Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
Filsafat merupakan salah satu ilmu tettang pikiran manusia dalam
mempertahankan rasionalitas. Kadang kadang diberbagi buku dikatakan teori dan
filsafaat sejarah adalah sama. Padahal tidak demikian, hal ini sesuai yang dikatakan
olek Prof.J.M Romein dari Universitas Amsterdam, bahwasanya antara teori sejarah
dan filasfat sejarah mempunyai perbedaan masing masing. Teori sejarah diberi tugas
menyajikan konsep konsep yang memungkinka seseorang ahli sejarah mengadakan
integrasi tentang pandangan masa silam, menyusun kembali kepingan masa sillam.
Sedangkan filsafat sejarah adlah tentang bagaimana pengkajian maslah tersebut
dilakukan. Tetapi pada intinya teori sejarh merupakn bagian dari filsaft sejarah itu
sendiri.
Filsafat sejarah membicarakan masalah rasio manusia dalam membaca
keadaan dan kenyataan dalm sejarh. Olek karena itu filsafat sejarah menanyakan hal
hal yang mendasar dan mempertahnkan akal pemikiran manusia.
Salah satu pemikiran manusia yang bersifat logis yaitu buah pemikiran Emile
Durkheim yang membahas tentang Sosialisme yang lebih mengarah ke dalam
individualisme. Dalam hal ini akan dijelaskan bagaimana seorang manusia yang
dilahirkan sebagai makhluk sosial dapat berubah menjadi manusia yang individual.
Hal ini dikaenakan ada banyak sebab dan akan dibahas di halaman berikutnya.
A. RUMUSAN MASALAH
Siapakah

Emile durkheim sehingga buah pemikirannya bnayak

digunakan masyarakat luas?


Apa sajakah buah pemikiran dari Emile Durkheim?
Mengapa pemikiran Emile Durkheim masih dipakai sampai sekarang?
Bagaimana pemikiran Emilie Durkheim dapat berpengaruh daalm
pemikiran masyarakat luas?
Kapan masyarakat mulai memakai buah pemikiran dari Emile Durkheim?

B. TUJUAN MASALAH
1

Untuk mengetahui tentang Biografi Emile Durkheim


Untuk mengetahui buah pemikiran Emile Durkheim
Untuk mengetahui pengaruh pemikiran Emile Durkheim terhadap
masyarakat luas
Untuk mengetahui kapan pemikiran emile Durkheim mulai berkembang di
masyarakat

BAB II

A. BIOGARFI EMILE DURKHEIM

Durkheim dilahirkan di pinal, Prancis, yang terletak di Lorraine. Ia


berasal dari keluarga Yahudi Prancis yang saleh - ayah dan kakeknya adalah Rabi.
Hidup Durkheim sendiri sama sekali sekular. Malah kebanyakan dari karyanya
dimaksudkan untuk membuktikan bahwa fenomena keagamaan berasal dari
faktor-faktor sosial dan bukan ilahi. Namun demikian, latar belakang Yahudinya
membentuk sosiologinya - banyak mahasiswa dan rekan kerjanya adalah sesama
Yahudi, dan seringkali masih berhubungan darah dengannya.

Durkheim adalah mahasiswa yang cepat matang. Ia masuk ke cole


Normale Suprieure pada 1879. Angkatannya adalah salah satu yang paling
cemerlang pada abad ke-19 dan banyak teman sekelasnya, seperti Jean Jaurs dan
Henri Bergson kemudian menjadi tokoh besar dalam kehidupan intelektual
Prancis. Di ENS Durkheim belajar di bawah Fustel de Coulanges, seorang pakar
ilmu klasik, yang berpandangan ilmiah sosial. Pada saat yang sama, ia membaca
karya-karya Auguste Comte dan Herbert Spencer. Jadi, Durkheim tertarik dengan
pendekatan ilmiah terhadap masyarakat sejak awal kariernya. Ini adalah konflik
pertama dari banyak konflik lainnya dengan sistem akademik Prancis, yang tidak
mempunyai kurikulum ilmu sosial pada saat itu. Durkheim merasa ilmu-ilmu
kemanusiaan tidak menarik. Ia lulus dengan peringkat kedua terakhir dalam
angkatannya ketika ia menempuh ujian agrgation syarat untuk posisi mengajar
dalam pengajaran umum dalam ilmu filsafat pada 1882.

Minat Durkheim dalam fenomena sosial juga didorong oleh politik.


Kekalahan Prancis dalam Perang Prancis-Prusia telah memberikan pukulan
terhadap pemerintahan republikan yang sekular. Banyak orang menganggap
pendekatan Katolik, dan sangat nasionalistik sebagai jalan satu-satunya untuk
menghidupkan kembali kekuasaan Prancis yang memudar di daratan Eropa.
Durkheim, seorang Yahudi dan sosialis, berada dalam posisi minoritas secara

politik, suatu situasi yang membakarnya secara politik. Peristiwa Dreyfus pada
1894 hanya memperkuat sikapnya sebagai seorang aktivis.

Seseorang yang berpandangan seperti Durkheim tidak mungkin


memperoleh pengangkatan akademik yang penting di Paris, dan karena itu setelah
belajar sosiologi selama setahun di Jerman, ia pergi ke Bordeaux pada 1887, yang
saat itu baru saja membuka pusat pendidikan guru yang pertama di Prancis. Di
sana ia mengajar pedagogi dan ilmu-ilmu sosial (suatu posisi baru di Prancis).
Dari

posisi

ini

Durkheim

memperbarui

sistem

sekolah

Prancis

dan

memperkenalkan studi ilmu-ilmu sosial dalam kurikulumnya. Kembali,


kecenderungannya untuk mereduksi moralitas dan agama ke dalam fakta sosial
semata-mata membuat ia banyak dikritik.

Tahun 1890-an adalah masa kreatif Durkheim. Pada 1893 ia menerbitkan


Pembagian Kerja dalam Masyarakat, pernyataan dasariahnya tentang hakikat
masyarakat manusia dan perkembangannya. Pada 1895 ia menerbitkan Aturanaturan Metode Sosiologis, sebuah manifesto yang menyatakan apakah sosiologi
itu dan bagaimana ia harus dilakukan. Ia pun mendirikan Jurusan Sosiologi
pertama di Eropa di Universitas Bourdeaux. Pada 1896 ia menerbitkan jurnal
L'Anne Sociologique untuk menerbitkan dan mempublikasikan tulisan-tulisan
dari kelompok yang kian bertambah dari mahasiswa dan rekan (ini adalah sebutan
yang digunakan untuk kelompok mahasiswa yang mengembangkan program
sosiologinya). Dan akhirnya, pada 1897, ia menerbitkan Bunuh Diri, sebuah
studi kasus yang memberikan contoh tentang bagaimana bentuk sebuah monograf
sosiologi.

Pada 1902 Durkheim akhirnya mencapai tujuannya untuk memperoleh


kedudukan terhormat di Paris ketika ia menjadi profesor di Sorbonne. Karena
universitas-universitas Prancis secara teknis adalah lembaga-lembaga untuk
mendidik guru-guru untuk sekolah menengah, posisi ini memberikan Durkheim
pengaruh yang cukup besar kuliah-kuliahnya wajib diambil oleh seluruh
mahasiswa. Apapun pendapat orang, pada masa setelah Peristiwa Dreyfus, untuk
mendapatkan

pengangkatan

politik,

Durkheim

memperkuat

kekuasaan

kelembagaannya pada 1912 ketika ia secara permanen diberikan kursi dan


mengubah namanya menjadi kursi pendidikan dan sosiologi. Pada tahun itu pula
ia menerbitkan karya besarnya yang terakhir Bentuk-bentuk Elementer dari
Kehidupan Keagamaan.

Perang Dunia I mengakibatkan pengaruh yang tragis terhadap hidup


Durkheim. Pandangan kiri Durkheim selalu patriotik dan bukan internasionalis
ia mengusahakan bentuk kehidupan Prancis yang sekular, rasional. Tetapi
datangnya perang dan propaganda nasionalis yang tidak terhindari yang muncul
sesudah itu membuatnya sulit untuk mempertahankan posisinya. Sementara
Durkheim giat mendukung negarainya dalam perang, rasa enggannya untuk
tunduk kepada semangat nasionalis yang sederhana (ditambah dengan latar
belakang Yahudinya) membuat ia sasaran yang wajar dari golongan kanan Prancis
yang kini berkembang. Yang lebih parah lagi, generasi mahasiswa yang telah
dididik Durkheim kini dikenai wajib militer, dan banyak dari mereka yang tewas
ketika Prancis bertahan mati-matian. Akhirnya, Ren, anak laki-laki Durkheim
sendiri tewas dalam perang sebuah pukulan mental yang tidak pernah teratasi
oleh Durkheim. Selain sangat terpukul emosinya, Durkheim juga terlalu lelah
bekerja, sehingga akhirnya ia terkena serangan lumpuh dan meninggal pada 1917.

B. PEMIKIRAN DAN TEORI EMILE DURKHEIM

Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat


mempertahankan integritas dan koherensinya di masa modern, ketika hal-hal
seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak ada lagi. Untuk
mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern, Durkheim
berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap
fenomena sosial. Bersama Herbert Spencer Durkheim adalah salah satu orang
pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari
masyarakat dengan mengacu kepada fungsi yang mereka lakukan dalam
mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat suatu posisi yang
kelak dikenal sebagai fungsionalisme.

Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih daripada sekadar


jumlah dari seluruh bagiannya. Jadi berbeda dengan rekan sezamannya, Max
Weber, ia memusatkan perhatian bukan kepada apa yang memotivasi tindakantindakan dari setiap pribadi (individualisme metodologis), melainkan lebih
kepada penelitian terhadap "fakta-fakta sosial", istilah yang diciptakannya
untuk menggambarkan fenomena yang ada dengan sendirinya dan yang tidak
terikat kepada tindakan individu. Ia berpendapat bahwa fakta sosial
mempunyai keberadaan yang independen yang lebih besar dan lebih objektif
daripada tindakan-tindakan individu yang membentuk masyarakat dan hanya
dapat dijelaskan melalui fakta-fakta sosial lainnya daripada, misalnya, melalui
adaptasi masyarakat terhadap iklim atau situasi ekologis tertentu.

Dalam bukunya Pembagian Kerja dalam Masyarakat (1893),


Durkheim meneliti bagaimana tatanan sosial dipertahankan dalam berbagai
bentuk masyarakat. Ia memusatkan perhatian pada pembagian kerja, dan
meneliti bagaimana hal itu berbeda dalam masyarakat tradisional dan
masyarakat modern. Para penulis sebelum dia seperti Herbert Spencer dan
Ferdinand Toennies berpendapat bahwa masyarakat berevolusi mirip dengan
organisme hidup, bergerak dari sebuah keadaan yang sederhana kepada yang
lebih kompleks yang mirip dengan cara kerja mesin-mesin yang rumit.
Durkheim membalikkan rumusan ini, sambil menambahkan teorinya kepada
kumpulan teori yang terus berkembang mengenai kemajuan sosial,

evolusionisme sosial, dan darwinisme sosial. Ia berpendapat bahwa


masyarakat-masyarakat tradisional bersifat mekanis dan dipersatukan oleh
kenyataan bahwa setiap orang lebih kurang sama, dan karenanya mempunyai
banyak kesamaan di antara sesamanya. Dalam masyarakat tradisional, kata
Durkheim, kesadaran kolektif sepenuhnya mencakup kesadaran individual
norma-norma sosial kuat dan perilaku sosial diatur dengan rapi.

Dalam masyarakat modern, demikian pendapatnya, pembagian kerja


yang sangat kompleks menghasilkan solidaritas 'organik'. Spesialisasi yang
berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial menciptakan
ketergantungan yang mengikat orang kepada sesamanya, karena mereka tidak
lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan mereka sendiri. Dalam masyarakat
yang mekanis, misalnya, para petani gurem hidup dalam masyarakat yang
swa-sembada dan terjalin bersama oleh warisan bersama dan pekerjaan yang
sama. Dalam masyarakat modern yang 'organik', para pekerja memperoleh gaji
dan harus mengandalkan orang lain yang mengkhususkan diri dalam produkproduk tertentu (bahan makanan, pakaian, dll) untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Akibat dari pembagian kerja yang semakin rumit ini, demikian
Durkheim, ialah bahwa kesadaran individual berkembang dalam cara yang
berbeda dari kesadaran kolektif seringkali malah berbenturan dengan
kesadaran kolektif.

Durkheim menghubungkan jenis solidaritas pada suatu masyarakat


tertentu dengan dominasi dari suatu sistem hukum. Ia menemukan bahwa
masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis hokum seringkali bersifat
represif: pelaku suatu kejahatan atau perilaku menyimpang akan terkena
hukuman, dan hal itu akan membalas kesadaran kolektif yang dilanggar oleh
kejahatan itu; hukuman itu bertindak lebih untuk mempertahankan keutuhan
kesadaran. Sebaliknya, dalam masyarakat yang memiliki solidaritas organic,
hukum bersifat restitutif: ia bertujuan bukan untuk menghukum melainkan
untuk memulihkan aktivitas normal dari suatu masyarakat yang kompleks.
Jadi, perubahan masyarakat yang cepat karena semakin meningkatnya
pembagian kerja menghasilkan suatu kebingungan tentang norma dan semakin

meningkatnya sifat yang tidak pribadi dalam kehidupan sosial, yang akhirnya
mengakibatkan runtuhnya norma-norma sosial yang mengatur perilaku.
Durkheim menamai keadaan ini anomie. Dari keadaan anomie muncullah
segala bentuk perilaku menyimpang, dan yang paling menonjol adalah bunuh
diri.

Durkheim belakangan mengembangkan konsep tentang anomie dalam


"Bunuh Diri", yang diterbitkannya pada 1897. Dalam bukunya ini, ia meneliti
berbagai tingkat bunuh diri di antara orang-orang Protestan dan Katolik, dan
menjelaskan bahwa kontrol sosial yang lebih tinggi di antara orang Katolik
menghasilkan tingkat bunuh diri yang lebih rendah. Menurut Durkheim, orang
mempunyai suatu tingkat keterikatan tertentu terhadap kelompok-kelompok
mereka, yang disebutnya integrasi sosial. Tingkat integrasi sosial yang secara
abnormal tinggi atau rendah dapat menghasilkan bertambahnya tingkat bunuh
diri: tingkat yang rendah menghasilkan hal ini karena rendahnya integrasi
sosial menghasilkan masyarakat yang tidak terorganisasi, menyebabkan orang
melakukan bunuh diri sebagai upaya terakhir, sementara tingkat yang tinggi
menyebabkan orang bunuh diri agar mereka tidak menjadi beban bagi
masyarakat. Menurut Durkheim, masyarakat Katolik mempunyai tingkat
integrasi yang normal, sementara masyarakat Protestan mempunyai tingat
yang rendah. Karya ini telah memengaruhi para penganjur teori kontrol, dan
seringkali disebut sebagai studi sosiologis yang klasik.

Akhirnya,

Durkheim

diingat

orang

karena

karyanya

tentang

masyarakat 'primitif' (artinya, non Barat) dalam buku-bukunya seperti


"Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Agama" (1912) dan esainya
"Klasifikasi Primitif" yang ditulisnya bersama Marcel Mauss. Kedua karya ini
meneliti peranan yang dimainkan oleh agama dan mitologi dalam membentuk
pandangan dunia dan kepribadian manusia dalam masyarakat-masyarakat yang
sangat 'mekanis' (meminjam ungkapan Durkheim)

Tentang pendidikan

Durkheim juga sangat tertarik akan pendidikan. Hal ini sebagian karena ia
secara profesional dipekerjakan untuk melatih guru, dan ia menggunakan
kemampuannya untuk menciptakan kurikulum untuk mengembangkan tujuantujuannya untuk membuat sosiologi diajarkan seluas mungkin. Lebih luas lagi,
Durkheim juga tertarik pada bagaimana pendidikan dapat digunakan untuk
memberikan kepada warga Prancis semacam latar belakang sekular bersama yang
dibutuhkan untuk mencegah anomi (keadaan tanpa hukum) dalam masyarakat
modern. Dengan tujuan inilah ia mengusulkan pembentukan kelompok-kelompok
profesional yang berfungsi sebagai sumber solidaritas bagi orang-orang dewasa.

Durkheim berpendapat bahwa pendidikan mempunyai banyak fungsi:


1) Memperkuat solidaritas sosial

Sejarah: belajar tentang orang-orang yang melakukan hal-hal yang baik bagi
banyak orang membuat seorang individu merasa tidak berarti.

Menyatakan kesetiaan: membuat individu merasa bagian dari kelompok dan


dengan demikian akan mengurangi kecenderungan untuk melanggar peraturan.

2) Mempertahankan peranan sosial

Sekolah adalah masyarakat dalam bentuk miniatur. Sekolah mempunyai


hierarkhi, aturan, tuntutan yang sama dengan "dunia luar". Sekolah mendidik
orang muda untuk memenuhi berbagai peranan.

3) Mempertahankan pembagian kerja.

Membagi-bagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecakapan. Mengajar


siswa untuk mencari pekerjaan sesuai dengan kecakapan mereka.

TEORI TEORI DURKHEIM


1. Teori Solidaritas (The Division of Labour in Society)
Dalam buku ini menerangkan bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh
kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaaan yang sama, akan
tetapi pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa
mereka agar tergantung satu sama lain. solidaritas menunjuk pada suatu
keadaan hubungan antara individu dan / atau kelompok yang didasarkan pada

perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh
pengalaman emosional bersama.
a.

solidaritas mekanis solidaritas mekanis dibentuk oleh hokum represif


karena anggota masyarakat jenis ini memiliki kesamaan satu sama lain,
dan karena mereka cenderung sangat percaya pada moralitas bersama,
apapun pelanggaran terhadap system nilai bersama tidak akan dinilai
main-main oleh setiap individu. Pelanggar akan dihukum atas
pelanggaranya terhadap system moral kolektif. Meskipun pelanggaran
terhadap system moral hanya pelanggaran kecil namun mungkin saja akan
dihukum dengan hukuman yang berat.

b. Solidaritasorganic masyarakat solidaritas organic dibentuk oleh hukum


restitutif. Dimana seseorang yang melanggar harus melakukan restitusi
untuk kejahatan mereka, pelanggaran dilihat sebagai serangan terhadap
individu tertentu atau sekmen tertentu dari masyarakat bukannya terhadap
sistem moral itu sendiri. Dalam hal ini, kurangnya moral kebanyakan
orang tidak melakukan reaksi xecara emosional terhadap pelanggaran
hukum. Durkheim berpendapat masyarakat modern bentuk solidaritas
moralnya mengalami perubahan bukannya hilang.

dalam masyarakat ini, perkembangan kemandirian yang diakibatkan oleh


perkembangan pembagian kerja menimbulkan kesadaran-kesadaran individual
yang lebih mandiri, akan tetapi sekaligus menjadi semakin tergantung satu sama
lain, karena masing-masing individu hanya merupakan satu bagian saja dari suatu
pembagian pekerjaan sosial.
2. Fakta Sosial (The Rule Of Sociological Method)

3. Teori Bunuh Diri (Suicide)

Durkheim memilih studi bunuh diri karena persoalan ini relative merupakan
fenomena konkrit dan spesifik, di mana tersedia data yang bagus cara komparatif.
Akan tetapi, alasan utama Durkheim untuk melakukan studi bunuh diri ini adalah
untuk menunjukkan kekuatan disiplin Sosiologi. Dia melakukan penelitian tentang
angka bunuh diri di beberapa negara di Eropa. Secara statistik hasil dari data-data

10

yang dikumpulkannya menunjukkan kesimpulan bahwa gejala-gejala psikologis


sebenarnya tidak berpengaruh terhadap kecenderungan untuk melakukan bunuh
diri. Menurut Durkheim peristiwa-peristiwa bunuh diri sebenarnya merupakan
kenyataan-kenyataan sosial tersendiri yang karena itu dapat dijadikan sarana
penelitian dengan menghubungkannya terhadap sturktur sosial dan derajat integrasi
sosial dari suatu kehidupan masyarakat.

Durkheim memusatkan perhatiannya pada 3 macam kesatuan sosial yang pokok


dalam masyarakat:
a. Bunuh Diri dalam Kesatuan AgamaDari data yang dikumpulan Durkheim
menunjukkan bahwa angka bunuh diri lebih besar di negara-negara
protestan dibandingkan dengan penganut agama Katolik dan lainnya.
Penyebabnya terletak di dalam perbedaan kebebasan yang diberikan oleh
masing-masing agama tersebut kepada para penganutnya.
b. Bunuh

Diri

dalam

Kesatuan

KeluargaDari

penelitian

Durkheim

disimpulkan bahwa semakin kecil jumlah anggota dari suatu keluarga,


maka akan semakin kecil pula keinginan untuk hidup. Kesatuan sosial yang
semakin besar, mengikat orang pada kegiatan-kegiatan sosial di antara
anggota-anggota kesatuan tersebut.
c. Bunuh Diri dalam Kesatuan PolitikDari data yang dikumpulkan, Durkheim
menyimpulkan bahwa di dalam situasi perang, golongan militer lebih
terintegrasi dengan baik, dibandingkan dalam keadaan damai. Sebaliknya
dengan masyarakat sipil. Kemudian data tahun 1829-1848 disimpulkan
bahwa angka bunuh diri ternyata lebih kecil pada masa revolusi atau
pergolakan politik, dibandingkan dengan dalam masa tidak terjadi
pergolakan politik.

Durkheim membagi tipe bunuh diri ke dalam 4 macam:


a. Bunuh Diri EgoistisTingginya angka bunuh diri egoistis dapat ditemukan dalam
masyarakat atau kelompok di mana individu tidak berinteraksi dengan baik dalam
unit sosial yang luas. Lemahnya integrasi ini melahirkan perasaan bahwa individu
bukan bagian dari masyarakat, dan masyarakat bukan pula bagian dari individu.
Lemahnya integrasi sosial melahirkan arus sosial yang khas, dan arus tersebut

11

melahirkan perbedaan angka bunuh diri. Misalnya pada masyarakat yang


disintegrasi akan melahirkan arus depresi dan kekecewaan. Kekecewaan yang
melahirkan situasi politik didominasi oleh perasaan kesia-siaan, moralitas dilihat
sebagai pilihan individu, dan pandangan hidup masyarakat luas menekan
ketidakbermaknaan hidup, begitu sebaliknya.Durkheim menyatakan bahwa ada
faktor paksaan sosial dalam diri individu untuk melakukan bunuh diri, di mana
individu menganggap bunuh diri adalah jalan lepas dari paksaan sosial.
b.

Bunuh Diri AltruistisTerjadi ketika integrasi sosial yang sangat kuat, secara
harfiah dapat dikatakan individu terpaksa melakukan bunuh diri. Salah satu
contohnya adalah bunuh diri massal dari pengikut pendeta Jim Jones di
Jonestown, Guyana pada tahun 1978. contoh lain bunuh diri di Jepang (Harakiri).
Bunuh diri ini makin banyak terjadi jika makin banyak harapan yang tersedia,
karena dia bergantung pada keyakinan akan adanya sesuatu yang indah setelah
hidup di dunia. Ketika integrasi mengendur seorang akan melakukan bunuh diri
karena tidak ada lagi kebaikan yang dapat dipakai untuk meneruskan
kehidupannya, begitu sebaliknya.

c. Bunuh Diri AnomicBunuh diri ini terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat
terganggu. Gangguan tersebut mungkin akan membuat individu merasa tidak
puas karena lemahnya kontrol terhadap nafsu mereka, yang akan bebas
berkeliaran dalam ras yang tidak pernah puas terhadap kesenangan. Bunuh diri ini
terjadi ketika menempatkan orang dalam situasi norma lama tidak berlaku lagi
sementara norma baru belum dikembangkan (tidak ada pegangan hidup). Contoh:
bunuh diri dalam situasi depresi ekonomi seperti pabrik yang tutup sehingga para
tenaga kerjanya kehilangan pekerjangan, dan mereka lepas dari pengaruh
regulatif yang selama ini mereka rasakan. Contoh lainnya seperti booming
ekonomi yaitu bahwa kesuksesan yang tiba-tiba individu menjauh dari struktur
tradisional tempat mereka sebelumnya melekatkan diri.
d. Bunuh Diri FatalistisBunuh diri ini terjadi ketika regulasi meningkat. Durkheim
menggambarkan seseorang yang mau melakukan bunuh diri ini seperti seseorang
yang masa depannya telah tertutup dan nafsu yang tertahan oleh disiplin yang
menindas. Contoh: perbudakan.Hubungan Empat Jenis Bunuh Diri menurut
DurkheimIntegrasi Rendah Bunuh diri egoistis Tinggi Bunuh diri Altruistis
Regulasi Rendah Bunuh diri anomic Tinggi Bunuh diri fatalistis.

12

4. Teori

tentang

Agama

(The

Elemtary

Forms

of

Religious

Life)

Dalam teori ini Durkheim mengulas sifat-sifat, sumber bentuk-bentuk, akibat, dan
variasi agama dari sudut pandang sosiologistis. Agama menurut Durkheim
merupakan a unified system of belief and practices relative to sacret things, dan
selanjutnya that is to say, things set apart and forbidden belief and practices
which unite into one single moral community called church all those who adhere
to them. Agama menurut Durkheim berasal dari masyarakat itu sendiri.
Masyarakat selalu membedakan mengenai hal-hal yang dianggap sacral dan halhal yang dianggap profane atau duniawi. Dasar dari pendapat Durkheim adalah
agama merupakan perwujudan dari collective consciouness sekalipun selalu ada
perwujudaan-perwujudan lainnya. Tuhan dianggap sebagai

simbol

dari

masyarakat itu sendiri yang sebagai collective consciouness kemudian menjelma


ke dalam collective representation. Tuhan itu hanya lah idealisme dari masyarakat
itu sendiri yang menganggapnya sebagai makhluk yang paling sempurna (Tuhan
adalah personifikasi masyarakat). Kesimpulannya, agama merupakan lambang
collective representation dalam bentuknya yang ideal, agama adalah sarana untuk
memperkuat kesadaran kolektif seperti ritus-ritus agama. Orang yang terlibat
dalam upacara keagamaan maka kesadaran mereka tentang collective
consciouness semakin bertambah kuat. Sesudah upacara keagamaan suasana
keagamaaan dibawa dalam kehidupan sehari-hari, kemudian lambat laun
collective consciouness tersebut semakin lemah kembali. Kritik Terhadap Emile
DurkheimDurkheim mendapat kritik terhadap jalan pikirannya yang tidak kenal
kompromi tentang besarnya peran jiwa kelompok yang membentuk individuindividu anggota masyarakat yang oleh pengeritiknya dianggap berat sebelah.
Namun, Durkeim membantah kritikan tersebut sebab teori-teorinya bukan tak
berdasar, melainkan diperoleh dari penelitian-penelitian langsungnya dan dengan
metode-metode scientific.

13

C. PENGARUH PEMIKIRAN EMILE DURKHEIM TERHADAP MASYARAKAT


Pemikiran Emile Durkheim Snagat berpengaruh di masyarakat dlm bidang
sosiai. Banyak para ahli sosiolog yang menggunakan teorinya sebagai landasan
pemikirannya.
Pemikiran dan teorinya banyak mempengarui orang orang di bawah ini seperti,
Marcel Mauss, Claude Lvi-Strauss, Talcott Parsons, Maurice Halbwachs, Pierre
Bourdieu, Charles Taylor (philosopher), Henri Bergson, Emmanuel Levinas, Steven
Lukes, Alfred Radcliffe-Brown, E. E. Evans-Pritchard, Paul Fauconnet, Robert
Bellah, Lucien Lvy-Brhl, Ziya Gkalp, David Bloor, Randall Collins.

14

PENUTUP

Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat


mempertahankan integritas dan koherensinya di masa modern, ketika hal-hal
seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak ada lagi. Untuk
mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern, Durkheim
berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap
fenomena sosial. Bersama Herbert Spencer Durkheim adalah salah satu orang
pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari
masyarakat dengan mengacu kepada fungsi yang mereka lakukan dalam
mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat suatu posisi yang
kelak dikenal sebagai fungsionalisme.

Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih daripada sekadar


jumlah dari seluruh bagiannya. Jadi berbeda dengan rekan sezamannya, Max
Weber, ia memusatkan perhatian bukan kepada apa yang memotivasi tindakantindakan dari setiap pribadi (individualisme metodologis), melainkan lebih
kepada penelitian terhadap "fakta-fakta sosial", istilah yang diciptakannya
untuk menggambarkan fenomena yang ada dengan sendirinya dan yang tidak
terikat kepada tindakan individu. Ia berpendapat bahwa fakta sosial
mempunyai keberadaan yang independen yang lebih besar dan lebih objektif
daripada tindakan-tindakan individu yang membentuk masyarakat dan hanya
dapat dijelaskan melalui fakta-fakta sosial lainnya daripada, misalnya, melalui
adaptasi masyarakat terhadap iklim atau situasi ekologis tertentu.

Agama menurut Durkheim berasal dari masyarakat itu sendiri.


Masyarakat selalu membedakan mengenai hal-hal yang dianggap sacral dan
hal-hal yang dianggap profane atau duniawi. Dasar dari pendapat Durkheim
adalah agama merupakan perwujudan dari collective consciouness sekalipun
selalu ada perwujudaan-perwujudan lainnya. Tuhan dianggap sebagai simbol
dari masyarakat itu sendiri yang sebagai collective consciouness kemudian
menjelma ke dalam collective representation. Tuhan itu hanya lah idealisme
dari masyarakat itu sendiri yang menganggapnya sebagai makhluk yang paling

15

sempurna (Tuhan adalah personifikasi masyarakat). Kesimpulannya, agama


merupakan lambang collective representation dalam bentuknya yang ideal,
agama adalah sarana untuk memperkuat kesadaran kolektif seperti ritus-ritus
agama. Orang yang terlibat dalam upacara keagamaan maka kesadaran mereka
tentang collective consciouness semakin bertambah kuat. Sesudah upacara
keagamaan suasana keagamaaan dibawa dalam kehidupan sehari-hari,
kemudian lambat laun collective consciouness tersebut semakin lemah
kembali. Kritik Terhadap Emile DurkheimDurkheim mendapat kritik terhadap
jalan pikirannya yang tidak kenal kompromi tentang besarnya peran jiwa
kelompok yang membentuk individu-individu anggota masyarakat yang oleh
pengeritiknya dianggap berat sebelah. Namun, Durkeim membantah kritikan
tersebut sebab teori-teorinya bukan tak berdasar, melainkan diperoleh dari
penelitian-penelitian langsungnya dan dengan metode-metode scientific.

16

DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.hendiburahman.web.id/2011/02/pengertian-filsafat-sejarahfilsafat.html
2. http://www.referensimakalah.com/2012/09/biografi-emile-durkheim.html
3. http://id.wikipedia.org/wiki/%C3%89mile_Durkheim

17

Anda mungkin juga menyukai