, meluas ke bidang-bidang perhotelan,
konstruksi, pejualan kendaraan, perkapalan, real estate, transportasi, peternakan udang, kelapa
sawit, dan telekomunikasi.
Karier Politik
Jusuf Kalla menjabat sebagai menteri di era pemerintahan Abdurrahman Wahid (Presiden RI
yang ke-4), tetapi diberhentikan dengan tuduhan terlibat KKN. Jusuf Kalla kembali diangkat
sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di bawah pemerintahan Megawati
Soekarnoputri (Presiden RI yang ke-5). Jusuf Kalla kemudian mengundurkan diri sebagai
menteri karena maju sebagai calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Susilo Bambang
Yudhoyono.
Dengan kemenangan yang diraih oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI yang ke6, secara otomatis Jusuf Kalla juga berhasil meraih jabatan sebagai Wakil Presiden RI yang ke10. Bersama-sama dengan Susilo Bambang Yudhoyono, keduanya menjadi Presiden dan Wakil
Presiden RI yang pertama kali dipilih secara langsung oleh rakyat.
Ia menjabat sebagai ketua umum Golongan Karya menggantikan Akbar Tanjung sejak Desember
2004 hingga 9 Oktober 2009. Pada 10 Januari 2007, ia melantik 185 pengurus Badan Penelitian
dan Pengembangan Kekaryaan Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golongan Karya di Slipi,
Jakarta Barat, yang mayoritas anggotanya adalah cendekiawan, pejabat publik, pegawai negeri
sipil, pensiunan jenderal, dan pengamat politik yang kebanyakan bergelar master, doktor, dan
profesor.
Melalui Munas Palang Merah Indonesia XIX, Jusuf Kalla terpilih menjadi ketua umum Palang
Merah Indonesia periode 2009-2014 dan terpilih untuk kedua kalinya pada Munas XX untuk
periode 2014-2019. Selain itu ia juga terpilih sebagai ketua umum Pengurus Pusat Dewan Masjid
Indonesia periode 2012-2017 dalam Muktamar VI DMI di Jakarta.
Jusuf Kalla digandeng calon presiden Joko Widodo dalam ajang Pemilihan Presiden 2014.
Pasangan ini kemudian dalam pengundian mendapat nomor urut dua dan mempunyai tagline
populer, "Salam Dua Jari". Oleh Komisi Pemilihan Umum, tanggal 22 Juli 2014 atau enam hari
sebelum Hari Raya Idul Fitri 1435 H, Jokowi-JK memenangkan pilpres namun ditolak oleh kubu
Prabowo-Hatta yang kemudian menggugat ke Mahkamah Konstitusi.
Serangkaian sidang di MK ternyata menolak permohonan kubu Prabowo-Hatta dan secara
hukum menguatkan legitimasi Jokowi-JK selaku presiden dan wapres terpilih periode 20142019. JK dilantik sebagai wapres pada 20 Oktober 2014. Seiring dengan pelantikannya tersebut,
ia adalah wakil presiden pertama yang terpilih untuk dua kali masa jabatan melalui pemilihan
umum. Masa jabatan pertama dilaluinya bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono periode
2004-2009.
Agama
Agama Jusuf Kalla adalah Islam. Di kalangan ulama dan pemuka masyarakat, nama Jusuf Kalla
dikenal sebagai Mustasyar Nahdhatul Ulama Wilayah Sulawesi Selatan, melanjutkan tugas-tugas
dan tanggung jawab ayahnya, Hadji Kalla, yang sepanjang hidupnya menjadi bendahara NU
Sulsel juga menjadi bendahara Masjid Raya, Masjid Besar yang bersejarah di Makassar. Ketika
akan membangun masjid bersama Alm. Jenderal M. Jusuf, Jusuf Kalla dipilih menjadi Ketua
Yayasan Badan Wakaf Masjid Al-Markaz al-Islami (Masjid Jend. M. Jusuf). Sekarang, Masjid
tersebut menjadi Masjid termegah di Indonesia Timur. Di kalangan agama-agama lain selain
Islam, Jusuf Kalla dipilih menjadi Ketua Forum Antar-Agama Sulsel.

Demikian biografi Jusuf Kalla. Informasi pribadi dan pandangan-pandangan beliau bisa dilihat
langsung di website pribadinya, http://jusufkalla.info.

Anda mungkin juga menyukai