Anda di halaman 1dari 36

Presentasi Kasus

Dermatitis dengan Selulitis


Presentan : Arina Rizki Mujahid
Pembimbing : dr. Rudianto Sutarman,
Sp.KK
Bagian Kulit Kelamin RSUD Cilegon
2015

Identitas Pasien
Ny.S/ 27thn/ IRT
Alamat : Gerem
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku
: Banten
Status : menikah

Anamnesis
Autoanamnesis pada Senin, 14-092015 di Poli kulit kelamin RSUD
Cilegon.
Keluhan utama
: bengkak yang
disertai kemerahan pada kaki kanan
yang dirasakan nyeri sejak 3 hari
SMRS
Keluhan tambahan : tidak ada.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pada 2 bulan SMRS, saat pasien sedang
hamil 5 bulan, timbul bercak-bercak merah
dan terasa gatal pada kaki kanan.
Pada 1 minggu SMRS, pada kaki kanan
pasien timbul benjolan seperti jerawat yang
terasa nyeri lalu pecah dan mengeluarkan
cairan berwarna kuning.
Pada 3 hari SMRS, timbul bengkak
berwarna kemerahan disertai dengan rasa
nyeri pada kaki kanan.

Pengobatan yang pernah


didapat
Pasien
pernah
berobat
sebelumnya di beberapa klinik dan
diberikan obat berwarna pink dan
putih, salep yang dipakai 3xsehari
namun tidak ada perubahan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah
menderita keluhan seperti ini
sebelumnya.
Riwayat atopi : asma (-)
: rhinitis (-)
: dermatitis (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak memiliki
keluhan serupa sejak dulu.
Riwayat atopi keluarga : asma
(-)
rhinitis (-)
dermatitis (-)

Pemeriksaan Fisik
Status generalis dalam batas normal

Status Dermatologis
Lokasi : regio pedis dextra
UKK : edema disertai dengan ulkus
multipel berbatas tegas dengan
dasar eritem

Diagnosis Banding

Dermatitis dengan selulitis


Impetigo
Necrotizing fasciitis
Lymphoedema
Insect bite
Erisipelas
DVT

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah (C reactive
protein)
Mikrobiologi
Swab pada luka
Imaging
USG
MRI

Diagnosis Kerja
Dermatitis dengan selulitis

Tatalaksana
Non-medikamentosa
Istirahatkan daerah
yang terkena.
Menjelaskan pasien
tentang penyakitnya
dan perawatan luka
Meninggikan kaki
yang selulitis untuk
mengurangi edema
(Herchline, 2015)

Medikamentosa
Simptomatik :
Sistemik : 4x
Flucloxacillin 500mg
selama 7-14 hari
Topikal:
Kompres 3x sehari
dengan NaCl 0,9%
selama 10 menit
Cream Gentamycin
3xsehari dioleskan
pada luka

Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad funcitonam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

Dermatitis dengan selulitis

Definisi
Dermatitis : peradangan pada kulit
(epidermis dan dermis) sebagai respon
terhadap faktor eksogen (detergen,asam,
basa) dan endogen (dermatitis atopi) yang
menimbulkan efloresensi kulit (kelainan
kulit) (Adhi, 2011).
Selulitis : Inflamasi pada kulit dan
subkutan yang bersifat akut yang ditandai
dengan rasa nyeri, panas, edema dan
eritema.(Herchline, 2015)

Epidemiologi
Lebih sering pada pria dibandingkan
wanita
Biasanya pada usia 45-64 tahun
Buccal cellulitis yang disebabkan
Haemophylus influenza type B dan
perianal cellulitis sering pada anak
berusia kurang dari 3 tahun. Facial
cellulitis biasanya pada usia lebih
dari 50 tahun (Herchline, 2015).

Faktor resiko
General
Non-modifiable : hamil, ras kulit putih
Modifiable : lymphoedema, sistem imun
buruk, DM
Local
Non-modifiable : trauma, gigitan
serangga/hewan, tatto
Modifiable: ulkus, eczema, tinea pedis,
luka bakar (Phoenix, Das, Joshi, 2012)

Etiologi
Host
Pasien DM, immunocompromised, kanker, penyakit kronik,
penyakit ginjal dan hati beresiko tinggi untuk terinfeksi. Pasien
dengan penyakit hepar kronis beresiko terinfeksi V vulnificus.
Pada pasien yang sistem imunnya baik biasanya disebabkan
oleh Streptococcus grup A dan S.aureus. Streptococcus grup B
biasanya pada bayi berusia kurang dari 6 bulan karena sistem
imunnya belum sempurna.
Facial cellulitis pada anak biasanya disebabkan H.influenzae
type
B
dan
S.
pneumoniae.
Pada
paien
yang
immunocompromised dapat terinfeksi batang gram negatif
(Pseudomonas, Proteus, Serratia, Enterobacter, Citrobacter),
anaerobe, Helicobacter cinaedi, spesies Fusarium. Fungi dan
HSV bisa menyebabkan selulitis tapi jarang (Herchline, 2015).

Hospital acquired infection


Penyebabnya
biasanya
adalah
Streptococcus hemolytic grup A atau
Clostridium perfringens. Selulitis yang
didapat obstruksi limfa atau venektomi
biasanya disebabkan Streptococcus
non grup A (grup B, C,G) (Herchline,
2015)

MRSA
Selulitis bisa disebabkan oleh MRSA
(methicillin-resistant
Staphylococcus
aureus). MRSA adalah sejenis S.aureus tapi
sudah resistan dengan methicillin, penisillin,
amoxicillin
dan
beberapa
antibiotik
sehingga sulit diobati. Biasanya pada
pasien rawat inap jangka panjang, operasi,
dialisis dan pemakaian obat melalui IV
(Anonim A dan Herchline).

Gigitan hewan
Capnocytophaga canimorsus(anjing)
Pasteurella multocida(anjing atau kucing)
Streptobacillus moniliformis(tikus)
Luka tusukan dan laserasi
Aeromonas hydrophila, Pseudomonas, spesies
Plesiomonas,Vibriospecies, Erysipelothrix
rhusiopathiae, danMycobacterium marinum
(Herchline, 2015)

Patogenesis
Masuk melalui
laserasi, luka
tusukan, gigitan
hewan

Menginvasi kulit
dan masuk ke
lapisan dermis
dan
memperbanyak
diri

Selulitis

Diagnosis
Anamnesis
Gambaran klinis
Pem penunjang
Diagnosa Banding :
Dermatitis dengan selulitis
Impetigo
Necrotizing fasciitis
Lymphoedema
Erisipelas
DVT

Gejala Klinis
Selulitis biasanya mengenai ekstremitas bawah
Empat Cardinal sign :
a. Eritema
b. Nyeri
c. Edema
d. Warmth
Gejala konstitusional : demam, malaise
Pada PF dapat ditemukan adanya infeksi pada kulit
biasanya disebabkan Streptococcus, S.aureus. Warna
keunguan dan bula dapat disebabkan Vibrio vulnificusatau
Streptococcus pneumoniae
Gejala lain : malaise, menggigil, demam, penyebaran
melalui limfa. (Herchline, 2015)

Beberapa Indikasi dilakukannya operasi :


Bula keunguan, mati rasa pada kulit,
Hipotensi
Gas pada jaringan (menimbulkan
crepitus saat pemeriksaan)
Crepitus adalah suara crackling yang
ditimbulkan gas yang berada di bawah kulit.
Crepitus pada jaringan lunak sering akibat
udara yang seharusnya tidak boleh berada di
sana (Anonim B, 2015).

Manifestasi Klinis

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah (C reactive protein)
C reactive protein merupakan indikator yang
lebih baik dari leukosit dan meningkat jika
terdapat infeksi bakter. Tapi bukan berarti nilai C
reactive protein yang normal menandakan tidak
ada infeksi. Tidak efektif untuk diagnosis selulitis.
Mikrobiologi
Kultur darah hanya diambil jika sudah
diklasifikasikan sebagai Class III dan IV (CREST,
2005).
Swab pada luka

Imaging : jika curiga adanya penyebab abses


yang berkaitan dengan selulitis, necrotizing
fasciitis atau diagnosis selulitis belum dapat
ditegakkan.
USG dapat mengetahui perlunya drainase abses
atau tidak.
MRI dilakukan jika curiga necrotizing fasciitis.
Menurut CREST, perlu curiga ke arah necrotizing
fasciitis jika edema, nekrosis kulit, crepitus,
paresthesia dan kenaikan leukosit >
(Phoenix, Das, Joshi, 2012)

Tatalaksana
Non-medikamentosa
Istirahatkan daerah
yang terkena.
Menjelaskan pasien
tentang penyakitnya
dan perawatan luka
Meninggikan kaki
yang selulitis untuk
mengurangi edema
(Herchline, 2015)

Medikamentosa
Sistemik
4x Flucloxacillin
500mg selama 7-14
hari. Jika alergi
Penicillin :
Doksisiklin 2x100mg
selama 7-14 hari
Topikal
Kompres dengan
NaCl 0,9% 3xsehari

NHS, 2013

Prognosis
Selulitis dan infeksi jaringan lunak dapat diterapi
pada pasien rawat jalan dengan antibiotik oral
dan tidak menimbulkan gejala sisa. Jika tidak
berhasil, atau pasien perlu dirawat, antibiotik IV
biasanya efektif.
Selulitis dapat menyebabkan kondisi yang serius
jika kuman menyebar melalui jalur limfatik atau
darah. Komplikasi dapat berupa limfangitis,
abses, selulitis gangren dan necrotizing fasciitis.
Beberapa spesies, paling sering S.aureus dan
Streptococcus hemolytic grup A memproduksi
toksin yang berakibat syok septik dan kematian
(Herchline, 2015).

Daftar Pustaka
Anonim A 2014. MRSA. Available at : http://
www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/understanding-mrsa (17
September 2015)
Anonim B 2015. Definition of Crepitus. Available at : http://
www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=12061 (diakses pada 17
September 2015)
CREST 2005. Guidelines on the management of cellulitis in adults. Available at :
http://www.acutemed.co.uk/docs/Cellulitis%20guidelines,%20CREST,%2005.pdf
(diakses pada 16 September 2015
Das, Joshi dan Phoenix 2012. Diagnosis and Management of Cellulitis. BMJ 2012.
Available at : http://
www.epocrates.com/dacc/1208/DxmanagementCellulitisBMJ1208.pdf (diakses pada
16 september 2016)
Djuanda, Adhi.Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2013
Herichline 2015. Cellulitis. Available at : http://
emedicine.medscape.com/article/214222-overview (diakses pada 16 September
2015)
NHS 2013. Administration of intravenous treatment - for the management of Cellulitis in
the community. Available at : https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCAQFjAAahU
KEwiUv5aSrP_HAhWkqqYKHSGnD-k&url=http%3A%2F%2Fwww.telfordccg.nhs.uk
%2Fdownload.cfm%3Fdoc%3Ddocm93jijm4n2839.pdf%26ver
%3D4981&usg=AFQjCNHnBNgg6qL5KMF9DscjHDzfeaXZbA&bvm=bv.102829193,d.d

Anda mungkin juga menyukai