Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH SEMINAR KEUANGAN PUBLIK

ANALISIS PENGARUH PENETAPAN BI RATE DENGAN


TINGKAT INFLASI

Oleh :
Kelompok 11 / Kelas VII-D Akuntansi Reguler

1. Ayuk Damayanti
2. Demaytri narashita
3. M. Arief Rahman

(08 / 154060006504)
(03 / 154060006508)
(23 / 154060006519)

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN


TAHUN 2015

ANALISIS PENGARUH PENETAPAN BI RATE DENGAN


TINGKAT INFLASI
Abstract
Inflasi adalah salah satu indikator yang penting untuk menilai perekonomian suatu negara. Tingkat
inflasi selalu berusaha dipertahankan rendah dan stabil. Tingkat inflasi yang tinggi merupakan
cerminan akan kecenderungan naiknya harga barang dan jasa sehingga berpotensi melemahkan
daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan menurunkan pendapatan nasional. Salah satu
instrumen pemerintah untuk mengendalikan tingkat inflasi adalah suku bunga (BI Rate), menaikkan
suku bunga akan memunculkan efek kepada masyarakat untuk menabung dan mengurangi
permintaan kredit sehingga uang beredar di masyarakat menjadi berkurang, nilai mata uang tersebut
bertambah dan pada akhirnya menurunkan angka inflasi. Demikian juga sebaliknya apabila
pemerintah menurunkan suku bunga (BI Rate). Paper ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana
pengaruh penetapan BI Rate terhadap tingkat inflasi di Indonesia.
Kata Kunci : Inflasi, BI Rate, Uang Beredar
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Berdasarkan data inflasi Indonesia yang berasal dari Bank Indonesia, pada tahun 2012
inflasi yang terjadi adalah sebesar 4,3% dan pada tahun 2013 inflasi yang terjadi adalah 8,38%.
Bila dibandingkan dengan tingkat BI rate pada tahun 2012 yaitu berkisar di angka 5,75% dan
BI Rate pada tahun 2013 berkisar di angka 5,75% - 7,5%.
Data diatas menunjukkan bahwa selama tahun 2013 terjadi inflasi yang signifikan yang
diimbangi dengan kenaikan suku bunga BI. Kebijakan tersebut diambil pemerintah Indonesia
untuk memastikan tingkat inflasi menurun ke arah yang lebih sehat dan stabil. Akan tetapi data
yang ditunjukkan oleh bank indonesia menggambarkan bahwa pada tahun 2013 tingkat inflasi
tetap tinggi.
Pertanyaan yang muncul dari kasus diatas adalah bagaimana tingkat keefektifan
penetapan BI Rate dalam mengendalikan laju inflasiyang terjadi ? Apakah pemerintah
Indonesia telah mengambil kebijakan terbaik dalam penetapan BI Rate untuk mengendalikan
inflasi.
2. Metode Yang Digunakan
Untuk mengetahui pengaruh penetapan BI Rate terhadap inflasi, penulis akan terlebih
dahulu membandingkan pengaruh BI Rate terhadap tingkat suku bunga kredit, kemudian
membandingkan pengaruh suku bunga kredit terhadap inflasi yang terjadi.
Sumber data berasal dari BI yang tersedia online melalui situs www.bi.go.id dan
www.bps.go.id . Yaitu data BI Rate yang ditetapkan secara bulanan oleh BI dan data inflasi
bulanan yang terjadi dan data suku bunga kredit perbankansetiap bulan. Adapun rentang waktu

yang digunakan adalah dari Januari 2012 Juni 2015. Metode yang digunakan adalah analisis
korelasi spearman yang menggunakan dua variabel.
B. Pembahasan
1. Definisi Inflasi dan BI Rate
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali
bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan
dari inflasi disebut deflasi.
Kestabilan

inflasi

merupakan

prasyarat

bagi

pertumbuhan

ekonomi

yang

berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan


masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang
tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun
sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama
orang miskin, bertambah miskin.
Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku
ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang
tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan
produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara
tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat
memberikan tekanan pada nilai rupiah.
Untuk mengendalikan inflasi, salah satu yang dilakukan Bank Indonesia adalah menaikan
atau menurunkan BI rate. BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau
stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada
umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran
yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke
depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
2. Mekanisme Transmisi BI Rate
Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah
yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Untuk mencapai tujuan
itu Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI Rate sebagai instrumen kebijakan
utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian

inflasi. Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan pencapaian sasaran
inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag).
Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi tersebut sering
disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme ini menggambarkan
tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen moneter dan target
operasionalnya mempengaruhi berbagai variable ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya
berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank
Sentral, perbankan dan sektor keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate mempengaruhi
inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur
harga aset, dan jalur ekspektasi.

Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku
bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia
dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk
mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate akan menurunkan suku bunga
kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat.
Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan
investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas
perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan,
Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem aktifitas
perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi.

Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar. Mekanisme ini
sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh, akan mendorong kenaikan
selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga luar negeri. Dengan melebarnya
selisih suku bunga tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam
instrument-instrumen keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan
tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan
mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor
lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif
sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor. Turunnya net ekspor ini akan
berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan perekonomian.
Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro melalui perubahan
harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti saham dan obligasi
sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya mengurangi
kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi.
Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi ekspektasi
publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang diperkirakan akan
mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong pekerja untuk
mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih tinggi. Upah ini pada
akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen melalui kenaikan harga.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu (time lag). Time
lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain. Jalur nilai tukar biasanya bekerja lebih
cepat karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar bekerja sangat cepat. Kondisi
sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi kebijakan
moneter. Apabila perbankan melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon perbankan
terhadap penurunan suku bunga BI rate biasanya sangat lambat. Juga, apabila perbankan
sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit
dan meningkatnya permintaan kredit belum tentu direspon dengan menaikkan penyaluran
kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon
oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian sedang
lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan, perbankan, dan kondisi sektor riil sangat
berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya proses transmisi kebijakan moneter.
3. Kebijakan BI Rate Oleh Bank Indonesia
Penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan melalui mekanisme
RDG Bulanan dengan cakupan materi bulanan.
a) Respon kebijakan moneter (BI Rate) ditetapkan berlaku sampai dengan RDG berikutnya

b) Penetapan respon kebijakan moneter (BI Rate) dilakukan dengan memperhatikan efek tunda
kebijakan moneter (lag of monetary policy) dalam memengaruhi inflasi.
c) Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance Kebijakan
Moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG Mingguan.
Salah satu kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah indonesia adalah Inflation
Trageting Framework (ITF), yaitu pemerintah menargetkan angka inflasi yang akan terjadi dan
berupaya mencapai target inflasi tersebut. Salah satu instrumen yang digunakan adalah BI Rate.
ITF bukanlah suatu kaidah yang kaku, tetapi sebagai kerangka kerja menyeluruh untuk
pelaksanaan kebijakan moneter.
Penetapan BI Rate dan tingkat inflasi Selama tahun Januari 2012 Juli 2015 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Data BI Rate dan Inflasi Tahun 2012 s.d. 2015

Periode
20
12
20
12
20
12
20
12
20
12
20
12
20
12
20
12
20
12
20
12
20
12
20
12
20
12
20
13
20

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septemb
er
Oktober
Nopemb
er
Desemb
er

Januari
Februari

BI
Rate
6.00
%
5.75
%
5.75
%
5.75
%
5.75
%
5.75
%
5.75
%
5.75
%
5.75
%
5.75
%
5.75
%
5.75
%
5.75
%
5.75

Inflasi

Inti

0,76

0,44

Harga
yang
Diatur
Pemerin
tah
0,43

0,05

0,33

0,24

0,07

0,20

0,24

0,21

0,23

0,32

0,07

0,18

0,09

0,62

0,34

0,26

0,70

0,54

0,03

0,95

0,97

0,35

0,01

0,34

0,28

0,16

0,33

0,23

0,07

0,14

0,05

0,54

0,28

0,10

4,30

4,40

2,66

1,03

0,36

0,20

0,75

0,30

0,72

Barang
Bergejo
lak
2,02
-0,94
-0,41
0,07
-0,25
1,73
1,82
1,46
-1,17
-0,41
-0,11
1,82
5,68
3,76
2,32

13
20
13
20
13
20
13
20
13
20
13
20
13
20
13
20
13
20
13
20
13
20
13
20
14
20
14
20
14
20
14
20
14
20
14
20
14
20
14
20
14
20
14
20
14
20
14
20
14
20

Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septemb
er
Oktober
Nopemb
er
Desemb
er

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septemb
er
Oktober
Nopemb
er
Desemb
er
Januari

%
5.75
%
5.75
%
5.75
%
6.00
%
6.50
%
7.00
%
7.25
%
7.25
%
7.50
%
7.50
%
7.50
%
7.50
%
7.50
%
7.50
%
7.50
%
7.50
%
7.50
%
7.50
%
7.50
%
7.50
%
7.75
%
7.75
%
7.75

0,63

0,13

0,24

-0,10

0,14

0,14

-0,03

0,06

0,96

1,03

0,32

3,24

3,29

0,99

7,90

1,12

1,01

0,62

-0,35

0,57

0,34

0,09

0,34

0,25

0,12

0,20

0,63

0,55

0,45

0,52

8,38

4,98

16,65

11,83

1,07

0,56

1,00

2,89

0,26

0,37

0,01

0,32

0,08

0,21

0,31

-0,55

-0,02

0,24

0,28

-1,26

0,16

0,23

0,30

-0,22

0,43

0,25

0,45

1,06

0,93

0,52

1,32

2,00

0,47

0,46

0,63

0,33

0,27

0,29

0,54

-0,22

0,47

0,27

1,34

0,24

1,50

0,40

4,20

2,37

2,46

1,02

6,10

8,36

4,93

17,57

10,88

-0,24

0,61

-3,51

0,55

2,44
-0,96
-1,10
1,18
6,07
1,82
-3,38
-0,80
-0,57
0,79

3,53

15
20
15
20
15
20
15
20
15
20
15

Februari
Maret
April
Mei
Juni

%
7.50
%
7.50
%
7.50
%
7.50
%
7.50
%

-0,36

0,34

-1,24

0,17

0,29

0,83

0,36

0,24

1,88

0,50

0,23

0,38

0,54

0,26

0,26

-1,69
-0,83
-0,91
1,52
1,74

a. Pengaruh BI Rate Terhadap Suku Bunga Kredit Perbankan


Bank-bank di Indonesia tidak harus langsung mengikuti acuan BI rate yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia namun perubahan BI rate menjadi salah satu faktor utama
perubahan suku bunga kredit bank-bank tersebut yang pada akhirnya akan terjadi kenaikan
atau penurunan sesuai dengan perubahan BI Rate.
Tabel 1: Data inflasi tahun 2012-Juni 2015 dan suku bunga kredit perbankan
(berdasarkan kelompok bank)

Periode

BI
Rat
e

Bank
Persero
Mod
al
Kerj
a

Invest
asi

Bank
Pemerintah
Daerah
Mod
al
Invest
Kerj
asi
a

Bank Swasta
Nasional
Mod
al
Kerj
a

Invest
asi

Bank Asing
dan Bank
Campuran
Mod
al
Invest
Kerj
asi
a

Bank Umum
Mod
al
Kerj
a

Invest
asi

20
12
Januari
Februar
i
Maret

6.00

12.39

10.21

13.47

12.37

12.34

12.58

8.52

9.71

12.14

11.73

5.75

12.38

10.16

11.28

11.24

12.36

12.54

8.25

9.63

12.02

11.62

5.75

12.19

10.12

13.62

12.40

12.27

12.42

8.25

9.44

12.01

11.62

April

5.75

12.05

10.05

13.64

12.20

12.11

12.38

8.04

9.46

11.86

11.56

Mei

5.75

11.95

10.01

13.62

12.22

12.06

12.31

7.97

9.43

11.78

11.51

Juni

5.75

12.00

9.98

13.63

12.33

12.02

12.23

7.98

9.54

11.79

11.46

Juli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
Novem
ber
Desemb
er

5.75

11.99

9.98

13.64

12.32

12.03

12.18

7.93

9.50

11.78

11.42

5.75

11.97

9.92

13.73

12.27

11.99

12.11

7.96

9.52

11.73

11.35

5.75

11.91

9.94

13.76

12.29

11.95

12.10

7.96

9.58

11.70

11.36

5.75

11.93

9.86

13.76

12.31

11.88

12.03

8.00

9.60

11.68

11.29

5.75

11.83

9.92

13.74

12.32

11.81

11.97

7.95

8.93

11.61

11.24

5.75

11.70

10.08

13.66

12.25

11.68

11.88

7.90

9.47

11.49

11.27

Januari
Februar
i
Maret

5.75

11.75

10.13

13.60

12.18

11.68

11.88

8.00

9.55

11.49

11.29

5.75

11.67

10.09

13.71

12.20

11.64

11.87

8.03

9.55

11.45

11.27

5.75

11.72

10.07

13.44

12.20

11.58

11.82

8.04

9.44

11.44

11.24

April

5.75

11.75

10.07

13.66

12.25

11.53

11.77

8.05

9.45

11.44

11.21

20
13

Mei

5.75

11.78

10.04

13.63

12.27

11.55

11.72

8.03

9.43

11.46

11.17

Juni

6.00

11.79

10.35

13.60

12.24

11.46

11.67

8.11

9.49

11.41

11.14

Juli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
Novem
ber
Desemb
er

6.50

11.89

10.46

13.59

12.23

11.85

11.86

8.46

9.66

11.66

11.29

7.00

11.69

10.54

13.62

12.26

11.90

11.93

8.74

9.90

11.63

11.37

7.25

11.71

10.53

13.61

12.27

12.15

12.16

9.23

10.24

11.80

11.50

7.25

11.86

10.72

13.46

12.23

12.26

12.28

9.47

10.46

11.93

11.65

7.50

11.94

10.79

13.46

12.20

12.42

12.39

9.69

10.55

12.06

11.73

7.50

11.94

10.84

13.37

12.23

12.55

12.51

9.84

10.71

12.12

11.82

Januari
Februar
i
Maret

7.50

12.05

10.91

13.34

12.21

12.68

12.63

9.96

10.87

12.23

11.92

7.50

12.06

10.96

13.34

12.27

12.86

12.69

10.09

11.04

12.33

11.98

7.50

12.09

10.98

13.36

12.23

12.87

12.72

10.20

10.97

12.37

12.00

April

7.50

12.23

11.04

13.30

12.34

12.79

12.77

10.19

10.99

12.38

12.06

Mei

7.50

12.38

11.13

13.19

12.18

13.19

12.96

10.25

11.04

12.63

12.18

Juni

7.50

12.26

11.20

13.24

12.21

13.29

13.02

10.27

11.00

12.63

12.24

Juli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
Novem
ber
Desemb
er

7.50

12.34

11.40

13.27

12.22

13.36

13.06

10.41

10.78

12.70

12.32

7.50

12.42

11.43

13.21

12.22

13.43

13.07

10.44

10.91

12.76

12.34

7.50

12.44

11.44

13.24

12.23

13.43

13.08

10.44

10.94

12.78

12.34

7.50

12.52

11.48

13.72

12.51

13.39

13.13

10.49

10.94

12.82

12.39

7.75

12.53

11.48

13.84

12.40

13.41

13.13

10.41

10.90

12.84

12.38

7.75

12.50

11.47

13.63

12.38

13.36

13.11

10.49

10.93

12.79

12.36

Januari
Februar
i
Maret

7.75

12.52

11.47

13.56

12.25

13.31

13.02

10.39

10.59

12.76

12.29

7.50

12.55

11.45

13.38

12.13

13.29

13.03

10.26

10.51

12.74

12.27

7.50

12.65

11.49

13.71

12.37

13.36

13.06

10.26

10.47

12.82

12.32

April

7.50

12.64

11.45

13.71

12.36

13.25

13.06

10.23

10.77

12.75

12.32

Mei

7.50

12.61

11.45

13.72

12.38

13.20

13.02

10.21

10.75

12.72

12.30

Juni

7.50

12.60

11.46

13.74

12.39

13.17

13.02

10.18

10.60

12.70

12.29

20
14

20
15

Sumber: BPS
Hubungan antara tingkat BI Rate yang ditetapkan dengan suku bunga kredit
perbankan dihitung dengan Spearmans nonparametric correlation coefficient. Analisis ini
dipilih karena data BI rate dan suku bunga kredit perbankan tidak dapat dianalisis secara
parametrik karena distribusi data yang tidak normal. Perhitungan ini juga tidak
mempertimbangkan lagging dan leading indicator.

Tabel 3. Korelasi BI Rate dengan Suku Bunga Kredit (Modal Kerja) Bank Persero
birate
Spearman's rho

birate

Correlation Coefficient

1.000

.677**

.000

42

42

.677**

1.000

.000

42

42

Sig. (2-tailed)
N
sbmodalkerja

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)

sbmodalkerja

N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 4. Korelasi BI Rate dengan Suku Bunga Kredit (Investasi) Bank Persero
birate
Spearman's rho

birate

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

sbinvpersero

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

sbinvpersero

1.000

.928**

.000

42

42

.928**

1.000

.000

42

42

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(Tabel penghitungan korelasi BI Rate dengan Kelompok Bank selain Persero ada di Lampiran)
Tabel diatas menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara tingkat BI Rate dengan
Suku Bunga Kredit Perbankan (Persero) 0,677 & 0,928, yang berarti bahwa kedua variabel
tersebut memiliki korelasi positif dan signifikan, ditunjukkan oleh value Sig. yang lebih
besar dari 0,05 (Semua kelompok Perbankan menunjukkan angka korelasi yang hampir
sama, sekitar 0,8). Apabila BI Rate meningkat, Bank akan menaikan suku bunga kreditnya.
Begitu juga sebaliknya, ketika BI rate menurun, Bank juga akan menurunkan suku bunga
kreditnya.
Contoh hubungan positif yang dapat dilihat langsung dari tabel1: Inflasi pada bulan
Juni 2013 meningkat cukup tinggi sebesar 1,03 % (mtm). Peningkatan tersebut dipicu
kenaikan harga BBM bersubsidi, yang kemudian mendorong kenaikan harga kelompok
administered prices dan volatile food. Sementara itu inflasi inti masih terkendali pada level
3,98% (yoy). Pada tanggal 11 Juli 2013 Bank Indonesia memutuskan untuk menaikan BI
Rate sebesar 50 bps menjadi 6,5%. Kebijakan ini ditempuh untuk memastikan inflasi yang
meningkat pasca kenaikan BBM bersubsidi dapat segera kembali dalam lintasan

sasarannya. Kenaikan BI rate pada bulan Juli 2013, direspon baik oleh sektor perbankan.
Sebagian besar bank menaikan suku bunga kreditnya. Dengan naiknya suku bunga
perbankan, masyarakat akan lebih tertarik untuk menyimpan uangnya di bank daripada
untuk konsumsi maupun investasi. Sehingga jumlah uang yang beredar dapat berkurang
dan inflasi dapat menurun.
b. Pengaruh Suku Bunga Kredit Perbankan Terhadap Inflasi
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dianalisis apabila terjadi kenaikan
suku bunga kredit akibat BI Rate yang juga meningkat maka masayarakat mengurangi
permintaan kredit kepada bank yang mengakibatkan uang beredar di masyarakat menjadi
berkurang. Hal ini juga mengakibatkan konsumsi/permintaan atas barang jasa juga
menurun sedangkan penawaran barang jasa dalam jumlah yang tetap. Efeknya adalah
terjadi penurunan harga barang jasa yang pada akhirnya akan menahan laju inflasi.
Demikian juga terjadi sebaliknya, ketika suku bunga kredit mengalami penurunan,
maka masyarakat cenderung untuk memperoleh dana melalui kredit karena tingkat bunga
pengembalian yang cukup rendah. Kredit tersebut akan digunakan rumah tangga dan
perusahaan untuk melakukan konsumsi dan investasi yang selanjutnya mengakibatkan
permintaan terhadap barang dan jasa meningkat. Dengan posisi pada penawaran yang tetap,
peningkatan permintaan ini akan mengakibatkan kenaikan harga. Kenaikan harga atas
barang dan jasa tentu saja akan meningkatkan inflasi yang terjadi.
c. Pengaruh BI Rate terhadap Inflasi
Hubungan antara tingkat BI Rate yang ditetapkan dengan inflasi secara umum, inflasi inti,
inflasi harga yang diatur pemerintah dan inflasi barang bergejolak dihitung dengan
Spearmans nonparametric correlation coefficient. Analisis ini dipilih karena data BI rate
dan inflasi tidak dapat dianalisis secara parametrik karena distribusi data yang tidak normal.
Perhitungan ini juga tidak mempertimbangkan lagging dan leading indicator.
Tabel 5. Korelasi BI Rate dengan Inflasi Inti
Spearman's rho

BIRate

Core

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

BIRate
1,000
.
42
,252
,108
42

Core
,252
,108
42
1,000
.
42

Sumber: BPS, diolah

Tabel diatas menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara tingkat BI Rate dengan Inflasi Inti
adalah sebesar 0,252, yang berarti bahwa kedua variabel tersebut memiliki korelasi positif dan
signifikan, ditunjukkan oleh value Sig. yang lebih besar dari 0,05. Keterangan 2-tailed pada nilai
significance ini menunjukkan bahwa hubungan yang dinyatakan dalam analisis ini adalah antara 2

variabel yang dianggap dapat memiliki hubungan dua arah, karena BI Rate ditetapkan berdasarkan
keadaan ekonomi (termasuk tingkat inflasi) dengan tujuan mempengaruhi keadaan ekonomi itu
sendiri.
Tabel 6. Korelasi BI Rate dengan Harga yang Diatur Pemerintah
Diatur
BIRate
Spearman's rho

BIRate

Correlation Coefficient

1,000

,387*

,011

42

42

1,000

,011

42

42

Sig. (2-tailed)
N
DiaturPemerintah

Pemerintah

Correlation Coefficient

,387

Sig. (2-tailed)
N
Sumber: BPS, diolah

Korelasi antara BI Rate dengan Inflasi Harga yang diatur pemerintah adalah positif, sebagaimana
ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0, 387 dan hubungan keduanya tidak signifikan
sebagaimana ditunjukkan oleh nilai sig. sebesar 0,011.
Tabel 7. Korelasi BI Rate dengan Barang Bergejolak
BIRate
Spearman's rho

BIRate

Correlation Coefficient

Bergejolak

1,000

,041

,799

42

42

Correlation Coefficient

,041

1,000

Sig. (2-tailed)

,799

42

42

Sig. (2-tailed)
N
Bergejolak

N
Sumber: BPS, diolah

Sementara itu koefisien korelasi antara BI Rate dengan barang bergejolak adalah positif dan paling
kuat dibandingkan dengan koefisiean korelasi BI Rate terhadap unsur-unsur inflasi yang lain, juga
dengan nilai sig. tertinggi, yaitu 0,799.
Tabel 8. Korelasi BI Rate dengan Inflasi Umum

BIRate
Spearman's rho

BIRate

Correlation Coefficient

1,000

,084

,597

42

42

Correlation Coefficient

,084

1,000

Sig. (2-tailed)

,597

42

42

Sig. (2-tailed)
N
Umum

Umum

Hubungan tingkat BI rate dengan inflasi secara keseluruhan ditunjukkan oleh tabel 5 diatas.
Koefisien korelasi 0,084 menunjukkan hubungan positif antara tingkat BI Rate dengan Inflasi
umum dan nilai sig. sebesar 0,597 menunjukkan bahwa pengaruh tersebut sangat signifikan.
BI Rate ditetapkan sebagai upaya untuk mengendalikan inflasi, sehingga seharusnya hubungan
antara BI rate dan inflasi adalah berbanding terbalik, dengan kata lain memiliki koefisien korelasi
negatif, namun dari hasil analsis diatas, koefisien korelasi BI rate terhadap inflasi dan unsurunsurnya adalah positif. Menurut kelompok kami hal tersebut mungkin disebabkan oleh ketidaktepatan penyandingan periode penetapan BI rate dengan inflasi pada periode tersebut. BI rate
seringkali ditetapkan ditengah-tengah bulan, sehingga pengaruhnya terhadap inflasi periode berjalan
tidak begitu besar, karena butuh waktu bagi BI rate untuk mempengaruhi laju inflasi, sehingga
penetapan BI rate bulan ini mungkin saja berpengaruh lebih besar terhadap tingkat inflasi di bulan
mendatang dibandigkan dengan tingkat inflasi di bulan berjalan. Koefisien korelasi besaran BI rate
yang ditetapkan dengan laju inflasi di periode-periode selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 9 Koefisien Korelasi antara BI Rate dengan Inflasi
Korelasi
BI Rate
terhada
p
Inflasi
Inti
Harga
ditentuk
an
pemerin
tah
Barang
bergejol
ak
Inflasi
umum

Lag 1
Bln

Lag 2
Bln

Lag 3
Bln

Lag 4
Bln

Lag 5
Bln

0,27

0,156

0,02

-0,089

-0,094

0,262

0,188

0,212

0,251

0,226

-0,27

-1,45

-0,22

-0,152

-0,079

-0,012

-0,127

-0,165

-0,113

-0,066

Sama dengan perhitungan di tabel-tabel sebelumnya, koefisien korelasi di tabel 6 dihitung dengan
koefisien korelasi non parametrik Spearmans, karena diolah dari data yang sama. Dapat kita lihat
bahwa koefisien korelasi antara BI Rate dengan inflasi umum dan barang bergejolak selalu negatif,
sesuai dengan teori yang berlaku. Sementara komponen harga yang ditentukan pemerintah nampak
tidak terpengaruh oleh BI rate, dengan maupun tanpa lag koefisien yang ditunjukkan selalu positif.
Inflasi inti juga dipengaruhi oleh perubahan BI rate, walaupun efeknya memakan waktu yang cukup
lama, yaitu 4 bulan.
C. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penetapan BI rate untuk


mengendalikan tingkat inflasi merupakan cara yang efektif. Hal ini dapat tercermin dari
hubungan antara BI Rate > tingkat suku bunga kredit > permintaan dan penawaran kredit
> konsumsi dan investasi masyarakat -> Inflasi.
Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah perlunya koordinasi lebih lanjut antara
bank indonesia dengan pemerintah dalam menentukan kebijakan untuk pengendalian inflasi
yang stabil.
D. Daftar Pustaka
1. www.bi.go.id dikutip hari Senin, 16 November 2015, 16.30 WIB.
2. www.bps.go.id dikutip hari Senin, 16 November 2015, 21.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai